Showing posts with label Tips dari Nin. Show all posts
Showing posts with label Tips dari Nin. Show all posts

Tuesday, July 14, 2020

Tips Tip: Menata Isi Bagasi Ke Luar Negeri|Fashion Style

Entah kenapa suatu kali ingin juga bepergian tanpa membawa tas besar selain tas yang hanya menyangkut di tangan. Saya malas sekali menyortir isi lemari yang harus dibawa ke luar negeri (ataupun luar kota) karena ujung-ujungnya walaupun sudah di-list satu per satu, tetap saja ada yang ketinggalan. But well, it's really true that packing is not for everyone.

Ibu saya sudah menduga kalau koper muatan orang pergi umroh yang sempat saya bawa ke Belgia, tidak akan muat menampung barang-barang yang akan saya bawa ke Denmark. Terlebih lagi beliau sepertinya sudah punya ancang-ancang membelikan saya koper baru yang lebih besar. Benar saja, lima menit sebelum toko ditutup, ibu saya langsung saja menarik salah satu koper, yang memang sudah kami lihat beberapa hari sebelumnya, ke kasir.

Taraaaa.. Akhirnya saya punya koper baru bermuatan 70 liter bermaterial nilon. Saya memang tidak memilih koper bermaterial plastik seperti pilihan orang kebanyakan. Menurut saya, koper bermaterial nilon dengan banyak resleting di luar dan dalamnnya lebih fungsional. Lagipula, koper ini bisa diduduki (baca: dipaksa nutup) kalau memang isinya sudah kepenuhan dan tidak bisa diresleting lagi. ;D

Sewaktu berangkat ke Belgia setahun lalu, saya membayangkan tidak akan membeli banyak barang hingga membawa cukup banyak pakaian ke dalam koper. Nyatanya, banyak juga pakaian yang tidak terpakai dan saya juga harus membuang 60% pakaian saat akan pulang ke Indonesia karena koper tidak muat lagi. Makanya di tahun kedua hijrah ke Eropa kali ini, saya benar-benar sudah menyortir isi lemari yang usable saja. Selain membawa dokumen-dokumen penting, berikut beberapa tip yang semoga bermanfaat saat menata bawaan ke dalam koper.

1. Membawa pakaian yang sering digunakan

Walaupun sudah punya pakaian satu lemari, seorang perempuan biasanya tetap saja merasa tidak punya pakaian. Tapi di antara banyak pakaian itu, pastinya kita punya pakaian andalan yang setiap minggunya selalu dipakai. Nah, bawalah pakaian tersebut dan lupakan membawa pakaian yang di Indonesia saja tidak pernah digunakan.

Agar lebih aman, bawalah pakaian dengan warna dasar seperti hitam, abu-abu, dan putih. Warna-warna pakaian dasar seperti ini selalu cocok di-mix & match dengan warna apapun. Kalau memang kebetulan datang di musim panas, bawa juga beberapa potong pakaian berwarna terang dengan motif seru. Musim semi biasanya identik dengan warna pastel yang lembut, musim gugur lebih sering menggunakan warna earthy seperti cokelat, merah marun, atau krem, sementara musim dingin yang sendu selalu dipenuhi oleh orang yang berpakaian gelap seperti hitam, abu-abu, atau biru tua.

Yakinlah, biasanya kita akan tergoda untuk membeli lagi beberapa pakaian di negara tujuan saat sedang diskon. Membawa pakaian yang sering kita gunakan di Indonesia, setidaknya dapat menghemat isi dompet. Kalaupun memang terpaksa membeli, fokuskan pada pakaian musim dingin yang modelnya lebih classy dan beragam dibandingkan di Indonesia.

Jenis pakaian pun bisa bervariasi dengan memasukkan daftar kaos oblong, tank top, batik atau jenis kain khas Indonesia lainnya, kemeja, blazer, gaun santai, atau rok. Bawa juga beberapa potong kaos kaki, long john (pakaian termal), baju olahraga, stocking hitam, scarf bermotif seru, dan cardigan. Oh ya, bagi yang suka pakai jeans dan kebetulan bertubuh petite khas orang Asia, boleh juga membawa beberapa potong jeans berukuran pas dari lemari. Potongan jeans bule panjang normalnya 29 inchi yang akan membuat ujung jeans menumpuk di mata kaki.

2. Jangan bawa semua sepatu!

Awal-awal kedatangan, saya masih nyaman menggunakan sneakers baseball atau sepatu kanvas yang cocok untuk diajak jalan. Entah kenapa saya merasa banyak sepatu olahraga justru hanya keren dipakai, namun tidak nyaman diajak berjalan jauh. Membawa banyak jenis sepatu pun juga sebenarnya bukannya tidak boleh, tapi sekali lagi, yakinlah kalau kita biasanya juga akan tergoda membeli sepatu lagi sesampainya di negara tujuan.

Namun tidak ada salahnya membawa beberapa jenis sepatu dari Indonesia yang tetap akan terpakai dan membuat kita nyaman berjalan kaki, seperti flat shoes, summer sandals, sneakers baseball, atau sepatu kanvas. Kalau memang ingin tampil kece sesekali, membawa midi heels juga cukup oke untuk jalanan Eropa. Kalaupun tidak sempat membeli boot di Indonesia, tetap bisa membelinya di negara tujuan dengan kisaran harga dan model yang lebih bervariasi.

3. Bawalah makanan atau bumbu-bumbu Indonesia

Makanan Barat kebanyakan hambar atau hanya berasa asin. Membawa sambal sachet bisa membantu menghidupkan rasa saat kita makan di restoran atau kafe. Bawa juga beberapa ruas serai (lemongrass), daun jeruk purut, atau kunyit untuk persiapan masak makanan Indonesia. Atau kalau tidak mau repot, beli saja bahan-bahan tersebut dalam bentuk bubuk. Boleh juga membawa beberapa bungkus mie instan sebagai penghilang rasa kangen di awal-awal. Tapi tidak perlu kebanyakan juga, karena beberapa bahan makanan bisa dengan mudah ditemukan di toko Asia yang ada di negara barat.

4. Gunakan space maker

Space maker sangat berguna untuk menata isi koper kita agar lebih banyak muatan. Belilah space maker dengan ukuran yang bervariasi agar bisa lebih sering digunakan saat bepergian. Gulung dulu pakaian sebelum dimasukan ke dalam space maker, lalu kempiskan dengan bantuan vacuum cleaner agar udara lebih mudah keluar dari kantung.

Tapi jangan salah, walaupun sudah dikempiskan, kita harus cepat menutup isi koper agar space maker tidak kembali mengembung karena kemasukan angin. Baiknya mengempiskan space maker sesaat sebelum kita menutup isi koper agar lebih mudah menata dan menutupnya.

Kebutuhan setiap orang memang tidak sama. Jangan lupa pula masukkan obat-obatan yang biasanya selalu kita gunakan di Indonesia. Seperti saya, yang kalau perut kembung selalu mengoleskan minyak kayu putih, mau tidak mau perlu juga membawa beberapa botol ke Eropa. Yang suka baca buku, tidak perlu juga memenuhi isi koper dengan buku-buku yang cukup memberatkan. E-book yang lebih praktis bisa dengan mudah kita beli dan simpan di ponsel atau laptop. Yang paling penting, perhatikan dulu berapa kilo batas maksimum bagasi maskapai yang akan kita gunakan. Kalau over baggage, siap-siap keluar duit lebih ya. Selamat packing!

Saturday, July 11, 2020

Tips Waktunya Berkencan di Eropa!|Fashion Style

Jadi au pair tidak selalu berurusan dengan kerjaan rumah tangga, anak, atau kursus bahasa. Ada kalanya saya juga butuh teman lawan jenis yang bisa diajak most important ke kaf?, bicara panjang lebar dari A sampe Z, sekalian menghabiskan malam akhir pekan. Berkencan di Eropa dan Indonesia tentunya berbeda. Bukan hanya dari orangnya, tapi juga dengan budaya berkencan yang cukup membuat saya kadang rindu "manisnya" kencan a la Indonesia.

1. It's not easy to meet but find

Tinggalkanlah ekspektasi betapa mudahnya bertemu dengan prince charming di Eropa seperti layaknya novel-novel romantis atau American teenage drama dalam kehidupan nyata. Sebagai seorang au pair yang jaringan pertemanannya terbatas, bertemu dengan para cowok asing yang berkualitas tentunya perlu sedikit usaha. Dari yang usaha sering-sering datang ke bar atau klub malam, ataupun menghabiskan banyak waktu kenalan dengan pria asing via aplikasi kencan seperti POF, Tinder, OK Cupid, Happn, dan sejenisnya.

Tapi berkenalan dengan para bule ini di bar ataupun klub malam pun tidaklah gampang. Di Denmark sendiri, seorang cowok harus benar-benar dalam keadaan mabuk dulu baru bisa mendekati cewek yang ada di bar. Saya pernah mendapat cerita dari seorang teman kencan yang mengatakan kalau kakaknya adalah cowok yang sangat pemalu. Dia tidak akan berani datang ke bar mendekati para wanita tanpa meneguk alkohol yang banyak terlebih dahulu. Saat seseorang dalam keadaan mabuk inilah, biasanya rasa percaya dirinya meningkat sehingga bisa lebih banyak bicara.

Sayangnya, siapa juga yang ingin berkenalan dengan cowok-cowok ganteng saat mereka lagi mabuk? Omongan mereka biasanya semakin aneh dengan muka yang sangat kusut. Sialnya, kalau sudah benar-benar sangat mabuk, keesokan harinya mungkin saja dia bisa lupa sempat berkenalan dengan kita.

Menemukan bule-bule ini sebenarnya tidak terlalu sulit kalau memang mau menghabiskan waktu yang cukup panjang di beberapa aplikasi kencan. Sungguh, mereka benar-benar eksis disini! Dari yang super ganteng, biasa saja, well-educated, hingga well-paid job. Kita juga bisa sedikit picky dengan siapa kita mau berkencan, tanpa harus bertemu dengan si pemabuk dulu. Sayangnya, kadang aplikasi seperti ini buang-buang waktu hingga terkesan sangat superficial alias dangkal. Para cowok ini pun juga biasanya bisa kasar, angkuh, dan sedikit rasis di percakapan online.

Kesempatan lainnya adalah menemukan orang-orang yang "tepat" lewat teman ataupun mendatangi tempat-tempat favorit. Menemukan teman kencan lewat kursus dansa, speed dating yang terorganisir dengan baik, ataupun gathering dengan orang-orang baru yang ada di aplikasi semacam Meetup sebenarnya lebih worth-it dan berwarna. Tapi perlu diperhatikan juga kalau Meetup sebenernya lebih bertujuan untuk bertemu orang baru di banyak event, bukan untuk cari pasangan. But, who knows?

2. Fase pra-kencan

Seorang teman asal Eropa Timur mengatakan kalau budaya kencan di tempat mereka sedikit berbeda dengan budaya di Eropa Barat, Utara, ataupun Selatan. Di Indonesia sendiri, pasangan baru bisa dikatakan berkencan kalau mereka sudah punya hubungan alias ada status. Jadi kalau cuma jalan ke mall berdua atau dinner romantis, kalau statusnya belum jadian, tetap saja diberi label "teman jalan" atau TTM.

Di Indonesia, biasanya cowok akan datang ke rumah menjemput sekalian kenalan dengan ortu. Cara semacam ini juga sebenarnya berlaku untuk beberapa pria yang ada di bagian Eropa manapun, kecuali bagian "kenalan dengan ortu". Tapi karena wanita di Eropa juga lebih mandiri dan penuh antisipasi, biasanya pasangan kencan akan bertemu langsung di satu tempat yang sudah ditentukan. Walaupun kencan pertama kebanyakan dilakukan di tempat umum, tapi banyak juga yang langsung datang ke rumah si wanita ataupun si cowok saat kencan pertama.

Three. Saat ketemu

Pertemuan akan terkesan penuh kejutan kalau pasangan berkenalan lewat aplikasi kencan. Dari yang mulai muka asli jauh berbeda dari foto, tinggi cowok yang di luar dugaan, ataupun gaya pasangan yang ternyata bukan tipe kita.

