Showing posts with label orang Norwegia. Show all posts
Showing posts with label orang Norwegia. Show all posts

Sunday, May 31, 2020

Tips The Norwegian Host Family|Fashion Style

This is the aim of being an au pair, cultural exchanging. Dari tinggal bersama keluarga lokal, kita banyak tahu bagaimana kebiasaan si keluarga tersebut mewakili stereotipe masyarakat di negaranya.

Orang Norwegia terkenaloutdoorsy alias pecinta alam. Tidak peduli hujan, mendung, panas, atau bersalju, mereka tetap tahu bagaimana menikmati aktifitas luar ruangan. Sama halnya seperti keluarga angkat saya yang sekarang, super aktif. Kalau ingin tahu bagaimana the real Norwegians, lihatlah keluarga saya!

Mulai dari olahraga ski, renang, mountain biking, jogging, sampai hiking, mereka jagonya. Saya kadang tidak habis pikir bagaimana nenek moyang orang Norwegia mengajarkan keturunan mereka untuk terus aktif. Mungkin karena beruntung tinggal di negara kaya dan cantik, makanya orang Norwegia tidak melewatkan kesempatan menikmati alam fantastis saat musim apapun.

Host mom saya yang sporty, Ida, lahir dari pasangan atlet ski. Beranjak remaja, Ida juga menjadi atlet berkuda yang sering ikut serta di kompetisi nasional. Tidak hanya sampai situ, host mom saya sudah diajak berburu memegang senapan saat usianya masih 16 tahun. Kalau kita hanya punya maksimal dua SIM, Ida punya SIM tambahan dari kapal sampai truk. Sekarang Ida terlihat lebih kalem dan meninggalkan semua olahraga beratnya sejak menikah dan punya anak.

Lasse, si host dad, pernah saya bahas sekali lewat bersama para host dad lainnya. Sama seperti si istri, host dad saya ini juga aktifnya bukan main. Tipikal orang yang tidak bisa hanya diam di rumah selain kerja. Hobinyahiking naik turun gunung, mountain biking, ski, hingga sering ikut marathon di Amerika.

Meskipun karakter host parents saya ibarat dua sisi mata uang, tapi mereka sama-sama punya hobi travelling! Bukan, bukan ke kota-kota besar dan selfie-selfie lucu. Tapi ke tempat non-mainsteam, kota kecil eksotis, dan jauh dari keramaian.

"Dibandingkan Dubai, saya lebih tertarik ke Oman. Dubai is artificial and extravagant, " ungkap host mom saya di pesawat kala itu.

Kegiatan travelling ini pun tetap berlanjut meskipun sudah punya anak dua. Jangan pikir kalau punya anak, semua kegiatan outdoor terpaksa absen dulu. Di Norwegia, anak-anak yang usianya baru 2 tahun sudah punya ski gear sendiri. Mereka sudah dibawa ke gunung dan diajari bagaimana caranya ber-ski. Tak heran mengapa anak-anak usia 6 tahunan sudah pintar berselancar di tebing rendah.

Kalau keluarga Denmarkweekend enaknya di rumah dan santai-santai, keluarga Norwegia justru out of the city dan tinggal sementara waktu di kabin atau summer house. Kalau kalian jalan-jalan ke daerah perumahan di Oslo saat musim panas, dijamin jalanan terlihat sepi. Mengapa, karena hampir setengah penduduk Oslo sedang berlibur ke pesisir pantai atau kabin mereka.

Keluarga saya sekarang juga termasuk orang kaya yang rumahnya dimana-mana. Si host dad, punya winter cabin sendiri di Hemsedal yang terkenal untuk skiing. Host mom saya, diwarisisummer house besar di Tjøme (baca: Syomma). Makanya setiap weekend keluarga saya ini jarang sekali ada di Oslo. Ya sepakat sih, there's nothing to do in Oslo after all.

