Showing posts with label negara au pair. Show all posts
Showing posts with label negara au pair. Show all posts

Thursday, July 16, 2020

Tips Kenapa Jadi Au Pair di Denmark?|Fashion Style

Melanjutkan cerita pencarian keluarga angkat di tahun kedua , sehari setelah wawancara dengan Louise, si ibu Denmark, esoknya dia langsung mengirimkan saya jadwal pekerjaan via email. Sejauh yang saya baca, tidak ada pekerjaan yang terlihat terlalu memberatkan. Semuanya terkesan oke-oke saja dan Louise mengatakan akan kembali menghubungi karena dia masih punya jadwal wawancara dengan dua kandidat lainnya.

Dua hari kemudian, sebuah electronic mail dari Energy Au Pair mengatakan kalau keluarga Louise sudah mengkonfirmasi untuk menerima saya sebagai au pair mereka. Padahal saat itu saya masih dan sedang dalam proses diskusi dengan beberapa keluarga lain di Belanda. Walaupun sudah oke dengan jadwal kerja yang ditawarkan Louise, tapi saya tidak tahu kalau dia sudah mengkonfirmasi langsung ke pihak agensi dalam waktu secepat itu.

Jujur saja, saya sebenarnya belum berani mengatakan "siap a hundred% jadi au pair di Denmark" saat membalas email Louise. Beberapa pertanyaan lainnya seputar tugas dan jam kerja tetap saya tanyakan ke Louise demi mengulur waktu. Di saat yang bersamaan, saya juga masih sibuk berbalasan e-mail dengan dua orang keluarga di Belanda yang menurut saya juga oke-oke.

Pertanyaan-pertanyaan yang cukup menegaskan "belum cukup siap ke Denmark" akhirnya membuat Louise bertanya kembali apakah saya benar-benar mau menjadi au pair untuk keluarga mereka. Louise benar-benar menyadari kalau saya sedang dalam keraguan dan sepertinya banyak pertimbangan di otak saya saat itu.

Setelah beberapa hari bimbang tentang keputusan memilih keluarga mana yang oke, akhirnya saya tetap memilih Denmark dibandingkan Belanda. Dua negara ini memang bukan negara tujuan awal saya. Kedua negara ini juga "sudah" memiliki reputasi cukup buruk di mata saya mengenai kekerasan pada au pair. Lalu kenapa tetap ingin ke Denmark DAN jadi au pair lagi?

Saya belum pernah ke Denmark, tapi pernah mampir dan mendengar banyak cerita tentang Belanda dari teman-teman au pair yang sebelumnya pernah kesana. Banyak yang mengatakan, dibandingkan Denmark, kehidupan di Belanda lebih seru dan rame. Warga Belanda yang juga cenderung ramah dan open dengan orang baru membuat negara ini banyak kelebihannya. But well, it's all about my gut!

Saya percaya tiap negara itu punya kelebihannya masing-masing. Dari namanya saja, Denmark memang tidaklah setenar Belanda, Perancis, atau Jerman. Bahkan banyak juga yang tidak tahu letak geografis Denmark itu tepatnya di Eropa bagian mana. Tapi saya memang bukanlah orang yang cukup percaya tentang "kata orang" sebelum saya sendiri melihat dan merasakannya. Lagipula, Belanda sudah terlalu mainstream sebagai tujuan au pair Indonesia.

Sebenarnya saya juga belum kenal negara-negara Skandinavia sebelumnya. Pernah masuk jadi salah satu member MLM kosmetik asal Swedia, membuat saya akhirnya penasaran dengan Stockholm dan kota-kota di negara Skandinavia lainnya. Sebelum jadi au pair di Belgia, seorang teman juga sudah berpesan ke saya untuk sesegera mungkin melihat Aurora Borealis di langit Eropa Utara saat musim dingin. Keinginan ini sebenarnya adalah keinginan pribadinya si dia yang memang belum bisa tercapai. Denmark memang masuk ke bagian Eropa Utara dan sudah cukup dekat ke Norwegia utara yang katanya bisa lebih jelas melihat Aurora Borealis saat musim dingin. Sewaktu di Belgia, keinginan untuk melihat cahaya utara ini memang sudah ada. Namun karena keterbatasan dana dan waktu, akhirnya keinginan ini harus saya tunda dulu. That's the point!

Dibandingkan Amsterdam, Kopenhagen pernah menjadi peringkat pertama kota teraman di dunia. Sementara tahun ini, lagi-lagi Kopenhagen masuk di antara 10 kota yang layak huni di dunia. Walaupun nantinya saya tidak tinggal di ibukota, tapi jarak kota yang akan saya tinggali hanya sekitar 12 km dari Kopenhagen. Lagipula, Denmark memang sudah mendapatkan reputasi baik sebagai negara dengan tingkat kriminalitas yang sangat rendah. Intinya negara ini benar-benar nyaman untuk ditinggali deh!

Denmark terkesan lebih artistik dan cultural menurut saya. Oke, ini sedikit subjektif. Saya juga mungkin tidak sepenuhnya mengeksplor Belanda dengan lebih baik. Tiap tahun Kopenhagen selalu terlibat dalam penyelenggaraan salah satu acara fashion terbesar, Copenhagen Fashion Week, yang menegaskan bahwa warga Kopenhagen memang stylish dan memiliki desainer oke.

Sementara banyak yang mengatakan Belanda memang penuh sejarah, namun anti-style. Saya memang bukan pengikut tren yang hedonis, tapi selain Copenhagen Fashion Week, banyak juga competition kebudayaan dan seni di ibukota sering diselenggarakan dengan akses yang mudah bagi pengunjung.

Dibandingkan Danish dan Dutch, jelas saja saya lebih memilih Dutch. Saya sudah pernah belajar dan menguasai Bahasa Belanda level dasar sebelumnya. Akan lebih baik jika saya memang memilih Belanda sebagai tujuan au pair untuk meneruskan level Bahasa Belanda lebih lanjut. Sementara Bahasa Denmark, tidak terlalu penting untuk dipelajari kan ya? Tapi, eh, tapi, bahasa Denmark mirip-mirip Bahasa Swedia dan Norwegia. Bukankah lucu juga mempelajari Bahasa Denmark yang mungkin nantinya bisa sekalian mengerti sedikit Bahasa Swedia atau Norwegia?

Walaupun saya juga belum tahu apakah nanti Bahasa Denmark akan berguna untuk karir di masa mendatang, tapi bukankah sebagai au pair ini memang kewajiban? Bahasa Inggris saja tidak akan cukup untuk berkomunikasi dengan host kids maupun orang lokal. Meskipun yang saya tahu orang Denmark umumnya bisa berbahasa Inggris dengan baik, namun akan lebih baik mempelajari satu bahasa bukan untuk tujuan tertentu melainkan komunikasi sehari-hari.

Saat berdiskusi dengan Louise dan keluarga Belanda lainnya, yang paling royal memang keluarga dari Denmark. Mereka bersedia menanggung tiket PP, asuransi, biaya administrasi Danish Immigration Service, dan uang saku di Denmark juga lebih tinggi dibandingkan Belanda. Per tanggal 1 Juli 2015, uang saku au pair di Denmark dinaikkan menjadi minimum 4000DKK (sebelum dipotong pajak 8%). Prinsip saya untuk jadi au pair, mengeluarkan biaya seminim mungkin. Setidaknya, biaya yang saya habiskan cukuplah untuk mengurus visa di Jakarta saja.

Oke, biaya hidup di Denmark memang lebih tinggi 20 hingga 30 persen ketimbang Belanda, wajar jika uang sakunya juga tinggi. Seorang teman eks au pair di Belanda juga mengatakan kalau sebenarnya keluarga Belanda banyak juga yang mau menanggung tiket pesawat PP, biaya kursus, dan biaya lainnya, tergantung tawar-menawar. Tapi karena tawaran dan jadwal kerja dari Louise lebih reasonable, akhirnya saya tetap memilih Denmark sebelum berdiskusi lebih jauh dengan keluarga di Belanda.

Diri saya, semoga ini benar-benar keputusan yang terbaik!

Monday, July 6, 2020

Tips Guide Untuk Para Calon Au Pair|Fashion Style

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih!

Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini .

Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai.

Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasaran para calon au pair Indonesia. I hope it could help you more!

1. Kak, saya sangat tertarik jadi au pair tapi bahasa Inggris saya pas-pasan. Apakah masih bisa?

Au pair berbeda dengan program pertukaran budaya dari penyelenggara kursus bahasa Inggris di Indonesia. Meskipun kebanyakan negara di Eropa tidak mengharuskan calon au pair memenuhi syarat IELTS/TOEFL, tapi kemampuan bahasa Inggris sangat wajib dikuasai oleh calon au pair.

Tenang saja, kamu tidak harus mendapatkan nilai IELTS 7.0 dulu untuk harus bisa jadi au pair. Tapi setidaknya kuasailah bahasa Inggris aktif. Artinya, mampu berbicara dengan baik saat mengutarakan pendapat.

Kesulitan berkomunikasi karena bahasa Inggris level rendah, membuat kita juga harus ekstra keras mengerti maksudnya keluarga asuh. Banyak juga au pair yang mengalami masalah komunikasi dengan keluarga asuh karena bahasa Inggris mereka masih terbata-bata. Anyway, you need to socialize though. Bahasa apalagi yang mesti kamu gunakan kalau bukan bahasa Inggris (dan bahasa setempat)?