Saya sendiri sebenarnya banyak menemukan fakta yang juga sedikit berbeda dari yang ada di foto. Dari yang mulai lebih ganteng dari yang ada di foto, hingga berbohong soal tinggi badan yang sepertinya 5 cm kurang dari pengakuan profil. Tapi sekali lagi, jangan pernah berharap terlalu tinggi karena belum tentu mereka menilai kita sesempurna yang ada di foto ataupun texting. Intinya, tetap penuh senyum ramah dan sapa mereka saat bertemu.

Soal budaya sapa-menyapa ini sendiri juga sebenarnya cukup beragam. Di Belgia, biasanya saling sapa dengan cium pipi kanan dan kiri. Memang sedikit aneh dan sungkan di awal, tapi saya akhirnya tetap beradaptasi di negara orang. Di Denmark sendiri, budaya sapa dimulai dengan berpelukan dengan cepat dan tidak terlalu dekap. Berjabatan tangan dinilai terlalu formal dan bisa membuat teman kencan merasa kita terlalu menjaga jarak.

Kencan pertama di tempat umum biasanya dimulai dengan pertemuan di kedai kopi, kafé brunch, taman, bar, ataupun arena permainan. Yang paling umum dilakukan adalah coffee meeting sambil menyesap hangatnya kopi sekalian membahas topik-topik umum seperti sekolah, kegiatan di waktu senggang, hobi, ataupun soal pekerjaan. Banyak juga teman kencan yang biasanya mengajak minum bir atau cocktails di bar sekalian menikmati dentuman musik seru yang tetap cosy.

Kalau pertemuan dilakukan di apartemen pribadi, biasanya si host akan menyiapkan beberapa snack ataupun wine. Walaupun cukup beresiko, tapi banyak juga pasangan kencan yang terlalu malu jika bertemu di tempat umum. Bagi mereka, suasana privat seperti ini justru membuat rasa kepercayaan diri meningkat hingga tidak malu berbicara terbuka dengan teman kencan.

4. Bersikap jujur namun tetapopen minded is a must must must!

Topik kontroversial seperti masalah agama dan politik memang sebaiknya dihindari kalau memang belum kenal orang tersebut dengan baik. Hal semacam ini bisa jadi ajang adu debat menjaga pendapat. Orang Indonesia yang beragama, walaupun tidak pernah menjalankan perintah agamanya sekalipun, akan cukup tersinggung jika mendengar pengakuan sempit para atheis di Eropa.

Penduduk Eropa kebanyakan memang tidak percaya Tuhan dibandingkan penduduk Amerika. Bagi mereka, agama membuat manusia seperti terblok-blok dan terkekang. Walaupun begitu, sebenarnya mereka cukup berpikiran terbuka terhadap orang-orang beragama yang mau menjalankan perintah Tuhan--walaupun bagi mereka sungguh mustahil ada.

Saya sendiri sebenarnya cukup malas kalau sudah bawa-bawa agama, apalagi saat kencan pertama. Saya lebih banyak tutup mulut, bukan karena tidak tahu-menahu, tapi lebih menghindari adu debat. Lucunya, saya pernah berkencan dengan seseorang yang cukup apatis dengan agama apapun, hingga sangat jelas menghina sebuah kepercayaan. Oke, cukup.

So, kalau memang tidak minum alkohol, jujurlah sebelum bertemu. Biasanya ada beberapa pasangan yang mengajak minum-minum lucu di bar saat kencan. Walaupun sedikit aneh minum cokelat panas ataupun soda di bar, tapi setidaknya kita sudah jujur kalau alkohol memang bukan hal yang menjadi gaya hidup di Indonesia. Kalau pasangan memang menghargai hal ini, mereka biasanya akan tetap terbuka dan lebih mengajak kita ngopi cantik saja.

5. This is what we pay for equality in Europe

Persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan adalah hal yang sudah melekat keras sejak lama di Eropa Barat dan Utara. Para wanita tidak dibuat manja oleh kehadiran lelaki untuk sekedar mengangkut barang belanjaan, bekerja terlalu keras hingga larut malam, sampai membayar tagihan kencan!

Di Indonesia ataupun banyak negara di Asia, umumnya si cowok yang akan membayar penuh makanan yang dipesan. Hal ini juga dinilai sebagai lambang maskulinitas pria di Asia yang cukup malu kalau makanan mereka dibayar oleh wanita. Tidak hanya itu, cewek Asia juga dibuat manja dengan dibelikan barang ini-itu kapanpun mereka mau.

Bagi cowok suatu kebanggaan karena bisa memanjakan wanita walaupun mesti absen kongkow dengan teman sebulan. Bagi cewek, suatu hal yang romantis kalau pasangan bersedia melakukan hal tersebut. Mereka merasa tersanjung, dicintai, dan diperhatikan.

Di Eropa, well, siap-siap dengan budaya kencan yang berbeda. Para cowok umumnya bersedia membayar minuman saat kencan pertama, namun tidak untuk makan malam. You pay what you eat. Herannya, mereka juga tidak malu mengatakan ke kasir agar tagihan dibayar terpisah. Tapi tentunya tidak semua cowok Eropa seperti ini. Umumnya, mereka bersedia membayar semua makanan dan minuman hingga tiket konser atau nonton bioskop, saat kencan pertama. Bahkan ada juga yang bersedia membayar dinner romantis saat kencan kedua ataupun ketiga.

Ada cerita, kalau cowok-cowok di Denmark cukup "perhitungan" soal tagihan kencan ini. Mereka biasanya sedikit anti membayar makan malam yang mahal hingga berpikir untuk bayar sendiri-sendiri. Cerita dari teman, seorang temannya pernah ditagih oleh si pria untuk jangan lupa menransfer tagihan makan sejumlah 100 Krona setelah kencan pertama! Lucunya, cowok Denmark cukup direct untuk urusan keuangan. Mereka tidak malu mengakui sedang bokek, ataupun bertanya apakah kita bersedia membayari minuman di bar setelah semua dinner di restoran dia yang membayar.

6. What to be aware?

Berbeda dengan Indonesia yang biasanya kencan dilakukan dengan penuh rasa jaim, gengsi, dan malu, siap-siap dengan kejutan lain saat berkencan dengan pria asing di negara mereka! Para cowok biasanya tidak segan memegang tangan, menyentuh beberapa bagian tubuh, hingga memeluk. Kurang ajar? No! Hal ini sebenarnya merupakan bahasa tubuh yang mengatakan kalau mereka tertarik dengan kita. Kalau kita cukup terbuka dengan sinyal ini, biasanya mereka juga tidak malu untuk memberikan kecupan bahkan di tempat umum sekalipun.

Kalau memang tidak merasa nyaman berdekatan dengan mereka, cukup jaga jarak dan tetap jaga bahan pembicaraan senetral mungkin. Para pria biasanya cukup kuat mendapatkan sinyal "penolakan" tersebut dan sangat menghargai ketidaknyamanan kita dengan sentuhan.

Saat para cowok ini diajak berkencan di tempat pribadi, biasanya proses akan berlanjut ke hal yang lebih serius. Nonton movie, masak, ataupun minum-minum bersama cenderung mengarah ke ciuman yang lebih hangat ataupun hubungan badan. Kalau memang gaya kencan seperti ini jauh dari apa yang kita harapkan, hindari berkencan di tempat pribadi dan selalu waspada dengan tujuan para cowok. Tapi tentu saja isi otak cowok beda-beda. Banyak juga dari mereka yang mengundang datang sekedar untuk cicip masakan atau murni nonton film bersama tanpa ada aktifitas seksual.

Sewaktu di Belgia, karena "memiliki" rumah sendiri, saya pernah mengundang salah seorang cowok asli Belgia, Ken, datang jam 10 malam. Karena kesibukannya yang sangat susah diajak ketemuan di luar, akhirnya spontanitas saja saya mengundangnya ke rumah malam itu. Yang ada, kita hanya duduk di meja makan dan kebanyakan bicara soal pekerjaan Ken sebagai seorang guru musik. Dia juga tidak banyak komplain saat saya hanya bisa menyuguhi air keran. Selepas memainkan piano sambil bernyanyi di lantai atas, akhirnya jam 1 pagi Ken pamit pulang.

7. Enjoy the moment and say bye

Kencan biasanya berakhir dengan cium pipi kanan kiri, dekapan cepat yang lebih hangat, ataupun kecupan singkat di pipi atau bibir sebagai tanda perpisahan. Para cowok yang datang mengendarai mobil, biasanya juga tidak sungkan menawarkan angkutan ke rumah jika si cewek bersedia. Atau jika sama-sama naik transportasi umum, si cowok akan mengantar cewek menuju stasiun ataupun halte bus.

Tidak semua teman kencan seseru di teks ataupun telepon. Kadang topik obrolan menjadi basi dan suasana sangat kaku saat ketemu. Kalau sudah seperti ini, jangan takut untuk mengakhiri pertemuan walaupun baru berlangsung 30 menit.

Intinya, berkencan dengan para bule di Eropa sebenarnya sangat seru. Selain dapat pengetahuan tentang tempat nongkrong dan makan enak, ataupun berita hip di kota mereka, kita juga bisa lebih jujur dan terbuka tentang hal-hal yang tidak disukai.

Tidak perlu sungkan dan jaim saat ditawari makan malam, tapi jangan juga memesan makanan yang terlalu mahal. Sikap sok manis dan pemalu tidaklah salah, tapi para cowok asing ini biasanya lebih menyukai cewek yang independen, aktif, dan memiliki selera humor yang tinggi.

Wednesday, July 8, 2020

Tips KOPENHAGEN: Kota Pecinta Desain dan Rileksnya Nongkrong|Fashion Style

Pertama kali datang ke Kopenhagen , saya sedikit skeptis dengan kota mini ini. Apa yang Kopenhagen miliki selain pelabuhan dengan bangunan warna-warninya? Sempat bertanya dengan cowok lokal di Tinder, saya malah dijawab tegas, "apa yang kamu mau? Banyak bar tuh!" Oke.

Sama seperti ibukota lain di Eropa, Kopenhagen juga memiliki museum dan segala bentuk tempat tamasya lainnya. Saya sebenarnya kurang begitu menyukai museum ataupun bangunan-bangunan kuno semacam kastil ataupun gereja tua. Gaya jalan saya sebenarnya lebih senang mengunjungi tempat-tempat yang banyak orang lokalnya, rileks, dan tidak selalu harus menconteng daftar must visit.

Nyaris setahun tinggal di Denmark dan lebih sering bolak-balik Kopenhagen, saya menyadari kalau Kopenhagen memang cukup membosankan. Apalagi kalau hanya bolak-balik stasiun N?Rreport atau Str?Get menuju Kongens Nytorv lalu berlabuh di Nyhavn, yang selalu ramai oleh turis. Wah, benar dah, bosan!

Kembali ke jawaban si cowok Tinder, sebenarnya Kopenhagen memang cukup menyediakan hiburan yang kita inginkan. Hanya saja, hiburan tersebut kadang tetap saja membosankan kalau dilakukan terus menerus. Ingin belanja, shopping center mereka tersebar dimana-mana. Nonton film box office ataupun indie, banyak bioskop tersebar seantero kota. Tertarik mencoba bar crawl dan craft beer, ya memang tempatnya disini.

Lalu apalagi yang bisa dinikmati di Kopenhagen selain hiburan ala hedonis layaknya manusia kota di atas? Menurut saya, desain dan tempat nongkrongnya! Saya memang pecinta desain dan arsitektur modern, namun tidak terlalu suka membuang uang demi nongkrong berjam-jam agar dianggap gaul. Tapi itu duluuuu.. Dulu, saat saya menganggap nongkrong hanyalah gaya hidup hedonis demi mengisi postingan Facebook dan Instagram. Semenjak disini, nongkrong seperti jadi gaya hidup saya dan teman setiap akhir pekan. Bukan demi memenuhi postingan, tapi hanya ingin menikmati atmosfir akhir pekan di kota yang sebenarnya sangat rileks dan menghibur.

Desain Skandinavia di Denmark

Kopenhagen memang salah satu pusat desain di Skandinavia. Ciri khas desain Denmark yang simpel, elegan, dan berkarakteristik sebenarnya bisa dinikmati di beberapa sudut Kopenhagen. Salah satu tempat terbaik menikmati desain Denmark adalah Design Museum Denmark , sekitar 3 km dari pusat kota. Walaupun museum, namun hasil desain yang dipamerkan jauh dari kata membosankan. Berbagai furnitur khas desain Denmark lebih berwarna-warni serta menyegarkan mata. Seorang teman yang tidak mengerti desain pun, jadi ikut menikmati segala objek yang ada di museum ini.