Sebagai au pair mereka, saya cukup beruntung kecipratan rejeki travelling gratis sekalian business trip menemani keluarga ini. Tapi sejujurnya gaya hidup saya tidak cocok dengan gaya hidup aktif mereka. Bulan lalu, saat kami liburan musim panas di Prancis, saya diajak mengunjungi satu vila besar di atas bukit milik orang tua si host mom. Rumahnya otentik sekali dan sangat French. Kanan kiri hanya hutan, tapi fasilitas di dalamnya sangat lengkap. Mulai dari kolam berenang hingga lapangan tenis.

Tiga hari awal, saya sudah bosan tinggal disana. Tapi keluarga ini terlihat sangat menikmati liburan dan berjemur di tepi kolam berenang setiap hari. Kegiatan pagi diawali dengan mountain biking, jogging, atau yoga. Siangnya, saat matahari di atas kepala, mereka berenang dan berjemur santai sampai 4 jam. Sorenya pun tak kalah seru, main tenis juga!

Saya geleng-geleng kepala dengan kebiasaan sehat tersebut, karena berenang sedikit pun kaki saya sudah kram. Mengikuti mereka yang hobi jalan-jalan dan pindah lokasi ini sempat membuat saya kewalahan. Hari ini baru sampai Oslo dari penerbangan 3 jam, sudah harus packing lagi karena besok pindah ke rumah kedua di Tjøme. Tak pernah ada capeknya mereka!

Tanpa harus mengorbankan hobi, makanya mereka berani membayar mahal jasa au pair dan mengikutsertakan anak-anak yang masih mini-mini dalam penerbangan panjang. Untungnya host mom saya tipe ibu-ibu cekatan yang sabar dan banyak ide. Makanya travelling bersama si mini pun terasa lebih mudah.

Anyway, one thing I like about them, mereka sangat sederhana. Walaupun sadar kaya raya dan rumah besarnya dimana-mana, mereka tidak menjadikan hal tersebut sebagai suatu kebanggaan yang harus dipamerkan ke semua orang. Saat liburan, mereka fokus menikmati masa-masa istirahat dari kantor dan bermain bersama si anak, ketimbang update status di sosial media. Mereka tidak perlu pengakuan dari orang banyak kalau mereka keluarga berada dan sering jalan-jalan.

But as many Norwegians, mereka juga sangat tertutup dan tidak suka kehidupan pribadi dijadikan konsumsi publik. Bahkan bagi tamu saya sekali pun, tidak diizinkan mengakses lantai atas rumah karena dinilai mengganggu privasi. Hmm..

Fakta apa yang paling menarik dari keluarga angkat kalian?

Monday, May 18, 2020

Tips 'May 17th' di Pulau Pribadi |Fashion Style

Bulan Mei adalah Norwegian's month karena setiap tanggal 17, akan ada perayaan terbesar di setiap sudut Norwegia untuk merayakan hari nasional mereka. Setelah penandatanganan konstitusi negara oleh Majelis Eidsvoll pada tahun 1814, secara resmi Norwegia merdeka dan independen dari kekuasaan Swedia selepas Perang Napoleon.

Untuk menghormati semangat patriotik ini, semua orang Norwegia tumpah ruah ke jalanan dan merayakan pesta nasional secara meriah baik berkelompok ataupun personal. Orang-orang biasanya berdandan sangat formal memakai kostum tradisional "Bunad", lalu bersuka cita di jalanan sambil menikmati parade anak-anak, mengibarkan bendera, dan menikmati marching band.

Sudah dua tahun ini saya absen menyaksikan May 17th di Oslo karena harus kerja. Host family saya memang tidak terlalu nyaman dengan keramaian sehingga tiap tahun memutuskan untuk tidak pernah ada di Oslo saat perayaan berlangsung. Alih-alih bersuka cita bersama semua penduduk Oslo, tahun ini saya harus ikut mereka lagi ke pulau pribadi tak jauh dari Bergen.