2. Dimana mencari keluarga asuh? Apakah ada situs terpercaya?

Mencari keluarga asuh biasanya dimulai dengan membuat profil di beberapa situs pencarian au pair. Website yang direkomendasikan:

1. Au Pair World

Website yang paling banyak direkomendasikan karena memuat banyak profil keluarga asuh dari hampir semua negara di dunia. Silakan buat profil dan pasang foto semenarik mungkin, gratis!

2. Great Au Pair

Selain pencarian au pair, situs ini juga memuat banyak profil keluarga asuh yang memerlukan au pair hingga pekerja paruh waktu.

3. Au Pair Support Belgium

Sejenis agensi au pair dari Belgia yang membantu keluarga asuh mencari au pair dari beberapa negara seleksi. Agensi ini juga yang saya pakai saat menjadi au pair di Belgia dulu. Prosesnya tanpa ribet dan gratis.

4. Energy Au Pair

Kalau memang tertarik menjadi au pair di Denmark dan Norwegia, cobalah mendaftar disini. Tapi hati-hati, karena banyaknya saingan dari Filipina, biasanya sulit juga menemukan keluarga asuh yang cocok. Profil kita kadang tenggelam oleh kandidat dari negara sepupu.

5. Scandinavian Au Pair

Meskipun labelnya Skandinavia, tapi sebenarnya mereka lebih banyak memuat profil keluarga asuh dari Swedia. You want to try?

6. Smiling Face

Agensi berbayar yang biasanya banyak dipakai oleh calon au pair Thailand dan Indonesia untuk mencari keluarga di Belanda.

7. AuPair.com

Situs pencarian au pair berikut juga bisa kamu coba kalau memang situs di atas kurang menarik. Asiknya, AuPair.com juga memberikan sertifikat setelah masa au pair berlangsung, lho!

8. Au Pair Belgium

Solusi untuk kamu yang tertarik ke Belgia dan bisa submit aplikasi dengan mudah via situs mereka. Just give it a try!

9. Double Dutch

Meskipun judulnya versi Belanda, tapi agensi ini menawarkan booklet dan pencarian keluarga ke banyak tempat. Kalau kamu tertarik ke Belgia, Belanda, Islandia, atau Prancis, sila daftar ke situs mereka. Gratis!

10. Aufini

Situs pencarian keluarga angkat berbayar jika kamu ingin menikmati semua feature-nya. Kebanyakan keluarga di Belanda atau Denmark menggunakan situs ini untuk mencari calon au pair.

11. Grup Facebook Au Pair

Beberapa au pair ada yang berhasil menemukan keluarga asuh dari postingan di grup Facebook. Keluarga ini biasanya mencari langsung kandidat via akun Facebook mereka. Tidak jarang, banyak juga au pair yang bersedia mencarikan pengganti mereka sebelum masa kontrak berakhir lewat grup au pair.

3. Sebaiknya pakai agen atau tidak ya?

Tergantung. Kalau kamu dan keluarga asuh ketemu di salah satu website non-agen, urusan kelengkapan dokumen harus diurus sendiri. Biasanya dari pihak keluarga asuh harus menanyakan urusan dokumen ke balai kota dan bagian imigrasi di negara mereka. Komunikasi pun harus lebih jelas karena tidak ada pihak ketiga yang menangani.

Kalau kamu dan keluarga asuh bertemu lewat website agensi pencarian au pair, keluarga asuh harus membayar jasa agen untuk mengurus kelengkapan dokumen. Karena ada pihak ketiga, urusan dokumen biasanya lebih mudah dan ada pihak ketiga yang menengahi bila terjadi masalah.

Meskipun keluarga asuh sudah membayar jasa agen, namun tidak semua agensi memihak ke keluarga asuh kok. Banyak juga agensi yang bersikap netral, terbuka, dan sigap menangani masalah yang menimpa au pair.

Pakai atau tidak pakai agen, urusan kelengkapan dokumen di Indonesia dan mengurus visa, masih kita juga yang turun tangan. Keluarga asuh yang mau membayar agensi biasanya hanya tidak mau direpotkan oleh banyaknya dokumen yang harus disiapkan. Baca postingan saya tentang plus minus pakai agen kalau masih bingung juga!

4. Saya sudah membuat profil dan bicara dengan banyak keluarga asuh. Tapi mengapa selalu ditolak?

Namanya juga cari kerja, pasti selain skill, juga mengandalkan peruntungan dong? Sama halnya mencari keluarga asuh. Tidak semua calon au pair yang pernah jadi au pair sebelumnya, lebih mudah mendapat keluarga. Bahkan ada juga calon au pair yang belum pernah sama sekali ke luar negeri, gampang saja dapat keluarga asuh.

Intinya, tetap sabar dan usaha. Saya sendiri harus menunggu selama 5 bulan sebelum berangkat ke Belgia. Saat jadi au pair di tahun kedua pun, harus ditolak 7 kali dulu oleh beberapa keluarga asuh, sebelum akhirnya telentang cantik di kasur keluarga Denmark ini.

Cobalah beberapa situs pencarian au pair daripada stuck hanya di satu situs. Tetap kerjakan kesibukan lain di luar masa menunggu keluarga asuh. Yang mencari au pair banyak, tapi yang ingin jadi au pair lebih banyak lagi. Tetap semangat!

5. Negara mana saja yang direkomendasikan untuk pemegang paspor Indonesia?

Oke, angan-angan ke luar negeri dengan cara menjadi au pair sudah ada di ubun-ubun, profil juga sudah dibuat, langkah selanjutnya adalah memilih negara. Karena kebingungan dan terlaluexcited, nyaris semua negara dipilih. Eiits, tunggu dulu!

Tidak semua negara memperbolehkan pemegang paspor Indonesia menjadi au pair. Ada juga negara-negara dengan regulasi tertentu yang mengharuskan calon au pair menguasai bahasa lokal hingga membatasi umur.

Di postingan sebelumnya, saya sudah merekomendasikan daftar negara yang memungkinkan serta plus minusnya bagi para calon au pair Indonesia. Kali ini, saya coba mengurutkan negara-negara dengan membandingkan proses visa, uang saku, hingga atmosfir yang cukup menjanjikan bagi au pair. You still have a choice! (*Diperbarui April 2019*)

1. Austria

Mengurus visa: Mudah

Level bahasa: Bahasa Jerman level A1.

Uang saku: €446.81

Jam kerja: Maksimum 18 jam per minggu.

Jatah libur: Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 30 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung setengah-setengah.

Tiket pesawat: Normalnya, dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 28 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Cukup banyak

2. Belgia

Mengurus visa: Ribet. Mesti legalisasi kesana kemari. Proses menunggu visa hanya 2 hari kerja.

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: €450

Jam kerja: Maksimum 20 jam per minggu.

Jatah libur: Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu dan full weekend per bulan. Au pair mendapat libur berbayar 14 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Normalnya, dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 25 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Cukup banyak

3. Belanda

Mengurus visa: Sedikit ribet. Wajib pakai bantuan agensi dan legalisasi kesana kemari.

Level bahasa: Tidak diperlukan

Uang saku: €300 - €340

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu atau tidak lebih dari 8 jam per hari.

Jatah libur: Tidak lebih dari 5 hari kerja atau mendapatkanfull weekend setiap minggu. Au pair mendapat libur berbayar 14 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Biasanya keluarga asuh bersedia membayari tiket pesawat penuh.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Banyak

4. Denmark dan Norwegia

Mengurus visa: Mudah. Proses menunggu 3-4 bulan.

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: Selalu naik per tahun, tapi mesti membayar pajak. Tahun 2019, uang saku di Denmark sebelum pajak 4350 DKK, sementara di Norwegia 5900 NOK (Tiap satu/dua tahun sekali, uang saku di dua negara ini selalu naik)

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Au pair yang bekerja 5 hari per minggu mendapat jatah libur 25 hari, sementara bagi yang bekerja 6 hari per minggu mendapat jatah libur 30 hari per tahun. It's fully paid!

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh

Tiket pesawat: Ditanggung penuh keluarga asuh, kecuali Norwegia yang biasanya hanya setengah-setengah.

Batasan umur: 29 tahun

Masa tinggal: Maksimum 24 bulan.

Lowongan: Mulai sedikit dikarenakan banyak keluarga yang hanya ingin merekrut au pair yang sudah tinggal di Eropa

5. Prancis

Mengurus visa: Cukup mudah.

Level bahasa: Minimal level A1/A2

Uang saku: €270 - €321 (biasanya ada keluarga asuh yang bersedia membayar €400/bulan)

Jam kerja: Maksimum 25 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Diberikan 12 bulan, tapi bisa diperpanjang sampai maksimal 24 bulan.

Lowongan: Lumayan banyak

6. Jerman

Mengurus visa: Cukup mudah.

Level bahasa: Bahasa Jerman level A1.

Uang saku: €260 - €300

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 26 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Banyak

7. Australia

Mengurus visa: Karena visa yang digunakan Working Holiday Visa, syarat yang harus dipenuhi pun banyak i.e. deposito tabungan di rekening 5000 AUD atau minimum semester 5 di bangku kuliah.