Tempat lainnya untuk menikmati desain Denmark adalah mengunjungi toko desain yang ada di Kopenhagen. Kalau memang hanya ingin lihat-lihat, saya biasanya datang ke toko perabotan interior khas Denmark seperti Normann Copenhagen , Illums Bolighus , atau lantai 4 Magasin . Salah satu toko perabotan khas Denmark favorit saya adalah Søstrene Grene  yang tokonya menyebar seantero Denmark. Di Kopenhagen sendiri, ada empat toko, salah satunya di kawasan Strøget. Selain murah, barang-barang yang dijual pun memang didesain di Denmark dan sangat berkarakter.

Skip museum kuno

Selain terkenal karena desainnya, Kopenhagen juga memiliki banyak tempat dan bangunan dengan arsitektur yang sangat kreatif. Bagi yang tidak terlalu suka melihat-lihat museum, saya lebih cenderung merekomendasikan The Black Diamond, perpustakaan keren di sisi perairan Kopenhagen. Selain menyimpan banyak buku, The Black Diamond juga memiliki jadwal pameran seni serta kafe santai dengan pemandangan perairan dan Cirkelbroen (jembatan bulat).

Tempat lainnya adalah 8TALLET , sebuah apartemen berarsitektur unik dan modern yang terletak di Ørestad, tak jauh dari bandara Kopenhagen. Karena memang berupa hunian, tempat ini pun memiliki jam-jam tertentu bagi pengunjung yang ingin melihat-lihat ataupun makan di kafenya. Daerah Ørestad sampai Bella Center sendiri merupakan daerah hunian yang memang banyak memiliki bangunan bergaya arsitektur modern, unik, dan berwarna-warni seperti Asrama Tietgen, VM Houses, VM Mountain, ataupun Bella Sky Bar & Restaurant yang lebih hip dan mewah.

Kembali lebih dekat ke pusat kota, Superkilen Parkdi daerah Nørrebroadalah salah satu tempat wajib kunjung di Kopenhagen.Berbeda dengan taman lain yang lebih teduh dan hijau, Superkilen menyajikan tempat publik yang super seru dan berwarna. Dari lantai bergelombang hitam putih, hingga lantai kotak merah merona di bagian yang lebih dekat dengan jalan rayanya. Trust me, your Instagram photos will far from mainstream museum!

Jauhi tempat nongkrong yang sangat turistik

Bicara soal nongkrong dan menghabiskan waktu bersama, orang Denmark memang sangat menyukai konsep hyggelig, yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris secara langsung. Namun hygge bisa dikaitkan dengan membawa perasaan bahagia, nyaman, serta intim bersama kerabat dan keluarga, biasanya saat cuaca dingin dan buruk.

Di Kopenhagen, tempat-tempat nongkrong yang super hyggelig juga tersebar dimana-mana. Dari yang hip bagi para orang lokal, hingga terkenal juga bagi pelancong. Saya pribadi lebih menyukai tempat nongkrong yang lebih banyak orang lokalnya ketimbang sangat turistik. Walaupun masih di pusat kota, ada beberapa tempat tertentu yang jauh dari jangkauan turis. Kebanyakan pengunjung lebih sering bicara bahasa Denmark, meskipun para pelayan dan kasirnya sangat fasih berbahasa Inggris.

Daripada menyusuri daerah pejalan kaki yang lurus di Strøget, banyak juga kafe-kafe tersembunyi di lorong-lorong sekitar daerah penuh turis ini. Daerah lainnya yang banyak tempat makan dan terkenal sebagai tempat nongkrong adalah distrik Vesterbro, tak jauh dari stasiun utama Kopenhagen. Sebuah area hipster bernama Kødbyen atau Meatpacking district juga terkenal bagi para lokal menikmati makanan simpel khas Denmark ataupun minum-minum bersama teman di akhir pekan.

Distrik terkenal lainnya adalah Nørrebro, Østerbro, dan Frederiksberg. Saya pribadi lebih mengenal daerah Vesterbro, Nørrebro, dan beberapa bagian di sekitar stasiun Nørreport. Tempat makan dan nongkrong yang banyak anak mudanya memang lebih banyak ditemui di distrik tersebut. Sementara Frederiksberg sendiri, merupakan daerah upper class dengan pilihan tempat makan yang lebih elegan dan berkelas.

Salah satu tempat makan lain yang terkenal bagi orang lokal dan turis adalah Papirøen atau Pulau Kertas di daerah pelabuhan Kopenhagen. Pulau ini sendiri sebenarnya lebih dikenal karena tempat jajan street food-nya yang sangat ramai saat musim panas. Bahkan di musim dingin pun, banyak orang yang harus antri menunggu bangku kosong di dalam ruangan. Bila bingung memilih tempat makan di seputar Kopenhagen, datang ke tempat ini, lalu berkelilinglah melihat para stan yang menjual banyak pilihan makanan, dari vegan hingga dessert khas Italia. Tapi kadang, saya sama bingungnya harus makan apa kalau sudah banyak pilihan begitu.

Selain tempat makan, banyak juga para Copenhageners yang piknik di taman, sisi pelabuhan, atau pantai saat matahari sedang terik-teriknya. Beberapa tempat yang biasanya ramai didatangi lokal adalah Amager Strandpark, Ofelia Plads, Operaen, Arsenaløen, atauIslands Brygge. Kebanyakan dari mereka biasanya hanya berjemur diri di bawah terik matahari, atau sekalian minum bir yang dibeli dari supermarket terdekat.

Tips 9 Alasan Positif Mengapa Harus Ikut Kegiatan Sukarelawan|Fashion Style

Baru-baru ini, akhir pekan saya harus tergadaikan karena diisi dengan acara ataupun competition yang ada di Kopenhagen dan place sekitarnya. Bukan dengan sengaja datang sebagai peserta atau penonton, tapi bekerja sebagai sukarelawan di acara tersebut. Iya, bahkan akhir pekan pun saya memutuskan untuk tetap bekerja.

Saya memang sudah tahu kegiatan sukarelawan sejak dulu. Tapi jujur saja, baru sekarang bisa benar-benar mengikuti dan terlibat langsung di dalamnya. Saya ingat betul, saat mendaftar ke salah satu program beasiswa pemuda ke Jerman, mereka sempat menanyakan tentang kegiatan sukarelawan yang pernah diikuti saat pengisian formulir. Saya bingung, tidak ada kegiatan sukarelawan yang pernah saya ikuti selama ini. Malu, merasa ada kesempatan yang hilang, hingga minder bercampur menjadi satu. Padahal, pengalaman mengikuti kegiatan sukarelawan adalah salah satu poin penting yang akan dinilai oleh juri.

Di kota kelahiran saya, Palembang, kegiatan sukarelawan memang nihil. Ada, sukarelawan saat demo, yang dibayar hanya dengan nasi bungkus dan sama sekali memalukan dicantumkan di dalam CV. Di beberapa kota besar di Indonesia sebenarnya kegiatan sukarelawan ini sudah cukup terjamah. Niat sudah ada, tapi cukup memberatkan bagi saya harus pulang pergi naik pesawat bekerja sebagai sukarelawan kala itu.

Bermula dari salah satu topik di buku bahasa Denmark tentang sukarelawan, akhirnya saya penasaran lalu menelusuri tentang kegiatan tersebut di Denmark. Semakin ditelusuri, semakin membuka pikiran saya tentang kegiatan ini. Dulunya, saya sempat minder karena tidak memiliki skill sama sekali di banyak bidang sosial. Yang saya tahu, kegiatan sukarelawan lebih banyak dan terbatas membantu orang-orang soal masalah kesehatan, edukasi, hingga perang. Ternyata, kegiatan sosial maknanya lebih luas dan siapapun bisa membantu di banyak bidang.

Beberapa manfaat positif pun bisa didapatkan melalui kegiatan ini. Walaupun saya baru mendapatkan kesempatan menjadi sukarelawan saat tinggal di Denmark, tapi kegiatan semacam ini memang harus dicoba oleh anak muda dimana pun berada, setidaknya sekali seumur hidup. Mengapa?

1. Mencoba melirik hal baru yang tidak ditemui setiap hari

Walaupun Kopenhagen memang tempatnya anak nongkrong, tapi kalau setiap akhir pekan harus dipenuhi dengan jadwal hedonisasi, saya juga bosan. Selain itu, hidup juga makin konsumtif dan terlalu datar. Mengisi sesuatu yang baru, dapat menciptakan variasi dan warna di akhir pekan agar tidak selalu melirik tempat belanja, tv, ataupun cuma stuck di layar ponsel mengintipi timeline. Sesungguhnya kehidupan yang baik itu tidak hanya seimbang, namun juga bervariasi.

2. Belajar hal lain yang bukan bidangnya

Selain berkesempatan menemukan variasi di masa muda, kegiatan sukarelawan juga membuat kita belajar banyak hal. Seperti yang saya jelaskan di atas, dulu saya sempat berpikir kalau kegiatan ini hanya terbatas di hal-hal tertentu saja. Ternyata, kegiatan sosial dalam membantu seseorang maknanya lebih luas.

Tidak harus menjadi sukarelawan di bidang yang kita tekuni ataupun sukai. Contohnya mencoba bekerja di teater atau museum, walaupun tidak mengerti sama sekali, membuat kita menemukan dunia lain yang jauh dari kapasitas selama ini.

Banyak acara dan competition musik, olahraga, seni, ataupun kafe non-profit yang juga membutuhkan bantuan sukarelawan. Walaupun ada beberapa pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus, namun banyak sekali bidang yang nyatanya tidak membutuhkan keahlian apapun. Yang terpenting, bawalah semangat positif, pikiran terbuka, serta keinginan yang kuat untuk membantu proyek yang akan diikuti.

Three. Berlatih bahasa asing langsung tanpa papan tulis

Menjadi sukarelawan tentunya juga akan sangat menguntungkan bagi orang-orang yang sedang tinggal di luar negeri. Bertemu langsung dengan orang lokal, memaksakan lidah untuk bicara bahasa mereka. Walaupun belum sempurna, namun setidaknya sudah berusaha mencoba melatih kuping dan telinga agar lebih terbiasa.

Kesempatan seperti ini tentunya tidak bisa saya dapatkan jika hanya nongkrong di kafe atau belajar di kelas. Meskipun banyak juga kegiatan yang tidak mengharuskan sukarelawan bisa bahasa lokal, namun meminimalisir bahasa Inggris tentu tidak ada salahnya juga.

Four. Belajar bersosialisasi

Tinggal di negara asing memang sangat tidak menyenangkan bagi banyak orang. Terutama bagi para pelajar, au pair, pekerja, ataupun istri yang ikut suaminya tinggal di luar negeri. Rasa kesepian dan kesendirian yang sering menyerang, biasanya menimbulkan rasa ingin menutup diri dari lingkungan luar, hingga hanya ingin menemukan teman yang satu bangsa satu bahasa saja.

Mengikuti kegiatan sukarelawan di negara asing adalah salah satu cara melawan rasa kesepian dan nyaman yang selama ini ditakuti. Tidak hanya di luar negeri, banyak juga yang tinggal di Indonesia, masih kurang mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan sosial. Bergaul bersama orang-orang dengan banyak perbedaan; bahasa, umur, agama, suku bangsa, dan latar belakang sosial, membuat kita lebih kaya pengalaman. Menutup diri dan hanya mengikuti perasaan nyaman, sama sekali tidak membuat berkembang.

Five. Lebih percaya diri

Bekerja bersama tim yang sama sekali belum dikenal sebelumnya, tentunya juga bisa meningkatkan rasa kepercayaan diri. Kita yang tadinya pemalu, biasanya akan dipaksa untuk membuka mulut dan lebih cepat beradaptasi. Perasaan yang tadinya minder, akan terenyahkan ketika sadar bahwa teman satu tim pun ternyata menjadi sukarelawan untuk mendapatkan manfaat positif serupa. Mereka yang memiliki usia dan latar belakang berbeda, tidak lantas menjadi senior atau sok tahu. Intinya, kita dan mereka sama-sama ingin membantu menyukseskan satu misi sekalian menciptakannetworking yang lebih luas.

