Ini sudah bulan keberapa sejak saya memutuskan untuk menolak tawaran keluarga Australia yang akan menjadikan saya sebagai Au Pair mereka. Masih dengan menggunakan website yang sama dan recommended ( AuPair World ) saya terus berusaha mencari keluarga angkat yang cocok. Tapi gara-gara keseringan ditolak disana, akhirnya perjuangan saya tidak berhenti sampai di AuPair World saja. Saya juga mencari keluarga angkat di beberapa website yang banyak ditemukan di internet. Ketawan banget ya niatnya? Ya namanya juga usaha. No deal with A, let's move to B!
Karena punya keinginan yang besar untuk melihat alam Eropa Utara yang masih natural, saya juga iseng-iseng mendaftar ke website Au Pair Skandinavia atau Energy Au Pair. Selain karena merasa tidak terlalu banyak persyaratan yang diajukan; contohnya sertifikat bahasa, tinggal di negara termahal dunia sepertinya akan menjadi pengalaman seru di masa mendatang.
Selain Belanda, mungkin Belgia adalah satu-satunya negara di Eropa Barat yang tidak memerlukan sertifikat bahasa asing untuk pengajuan visa. Karena sejujurnya saya juga malas bolak-balik Jakarta demi sebuah sertifikat yang kemungkinan belum tentu juga lulus. Jadilah saya juga mendaftar ke salah satu agensi Au Pair Belgia yang menurut saya adminnya sangat bersahabat, dan halaman website mereka yang sangat simpel ( AuPair Support Belgium ).
Berbeda dengan AuPair World ataupun AuPair Skandinavia, di website ini terdapat 3 step pendaftaran (isi biodata, kirim foto, minta surat rekomendasi, dan tanda tangan surat pernyataan). Namun step yang harus saya lakukan cukup sampai 2. Step ke 3 akan lanjut kalau ada keluarga angkat yang tertarik pada profil saya. Jadinya selama kurang dari satu bulan saya cuma menunggu selagi terus apply ke keluarga angkat di website lain.
Dari mulai daftar jadi calon Au Pair di bulan Mei sampai Agustus 2013, sepertinya belum ada juga keluarga yang tertarik. Padahal saya sudah membuat profil yang 'saya banget' dan mungkin juga sangat jujur. Karena yang banyak saya temui, alasan 'kepercayaan (saya muslim)' adalah hal yang belum bisa sepenuhnya diterima oleh keluarga yang saya apply. Persoalan menjalankan kewajiban seperti sholat dan puasa, hingga tidak makan babi dan minum alkohol, menjadi hal yang masih belum bisa diterima akal mereka.
But, I still believe, kejujuran akan membawa kita ke tempat yang benar. Dan benar saja, sebuah email di bulan September membuat malam saya menjadi lebih berwarna. Email dari agensi Belgia mengatakan kalau ada keluarga yang tertarik pada profil saya.
Sebuah email berbarengan pun muncul dari pihak keluarga angkat yang langsung menyatakan ketertarikannya pada (kejujuran) profil saya. Tuh kan! Ternyata keluarga ini punya background Maroko yang juga muslim. Si ibu memang mencari au pair muslim agar senilai dengan ajaran anaknya di rumah.
Dari bincang-bincang yang cuma lewat email ini, saya akhirnya mendapati kalau si keluarga mau membiayai embel-embel di luar pembuatan visa. Baik, tunggu, bincang-bincang lewat electronic mail? Iya, cuma lewat e mail! Si keluarga tidak pernah mengajak mengobrol via Skype ataupun telepon.
Padahal kalau si keluarga memang benar-benar niat mencari seorang kakak tertua untuk anaknya di rumah, setidaknya harus mencari au pair yang benar-benar jelas asal-usulnya. Karena hal yang paling riskan untuk si keluarga adalah mengundang orang asing ke rumah mereka. Lha ini, saya cuma perlu mengirim foto dan cerita singkat tentang keluarga dan kehidupan saya, si keluarga langsung oke-oke tanpa banyak tanya tentang pengalaman saya mengasuh anak-anak sebelumnya.
Sebenarnya saya juga bingung kenapa si keluarga begitu percayanya dengan saya tanpa babibu atau face to face dulu via Skype. Padahal dari pengalaman atau saran yang ada, setidaknya keluarga dan calon au pair mesti berbincang-bincang ria sekedar membahas tentang kesepakatan yang ada via Skype/video call lainnya.
Setelah e-mail-emailan selama sebulan, akhirnya naik pangkat juga tukar nomor ponsel lewat WhatsApp. Jadi intinya, saya sudah diterima jadi au pair mereka dan tinggal mempersiapkan dokumen yang ada.
Sempat juga ditakut-takuti kalau bisa jadi keluarga angkat saya ini cuma menipu dan tidak mau menunjukkan identitas asli dengan mengobrol dulu di Skype. Saya juga sempat berpikiran begitu, tapi mengarah ke obrolan chat selama ini, lalu melihat foto-foto liburan mereka yang sempat dikirim ke saya, rasanya mustahil kalau mereka 'palsu'.
Si ibu yang selalu chat sama saya juga terbuka dan fast response. Lagipula selama ini mereka juga tidak pernah meminta saya kirim-kirim uang, bahkan mereka sendiri bersedia membayari saya tiket berangkat ke Belgia.
Iseng-iseng, saya googling nama si ibu, dan..ehh, si ibu cukup terkenal hingga namanya mudah dikenali Google. Bahkan di YouTube pun ada video wawancaranya dengan sebuah majalah. Setelah tanya-tanya kenapa beliau mau menjadikan saya au pair tanpa Skype-an (seperti keluarga lain) lebih dulu, saya akhirnya dapat jawabannya.
Katanya si ibu sudah tahu 'kapasitas' dan kepribadian saya tanpa mesti Skype-an/wawancara dulu. Intinya, dia percaya kalau saya cewek baik-baik. Lagipula dia sudah tertarik dengan saya dan tidak ingin cari kandidat lain.
Begitulah pengalaman saya mencari keluarga angkat yang setidaknya mau membayari tiket dan kursus bahasa. Teman-teman yang juga sudah punya niat pengen au pairing, apalagi yang muslim, tidak perlu takut mengakui kalau kita muslim dan membatasi makanan yang menurut kita dilarang. Kita mesti jujur tentang diri kita dan motivasi ingin au pairing itu kenapa.
Kalaupun si keluarga menghargai dan tertarik dengan profil kita, akan selalu ada win win solution. Syukur-syukur dapat keluarga yang seiman, jadinya menjalani hari-hari di rumahnya tidak terlalu banyak masalah gara-gara beda keyakinan.
Yang pasti, di luar si keluarga mengajak Skype-an atau tidak (seperti cerita saya), pastikan dulu apakah kesepakatan yang ditawarkan keluarga akan menguntungkan untuk kita. Begitupun juga sebaliknya. Jangan sampai gara-gara ingin segera keluar negeri, kita asal terima keluarga angkat. Ingat,follow your gut and trust your instincts!
Oh ya, jangan juga menyerah kalau beberapa kali ditolak oleh keluarga angkat saat apply, segera cari keluarga baru di website lain (yang tentunya juga terpercaya dong)! Great things always take time.
More guidelines:
Guide untuk au pair
Tips pencarian au pair (2)
First time au pair, ke negara mana?
No comments:
Post a Comment