Level bahasa: Bahasa Inggris umum, minimum IELTS 4.5

Uang saku: 200-250 AUD selama 30 jam per minggu.

Jam kerja: Maksimum 40 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri jika ingin mengambil kelas Bahasa Inggris.

Tiket pesawat: Ditanggung penuh sendiri, kecuali keluarga asuh bersedia membayari tiket pulang.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Banyak

8. Luksemburg

Mengurus visa: Dokumennya mudah, tapi mesti menunggu maksimum 3 bulan

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: €409

Jam kerja: 25 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Normalnya au pair mendapatkan libur satu hari dan tiga kalioff di sore hari dalam satu minggu. Au pair mendapat libur berbayar 2 hari per bulan.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Normalnya, dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Sangat rendah

9. Swedia

Mengurus visa: Mudah namun masa tunggu visa 3-7 bulan.

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: 3500 SEK (sebelum pajak)

Jam kerja: Maksimum 25 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan dengan keluarga. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung balai kota.

Tiket pesawat: Normalnya bayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan. Calon au pair yang pernah menjadi au pair di negara lain akan sedikit riskan, karena kemungkinan visa-nyagrantedsemakin kecil.

Lowongan: Tidak terlalu banyak dan harus bersaing dengan kandidat Filipina.

10. Finlandia

Mengurus visa: Cukup mudah tapi waktu tunggu hingga 4 bulan

Level bahasa: Tidak diperlukan, namun mesti menunjukkan ketertarikan dengan budaya/bahasa mereka.

Uang saku: Minimum €280 (sebelum pajak)

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan. Finlandia menolak calon au pair yang pernah menjadi au pair di negara lain sebelumnya.

Lowongan: Sangat rendah

11. Islandia

Mengurus visa: Mudah

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: 10.000 ISK per minggu

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Au pair mendapat libur minimum 2 hari per minggu dan libur berbayar 14  hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 25 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan

Lowongan: Sangat rendah

6. Saya mendapat banyak respon positif dari keluarga di United Kingdom, Amerika, Kanada, atau Selandia Baru. Tapi sayangnya pemegang paspor Indonesia tidak bisa jadi au pair di negara tersebut, benarkah?

Iya, benar. Sebaiknya kamu pendam saja keinginan menuju negara-negara tersebut karena pemegang paspor Indonesia memang tidak bisa menjadi au pair kesana.

Saya sempat mendengar ada au pair Indonesia yang pernah ke Amerika. Tapi tahun lalu, sepertinya kesempatan calon au pair Indonesia kesana sangat kecil. Untuk mendapatkan visa J-1, calon au pair dan keluarga asuh harus menunjuk satu agensi yang akan mengurus kelengkapan dokumen. Sayangnya, banyak agensi Amerika ini tidak memasukkan Indonesia ke dalam daftar negara seleksi mereka.

Tertarik jadi au pair ke Amerika? Baca serba-serbinya di postingan saya yang ini !

Ingin juga ke Italia, Spanyol, atau Irlandia, ada kesempatannya kok! Cek postingan saya disini!

7. Saya sudah bertemu keluarga asuh yang sepertinya cocok. Hal apa saja yang harus ditanyakan?

Banyak!

Selain menanyakan tentang jadwal kerja, tugas, dan uang saku, jangan takut juga menanyakan banyak hal untuk mendapatkan kejelasan. Jangan sampai nantinya kita merasa dibohongi gara-gara segan menanyakan hal yang dianggap tidak penting, tapi sebenarnya salah kita dari awal.

Tidak perlu takut dan segan soal pertanyaan yang menyangkut uang ataupun hari libur. Kalau perlu, semua pertanyaan dan jawaban dikopi lagi dalam satu kertas sebagai "bukti" kalau nantinya ada miskomunikasi dengan keluarga asuh. Contoh pertanyaan lainnya:

Bagaimana masalah tiket pesawat, apakah kalian bersedia membayar penuh ataukah setengah-setengah?

Yang saya tahu, au pair di negara X mendapat jatah libur X hari per tahun (kalau perlu cantumkan juga website sumber), apakah kalian setuju dengan hal ini?

Di tempat kalian tinggal, berapa lama menuju stasiun atau halte terdekat? (Pertanyaan ini sangat penting karena sebagai calon au pair, kita harus tahu dimana kita tinggal . Apakah calon au pair akan merasa nyaman jika harus tinggal di pedesaan, pinggir kota, atau pusat kota?)

Apakah kalian juga membayari tiket transportasi per bulan? (Jika salah satu tugas au pair adalah antar-jemput anak menggunakan transportasi umum, biasanya keluarga asuh tidak keberatan membayari tiket bulanan. Tanyakanlah jika keluarga asuh belum membicarakan hal ini.)

Apakah kalian punya jam malam?

Adakah kemungkinan saya boleh membawa teman ke rumah dan menginap?

Apakah au pair juga libur saat Public Holiday di negara X?

Saat liburan keluarga, apakah au pair harus ikut serta? Jika ya, adakah kemungkinan au pair mendapatkan uang tambahan untuk mengurus anak?

Saya seorang umat beragama, ada masalah kah jika saya beribadah pada waktu tertentu?

Saya seorang muslim, apakah ada masalah jika saya tidak makan babi di rumah?

Apakah saya boleh meminta kontak au pair sebelumnya untuk mengobrol dan tahu lebih lanjut soal keluarga kalian?

8. Saya memiliki tekad untuk lanjut sekolah lagi selepas masa au pair. Apakah memungkinkan?

Yup!

Untuk lanjut kuliah di Eropa, biasanya kamu bisa mencari beasiswa, sponsor, ataupun dengan biaya sendiri. Banyak juga au pair yang "merayu" keluarga asuh mereka untuk dijadikan sponsor sebagai syarat administrasi kuliah.

9. Negara mana saja yang direkomendasikan untuk melanjutkan kuliah setelah jadi au pair?

Yang paling populer adalah Jerman dan Belgia. Biaya kuliah di kedua negara ini bisa sangat murah bahkan nyaris gratis kalau kita mengambil kelas bahasa lokal.  Banyak juga eks au pair yang lanjut kuliah kesini lewat bantuan sponsor dan biaya pribadi. Coba saja cari sponsor yang bersedia "menjaminkan" buku tabungannya sebagai syarat administrasi mendaftar kuliah.

Salah satu syarat administrasi kuliah di Eropa adalah mampu menyiapkan deposito kuliah sejumlah 8000€ per tahun. Uang ini tidak harus ada di rekening kita asalkan ada jaminan dari pihak sponsor; bisa keluarga asuh, keluarga kandung, ataupun perusahaan tempat kita bekerja.

Negara lainnya adalah Prancis dan Austria. Hampir sama dengan kedua negara di atas, Prancis dan Austria juga menyediakan kampus dengan biaya rendah jika kita mengambil kelas bahasa Prancis dan Jerman. Untuk masuk ke kelas bahasa lokal ini pun, level bahasa yang dibutuhkan berbeda dengan level kelas bahasa umum yang biasa au pair datangi. You need to pass the (higher) language test.

Kalau malas mengambil kelas bahasa lokal (yang murah), coba juga cek kelas berbahasa Inggris. Selain lulus syarat IELTS/TOEFL, biaya kuliah untuk kelas bahasa Inggris biasanya juga lebih mahal.

Tertarik kuliah di Eropa Utara gratis? Ayo ke Norwegia! Sampai sekarang, Norwegia masih membebaskan uang kuliah bagi mahasiswa lokal dan internasional di kelas bahasa lokal maupun bahasa Inggris. Syarat administrasi bagi mahasiswa internasional pun hampir sama dengan seperti kampus lainnya di Eropa; bukti kemampuan finansial sejumlah 103,950NOK atau 12000€ dan sertifikat kemampuan berbahasa Inggris.

Memang tidak semua kampus dan jurusan kuliah di Norwegia gratis. Beberapa jurusan kuliah, seperti kedokteran, memerlukan biaya kuliah tambahan. Mahasiswa pun biasanya harus membayar biaya administrasi kuliah sejumlah 600-800NOK per semester.

10. Adakah kesempatan mendapatkan pekerjaan setelah jadi au pair?

Tergantung. Ya dan tidak.

Pekerjaan apa dulu yang kalian cari? Tukang bersih-bersih, jurnalis, perawat, karyawan, atau apa? Jenis pekerjaan berketerampilan tinggi tentunya tidak mudah dicari. Mencari pekerjaan secara mandiri di negara orang lebih sulit ketimbang mencari di Indonesia.

Meskipun kita memiliki keterampilan yang dicari perusahaan, tapi kita juga harus bersaing dengan orang lokal dan orang asing lainnya. Menguasai bahasa lokal pun belum cukup menjamin eks au pair mendapatkan pekerjaan.

Saya sendiri belum pernah mendengar ada au pair yang langsung bekerja setelah masa kontraknya selesai. Kalau yang lanjut kuliah dan bekerja paruh waktu sih banyak.

Tapi bukan tidak mungkin lho, ya. Kalau si au pair memiliki networking yang luas dan berketerampilan, siapa tahu saja memang mendarat menjadi karyawan selepas masa kontrak berakhir.