6. Mengenal lebih dekat lingkungan sekitar

Aktif di kegiatan sosial tentu saja menjadikan seseorang lebih peka dengan lingkungan sekitar. Tidak hanya meningkatkan rasa kepedulian, tapi juga sadar bahwa ada banyak hal yang menarik dan patut dijadikan perhatian di sekitar kehidupan kita.

Saya yang tadinya tidak pernah ke satu daerah di Kopenhagen, akhirnya datang ke tempat tersebut karena jadi sukarelawan. Sangat menarik, karena sebenarnya daerah yang saya datangi memang lepas dari jamahan dan sangat lokal. Selain tempat-tempat baru, rasa empati pun biasanya akan muncul menyadari bahwa ternyata banyak orang yang memang jauh dari hidup nyaman dan perhatian. That's why we're here for caring.

7. Pengalaman yang tak ternilai

Mengajar anak-anak di pedalaman Kalimantan, ikut membantu korban bencana alam, masuk keluar gratis di festival keren, ataupun ikut terlibat mengkampanyekan pelarangan perburuan hiu, merupakan banyak pengalaman seru yang akan tersimpan secara memorable. Dari banyaknya pengalaman ini, tentunya akan mengubah cara pandang kita untuk berpikiran lebih positif, membuka cakrawala tentang banyak pengetahuan, hingga meningkatkan semangat juang yang tinggi.

Eight. Mempercantik Curriculum Vitae

Banyak para pencari kerja yang sudah nyaman dengan gelar wisuda, pengalaman kerja, ataupun kemampuan akademis yang dimiliki. Hanya beberapa orang dari mereka yang menyisipkan pengalaman di kegiatan sosial, seperti menjadi sukarelawan. Padahal, banyak perusahaan yang tidak hanya mencari karyawan berdasarkan apa yang ada di deskripsi pekerjaan. Namun juga mereka mencari orang-orang dengan kemampuan kepimpinan yang baik, memiliki perasaan empati, serta mampu bekerja di dalam tim. Tidak hanya dengan aktif berorganisasi di kampus, kita juga bisa memperolehnya dengan menjadi sukarelawan.

Selain mencari kerja, pengalaman sebagai sukarelawan pun sangat berharga di mata para pemberi beasiswa. Orang-orang yang pernah menjadi sukarelawan diyakini memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, berorganisasi, dan jiwa kepimpinan yang baik. Percayalah, menjadi sukarelawan akan membawa manfaat yang sangat positif bagi karir di masa mendatang.

9. Bersenang-senang

Bekerja tidak hanya soal uang ataupun jabatan. Bersenang-senang pun tidak hanya sekedar membuang uang di kafe ataupun bioskop. Membantu orang di kegiatan sosial merupakan salah satu bentuk kebahagiaan yang bisa dirasakan. Bertemu teman baru, mendapatkan pengalaman seru, terlibat dalam kesuksesan acara, ataupun membantu banyak orang untuk menjadi lebih bahagia, tentunya salah bentuk kesenangan batin lainnya. Satu hal lagi, dengan jadi sukarelawan di banyak event, kita bisa keluar masuk ke acara gratis! Having fun to the fullest yooo!

Di Denmark sendiri, beberapa acara dan festival biasanya menyiapkan pesta setelah semua acara selesai. Tidak jarang, mereka mengundang para sukarelawan untuk bergabung menikmati musik, minuman, dan makanan yang lebih wah ketimbang sandwich isi tuna. So, bersenang-senang tidak hanya di diskotek dan menghamburkan uang kan? Bukankah hidup yang baik itu adalah hidup yang banyak memberi arti?

Monday, July 6, 2020

Tips Guide Untuk Para Calon Au Pair|Fashion Style

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih!

Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini .

Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai.

Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasaran para calon au pair Indonesia. I hope it could help you more!

1. Kak, saya sangat tertarik jadi au pair tapi bahasa Inggris saya pas-pasan. Apakah masih bisa?

Au pair berbeda dengan program pertukaran budaya dari penyelenggara kursus bahasa Inggris di Indonesia. Meskipun kebanyakan negara di Eropa tidak mengharuskan calon au pair memenuhi syarat IELTS/TOEFL, tapi kemampuan bahasa Inggris sangat wajib dikuasai oleh calon au pair.

Tenang saja, kamu tidak harus mendapatkan nilai IELTS 7.0 dulu untuk harus bisa jadi au pair. Tapi setidaknya kuasailah bahasa Inggris aktif. Artinya, mampu berbicara dengan baik saat mengutarakan pendapat.

Kesulitan berkomunikasi karena bahasa Inggris level rendah, membuat kita juga harus ekstra keras mengerti maksudnya keluarga asuh. Banyak juga au pair yang mengalami masalah komunikasi dengan keluarga asuh karena bahasa Inggris mereka masih terbata-bata. Anyway, you need to socialize though. Bahasa apalagi yang mesti kamu gunakan kalau bukan bahasa Inggris (dan bahasa setempat)?

2. Dimana mencari keluarga asuh? Apakah ada situs terpercaya?

Mencari keluarga asuh biasanya dimulai dengan membuat profil di beberapa situs pencarian au pair. Website yang direkomendasikan:

1. Au Pair World

Website yang paling banyak direkomendasikan karena memuat banyak profil keluarga asuh dari hampir semua negara di dunia. Silakan buat profil dan pasang foto semenarik mungkin, gratis!

2. Great Au Pair

Selain pencarian au pair, situs ini juga memuat banyak profil keluarga asuh yang memerlukan au pair hingga pekerja paruh waktu.

3. Au Pair Support Belgium

Sejenis agensi au pair dari Belgia yang membantu keluarga asuh mencari au pair dari beberapa negara seleksi. Agensi ini juga yang saya pakai saat menjadi au pair di Belgia dulu. Prosesnya tanpa ribet dan gratis.

4. Energy Au Pair

Kalau memang tertarik menjadi au pair di Denmark dan Norwegia, cobalah mendaftar disini. Tapi hati-hati, karena banyaknya saingan dari Filipina, biasanya sulit juga menemukan keluarga asuh yang cocok. Profil kita kadang tenggelam oleh kandidat dari negara sepupu.

5. Scandinavian Au Pair

Meskipun labelnya Skandinavia, tapi sebenarnya mereka lebih banyak memuat profil keluarga asuh dari Swedia. You want to try?

6. Smiling Face

Agensi berbayar yang biasanya banyak dipakai oleh calon au pair Thailand dan Indonesia untuk mencari keluarga di Belanda.

7. AuPair.com

Situs pencarian au pair berikut juga bisa kamu coba kalau memang situs di atas kurang menarik. Asiknya, AuPair.com juga memberikan sertifikat setelah masa au pair berlangsung, lho!

8. Au Pair Belgium

Solusi untuk kamu yang tertarik ke Belgia dan bisa submit aplikasi dengan mudah via situs mereka. Just give it a try!

9. Double Dutch

Meskipun judulnya versi Belanda, tapi agensi ini menawarkan booklet dan pencarian keluarga ke banyak tempat. Kalau kamu tertarik ke Belgia, Belanda, Islandia, atau Prancis, sila daftar ke situs mereka. Gratis!

10. Aufini

Situs pencarian keluarga angkat berbayar jika kamu ingin menikmati semua feature-nya. Kebanyakan keluarga di Belanda atau Denmark menggunakan situs ini untuk mencari calon au pair.

11. Grup Facebook Au Pair

Beberapa au pair ada yang berhasil menemukan keluarga asuh dari postingan di grup Facebook. Keluarga ini biasanya mencari langsung kandidat via akun Facebook mereka. Tidak jarang, banyak juga au pair yang bersedia mencarikan pengganti mereka sebelum masa kontrak berakhir lewat grup au pair.

3. Sebaiknya pakai agen atau tidak ya?

Tergantung. Kalau kamu dan keluarga asuh ketemu di salah satu website non-agen, urusan kelengkapan dokumen harus diurus sendiri. Biasanya dari pihak keluarga asuh harus menanyakan urusan dokumen ke balai kota dan bagian imigrasi di negara mereka. Komunikasi pun harus lebih jelas karena tidak ada pihak ketiga yang menangani.

Kalau kamu dan keluarga asuh bertemu lewat website agensi pencarian au pair, keluarga asuh harus membayar jasa agen untuk mengurus kelengkapan dokumen. Karena ada pihak ketiga, urusan dokumen biasanya lebih mudah dan ada pihak ketiga yang menengahi bila terjadi masalah.

Meskipun keluarga asuh sudah membayar jasa agen, namun tidak semua agensi memihak ke keluarga asuh kok. Banyak juga agensi yang bersikap netral, terbuka, dan sigap menangani masalah yang menimpa au pair.

Pakai atau tidak pakai agen, urusan kelengkapan dokumen di Indonesia dan mengurus visa, masih kita juga yang turun tangan. Keluarga asuh yang mau membayar agensi biasanya hanya tidak mau direpotkan oleh banyaknya dokumen yang harus disiapkan. Baca postingan saya tentang plus minus pakai agen kalau masih bingung juga!

4. Saya sudah membuat profil dan bicara dengan banyak keluarga asuh. Tapi mengapa selalu ditolak?

Namanya juga cari kerja, pasti selain skill, juga mengandalkan peruntungan dong? Sama halnya mencari keluarga asuh. Tidak semua calon au pair yang pernah jadi au pair sebelumnya, lebih mudah mendapat keluarga. Bahkan ada juga calon au pair yang belum pernah sama sekali ke luar negeri, gampang saja dapat keluarga asuh.

Intinya, tetap sabar dan usaha. Saya sendiri harus menunggu selama 5 bulan sebelum berangkat ke Belgia. Saat jadi au pair di tahun kedua pun, harus ditolak 7 kali dulu oleh beberapa keluarga asuh, sebelum akhirnya telentang cantik di kasur keluarga Denmark ini.

Cobalah beberapa situs pencarian au pair daripada stuck hanya di satu situs. Tetap kerjakan kesibukan lain di luar masa menunggu keluarga asuh. Yang mencari au pair banyak, tapi yang ingin jadi au pair lebih banyak lagi. Tetap semangat!

5. Negara mana saja yang direkomendasikan untuk pemegang paspor Indonesia?

Oke, angan-angan ke luar negeri dengan cara menjadi au pair sudah ada di ubun-ubun, profil juga sudah dibuat, langkah selanjutnya adalah memilih negara. Karena kebingungan dan terlaluexcited, nyaris semua negara dipilih. Eiits, tunggu dulu!

Tidak semua negara memperbolehkan pemegang paspor Indonesia menjadi au pair. Ada juga negara-negara dengan regulasi tertentu yang mengharuskan calon au pair menguasai bahasa lokal hingga membatasi umur.

Di postingan sebelumnya, saya sudah merekomendasikan daftar negara yang memungkinkan serta plus minusnya bagi para calon au pair Indonesia. Kali ini, saya coba mengurutkan negara-negara dengan membandingkan proses visa, uang saku, hingga atmosfir yang cukup menjanjikan bagi au pair. You still have a choice! (*Diperbarui April 2019*)

1. Austria

Mengurus visa: Mudah

Level bahasa: Bahasa Jerman level A1.

Uang saku: €446.81

Jam kerja: Maksimum 18 jam per minggu.

Jatah libur: Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 30 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung setengah-setengah.

Tiket pesawat: Normalnya, dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 28 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Cukup banyak

2. Belgia

Mengurus visa: Ribet. Mesti legalisasi kesana kemari. Proses menunggu visa hanya 2 hari kerja.

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: €450

Jam kerja: Maksimum 20 jam per minggu.

Jatah libur: Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu dan full weekend per bulan. Au pair mendapat libur berbayar 14 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Normalnya, dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 25 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Cukup banyak

3. Belanda

Mengurus visa: Sedikit ribet. Wajib pakai bantuan agensi dan legalisasi kesana kemari.

Level bahasa: Tidak diperlukan

Uang saku: €300 - €340

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu atau tidak lebih dari 8 jam per hari.

Jatah libur: Tidak lebih dari 5 hari kerja atau mendapatkanfull weekend setiap minggu. Au pair mendapat libur berbayar 14 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Biasanya keluarga asuh bersedia membayari tiket pesawat penuh.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Banyak

4. Denmark dan Norwegia

Mengurus visa: Mudah. Proses menunggu 3-4 bulan.