Mendengar kata-kata 'pulau pribadi' mungkin akan sedikit berlebihan karena kita akan berpikir soal pulau dan mansion mewah yang jauh dari pusat kota. Saya dulu juga berpikir seperti itu. Mungkin karena terlalu sering nonton film Hollywood yang terlalu glamor dan lebay dalam memamerkan harta.

Tapi tidak untuk pulau pribadinya orang Norwegia. Di pulau-pulau kecil biasanya sudah dibangun kabin musim panas atau rumah liburan yang sering diiklankan untuk dijual kembali. Kabin-kabinnya pun sangat khas Norwegia dengan material kayu yang vintage. Uniknya, kebanyakan kabin ini sudah ada sejak abad ke-16.

Bangunan di pulau milik keluarga saya ini sebetulnya sudah dibeli sejak lama oleh keluarga host mom untuk ditempati secara turun-temurun. Bangunannya sangat menarik karena sudah ada sejak abad ke-17. Pulau ini dulunya ditemukan oleh seorang pelayar Belanda yang menjadikan tempat ini terkenal dan dijadikan sentra perdagangan penduduk sekitar. Makanya kata teman saya, interiornya mirip rumah nenek-nenek. Tak usah heran, orang Eropa memang paling bisa menjaga bangunan tua tanpa harus merobohkannya.

Bangunan di pulau ini ada 3, bangunan utama berwarna putih, kamar tamu yang berwarna merah, dan rorbua atau kabin nelayan di depan. Satu lagi kabin kecil untuk mesin kapal dan satu sel mini mirip rumah Hobbit yang dulunya digunakan untuk memasukkan tahanan kriminal sebelum dijebloskan ke penjara di kota. Sounds hystorical, doesn't it?!

Kembali ke acara May 17th keluarga saya, tahun ini lebih sepi dari tahun kemarin karena tamu yang datang hanya 1 keluarga kecil. Tahun lalu lebih ramai karena teman-teman host mom lengkap memakai Bunad, baik yang laki-laki, wanita, dan anak-anak. Meskipun hanya dihadiri 1 keluarga, namun perayaan tetap berjalan seperti biasanya dengan mengadakan parade kereta, bernyanyi bersama, lalu mengibarkan bendera di puncak tertinggi pulau.

Perayaan biasanya diawali dengan minumchampagne di pagi hari, lalu menikmati sajian khas seperti telur dadar dan salmon. Karena kali ini acaranya di pulau sendiri, jadinya suasana memang terasa lebih akrab dan syahdu tanpa huru-hara seperti jalanan ibukota. Semua orang bebas melakukan kegiatan apapun setelahnya, dari berperahu sampai berendam sebentar di laguna kecil di sisi pulau.

Karena May 17th adalah acara penting bagi orang Norwegia, tidak ada salahnya berbusana sedikit konservatif saat perayaan berlangsung. Memang tidak ada aturan resmi kita harus memakai apa. Namun lebih baik menghindari baju-baju mini nan ketat atau jins, karena orang-orang Norwegianya sendiri terlihat sangat rapi.

Tahun ini adalah tahun terakhir saya jadi au pair keluarga ini dan tentu saja kesempatan menikmati tiap sudut pulau tidak akan saya lewatkan. Apalagi foto-foto saya tahun kemarin semuanya hilang.

Sejak jadi au pair keluarga mereka, saya akui bahwa nasib saya lebih beruntung dari orang Norwegianya sendiri. Diajak naik kapal menuju Bergen, dibawa ikut ke pulau pribadi, sampai menginap di bangunan tua yang sudah ada sejak lama. Semuanya tentu saja gratis!

Enak kan jadi au pair kalau kebetulan dapat keluarga yang loyal? I am literally working while travelling!

Selamat tinggal, Pulau Pribadi! Kesempatan merayakan May 17th selama dua tahun ini begitu mengesankan dan betul-betul membawa pengalaman sangat menakjubkan bagi saya.

Selamat ulang tahun, Norwegia! Hiipp, hippp, huurrraahh!