Asalkan ada perusahaan yang mau menjamin, kita bisa mencari tempat tinggal dengan cepat, biasanya pihak balai kota akan menyetujui perpanjangan residence permit. But anyway, it's a long and hard thought.

OKAY! So, that's a wrap! Kalau calon au pair dan pembaca blog saya masih ada yang belum jelas, silakan tinggalkan komen di bawah ataupun bisa kirim surel kesini ya. Semoga membantu!

More tips:

Guide Au Pair: Mulai dari Mana?

Friday, June 19, 2020

Tips Guide Au Pair: Mulai dari Mana?|Fashion Style

Beberapa kali saya menerima surel dari pembaca yang mengatakan kalau mereka sangat tertarik menjadi au pair namun tidak tahu harus mulai dari mana. Meskipun sudah ada guide au pair yang pernah saya tulis sebelumnya, namun kelihatannya para pemula harus dibekali banyak referensi lain agar lebih jelas.

Cerita sedikit tentang pengalaman newbie dulu. Pertama kali memutuskan au pair, umur saya saat itu 22 tahun dan sedang sibuk mengurus tugas akhir kampus. Keinginan untuk tinggal di luar negeri sudah lama menjadi mimpi dan memang selalu optimis hingga saat itu. Tahu sebentar lagi akan lulus, saya jadi kepikiran ingin lanjut S2 dan cari beasiswa. Tapi karena yakin IPK dan bahasa Inggris masih pas-pasan, terpaksa skip!

Masih tetap dengan mimpi bisa hidup di luar negeri, banyak keyword yang saya masukkan di Google untuk sekedar mencari cara lain. Beberapa cara tersebut bisa dengan bekerja menjadi seorang skilled worker, volunteer, ikut kompetisi seni atau sains, WWOOF, ataupun jalan-jalan.

Ide menjadi seorang skilled worker sepertinya mustahil, apalagi saya masihfresh graduate saat itu. Volunteering, sepertinya juga belum memungkinkan plus butuh biaya lain. Pun begitu dengan travelling, setidaknya saya mesti menabung 2 tahun dulu agar bisa menginjakkan kaki ke Eropa. Meskipun menabung selama 2 tahun diarasa belum mampu juga kesana, tapi impian ke Eropa memang sudah saya tulis lama di buku jurnal. Plus, rincian kapan, musim apa, hingga biaya yang kira-kira mesti ditabung.

Satu hari, saya mampir ke toko buku online untuk mencari buku-buku travelling. Saya dulu memang penggila buku travelling ataupun cerita-cerita yang berbau luar negeri. Bagi saya, buku-buku seperti ini membawa inspirasi dan motivasi untuk bisa juga merasakan apa yang sudah penulis lakukan. Seperti tidak sabar ingin ikut berpetualang.

Karena pilihan buku yang ada di toko luar biasa banyaknya, saya iseng-iseng mengklik bagian "SALE". Dari bagian tersebut, entah kenapa saya iseng-iseng klik lagi genre "ROMANTIS". Kalau mau jujur, saya bukan termasuk penyuka novel bernuansa romansa ataupun percintaan. Tapi ternyata, dari menyusuri kumpulan buku fiksi percintaan ini, jalan saya ke Eropa terasa lebih lebar.

Satu judul buku menarik perhatian saya. Saya lupa judulnya apa, tapi intinya tentang kisah cinta seorang cewek Indonesia yang tinggal di Austria. Meskipun fiksi, tapi beberapa intrik dari kisah ini diambil dari kisah nyata si cewek yang bekerja sebagai au pair di Wina. Eh, saya lalu penasaran "apa itu au pair?". Mengapa si cewek ini bisa dengan "mudahnya" ke Eropa dengan hanya menjadi au pair? Lalu, dari situlah rasa penasaran saya berkembang setiap hari.

Sama seperti para pemula di luar sana, saya pun berusaha mencari tahu tentang seluk-beluk au pair ini sendiri. Apa yang saya lakukan? Mulai dari mana?

1. Pahami dulu apa au pair itu

Sebelum terlalu bahagia bisa ke Eropa dengan menjadi au pair, seorang pemula mesti betul-betul mengerti apa itu au pair. Sorry, au pair bukan pembantu ya! Cari tahu dulu mulai dari tugas, tanggung jawab, jam kerja, ataupun hak yang bisa kita dapatkan. Pelajari sampai ke detail-detailnya tentang peranan au pair di keluarga. Keep browsing kesana kemari sampai betul-betul paham konsep utama jadi au pair.

Semua pencarian saya lakukan secara mandiri via online tanpa tahu harus bertanya ke siapa. Apalagi dulu, banyak cerita di internet hanya terpaku dengan au pair Belanda, Jerman, dan Prancis saja. Sementara saya tidak minat ke tiga negara tersebut.

2. Cek regulasi

Saat tahu tujuan au pair, saya langsung merasa au pair adalah hal yang selama ini saya cari. Nyaris gratis, tanpa embel-embel sertifikat bahasa, lalu bisa hijrah ke Eropa. Praktis, saya sangat antusias membuat profil di Au Pair World dan kebingungan memilih negara mana saja yang menarik.

Tapi tunggu! Sebelum memutuskan pilih negara, ada baiknya kita mesti tahu juga negara mana yang berlaku bagi pemegang paspor Indonesia. Tidak semua negara bisa kita jadikan host country, lho. Contohnya saya, pertama kali cari keluarga di Au Pair World inginnya dari Selandia Baru yang setelah dilihat regulasinya, tidak memungkinkan bagi orang Indonesia.

Postingan saya tentang guide au pair ataupun tips au pair sebelumnya mungkin bisa dijadikan referensi saat memilih negara. Menurut saya, Au Pair World pun bisa digunakan sebagai bahan referensi terbaik untuk mengecek regulasi tiap negara. Tidak hanya itu, Au Pair World juga memuat banyak informasi penting yang berhubungan dengan tugas, hari libur, ataupun hak au pair.

Three. Buat profil

Yakin sudah tahu ingin ke negara mana, selanjutnya adalah membuat profil dan mencari keluarga angkat. Pilihlah setidaknya dua hingga lima negara yang paling membuat kamu termotivasi. Pasang foto-foto terbaik bersama anak-anak dan tulislah esai sejujur mungkin tentang motivasi kamu jadi au pair. Percayalah, saya pun harus update profil hingga 10 kali untuk menuliskan the real me as a person.

Sangat disarankan untuk membuat profil di lebih dari satu situs agar peluang mendapatkan host family lebih besar. Selain itu, coba juga cari situs au pair ataupun agensi gratis agar tidak membebankan kamu soal biaya.

Cek postingan berikut untuk lebih tahu tips memenangkan hati keluarga angkat !

Four. Perbanyak referensi

Jadi au pair tidak hanya kerja dan jalan-jalan, but more than those! Ingat ya, au pair bukan liburan. Ada tanggung jawab yang mesti kamu pegang disitu. Jadi au pair juga tidak selamanya menyenangkan, bahkan bisa jadi sangat menyeramkan. Meskipun, kamu juga tetap harus memikirkan ada banyak enaknya jadi au pair .

Saat saya mencari tahu tentang au pair sekitar 4 tahun lalu, artikel di Google kebanyakan berisi tentang cerita-cerita bahagia au pair Belanda, Jerman, dan Prancis. Tiga negara ini memang sangat populer bagi cewek-cewek Indonesia. Semua cerita yang dibagikan kebanyakan menyenangkan seperti tidak ada cacat.

Wah, kalau kamu sudah mengalaminya, sebenarnya cerita au pair tidak selamanya demikian. Beberapa postingan saya di blog ini juga memuat beberapa cerita menyedihkan saya bersama host family yang berakhir putus kontrak dan perang dingin.

Banyak-banyaklah membaca kisah au pair Indonesia yang baik dan buruk. Memang, tidak semua cerita buruk biasanya diceritakan dan muncul di net. Tapi percayalah, pengalaman buruk tersebut memang benar adanya.

Selain baca blog para au pair Indonesia, boleh juga tonton video para au pair vlogger di Youtube untuk melihat secara lebih dekat keseharian au pair. Saya dulu juga membaca buku Icha Ayu yang berjudul Au Pair - Backpacking Keliling Eropa dengan Menjadi Babysitter sebagai referensi lain mengenal dunia au pair.

Jika memang tidak malas, sila baca juga beberapa curhatan hati para au pair dalam bahasa Inggris yang bisa kamu temukan di net. Kadang, tulisan berbahasa Inggris ini menceritakan poin dan fakta lain yang tak kamu duga-duga ketika memutuskan jadi au pair.

5. Persiapkan intellectual kamu

Selagi memperkaya referensi dan terus mencari keluarga angkat, saya sarankan untuk mulai mempersiapkan intellectual. Mengapa, karena tinggal di luar negeri tidak selamanya menyenangkan. Selain dipaksa untuk mandiri dan bertanggungjawab, kamu harus membentuk sifat berani.

Berani disini maksudnya adalah berani menerima resiko, berani speak up, berani menentang jika ada masalah, berani melawan diktator, berani menghadapi orang-orang baru, dan berani membahagiakan diri sendiri. Banyak sekali saya temukan au pair di Eropa yang terpaksa pulang karena bermasalah dengan host family mereka, ataupun karena baru sadar ternyataau pair isn't for them. So, be ready!