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: Selalu naik per tahun, tapi mesti membayar pajak. Tahun 2019, uang saku di Denmark sebelum pajak 4350 DKK, sementara di Norwegia 5900 NOK (Tiap satu/dua tahun sekali, uang saku di dua negara ini selalu naik)

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Au pair yang bekerja 5 hari per minggu mendapat jatah libur 25 hari, sementara bagi yang bekerja 6 hari per minggu mendapat jatah libur 30 hari per tahun. It's fully paid!

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh

Tiket pesawat: Ditanggung penuh keluarga asuh, kecuali Norwegia yang biasanya hanya setengah-setengah.

Batasan umur: 29 tahun

Masa tinggal: Maksimum 24 bulan.

Lowongan: Mulai sedikit dikarenakan banyak keluarga yang hanya ingin merekrut au pair yang sudah tinggal di Eropa

5. Prancis

Mengurus visa: Cukup mudah.

Level bahasa: Minimal level A1/A2

Uang saku: €270 - €321 (biasanya ada keluarga asuh yang bersedia membayar €400/bulan)

Jam kerja: Maksimum 25 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Diberikan 12 bulan, tapi bisa diperpanjang sampai maksimal 24 bulan.

Lowongan: Lumayan banyak

6. Jerman

Mengurus visa: Cukup mudah.

Level bahasa: Bahasa Jerman level A1.

Uang saku: €260 - €300

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 26 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Banyak

7. Australia

Mengurus visa: Karena visa yang digunakan Working Holiday Visa, syarat yang harus dipenuhi pun banyak i.e. deposito tabungan di rekening 5000 AUD atau minimum semester 5 di bangku kuliah.

Level bahasa: Bahasa Inggris umum, minimum IELTS 4.5

Uang saku: 200-250 AUD selama 30 jam per minggu.

Jam kerja: Maksimum 40 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri jika ingin mengambil kelas Bahasa Inggris.

Tiket pesawat: Ditanggung penuh sendiri, kecuali keluarga asuh bersedia membayari tiket pulang.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Banyak

8. Luksemburg

Mengurus visa: Dokumennya mudah, tapi mesti menunggu maksimum 3 bulan

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: €409

Jam kerja: 25 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Normalnya au pair mendapatkan libur satu hari dan tiga kalioff di sore hari dalam satu minggu. Au pair mendapat libur berbayar 2 hari per bulan.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Normalnya, dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Sangat rendah

9. Swedia

Mengurus visa: Mudah namun masa tunggu visa 3-7 bulan.

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: 3500 SEK (sebelum pajak)

Jam kerja: Maksimum 25 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan dengan keluarga. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung balai kota.

Tiket pesawat: Normalnya bayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan. Calon au pair yang pernah menjadi au pair di negara lain akan sedikit riskan, karena kemungkinan visa-nyagrantedsemakin kecil.

Lowongan: Tidak terlalu banyak dan harus bersaing dengan kandidat Filipina.

10. Finlandia

Mengurus visa: Cukup mudah tapi waktu tunggu hingga 4 bulan

Level bahasa: Tidak diperlukan, namun mesti menunjukkan ketertarikan dengan budaya/bahasa mereka.

Uang saku: Minimum €280 (sebelum pajak)

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan. Finlandia menolak calon au pair yang pernah menjadi au pair di negara lain sebelumnya.

Lowongan: Sangat rendah

11. Islandia

Mengurus visa: Mudah

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: 10.000 ISK per minggu

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Au pair mendapat libur minimum 2 hari per minggu dan libur berbayar 14  hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 25 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan

Lowongan: Sangat rendah

6. Saya mendapat banyak respon positif dari keluarga di United Kingdom, Amerika, Kanada, atau Selandia Baru. Tapi sayangnya pemegang paspor Indonesia tidak bisa jadi au pair di negara tersebut, benarkah?

Iya, benar. Sebaiknya kamu pendam saja keinginan menuju negara-negara tersebut karena pemegang paspor Indonesia memang tidak bisa menjadi au pair kesana.

Saya sempat mendengar ada au pair Indonesia yang pernah ke Amerika. Tapi tahun lalu, sepertinya kesempatan calon au pair Indonesia kesana sangat kecil. Untuk mendapatkan visa J-1, calon au pair dan keluarga asuh harus menunjuk satu agensi yang akan mengurus kelengkapan dokumen. Sayangnya, banyak agensi Amerika ini tidak memasukkan Indonesia ke dalam daftar negara seleksi mereka.

Tertarik jadi au pair ke Amerika? Baca serba-serbinya di postingan saya yang ini !

Ingin juga ke Italia, Spanyol, atau Irlandia, ada kesempatannya kok! Cek postingan saya disini!

7. Saya sudah bertemu keluarga asuh yang sepertinya cocok. Hal apa saja yang harus ditanyakan?

Banyak!

Selain menanyakan tentang jadwal kerja, tugas, dan uang saku, jangan takut juga menanyakan banyak hal untuk mendapatkan kejelasan. Jangan sampai nantinya kita merasa dibohongi gara-gara segan menanyakan hal yang dianggap tidak penting, tapi sebenarnya salah kita dari awal.

Tidak perlu takut dan segan soal pertanyaan yang menyangkut uang ataupun hari libur. Kalau perlu, semua pertanyaan dan jawaban dikopi lagi dalam satu kertas sebagai "bukti" kalau nantinya ada miskomunikasi dengan keluarga asuh. Contoh pertanyaan lainnya:

Bagaimana masalah tiket pesawat, apakah kalian bersedia membayar penuh ataukah setengah-setengah?

Yang saya tahu, au pair di negara X mendapat jatah libur X hari per tahun (kalau perlu cantumkan juga website sumber), apakah kalian setuju dengan hal ini?

Di tempat kalian tinggal, berapa lama menuju stasiun atau halte terdekat? (Pertanyaan ini sangat penting karena sebagai calon au pair, kita harus tahu dimana kita tinggal . Apakah calon au pair akan merasa nyaman jika harus tinggal di pedesaan, pinggir kota, atau pusat kota?)

Apakah kalian juga membayari tiket transportasi per bulan? (Jika salah satu tugas au pair adalah antar-jemput anak menggunakan transportasi umum, biasanya keluarga asuh tidak keberatan membayari tiket bulanan. Tanyakanlah jika keluarga asuh belum membicarakan hal ini.)

Apakah kalian punya jam malam?

Adakah kemungkinan saya boleh membawa teman ke rumah dan menginap?

Apakah au pair juga libur saat Public Holiday di negara X?

Saat liburan keluarga, apakah au pair harus ikut serta? Jika ya, adakah kemungkinan au pair mendapatkan uang tambahan untuk mengurus anak?

Saya seorang umat beragama, ada masalah kah jika saya beribadah pada waktu tertentu?

Saya seorang muslim, apakah ada masalah jika saya tidak makan babi di rumah?

Apakah saya boleh meminta kontak au pair sebelumnya untuk mengobrol dan tahu lebih lanjut soal keluarga kalian?

8. Saya memiliki tekad untuk lanjut sekolah lagi selepas masa au pair. Apakah memungkinkan?

Yup!

Untuk lanjut kuliah di Eropa, biasanya kamu bisa mencari beasiswa, sponsor, ataupun dengan biaya sendiri. Banyak juga au pair yang "merayu" keluarga asuh mereka untuk dijadikan sponsor sebagai syarat administrasi kuliah.

9. Negara mana saja yang direkomendasikan untuk melanjutkan kuliah setelah jadi au pair?

Yang paling populer adalah Jerman dan Belgia. Biaya kuliah di kedua negara ini bisa sangat murah bahkan nyaris gratis kalau kita mengambil kelas bahasa lokal.  Banyak juga eks au pair yang lanjut kuliah kesini lewat bantuan sponsor dan biaya pribadi. Coba saja cari sponsor yang bersedia "menjaminkan" buku tabungannya sebagai syarat administrasi mendaftar kuliah.

Salah satu syarat administrasi kuliah di Eropa adalah mampu menyiapkan deposito kuliah sejumlah 8000€ per tahun. Uang ini tidak harus ada di rekening kita asalkan ada jaminan dari pihak sponsor; bisa keluarga asuh, keluarga kandung, ataupun perusahaan tempat kita bekerja.

Negara lainnya adalah Prancis dan Austria. Hampir sama dengan kedua negara di atas, Prancis dan Austria juga menyediakan kampus dengan biaya rendah jika kita mengambil kelas bahasa Prancis dan Jerman. Untuk masuk ke kelas bahasa lokal ini pun, level bahasa yang dibutuhkan berbeda dengan level kelas bahasa umum yang biasa au pair datangi. You need to pass the (higher) language test.

Kalau malas mengambil kelas bahasa lokal (yang murah), coba juga cek kelas berbahasa Inggris. Selain lulus syarat IELTS/TOEFL, biaya kuliah untuk kelas bahasa Inggris biasanya juga lebih mahal.

Tertarik kuliah di Eropa Utara gratis? Ayo ke Norwegia! Sampai sekarang, Norwegia masih membebaskan uang kuliah bagi mahasiswa lokal dan internasional di kelas bahasa lokal maupun bahasa Inggris. Syarat administrasi bagi mahasiswa internasional pun hampir sama dengan seperti kampus lainnya di Eropa; bukti kemampuan finansial sejumlah 103,950NOK atau 12000€ dan sertifikat kemampuan berbahasa Inggris.

Memang tidak semua kampus dan jurusan kuliah di Norwegia gratis. Beberapa jurusan kuliah, seperti kedokteran, memerlukan biaya kuliah tambahan. Mahasiswa pun biasanya harus membayar biaya administrasi kuliah sejumlah 600-800NOK per semester.

10. Adakah kesempatan mendapatkan pekerjaan setelah jadi au pair?

Tergantung. Ya dan tidak.

Pekerjaan apa dulu yang kalian cari? Tukang bersih-bersih, jurnalis, perawat, karyawan, atau apa? Jenis pekerjaan berketerampilan tinggi tentunya tidak mudah dicari. Mencari pekerjaan secara mandiri di negara orang lebih sulit ketimbang mencari di Indonesia.

Meskipun kita memiliki keterampilan yang dicari perusahaan, tapi kita juga harus bersaing dengan orang lokal dan orang asing lainnya. Menguasai bahasa lokal pun belum cukup menjamin eks au pair mendapatkan pekerjaan.

Saya sendiri belum pernah mendengar ada au pair yang langsung bekerja setelah masa kontraknya selesai. Kalau yang lanjut kuliah dan bekerja paruh waktu sih banyak.

Tapi bukan tidak mungkin lho, ya. Kalau si au pair memiliki networking yang luas dan berketerampilan, siapa tahu saja memang mendarat menjadi karyawan selepas masa kontrak berakhir.

Asalkan ada perusahaan yang mau menjamin, kita bisa mencari tempat tinggal dengan cepat, biasanya pihak balai kota akan menyetujui perpanjangan residence permit. But anyway, it's a long and hard thought.

OKAY! So, that's a wrap! Kalau calon au pair dan pembaca blog saya masih ada yang belum jelas, silakan tinggalkan komen di bawah ataupun bisa kirim surel kesini ya. Semoga membantu!

More tips:

Guide Au Pair: Mulai dari Mana?

Sunday, July 5, 2020

Tips Best Cute Coffee Shops in Copenhagen|Fashion Style

Danes are heavy alcohol drinkers at night, but slowly coffee sipper during the day. They know how to make quality time with friends, families, the loved ones, or even dates, just by a cup of coffee. Not only with companies, I've spotted some loners also enjoy their hygge-time with Macs or books in the middle of cafés.

To be honest, I'm now not partial to espresso. Instead of ordering espresso with the latte, I will select chai latte as usually. But, what is the real fun of sipping my chai latte in town while I can make it at domestic all the time? Well, it is approximately tasty dishes, latte artwork, plush armchairs and a relaxed surroundings with locals!

The fundamentals of good coffee shops can be many. But Copenhagen's best ones must undoubtedly be something special to beat an unusually strong field of cool coffee shops and glorious fun spots. The best coffee in town is probably what coffee lovers looking for. But since I'm not, I always try to go to places where I can sip my chai and wrapped by their cozy yet cute interiors. If you also consider design as part of temptation, check these cutest spots among others in Copenhagen for your next Instagram posts. Visit one (or more) of the following coffee shops and get an experience with Danes!