Bagaimana, masih bingungkah memulai langkah menjadi au pair? Kalau ada pertanyaan, feel free untuk bertanya di kolom komentar atau via contact ya. Cheers!

More manual:

Hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair

Guide untuk para calon au pair

Usia yang tepat mulai au pair pertama kali

Pakai agensi atau mandiri?

Friday, June 5, 2020

Tips Tips Au Pair: Pencarian Keluarga Angkat Tanpa Lelah (Bagian 2)|Fashion Style

Sebelum menjadi au pair di Belgia, masa-masa terlama bagi saya adalah proses pencarian keluarga angkat. Siapa bilang mencari keluarga angkat itu mudah? Walaupun di luar sana ada banyak host family yang mencari au pair, tapi justru lebih banyak calon au pair yang sedang mencari keluarga. Meneruskan cerita pencarian keluarga disini, saya akan berbagi sedikit tips bagaimana mencari keluarga angkat.

Tentukan negara dan cek regulasi

Sebagai pemegang paspor Indonesia, tidak semua negara menerima au pair dari Indonesia. Beberapa negara di Eropa pun punya regulasi khusus yang dibutuhkan calon au pair sebelum memulai permohonan visa. Karena saya sering mengecek banyak regulasi di beberapa negara, saya berikan gambaran negara-negara yang bisa dijadikan pilihan mencari keluarga angkat. Namun yang saya terangkan disini hanyalah penilaian saya sendiri dan pengalaman teman au pair lainnya. Bagi yang ingin mengecek regulasi umum seperti batas umur, gaji, dan liburan, bisa di-googling sendiri atau cek di website Aupair World .

1. Australia

Negara yang cukup dekat dengan Indonesia ini memberikan waktu 1 tahun bagi au pair untuk bekerja dan berlibur disana menggunakan Working and Holiday visa. Jumlah keluarga yang membutuhkan au pair juga cukup banyak. Apalagi banyak dari mereka yang memang khusus mencari au pair dari Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, atau Indonesia.

Plus:

(+) Tidak perlu repot-repot belajar bahasa baru karena bahasa yang digunakan totally English!

( ) Kemudi mobil yang sama dengan Indonesia, sehingga tidak perlu adaptasi lagi.

( ) Karena lebih dekat dari Indonesia, kesempatan "mudik" pun bisa dipertimbangkan.

(+) Cuaca dingin yang katanya masih acceptable bagi orang Indonesia.

Minus:

(-) Urus visanya merepotkan dan butuh biaya banyak. Sebelum urus visa, kita harus lebih dulu mengajukan surat rekomendasi dari pemerintah yang banyak syarat-syaratnya, contohnya sertifikat bahasa Inggris, tes kesehatan, dan perlu juga menyiapkan dana tabungan sebagai bukti finansial. Cek cerita saya disini !

(-) Minim kultur dan tidak punya kesempatan belajar bahasa baru.

2. Austria

Negara yang punya alam yang sangat keren di bagian utaranya ini, bisa kamu pilih untuk meningkatkan level bahasa Jerman mu. Perlu diingat juga, sebelum mendaftar visa, sertifikat keahlian bahasa Jerman level A1 mesti dipersiapkan.

3. Belgia

Ini negara pertama saya jadi au pair. Negara kecil yang letaknya di sentral Eropa ini bisa dipertimbangkan kalau kalian berusia kurang dari 26 tahun.

Plus:

( ) Negara trilingual (Belanda, Perancis, Jerman) yang cocok bagi peminat bahasa asing.

( ) Gaji yang ditawarkan lumayan tinggi dibanding wilayah lain di Eropa, minimum ?450/bulan.

( ) Urus visa di kedubes Belgia-nya cepat.

Minus:

(-) Karena negaranya kecil, kadang cenderung membosankan. Tidak banyak yang bisa dieksplor disini. Namun Brussels, Brugge, atau Li?Ge punya keunikannya sendiri-sendiri.

(-) Mengurus visanya cukup merepotkan.

(-) Tidak terlalu kultural, menurut saya.

4. Belanda

Banyak au pair dari Indonesia yang memulai cerita au pairingnya dari negeri kincir angin dan keju ini.

Plus:

( ) Belanda punya budaya seru yang cukup mewakili Eropa.

( ) Yang tidak terlalu suka belajar bahasa Belanda, bisa bersyukur karena rata-rata orang Belanda bisa bahasa Inggris.

( ) Banyak restoran dan orang Indonesia yang tinggal, sehingga bisa mengobati rasa rindu kampung halaman.

( ) Dibandingkan masyarakat Belgia yang cenderung tertutup, kabarnya orang Belanda lebih ramah dan terbuka.

Minus:

(-) Kabar yang saya dengar, banyak juga kisah menyedihkan au pair Indonesia yang bekerja di keluarga Belanda. Memang tidak semua keluarga di Belanda memperlakukan au pair Indonesia dengan buruk, namun kadang kisah mereka membuat kita harus lebih waspada dan transparan saat berdiskusi dengan calon keluarga angkat nanti.

(-) Walaupun senang bisa bicara bahasa Inggris di tiap sudut kota, namun merugikan juga karena kita merasa tidak harus belajar bahasa Belanda. Selain itu, kursus bahasa Belanda untuk au pair tidak se-intensif di Belgia. Biaya kursusnya juga mahal dan hal ini cukup merugikan juga bagi au pair yang berkewajiban membayar sendiri.

Five. Denmark

Salah satu negara populer di Eropa Utara yang sering jadi tujuan au pair dari Asia Tenggara, khususnya Filipina.

Plus:

( ) Mereka yang memilih Denmark, biasanya lebih merujuk ke durasi masa kerja au pair yang bisa lebih dari 12 bulan.

( ) Negara aman dan tenang, minim kriminalitas.

( ) Banyaknya au pair asal Filipina yang bekerja disini, membuat kita bisa membangun komunitas dengan banyak au pair lainnya.

Minus:

(-) Siap-siap mengeluh di musim dingin, karena suhunya bisa mencapai -10 derajat Celcius.

(-) Biaya hidupnya yang lebih tinggi 30% dari negara-negara lain di Eropa Barat.

(-) Hati-hati dengan pola pikir keluarga Denmark yang "terlalu underestimate" dengan gadis dari Asia Tenggara. Wajar memang, mengingat banyaknya gadis muda dari Filipina yang tiap tahunnya selalu mencari kesempatan kerja jadi au pair dan cleaning lady. Ya, mirip-mirip kisah TKW dari Indonesia ke Hongkong atau Saudi Arabia.

6. Finlandia

Tertarik dengan negaranya Santa nan dingin?

Plus:

(+) Meskipun tidak masuk kawasan Skandinavia, Finlandia hampir mirip dengan negara-negara tetangganya. Alamnya masih pure dan alami, cocok untuk yang masih penasaran dengan Aurora Borealis.

(+) Walaupun di Finlandia sendiri tidak terlalu banyak orang asing, namun kabarnya orang Finlandia sendiri lebih laid-back dan cukup open.

Minus:

(-) Uang bulanan yang cukup kecil.

(-) Meskipun tinggal di ibukotanya sendiri, Helsinki, suasana disini terbilang agak sepi dan tidak terlalu hiruk pikuk seperti banyak kota besar di Eropa Barat. Kehidupan cenderung lambat dan agak membosankan.

(-) Mesti menyertakan sertifikat keahlian bahasa Finlandia/Swedia sebelum mendaftar visa.

7. Jerman

Selain Belanda, negaranya para pakar IT berikut merupakan salah satu tujuan favorit au pair dari Indonesia.

Plus:

( ) Biaya hidupnya yang cenderung lebih rendah dari negara di Eropa Barat lainnya.

( ) Negaranya yang luas memberikan banyak kesempatan untuk yang suka eksplorasi.

( ) Seorang teman au pair mengatakan orang Jerman cukup terbuka, kadang pemalu, namun sangat bersahabat dengan orang asing.

( ) Peluang menemukan keluarga angkat cukup besar mengingat banyak keluarga disana yang butuh bantuan au pair.

Minus:

(-) Siap-siap mengantongi sertifikat bahasa Jerman minimum level dasar sebelum terbang kesini. Para keluarga angkat juga biasanya mencari au pair yang bisa menguasai bahasa mereka, di luar bahasa Inggris. Yang ingin kesini, sebaiknya persiapkan kemampuan bahasa Jerman lebih dulu dan ikut tes di Goethe Institute untuk mendapatkan sertifikat bahasa.

(-) Karena biaya hidupnya rendah, gaji yang didapat pun lebih rendah (sekitar €260-300/bulan). Makanya kalau ingin kesini, pola pikir kita harus diubah. Au pairing ke Jerman bukan untuk making money tapi lebih kepada belajar budaya dan bahasa.

Eight. Luksemburg

Pernah dengar negara kecil yang posisinya berdekatan dengan Belgia Selatan? Walaupun belum pernah mendengar kisah teman-teman au pair dari sana, negara yang terkenal dengan jembatannya yang indah ini juga bisa jadi pilihan. Namun sayangnya, keluarga yang butuh au pair juga tidak sebanyak negara Eropa Barat lainnya. Bahasa nasionalnya Perancis dan Jerman, tapi kita tidak memerlukan sertifikat bahasa sebelum keberangkatan. Gaji yang ditawarkan pun lebih besar dari negara Eropa lainnya.

Nine. Norwegia

Selain Denmark, salah satu tujuan au pair dari Asia Tenggara lainnya adalah Norwegia! Negara yang memiliki alam menakjubkan dan keren karena Fjord-nya, bisa dipertimbangkan meskipun usia kalian sudah di atas 26 tahun.

Plus:

( ) Selain regulasinya mengizinkan calon au pair di atas 26 tahun untuk mendaftar, durasi masa tinggal yang lebih dari 12 bulan cukup menguntungkan bagi au pair yang tidak ingin segera meninggalkan Eropa.

(+) Negaranya cukup kultural dan sangat cocok bagi yang suka nature.

( ) Tidak seperti negara-negara di Eropa Barat yang cenderung hiruk pikuk, di Norwegia kehidupan berjalan lebih tenang.

Minus:

(-) Masyarakat Norwegia yang saya dengar cenderung konservatif, tidak terlalu bersahabat dengan orang baru, dan tertutup.

(-) Negara yang berdekatan dengan kutub utara ini akan sangat bersalju dan suhunya bisa gila-gilaan di musim dingin. Yang tidak suka cuaca ekstrem, hal tersebut bisa menjadi masalah.

(-) Walaupun gaji yang ditawarkan sepertinya cukup besar, namun biaya hidupnya juga sangat tinggi dibandingkan wilayah Skandinavia lainnya.

10. Prancis

Pertama kali ingat Eropa, pikiran orang pasti langsung tertuju ke landmark-nya sendiri, Eiffel Tower. Negara romantis dan sangat hidup seperti Prancis memang jadi salah satu tujuan populer calon au pair.

Plus:

( ) Budaya, bahasa, makanan, apalagi yang tidak bisa kamu pelajari kalau kamu kesini? Semuanya! Mulai dari yang suka seni, fashion, ataupun masak, Prancis memang bisa tempat yang cocok untuk kalian eksplor.

(+) Dulunya ke Prancis mesti butuh sertifikat bahasa minimal level A1 dulu. Namun, regulasi yang sekarang sepertinya tidak lagi membebani calon au pair untuk menyertakan sertifikat bahasa. Lucky you!

( ) Sebut saja Paris yang paling populer dan romantis. Namun di luar kota megapolitan itu, banyak kota lainnya yang "ikutan" romantis dan cantik.

Minus:

(-) Wajib menyertakan sertifikat bahasa level A1/A2. Orang Prancis asli terkenal sangat bangga dan sombong dengan bahasa mereka. Bahkan bila dibandingkan dengan orang Kanada yang notabenenya juga memakai bahasa Prancis, orang Prancis asli cukup annoyed dengan orang asing yang bicara bahasa mereka dengan kurang fasih. Jangan pula kalian cukup bangga dengan bahasa Inggris yang sudah level advanced. Karena orang Prancis sendiri nyatanya sangat minim yang bisa berbahasa Inggris.

Eleven. Swedia

Dibandingkan dua negara Skandinavia lainnya, saya lebih suka Swedia. Seperti dua negara lainnya, negara ini juga memperbolehkan au pair di atas usia 26 tahun.

Plus:

( ) Menurut saya, Swedia lebih "hidup" dan terbuka ketimbang negara Skandinavia lainnya. Imigran yang tinggal di negara ini pun lebih banyak, sehingga apresiasi terhadap orang asing juga lebih baik.

( ) Meskipun pajak di negara ini sama tingginya dengan Norwegia dan Denmark, namun biaya hidupnya cenderung lebih rendah se-Skandinavia.

( ) Sama seperti Norway yang punya alam yang masih asri, Swedia juga merupakan kota yang berwarna.

Minus:

(-) See its twins, Norway and Denmark! Saya rasa minus yang mereka punya hampir sama.

(-) Yang pernah jadi au pair sebelumnya di negara lain, sepertinya agak sulit mendapatkan work permit kesini.

Cek keahlian bahasa

Menurut saya, calon au pair juga tidak bisa langsung asal memilih calon negara tujuan. Karena persiapan selanjutnya tentu saja adalah mengajukan aplikasi visa yang kadang banyak juga syaratnya. Contohnya seperti Jerman, Austria, atau Finlandia yang harus menyertakan sertifikat keahlian bahasa minimum stage dasar saat mengajukan visa. Kalau memang ingin ke negara tersebut, sebaiknya persiapkan dulu kemampuan bahasa Jerman/Suomi dan mendaftarlah tes di institut terdaftar di Indonesia.

Bagi saya, mencari keluarga angkat juga harus lebih melihat potensi atau minat kita terhadap bahasa atau budaya mereka dulu.

1. Pergilah ke negara yang bahasanya sudah kamu kuasai sedikit dan berniat lanjut ke level atas.

2. Pergilah ke negara yang bahasanya memang kamu ingin pelajari.

Three. Pergilah ke negara yang bahasanya mampu kamu pelajari.

Kenapa bahasa menjadi sangat penting? Karena memang yang ditekankan disini adalah komunikasi. Walaupun banyak keluarga yang bisa bahasa Inggris, namun sebaiknya au pair harus menguasai bahasa dasar negara tersebut dulu sebelum berangkat.

Pentingnya tahu sedikit bahasa akan membuat kita semakin percaya diri saat berkomunikasi dengan orang lokal dan anak-anak mereka. Terutama di Prancis atau Norwegia yang masyarakatnya cenderung tidak banyak yang bisa Bahasa Inggris. Saya rasa tidak ada ruginya juga belajar bahasa mereka sebagai modal sebelum keberangkatan. Yakinlah, walaupun tidak terlalu sempurna dalam mengucapkan kata-katanya, penduduk asli di negara tersebut pasti akan lebih menghargai kita.

Meskipun sebagai au pair saya diberikan kesempatan untuk travelling to Europe, tapi yang terpenting bagi saya adalah proses belajar selama menjadi au pair itu sendiri. Travelling sih dari Indonesia kemungkinan juga bisa. Tapi kesempatan untuk belajar bahasa gratis selama setahun, siapa yang tidak mau? Gunakan kesempatan ini untuk belajar bahasa (ataupun ilmu lainnya) langsung di negaranya!

Segera daftar dan buat profil semenarik mungkin

Untuk mendaftarkan diri jadi au pair sendiri ada banyak cara. Untuk yang tidak mau repot, bisa mendaftarkan diri ke agensi au pair yang ada di Indonesia maupun luar negeri. Ada agensi berbayar, ada juga yang gratis. Memang tidak ada jaminan a hundred% agensi mampu mempertemukan au pair dengan calon keluarga angkat, namun setidaknya agensi akan berusaha mencarikan keluarga dan bisa diupayakan jadi penengah jikalau au pair ada masalah nantinya.

Lalu selanjutnya adalah membuat profil sebaik mungkin. Menurut saya pribadi, tidak ada yang bisa menilai bagaimana gambaran profil yang sempurna dan yang tidak. Karena ada juga yang profilnya cantik sekali, tapi tetap saja keluarga angkat tidak tertarik.

Menurut saya, yang paling penting itu:

1. Jelaskan tujuan kita menjadi seorang au pair. Ingat ya, "menjadi seorang au pair"! Boleh saja menuliskan kita ingin jalan-jalan keluar negeri, tapi yang dilihat keluarga angkat sebenarnya lebih dari itu. Kalau memang tujuan kita ingin belajar bahasa mereka, ya jelaskanlah. Atau kita berniat belajar budayanya, jelaskan juga apa yang menarik dari budaya mereka. Lebih baik lagi kalau kita bisa sedikit menjelaskan dengan bahasa negara tersebut. Yang pastinya peluang mendapatkan keluarga angkat menjadi lebih besar.

2. Coba tuliskan juga beberapa pengalaman kita bekerja dengan anak kecil. Bekerja disini bisa jadi pengalaman merawat bayi, menjadi guru TK, mengasuh keponakan atau sepupu saat orang tuanya tidak di rumah, atau sempat mencoba kegiatan sosial lainnya. Hal ini akan sangat berguna bagi keluarga angkat untuk melihat pengalaman kita sebelumnya.

3. Bagi yang memang sudah pernah punya pengalaman sebelumnya, boleh juga membagikan kontak salah seorang referens yang bisa memberikan kita rekomendasi ke calon keluarga angkat. Biasanya hal ini juga akan memudahkan keluarga angkat mengenal calon au pair lebih jauh. Sebisa mungkin carilah referensi yang ada hubungannya dengan pengalaman kita, contohnya kepala sekolah tempat kita mengajar, orang tua yang anaknya pernah kita urus, ataupun kontak keluarga angkat lama (bagi yang pernah jadi au pair/babysitter sebelumnya).

4. Tuliskan hobi kita yang bisa diterapkan disana. Contohnya kita suka masak, menggambar, crafting, musik, ataupun olahraga lainnya yang bisa dilakukan bersama anak-anak mereka. Tapi hal ini juga jangan terlalu dibuat heboh ya, karena takutnya calon keluarga angkat malah berpikir kita bersedia melakukan apapun untuk mereka nantinya. Seperti kasus seorang au pair yang jago main piano, ujung-ujungnya disuruh jadi guru piano (tanpa dibayar) bagi anak yang diasuhnya.