The Living Room

Address: Larsbjørnsstræde 17 (nearest stop: Nørreport St.)

Opening hours: Man-Thu 9-23, Fri-Sat 9-02, Sun 12-18

Website:fb.Com/thelivingroomdk

WIFI: YES!

Genuinely to mention, this area is my and ex-date's favorite espresso-date location on the town. They have warm drinks however also can hit into cocktails or beers at night time. Watch out your steps to this place in Friday or Saturday night time. You aren't the best person who want to mingle with locals of their relaxed basements with candles and sofas. Or simply come at some stage in the day or Sunday, because they're pretty empty at the moment.

KAFFE

Address: Istedgade 90 (nearest prevent: Central Station)

Opening hours: Mon-Fri 8-22, Sat-Sun nine-22

Website:kaffeistedgade.Dk

Small espresso keep close to the principal station with bizarre interior! The man in the picture gave me his cordial smile whilst he saw me approximately to go into the door. Let's be child and mess around a bit bit!

Den Lille Gule

Address: Mikkel Bryggers Gade 7 (nearest forestall: R?Dhuspladsen (K?Benhavn) or Central Station)

Opening hours: Mon-Fri eight-22, Sat-Sun (holiday) 9.30-22

Website:denlillegulekaffebar.Dk

This is the actual gem in the hustle of Str?Get. Located inside the small alley and is like throwing stone from the oldest movie theater in Copenhagen, Grandteatret. If it's bloodless outside, do not bother yourself with blanket. Go up to their 2nd floor and find the warmness of The Little Yellow?Its name translated to English.

Wulff Konstali

Address: Isafjordsgade 10 (nearest forestall: Bergthorasgade or Islands Brygge (M))

Opening hours: Mon-Fri 7-20, Sat-Sun eight-18

Website: wogk.Dk

I would say, this vicinity is bakery alike. But truely serve heat food and area to speak. Notice their massive lamps! It's so harmonized with their lengthy wooden table. Snap!

Central Hotel & Café

Address: Tullinsgade 1 (nearest stop: Vesterport Station or Værnedamsvej)

Opening hours: Mon-Fri 8-18, Sat 10-05

Website:centralhotelogcafe.dk

Let's go to the smallest hotel in the world with a whole package of its little cute coffee shop! This hotel only have one room, which is not cheap, but could bring you wondrous experience. If staying over is not what you're doing, just spend few krones for their nice coffee in the first floor. It's also winning.

Kaf' Bar 9/Kompa 9

Address: Antonigade 9 or Kompagnistraede

Opening hours:

Website: kaf' bar 9

Clean interior with influence of Danish design. It's a lovely café where you can chit chat, laugh around, and find your tasty little bites.

Bevar's

Address: Ravnsborggade 10B (nearest stop: Ravnsborggade or Elmegade (København))

Opening hours: Mon-Wed(Thu) 9.30-24(02), Fri(Sat) 9.30(10)-03, Sun 10-21.30

Website:bevars.dk

WIFI: Yeees!

Don't get too intimidated by locals who are bringing their super Macs to this place ;)

Bevar's can be so romantic (and sometimes crowded) during the night. While "enjoying" their WiFi, they also serve some tasty meals for lunch and dinner. Go grab it if you can afford it. I mean, they're not that so cheap, but definitely yummy. Oh ya, since Nørrebro is a cool district, so don't try to flirt to chic young people in the corner! All I mean is, lots of pretty people are always coming here.

Ipsen & Co

Address: Gammel Kongevej 108 (nearest stop: H.C. Ørsteds Vej (Frederiksberg) or Gammel Kongevej)

Opening hours: All day 8-18

Website: ipsenogco.dk

A quite new place ran by two young siblings, this coffee shop is located in an opulent district, Frederiksberg. Sometimes a bit loaded after working time, but you can still sit closer to each other in their long wood table. Their high ceiling makes this place breathable and cozy. Check out their varied menu, which is addressed to both the small or large hunger.

Atelier September

Address: Gothersgade 30 (nearest stop: Nørreport St. or Kongens Nytorv (M))

Opening hours: Mon-Fri 7.30-18, Sat(Sun) 9(10)-16

Website:atelierseptember.dk

Whenever I see people upload their pictures in Atelier September, the snaps are always good and lovely. Why not trying to have a good picture while biting their avocado sandwich for lunch?

NOTE:

There's no such cheap coffee in Copenhagen. From place to place, price for a cup of warm drink is starting from 25 Krones to 45 Krones. Hey, there's a nice tall glass of chai latte which needs extra krones!

Tips 7 Pelajaran Fashion dari Gadis-gadis Eropa|Fashion Style

Dari sejak saya masuk SMP, ibu saya sudah mulai mengenalkan ke banyak majalah remaja seperti Gadis atau Kawanku yang isinya sebagian membahas tren fashion. Sungguh menyenangkan melihat gaya-gaya para model majalah yang menggunakan pakaian remaja khas tren anak muda zaman dulu, karena super inspiratif dan membuat saya belajar menemukan gaya saya sendiri. Dulu saya suka sekali memakai pakaianvintage atau model asimetris yang terkesan unik dan beda.

Setelah 10 tahun membaca majalah remaja Indonesia, saya sadar ternyata gaya-gaya yang ada di majalah kita lebih banyak dipengaruhi fashion Amerika. Dari yang tabrak motif sana sini, berani pakai warna terang, hingga make up bold. Belum lagi saat K-Pop mulai booming di Indonesia, banyak remaja ikut-ikutan fashion Korea yang lebih cute dan manis.

Hijrah ke Eropa dua tahun lalu, saya mulai meninggalkan kebiasaan membaca majalah fashion Amerika dan berhenti memperhatikan K-Pop. Saya begitu kagum ketika tahu orang-orang Eropa memiliki selera fashion yang berbeda dengan orang Amerika dan Asia. Bepergian ke banyak negara di Eropa juga membuka mata saya untuk melihat dan membandingkan gaya berpakaian gadis-gadis di Eropa Barat, Utara, Selatan, dan Timur. Bagi saya, gaya orang Eropa itu, simple yet elegant. Kalau pun ada yang nyeleneh, tetap terkesan edgy tanpa terlihat berlebihan.

Secara umum, orang-orang Eropa memiliki gaya fashion yang lebih elegan dan berkelas ketimbang Amerika. Saya sendiri lebih suka gaya orang Prancis dan Swedia dalam berpakaian karena mereka sukauniform dressing dan tetap bisa terlihat santai. Berikut pelajaran berbusana dari orang-orang Eropa yang membuat mereka menjadi bangsa paling well-dressed sedunia.

1. Cutting yang simpel dan pas

Untuk menampilkan kesan feminin, orang Eropa lebih suka memakai pakaian yang potongannya pas dengan tubuh. Tidak terlalu ketat hingga terkesan cheap, tapi tidak juga terlalu besar hingga membuat badan tenggelam. Kalau sedang jalan-jalan ke benua biru ini, coba saja masuk ke banyak toko baju yang memang berlabel asli Eropa. Baju-baju yang dijual terkesan simpel, namun tetap terlihat mahal dan elegan.

Tidak seperti gaya fashion Amerika yang cenderung ketat dan terlalu memamerkan keseksian tubuh, gadis-gadis Eropa justru sedikit konservatif soal pakaian. Bahkan saat musim panas pun, ketimbang memakai pakaian yang terlalu mini dan ketat, mereka memilih summer dress atau setelan dengan bahan yang nyaman. Saat musim dingin, tidak seperti kebanyakan orang Amerika yang terobsesi dengan oversized-thing, orang Eropa justru memilih sweater atau coat yang potongannya sesuai dengan ukuran tubuh mereka.

Sewaktu di Indonesia, saya tidak terlalu suka memakai pakaian terlalu simpel karena terkesan super sederhana dan biasa saja. Makanya kebanyakan pakaian saya dulu sedikit unik dengan potongan asimetris atau rumbai-rumbai. Padahal, di Eropa justru semakin simpel potongan pakaian, harganya juga semakin mahal. Quality matters.

2. Jika ragu, selalu pilih warna-warna herbal

Soal pemilihan warna, orang Eropa termasuk yang cukup membosankan hingga terlihat ambil aman. Berbeda dengan gaya-gaya orang Asia yang lebih menyukai warna terang dan pastel, orang Eropa sedikit berhati-hati terhadap warna pakaian mereka.

Orang-orang utara Eropa terkenal menyukai warna netral semisal hitam, putih,navy, atau beige. Di Italia atau Yunani, gadis-gadisnya cenderung lebih berani dengan pemilihan warna merah atau kuning. Sementara Republik Ceko atau Hungaria, terlihat lebih kasual yang tidak terlalu suka warna-warna terlalu terang.

Pemilihan warna sendiri sebenarnya juga tergantung dengan tempat dan musim. Di Indonesia, warna-warna gelap disimbolkan sebagai rasa duka. Sementara di Asia Timur, justru warna putih yang digunakan saat prosesi kematian. Warna-warna gelap juga tidak pas digunakan di negara tropis karena menyerap panas. Namun kebalikannya di utara Eropa, warna hitam adalah warna favorit hampir semua orang saat musim dingin.

Kalau suatu hari berkesempatan liburan atau tinggal di Eropa, bawalah pakaian atau aksesoris dari Indonesia dengan warna-warna netral. Orang Eropa suka motif, tapi itu pun mesti bernuansa monokrom dan tidak terlalu bold. Mereka tidak suka memakai pakaian yang tabrak warna atau motif dari atas sampai bawah karena terlalu menarik perhatian.

3. Skinny jeans is a must!

Meskipun tren celana harem sempat booming di Indonesia dan Amerika, tapi tidak di Eropa. Saya tidak pernah melihat gadis-gadis Eropa berjalan-jalan memakai celana ala Aladin. Ketimbang memakai mom jeans atau jogger, orang Eropa lebih nyaman menunjukkan kaki langsing dan jenjang mereka dengan skinny jeans.

Saat bosan memakai jeans, biasanya para gadis-gadis ini lebih memilih rok ataupun memakai stocking di musim dingin. Beberapa orang yang bosan memakai skinny jeans biasanya memilih celana panjang katun yang sedikit formal dengan potongan slim atau kulot di atas pergelangan kaki. Menurut pengakuan seorang kenalan, di Amerika boro-boro memakai skinny jeans setiap waktu, orang-orang sana malah tidak segan memakai piyama ataupun celana olahraga saat keluar rumah.

Four. Tetap modis di rumah

Berkesempatan tinggal dengan keluarga Eropa, membuat saya terkagum-kagum dengan gaya pakaian mereka di rumah. Saat akhir pekan dan tidak ada kegiatan apapun, keluarga asuh saya di Belgia tetap terlihat modis. Nele, host mom saya, selalu memakai jeans potongan cut bray lengkap dengan sepatu boot-nya di rumah. Sementara host dad saya, Koenrad, terlihat edgy dengan jeans marun atau hijaunya.

Di Denmark, saya tidak pernah melihat Louise memakai kaos walaupun di rumah. Louise selalu memakai blus feminin meskipun sedang mengasuh si kembar. Walaupun tidak berencana pergi kemanapun, Louise selalu mendandani anak-anaknya dengan pakaian kasual seperti jeans ataupun summer dress. Mereka tidak pernah berkeliaran rumah hanya dengan piyama ataupun daster ala kadarnya. Mereka selalu terlihat fresh, trendi, dan seperti siap pergi kemana pun tanpa harus mengganti baju.

Di Indonesia, saya bisa saja tidak mandi seharian sambil tetap memakai piyama. Tapi sejak tinggal di Eropa, meskipun hanya di rumah, saya jadi terbiasa memakai denims, blus, dan ballerina, lengkap dengan make up tipis dan parfum. Padahal di Indonesia, kalau saya berdandan seperti itu pasti akan ditanya ingin pergi kemana.

Five. Selalu pakai yang terbaik

Pernahkah kalian membeli pakaian, disimpan di lemari, lalu berharap pakaian tersebut bisa digunakan saat acara tertentu? Sampai acara tersebut tiba, pakaian baru biasanya hanya disimpan lalu kadang lupa digunakan.