5. Pakailah foto selfie terbaik kita sendirian dan bersama anak-anak. Foto sendirian untuk menunjukkan "siapa kita" dan foto bersama anak-anak untuk menunjukkan "bagaimana kita". Fotonya pun cukup yang natural dan tidak perlu terlalu dibuat-buat. Yang penting foto tersebut menunjukkan pribadi kita sebenarnya.

Setelah semuanya siap, silakan menunggu konfirmasi dari agensi apakah ada keluarga yang tertarik dengan kita atau masih harus menunggu lama lagi. Bisa juga kita mencoba mendaftar ke situs-situs pencarian au pair dan berusaha mencari keluarga sendiri disana. Mencari keluarga angkat tanpa bantuan agensi cukup sulit juga. Yang pertama, kita harus memperkenalkan diri sendiri, mengurus visa sendiri, dan kalaupun ada masalah, ya dihadapi sendirian dulu. Namun perlu diingat juga, mendaftar ke beberapa situs bisa juga lebih sulit karena saingannya banyak. Jadi, siap-siap berusaha memenangkan hati para keluarga ya!

Baca juga:

Guide bagi calon au pair

Guide Au Pair: Mulai dari Mana?

Tertarik ke Amerika jadi Au Pair? Bisa!

Kesempatan jadi au pair di Irlandia, Spanyol, dan Italia

Friday, May 29, 2020

Tips Mitos dan Fakta Au Pair di Skandinavia|Fashion Style

Sebenarnya saya tidak berminat jadi au pair di Denmark sebelumnya. Tujuan kedua saya setelah Belgia adalah Prancis, negara kuliner, seni, dan budaya. Saya memang suka seni dan sempat belajar bahasa Prancis, makanya sayang sekali kalau kemampuan bahasa saya tidak sempat terasah.

Gagal di Prancis, saya mencoba peruntungan di negara Skandinavia. Waktu itu sebetulnya saya ingin ke Swedia, tapi malah mendapatkan keluarga angkat di Denmark . Jujur saja, saya tidak pernah tahu bagaimana membaca Copenhagendalam bahasa Inggris dengan benar sebelum mengajukan visa ke VFS Global di Jakarta.

Saat itu terpampang layar besar di depan meja customer service yang memperkenalkan kota Kopenhagen dan alam Denmark yang tidak pernah saya tahu sebelumnya. Saya juga baru tahu kalau Kopenhagen mirip Amsterdam yang terdapat kanal di tengah kota. Sebelum wawancara di kedubes pun, saya bingung apa trademark negara Denmark dan apa yang menarik dari tempat ini. Saya sampai harus searching dulu tentang Kopenhagen sebelum nanti ditanya, what do you know about Denmark?

Beberapa buku travelling yang saya baca juga tidak terlalu menonjolkan keindahan Denmark, kecuali Swedia dan Norwegia. Terbukti kan, kalau sebetulnya Denmark tidak terkenal di Indonesia. Banyak masyarakat yang malah menyamakan Denmark dengan Jerman saking tidak tahu letak negara ini dimana. Orang Indonesia yang datang kesana jadi au pair juga jumlahnya sangat sedikit ketimbang Jerman dan Belanda.

Hebatnya, sekarang malah banyak orang Indonesia semakin tahu Eropa Utara dan berminat jadi au pair di salah satu negaranya. Terutama negara di Skandinavia yang terdiri dari Denmark, Norwegia, dan Swedia. Tiga tahun lalu saat pertama kali ke Denmark, saya tidak banyak menemukan au pair Indonesia. Saya yakin pasti ada, tapi jumlahnya hanya beberapa dan pastinya tersebar di beberapa kota.

Sekarang, au pair Indonesia makin banyak yang ingin ke Skandinavia. Namun ada beberapa mitos yang saya dengar tentang Skandinavia dan membuat saya ingin mengoreksinya disini.

Mitos 1: Bisa menabung dari uang saku

Banyak! Banyak sekali anggapan tentang uang saku di Skandinavia lebih tinggi dari negara lainnya hingga membuat au pair di negara ini sangat beruntung. Gara-gara terbujuk uang saku yang dianggap besar, makanya banyak au pair lain yang ingin secepatnya mencari keluarga angkat dan tinggal di sini.

Girls, uang saku sudah diatur sesuai biaya hidup di negara tersebut. Mungkin kamu melihat uang saku di Norwegia sungguh besar, 5600 NOK (2018) per bulan atau sama dengan €580. Tapi jangan lupa juga, Norwegia adalah salah satu negara termahal di Eropa. Uang tersebut belum dipotong pajak yang bisa mencapai 800 NOK per bulan. Belum lagi transportasi bulanan sampai 750 NOK kalau mobilitas kamu cukup tinggi.

Negara di Skandinavia memang menawarkan uang saku yang kelihatan lumayan, tapi biaya hidupnya juga lebih besar ketimbang Eropa Barat. Kalau memang ingin menabung, silakan sebisa mungkin mengatur keuanganagar tidak terlalu boros setiap bulan. Uang saku au pair sangatlah standar dan jarang sekali akan bertambah, kecuali ada kesepakatan suplemen tambahan dari keluarga angkat atau black job. Kalau kamu berpikir uang saku au pair di Skandinavia bisa menutupi kuliah lanjutan dan biaya hidupmu di Eropa nanti, think! Think again!

Pernah saya katakan juga, belajarlah dari para cewek Filipina kalau ingin banyak menabung dengan cara yang hard core. Contohnya di Denmark, dari uang saku 4250 DKK per bulan, mereka menabung hingga 3500-4000 DKK di kampung halaman. Dari tabungan tersebut, mereka bisa sampai membangun rumah dan membiayai adik sekolah, lho!

Saran saya, kalau memang berniat menabung, tujuan utama justru bukan Denmark atau Norwegia. Berlabuhlah ke Belgia atau Luksemburg yang bebas pajak , uang saku tinggi, plus biaya hidupnya yang tidak semahal Skandinavia.

Mitos 2: Melihat aurora borealis

Saya tahu, salah satu mimpi terbesar au pair Indonesia yang ingin ke Eropa Utara adalah melihat aurora borealis, thenorthern lights, atau sang cahaya utara saat musim dingin. That's also one of my dreams indeed. Saya juga belum sempat melihat si aurora karena keduluan mabok laut saat di Islandia .

Tapi, melihat aurora itu butuh perjuangan dan mahal. Kalau kamu berencana tinggal di Kopenhagen, jangan harap bisa melihat secercah aurora saat musim dingin. Aurora hanya bisa dijumpai di langit cerah nan jauh di ujung utara Eropa. Untuk kesana tentunya tidak murah dan harus merencanakan datang di waktu yang tepat. Kecuali kamu tinggal di bagian ujung utara Swedia atau Norwegia, melihat aurora saat musim dingin bukanlah impian yang mudah.

Menabunglah, lalu persiapkan waktu yang tepat untuk memburu aurora. Dua orang teman saya sengaja datang jauh-jauh dan mahal ke Troms?, Norwegia, untuk melihat pemandangan nan magis ini. Dari waktu satu minggu disana, mereka hanya bisa melihat aurora satu hari saja.

Intinya, kamu tidak harus tinggal di Skandinavia dulu untuk melihat aurora borealis. Kalau pun ingin melihat pemandangan ini di sepanjang musim dingin, carilah keluarga angkat yang tinggal di pedesaan nan jauh di Eropa Utara. Resikonya, kamu harus merelakan jiwa sosial dan modern-day karena desa-desa di ujung utara Eropa biasanya masih konvensional.

Mitos 3: Batu loncatan kuliah

Banyak calon au pair Indonesia yang melihat Skandinavia sebagai peluang untuk lanjut sekolah ke negara impian. Alasannya, karena mengurus visa ke Skandinavia lebih mudah ketimbang harus ke Jerman atau Austria, misalnya. Dari Skandinavia, biasanya si au pair akan lanjut sekolah ke negara impian yang biaya kuliahnya lebih murah dari Eropa Utara.

Saya tidak tahu niat awal kalian bagaimana. Tapi menurut saya, kalau memang sudah berniat lanjut kuliah di Jerman, sebaiknya mulailah dari negara yang penduduknya berbahasa Jerman. Meskipun harus menunjukkan sertifikat bahasa, tapi setidaknya itulah modal awal yang memang harus kita miliki jika ingin kuliah murah.

Tidak memiliki sertifikat bahasa? Ya berlatih dan belajarlah lebih dulu. Jadi au pair di Skandinavia selama dua atau tiga tahun, lalu ke Jerman dan ujung-ujungnya ingin lanjut sekolah disana, bukankah akan buang-buang waktu?

Banyak teman saya yang golnya lanjut kuliah di Belgia, jadi negara pilihan pertama dia Belanda. Ada juga yang ingin kuliah di Austria, lalu negara utamanya Jerman. Terlihat lebih relevan, hemat waktu yang hanya 2 tahun, lalu straight melamar kuliah, kan?