Orang-orang Eropa selalu membeli pakaian yang cocok untuk acara apapun. Saya selalu memperhatikan Louise tampil modis ke kantor dari hanya memakai blus dan jeans, hingga elegan dengan dress hitamnya. Suatu kali, pernah juga saya berkunjung ke rumah seorang teman yang memang seorang Parisian dan tetap terlihat modis saat menyambut kami. Dia membalut t-shirt putihnya dengan kimono bermotif lucu ataupun tetap oke dengan setelan kemeja jeans dan rok mininya. Teman saya yang lain, Ieva, tidak hanya memakai dress mini saat pergi ke bar ataupun klub malam, tapi juga saat café date.

Orang-orang Eropa tidak pernah menyimpan pakaian terbaiknya hanya karena merasa belum pas digunakan di satu acara. Ketimbang menyimpan pakaian dan harus menunggu acara tertentu, mereka selalu mencari momen lain agar pakaian tersebut bisa dipakai. Mereka tidak ragu menggunakan dress berpotongan mini di siang hari, lalu dipadukan dengan cardigan dan stocking agar terlihat lebih "manis" dan kalem.

Saya yang tadinya hanya membeli dress karena ingin dipakai saat pesta saja, sekarang tidak terlalu peduli lagi soal kapan pesta tersebut tiba. Saya tetap memakai si dress meskipun hanya nongkrong di kafe. Saya juga tidak harus memakai kebaya saat kondangan, tapi tetap bisa modis memakainya sebagai pengganti cardigan.

6. Kualitas vs kuantitas

Saya kagum dengan ukuran lemari orang-orang Eropa yang tidak terlihat berlebihan. Berbeda dengan orang Amerika yang harus menyimpan sepatu mereka hingga three lemari, jumlah sepatu orang-orang Eropa bisa dihitung jumlahnya dan muat hanya dalam satu lemari.

Saya jadi ingat isi pakaian ibu saya di rumah yang disimpan hingga five lemari! Belum lagi lemari tas dan sepatunya yang sukses memenuhi kamar dan ruangan setrika. Awalnya saya tidak begitu peduli soal jumlah lemari dan koleksinya. Namun setelah tinggal di Eropa dan kembali ke Indonesia, saya sadar kalau kebiasaan menyimpan pakaian seperti ini sama saja buang-buang waktu dan uang. Belum lagi soal banyaknya barang yang harus dibenahi hingga membuat rumah sesak.

Bayangkan berapa lama waktu yang kita butuhkan tiap pagi hanya karena sibuk memilih-milih pakaian dan pernak-perniknya. Belum lagi saat kondangan, bongkar koleksi tas dan sepatu hanya untuk dipadu-padankan. Kalau sudah kebingungan begini, ujung-ujungnya tetap pakaian yang itu-itu saja yang digunakan.

Brian, host dad saya di Denmark, hanya membeli pakaian dengan kualitas terbaik dari merk ternama. Brian tidak pernah membeli dan menumpuk banyak pakaian hanya karena sedang diskon. Kalau kemejanya sudah kebanyakan, sebelum membeli yang baru, Brian selalu menyumbangkan pakaiannya terlebih dahulu.

Sama seperti istrinya, saya tidak mendapati Louise membeli banyak sepatu hanya sebagai koleksi. Jumlah sepatu Louise di lemari pun bisa dihitung dengan jari. Bukan karena tidak punya uang membeli banyak barang, justru sepatu-sepatu mereka dibeli dengan harga yang mahal demi mendapatkan kualitas terbaik.

Soal pakaian pun, Louise sama seperti suaminya. Sebelum membeli pakaian baru, Louise selalu membenahi isi lemarinya terlebih dahulu. Pakaian yang sudah tidak muat, sedikit longgar, ataupun tidak disukainya lagi, biasanya akan diberikan ke orang terdekat ataupun disumbangkan ke Red Cross.

Louise juga bukan tipe ibu-ibu rempong yang suka kredit tas kesana kemari dengan beragam warna. Daripada membeli banyak tas untuk dipadukan dengan banyak pakaian, Louise lebih suka menggunakanclutchmini berwarna hitam untuk acara kasual. Sementara saat kerja, dia membawa tas berukuran lebih besar berbahan kulit.

Bagi orang Asia dan Amerika, memakai pakaian yang sama terus-menerus bisa dianggap tidak modis, kurang pakaian, hingga seperti tidak punya uang membeli yang baru. Padahal bagi orang Eropa, tidak masalah memakai pakaian, tas, ataupun sepatu yang sama terus-menerus asalkan barang tersebut dibeli dengan kualitas terbaik (baca: no KW-KWan).

Cobalah tonton film-film Eropa asal Prancis seperti Amélie atau Call Me by Your Name yang mengambil setting-nya di Italia. Pakaian dan gaya yang digunakan pemerannya itu-itu saja setiap scene. Tidak seperti orang Amerika yang terkenal konsumtif dan membeli pakaian sesuai tren. Tonton saja kebanyakan film Hollywood yang para pemainnya selalu berganti gaya setiap adegan. Kesimpulannya, orang Eropa memiliki pakaian sedikit namun berkualitas tinggi, sementara orang Amerika kebalikannya.

7. Minim namun elegan

Saya tidak pernah bosan mengatakan kalau selera orang Eropa dalam berpakaian memang cenderung simpel dan elegan. Saat memilih pakaian yang mini, gadis-gadis Eropa tidak pernah memakai pakaian ketat dan seksi di jalan hanya untuk mendapatkan perhatian lawan jenis. Gaun-gaun mini berpotongan seksi biasanya hanya digunakan di klub malam dengan penerangan yang temaram dan membuat mereka lebih percaya diri.

Mereka juga tidak ingin dicap murahan hanya karena buka-bukaan dari atas sampai bawah. Kalaupun ingin menampilkan kesan seksi, mereka hanya menampilkannya di satu sisi. Kalau bagian atas sudah terlalu terbuka, mereka tetap terlihat seksi tanpa harus memamerkan kaki yang jenjang. Begitupun sebaliknya, saat ingin memamerkan kaki yang jenjang dan seksi, mereka lebih memilih atasan tertutup. Contohnya di klub malam, saya sering melihat gadis-gadis yang memilih pakaian dengan potongan dada rendah, namun membalut kaki mereka dengan stocking ataupun celana panjang.

Monday, June 15, 2020

Tips Au Pair: Cewek Muda Serba Bisa|Fashion Style

Suatu hari, seorang cewek muda Indonesia memiliki niat dan mimpi besar melihat dunia tapi terkendala biaya. Dia tahu betul dirinya bukan orang kaya, pun bukan orang pintar yang bisa sekolah tinggi ke Eropa lewat bantuan beasiswa. Benua biru ini masih ada dalam waiting list-nya, hingga suatu ketika dia menemukan satu jalan ke Eropa dengan menjadi au pair.

Tentu saja au pair bisa mengantarkannya menuju benua biru tanpa butuh dana besar. Namun, au pair yang sejatinya cultural exchange tidak segampang sledding di atas salju tanpa perlu usaha maksimum.

Si cewek muda ini sebetulnya tidak tahu bahwa dunia menyenangkan au pair justru bisa berbuah rasa sakit hati yang menimbulkan rasa trauma. Si cewek muda ini pun belum tahu kalau au pair bersifat sama-sama menguntungkan. You get Europe, they get a clean house.

Au pair memang bisa mewujudkan mimpi mu ke Eropa dan melihat dunia, tapi kamu juga harus tahu bahwa ada hal yang harus kamu tukar dari mimpi mu itu. There is no such a free thing!

Kalau ada yang mengatakan kita datang jauh-jauh ke Eropa hanya untuk jadi pembantu, please shut their mouth up! Au pair itu cewek muda luar biasa yang memiliki fleksibilitas tinggi dan energi pantang kendur!

Karena au pair itu juga...

1. Petugas bersih-bersih

Dari mulai vacuuming, mengepel, lap kaca, buang sampah, dan bersih-bersih dapur yang sampai ada kadar kebersihan sendiri-sendiri di tiap rumah, lho! Jangan remehkan bersih-bersih ini, karena kalau keluarga kamu termasuk super perfeksionis, ada sehelai rambut jatuh di lantai bisa saja disuruh vakum ulang.

2. Asisten rumah tangga

Karena au pair adalah asisten di rumah, kamu dirasa lebih tahu dimana letak barang-barang si keluarga yang kadang kamu sendiri juga tidak pernah melihatnya. Dimana kaos kaki si ini, dimana chargeran si emak, dimana kamu letakkan si piring, dimana kamu taruh baju yang gambarnya itu. Well, you have a big responsibility of their house!

Three. Koki

Beberapa keluarga biasanya mewajibkan au pair menyiapkan makan malam setiap hari. Saya contohnya. Tahu kan kalau selera orang Eropa dan Asia itu tidak sama? Banyak juga au pair yang sebenarnya tidak pintar memasak untuk orang lain. Saya lagi contohnya.

Kalau kamu suka memasak, ya silakan. Bad side-nya, kamu yang potong bahan, kamu yang masak, kamu juga yang beres-beres setelah makan malam. See, you are even more than a cook!

Four. Supir

Teman saya jadi supir si host kids setiap hari karena memang dia diwajibkan antar jemput anak ke sekolah, tempat kursus, atau melakukan aktifitas lainnya. Bagi dia, antar jemput anak itu cukup melelahkan dan membosankan. Apalagi dia tahu, selain merangkap jadi supir, dia kadang juga mesti belanja dan membawa barang belanjaan masuk dan keluar mobil lagi.

Five. Nanny

Para au pair sebetulnya tidak memiliki basic training sebagai pengasuh bayi dan anak, tapi mereka belajar dari pengalaman mengasuh anak si keluarga yang masih balita. This is not easy, girls. Ganti popok, menimang, hingga memandikan balita butuh fokus yang ekstra. Faktanya tidak semua au pair bisa mentolerir bau eek si bayi atau muntahan anak.

6. Petugas kebersihan hotel

Selain tukang bersih-bersih rumah, kamu juga lebih mirip petugas kebersihan resort yang mesti membersihkan rest room, susun baju, menyetrika, dan mengganti sprei setiap minggunya.

7. Guru TK

Sebagai au pair, kita juga dituntut untuk selalu tersenyum ria setiap hari. Bermain bersama, menggambar, menyanyi, berdansa, membuat sesuatu dari kertas, pokoknya harus selalu aktif setiap waktu. Jangan biarkan anak-anak sibuk dengan iPad atau tontonan saja.

Seriously, I'm fed up somehow! Karena setiap hari ketemu host kids, wajar jika kebanyakan au pair bosan, jenuh, eneg, dan tidak mood bermain dengan si anak. I want to choke my host kids sometime! Hah!

8. Pengasuh bagi penyandang cacat

Tidak semua keluarga memiliki anak normal. Beberapa keluarga juga ada yang concern memiliki au pair untuk anaknya yang disability dan butuh perhatian khusus. Lalu, kamu pikir ini gampang? No way! Kamu harus bantu dia makan, menyuapi, menggendong, atau memandikan si anak. Mengasuh anak berkebutuhan khusus sama dengan mengurus bayi, it takes full of attention and timing.

9. Anak SMP

Sekali lagi, karena kamu tinggal dengan keluarga angkat, kamu harus menjaga sikap agar selalu terlihat seperti anak baik-baik di rumah. Kadang ada saja keluarga yang mengunci pintu hingga jam 10 malam dan tidak membiarkan au pairnya masuk kalau pulang kemalaman. Atau kamu juga harus minta izin dulu jika ada teman yang ingin menginap dan masak-masak. Lalu minta izin lagi setiap keluar rumah, lalu kadang minta izin lagi bolehkah mengambil makanan di kulkas.

10. Kakak tertua

You are the boss! Tapi ini juga salah satu tanggung jawab kamu yang mesti mengingatkan si anak untuk tidur, stop bermain iPad, menjadwalkan waktu nonton TV, ataupun menjaga si anak kalau sedang sakit. Kamu adalah tangan ketiga yang membantu mengawasi anak jika orang tua mereka sedang tidak di rumah. Plus, menjaga dan mengajak anjing jalan jika dibutuhkan.

Eleven. Keluarga

Well, after all, a great host family would be so happy having you as their family. Mereka adalah keluarga yang melindungi, memperhatikan, dan juga peduli dengan waktu libur dan kehidupan kamu selama tinggal di rumah mereka. But wait! Keluarga itu harusnya tidak banyak meminta kan ya? Ya itu, jangan banyak minta meskipun kamu dituntut untuk selalu fleksibel dengan waktu, inisiatif, dan tenaga.

Saat kencan dengan seorang cowok, doi nanya kenapa saya mau jadi au pair. Dia bahkan menilai au pair tidak lebih dari cheap labour semata. Doi sebenarnya tidak berusaha menjelekkan profesi saya sebagai au pair. Hanya saja dia miris dengan banyaknya tugas au pair yang merangkap sebagai "apapun", namun hanya diganti dengan pocket money yang kecil dan tempat tinggal.

He is obviously right, but in another case, he is also wrong. Kita jadi au pair bukan untuk uang. Kita menukarkan mimpi datang ke Eropa, dapat tempat tinggal, makan enak, hingga bisa menabung, karena kita juga paham tidak ada sesuatu yang gratis. Tidak usah terlalu memikirkan uang yang sedikit, kalau memang sudah dihadiahihost family yang baik.

Just be proud eventually you're coming to Europe!

Sunday, June 14, 2020

Tips 7 Tips Agar Host Family Melirik Profil Mu|Fashion Style

Membuat profil au pair yang bagus adalah satu hal yang mesti selalu di-improve. Saya ingat betul pertama kali membuat profil di Au Pair World, saya meminta bantuan seorang teman untuk mengoreksi apakah profil saya sudah bagus atau belum. Karena tahu dia pernah pengalaman jadi au pair 2 kali sebelumnya, saya percaya kalau si teman ini setidaknya tahu mana tulisan yang bagus atau tidak.

Betul saja, dia menilai profil saya terlalu etnosentris dan blak-blakan jual mahal. Saya terlalu terpusat pada diri sendiri, tanpa memikirkan si calon keluarga yang membaca. Padahal harusnya profil berfungsi sebagai CV yang memungkinkan host family tahu siapa kita dan motivasi kita jadi au pair.

Tiga kali jadi au pair dan harus menulis profil, saya akhirnya bertemu juga dengan keluarga angkat yang mau meng-hire saya jadi au pair mereka. Tentu saja, tidak semudah itu. Ibaratnya cari kerja, saya juga banyak mengalami penolakan terlebih dahulu meskipun sudah pernah menjadi au pair sebelumnya.

Di postingan tentang pencarian keluarga angkat , saya sudah menuliskan beberapa tips bagaimana menuliskan profil yang menarik di situs pencarian au pair. Berikut saya ulas kembali beberapa tips untuk kalian yang mungkin masih juga bingung bagaimana menuliskan profil yang bagus.Just bear in mind, profil yang bagus tidak akan langsung mengantarkan kamu ke Eropa. Tapi setidaknya, jadikanlah goal agar calon keluarga melirik profil mu dan tertarik untuk mengenal mu lebih jauh.

1. Background kamu

Kalau harus menulis profil tanpa format asli dari agensi atau situs di internet, boleh mulai memperkenalkan diri secara singkat seperti;

"Halo, nama saya Nin, usia 23 tahun, dan berasal dari Palembang, Indonesia."

Tapi kalau memang nama dan umur kamu sudah terlihat jelas di situs tersebut, contohnya Au Pair World, tidak perlu menuliskan identitas kembali. Langsung saja to the point;

"Halo, saya Nin (cukup nama panggilan), berasal dari Palembang, Indonesia, dan sekarang masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir di Universitas X."

Calon host family ingin langsung tahu apa yang sedang kamu lakukan sekarang, seperti pekerjaan atau pendidikan terakhir. Ketimbang harus bertele-tele menuliskan semuanya dalam kalimat yang panjang, mungkin bisa ditulis seperti ini;

"Saya sekarang masih kuliah di kampus X dan mengambil jurusan Farmasi."

"Saya bekerja di TK Anak Bangsa sebagai guru TK selama 3 tahun."

"Sekarang saya masih bekerja di Perusahaan Indah Karya sebagai Akuntan selama 1 tahun."

"Sekarang saya masih tinggal di Berlin sebagai au pair dan kontrak saya akan selesai Juli 2018."

2. What do you do in your spare time?

Selain sibuk bekerja atau sekolah, host family juga ingin tahu, apa yang senang kamu lakukan saat sedang tidak dikerjar deadline kantor atau kampus. Hobi atau kegiatan favorit mu setidaknya sedikit menguak "who you are".

"Selain sibuk kuliah, saya sangat suka renang, mamanggang kue, ataupun hiking."

"Meskipun pekerjaan saya hampir 24/7, tapi saya juga suka melakukan aktifitas lain seperti menggambar atau membaca buku. Buku terakhir yang saya baca berjudul X dan isinya sangat menginspirasi kehidupan saya sekarang."

"Sejak tinggal di Amsterdam, saya jadi sangat suka bersepeda keliling kota setiap akhir pekan sekalian mengunjungi banyak hidden gems yang ternyata tidak semua orang tahu."

Tell them that you are an active person, an interesting girl with bunch of hobbies! Kalau memang suka menonton film, let them know what is your favourite one! Jadi tidak hanya menyebutkan apa yang kamu suka, tapi juga beri keluarga angkat clue kalau kamu banyak mendapatkan manfaat atau ide dari hobi mu itu.

Three. Pengalaman dengan anak-anak

Karena au pair tugasnya lebih relevan ke anak-anak (bukan cleaning, normalnya), maka host family harus tahu juga seberapa lama jam terbang mu meng-handle anak kecil. Jangan takut kalau belum pernah jadi au pair sebelumnya, karena kamu tetap bisa menjual potensi saat mengasuh keponakan.

"Karena sudah bekerja selama 3 tahun di SD 31, saya memiliki tanggung jawab besar untuk mengajar anak-anak membaca dan berhitung."

"Saya memang belum pernah menjadi au pair sebelumnya, tapi pekerjaan sebagai freelance babysitter yang sering saya lakukan membuat saya cukup dekat dengan anak-anak dan dunia mereka."

"Meskipun ini akan menjadi au pair pertama saya, tapi saya yakin dengan kemampuan mengasuh anak-anak sejak beberapa tahun lalu. Banyak om dan tante yang percaya menitipkan anak mereka ke saya saat mereka bekerja. Karena pekerjaan ini, saya pun mengerti bagaimana caranya menidurkan anak, bermain dengan mereka, ataupun memandikan si kecil."

"Karena pengalaman saya menjadi au pair selama satu tahun di Paris, saya pun sudah cukup familiar dengan gaya hidup orang Eropa dan anak-anak mereka."

Tell them more about your experience! Kalau memang pernah bekerja menjadi seorang guru, jelaskan apa yang membuat mereka merasa yakin kalau kamulah au pair yang mereka cari. Apa value yang kamu pelajari selama menjadi seorang guru dan membuat mu bisa mengaplikasikannya ke kehidupan internasional au pair.

Jika kamu memang sering mengasuh keponakan, "jual lagi" diri kamu di dalam profil dan jelaskan kalau kamu tipikal orang yang bisa mengatasi stres hanya karena tangisan anak kecil.

Perlu diingat, anak-anak Australia atau Eropa berbeda dengan anak-anak di Indonesia. Anak kecil di negara Barat sudah dibudayakan untuk mandiri, sementara anak kecil di Indonesia lebih haus perhatian dan pelayanan. Umur 2 tahun di Eropa sudah bisa makan sendiri, sementara di Indonesia, masih harus kejar-kejaran saat menyuapi makan.

4. Motivasi ingin jadi au pair

Ini juga jadi bagian yang paling krusial bagi para calon keluarga untuk tahu apa motivasi mu menjadi au pair. Sekedar jalan-jalan kah, cari pacar bule kah, cari duit kah, cari visa tinggal saja kah, atau lebih dari itu?

Kalau kamu memuat profil di situs au pair Skandinavia, tentu saja kamu harus menuliskan apa alasan kamu ingin jadi au pair di Eropa Utara. Apa yang paling mendasari mimpi mu untuk kesana. Jangan hanya tuliskan ingin jalan-jalan saja, karena au pair bukanlah holiday for free!

Jika harus menulis profil di situs pencarian au pair umum, tulis saja alasan mendasar untuk menjadi au pair. Ingin bertemu teman internasional atau selalu penasaran dengan kuliner khas sana, mungkin?

Tulis juga apa kira-kira pelajaran yang bisa kamu dapatkan dari menjadi seorang au pair. Apa yang bisa membuat hidup mu lebih berarti jika bisa tinggal di Eropa atau Australia. What do you gain by being an au pair?

Kalau kamu sekarang sedang bekerja di Indonesia, apa alasan mu ingin berhenti dan apa yang membuat mu yakin au pair adalah langkah yang tepat. Sama halnya jika kamu sekarang adalah mahasiswa tingkat akhir, mengapa kamu ingin jadi au pair selepas lulus?

Be specific dan tolong juga hindari minta dikasihani seperti profil gadis-gadis Filipina ;

"I need to make cash due to the fact I want to ship my sisters to highschool."

"My father is only a farmer, so I must make extra cash to assist my own family."

Salah? Tentu saja tidak. Banyak sekali profil seperti itu, terutama dari Filipina. That's their own choice, of course! Tapi tentu saja, impian kita ke Eropa bukan hanya cari duit, toh? Jangan samakan mimpi kita dengan para mbak TKI yang berjuang bagi keluarga dan devisa negara. Kita berbeda!

5.Make it simple

Biasanya hanya karena ingin terlihat serius dan panjang, kita lalu menuliskan semua hal di satu profil. Sejujurnya, it is so annoying and boring just to read it. Treat you profile as your CV. Buatlah sesimpel mungkin, tapi memuat seluruh poin terpenting.

Sekali lagi, kalau calon keluarga tertarik ke kamu, mereka pasti ingin mengenal mu lebih jauh dan bisa jadi akan diajak interview. Jadi daripada menulis cerita super panjang soal keluarga mu, just keep it simple by just talking about yourself.

You get my go with the flow?

6. Pasang foto terbaik

Saya berhasil menjadi au pair di keluarga Denmark karena foto-foto yang ada di profil saya. Host dad saya , Brian, juga menggarisbawahi kalau foto adalah bagian terpenting agar host family tahu kamu orang seperti apa.

"We liked your profile because you smiled a lot with the kids," kata Brian.

Contohnya dari 5 foto terbaik yang akan dipajang, usahakan 4 di antaranya adalah foto kamu dan anak-anak. Satunya lagi adalah foto mu dan keluarga atau teman terbaik. Boleh saja pasang swafoto jika memang saat itu kamu sedang melakukan hobi. Contohnya, foto sedang menunggang kuda, foto saat berkunjung ke Bromo, atau foto sedang menjahit baju.

Seperti kata Brian, keep smiling. Ayo, mulai pajang foto terbaik mu tersenyum ceria saat bermain dengan host kids atau keponakan di rumah!

7. Make it personal

Beberapa situs pencarian au pair, contohnya Au Pair World, memungkinkan kamu untuk menyapa calon host family duluan lewat profil mereka. Dibandingkan harus copy-paste tiap pesan ke para keluarga ini, ada baiknya kamu baca dulu profil mereka baik-baik lalu baru tulis pesan secara personal.

"Halo Martha (panggil nama depan mereka), saya sangat tertarik menjadi au pair di Belgia dan saya lihat kalau profil kamu sangat menarik. Kamu punya 2 anak yang umurnya masih kecil dan kebetulan saya pernah mengasuh anak di umur segitu. Kalau tidak keberatan, boleh cek profil saya kembali dan saya sangat berharap bisa mengenal keluarga mu lebih jauh."

Poin plus jika kamu bisa menuliskan opening line dengan bahasa lokal yang keluarga tersebut gunakan. Boleh saja, lho, menarik perhatian keluarga angkat lewat bahasa Prancis atau Jerman yang sudah kamu kuasai sedikit-sedikit.

Buat keluarga angkat tahu kalau kamu adalah kandidat tepat yang mereka cari. Seperti yang saya sebutkan di atas, mungkin kamu belum menemukan host family yang kamu cari hanya karena sudah mengikuti poin-poin saya di atas. Tapi berbahagialah kalau setidaknya kamu mendapatkan respon baik dari calon keluarga. Bukankah memang itu tujuan awal kita?

Sudah mendapatkan respon positif dan ternyata host family ingin lanjut ke proses wawancara? Baca cerita saya sebelumnya tentang persiapan sebelum interview agar kamu tidak terlalu grogi!

Good luck, girls!