Kalau kamu merasa ingin menghabiskan waktu di Skandinavia dulu, silakan saja. Setahu saya, jarang sekali ada au pair yang mandiri langsung lanjut kuliah di Swedia, Denmark, atau Norwegia, tanpa bantuan sponsor. Saran lain, boleh saja mengabaikan kursus bahasa Nordik, lalu memilih belajar bahasa Belanda atau Jerman di negara Skandinavia. Jatuhnya memang cheating karena kamu tidak belajar bahasa lokal , tapi kalau memang serius belajar bahasa lain, ya why not?

Terlepas dari mitos yang pernah saya dengar, sebaiknya kalian berpikir ulang untuk jadi au pair disini. Jadi au pair di Skandinavia itu abu-abu. Kamu kadang bingung membedakan batas antara 'ikhlas karena keluarga' dan 'profesional karena menerima bayaran'.

Fakta 1: Au pair = cleaning lady

Saya pernah cerita kalau au pair itu adalah gadis muda serba bisa . Kalau kamu tahunya au pair adalah culture exchanging, mata kamu akan terbuka lebar setelah datang ke Skandinavia.

Sudah jadi rahasia umum kalau au pair di Skandinavia itu tidak ada bedanya dengan tukang bersih-bersih. Yes, I speak the truth! Saya tahu keluarga mean itu ada dimana-mana, tidak hanya di Skandinavia. Tapi saya merasa, mindset keluarga di Denmark dan Norwegia lebih melihat praktik au pair ini sebagai pengganti nanny dan cleaning lady saja. Wajarlah, sewa cleaning lady di Denmark dan Norwegia memang mahal sekali.

Di Eropa Barat, kebanyakan keluarga angkat punya cleaning lady dan biasanya au pair hanya kebagian tugas dominan mengasuh anak saja. Saya memang sempat bermasalah dengan keluarga di Belgia, tapi dua keluarga saya disana semuanya mempunyai cleaning lady. Dua malah! Meskipun karakter mereka yang super bossy dan tidak adil, tapi saya tidak pernah disuruh mengganti sprei atau menyetrika pakaian segunung.

Di Skandinavia, jangan harap menemukan keluarga seroyal itu! Tugas menumpuk mulai dari jaga anak sampai membersihkan kaca. Belum lagi sifat sebagian orang-orang Skandinavia yang kadang close-minded dan menganggap Asia Tenggara hanyalah land of maids! Belum lagi di Swedia banyak keluarga imigran Arab atau India yang charming, tapi juga menyiapkan jadwal berlebih untuk kamu. Siap-siap kebagian tugas beraneka rupa dan bersiaplah pula untuk enggan mengatakan tidak.

Karena seringnya bekerja lembur dan banyak au pair yang diperlakukan tidak adil, di awal tahun 2018 sempat ada diskusi tentang pelarangan au pair non-EU untuk datang ke Denmark. Tidak seperti Swiss yang tegas untuk menghapus pemberian visa au pair pada gadis-gadis non-EU, Denmark menimbang kasus tersebut dan di awal bulan Juli memutuskan untuk tetap membuka kesempatan bagi au pair non-EU datang ke negara mereka.

Padahal saya berharap praktik au pair non-EU ini bisa segera dilaksanakan mengingat banyak keluarga Skandinavia yang tak henti-hentinya menindas au pair mereka. Memangnya mudah mengatakan 'tidak' ke keluarga angkat?! Belum apa-apa, kita malah langsung ditendang tanpa notifikasi dulu.

Fakta 2: Lapak Filipina

Saya sebetulnya sudah diwanti-wanti oleh seorang teman sewaktu di Belgia, "jangan datang ke Denmark, itu lapaknya orang Filipina!"

Kedengarannya lucu, tapi Denmark dan Norwegia memang rumah kedua orang Filipina! Gara-gara populasi mereka yang kebanyakan ini juga, saya sangat skeptis dengan bangsa mereka. Saya mengenal satu atau dua orang teman Filipina yang memang baik. Tapi kalau sudah berkumpul dengan komplotan mereka, tetap saja kembali ke orang Filipina yang kelakuannya norak dan nosy.

Saya mungkin terlalu rasis. Norak bagi saya belum tentu norak bagi mereka. Tapi kelakuan mereka yang norak itu juga membawa imej jelek terhadap au pair Asia di Skandinavia. Semua au pair non-Filipino juga tahu, imej 'au pair = pembantu' di Skandinavia itu sebetulnya didapatkan dari orang Filipina yang mau disuruh kerja apa saja asal dapat uang.

Niat utama mereka jadi au pair itu 90% hanya karena uang, bukan bagian pertukaran budaya. Kebanyakan au pair Filipina ini juga 'lulusan' pembantu profesional dari Singapura atau Hongkong. Makanya mereka ahli mengurus pekerjaan rumah dan sangat patuh dengan keluarga angkat.

Tujuan asli au pair yang harusnya pertukaran budaya pun akhirnya rusak oleh beberapa komplotan Filipina ini. Mereka sampai mengelabui syarat utama au pair yang tidak boleh memiliki anak dan menikah. Banyak sekali au pair Filipina yang saya kenal memang tidak menikah, tapi anaknya banyak!

Sebalnya, imej au pair Indonesia yang bermuka mirip mereka pun kena imbas. Tanpa harus bertanya lebih dulu, orang di Denmark dan Norwegia langsung saja menebak kalau gadis muda dengan muka melayu seperti kita, asalnya pasti dari Filipina dan bekerja sebagai au pair. Saya tidak malu dengan fame au pair-nya. Tapi saya sebal kalau dianggap gadis Asia miskin yang hanya datang ke Skandinavia untuk jadi pembantu dan memanfaatkan cowok lokal untuk dapat izin tinggal.

Satu cowok Islandia close-minded yang pernah saya temui sampai berkata, "orang Asia yang datang ke Eropa itu hanya ada dua, super kaya atau super pintar (karena beasiswa)."

Maksudnya, selain itu, pasti datang ke Eropa sebagai tukang bersih-bersih. Memang sialan!

Imej 'direndahkan' seperti ini herannya hanya saya dapat di Skandinavia. Di Belgia, hampir semua orang tidak tahu apa itu au pair. Saat tahu pun, mereka sangat terbuka dan tidak memandang rendah pekerjaan ini. Plusnya lagi, yang jadi au pair di Belgia tidak hanya dari Filipina, tapi merata dari semua negara non-EU.

Lalu akhirnya saya paham, orang Filipina memilih datang ke Skandinavia karena syarat visanya remarkable mudah dan agensinya dimana-mana. Berbeda dengan Belgia atau Jerman yang syaratnya bejibun plus kemungkinan dapat visa kecil. Jadi kalau kamu malas disangka orang Filipina yang berprofesi sebagai pembantu, datanglah ke negara bersyarat banyak seperti Jerman, Austria, Belgia, atau Prancis!

Fakta three: Malas belajar bahasa

Kecuali kamu tidak berniat tinggal lama di Skandinavia, belajar bahasa Nordik akan terkesan buang-buang waktu. Di Denmark, semua keluarga angkat diwajibkan membayar sejumlah uang muka untuk biaya kursus bahasa Denmark bagi para au pair. Dengan pembayaran di awal ini, diharapkan au pair akan serius belajar bahasa hingga 24 bulan ke depan. Sementara di Norwegia , keluarga angkat berkewajiban menyiapkan dana hingga 8400 NOK per tahun untuk biaya kursus dan suplemen belajar.

Di Swedia, biaya kursus bahasa bagi au pair gratis, namun hanya dikhususkan untuk au pair saja. Kalau ingin mengambil kelas bahasa di tempat yang lebih bonafit, au pair atau keluarga angkat harus membayar uang penuh. Sayangnya, meskipun gratis, namun banyak saja au pair yang tidak ingin belajar bahasa dan memilih berdiam diri di rumah. Meskipun keluarga angkat banyak yang bersedia mendukung para au pair untuk ikut kursus, mungkin tidak sampai 5% au pair di Skandinavia yang mau datang dan serius belajar hingga akhir masa au pair mereka. Kebanyakan hanya serius di awal dan puas sampai level A1 saja.

Saya tahu, tidak ada pembelajaran yang sia-sia memang. Apalagi kalau kita tekun dan berniat menguasai satu bahasa asing lain. Saya pribadi hanya menjadikan sekolah bahasa sebagai tempat mencari teman dan bertukar pikiran dengan para imigran lainnya. Belajar bahasa Denmark selama dua tahun belum tentu membuat saya langsung fasih dan mengerti bahasa Nordik lainnya. Meskipun bahasa Nordik mirip-mirip (kecuali Finlandia), tapi belajar juga butuh waktu.

Lain halnya dengan bahasa Belanda, Prancis, Jerman, atau Rusia yang bisa dipakai hampir di semua penjuru Eropa, tidak ada orang yang benar-benar berniat belajar bahasa Nordik kecuali akan tinggal lebih dari 2 tahun. Mengingat hampir semua angkatan di Skandinavia sangat lancar berbahasa Inggris, membuat banyak imigran jadi manja dan nyaman berkomunikasi tanpa harus belajar bahasa lokal.

Skandinavia memang indah. The crisp air, soothing forest, great public transportation service, or hot blond guys would definitely seduce you! Boleh saja mencicipi tinggal dan jalan-jalan di negara mahal ini, tapi tetaplah bersiap dengan semua pengalaman buruk yang bisa menghantui masa au pair mu. Scandinavian host families won't be easy.

Saran dari saya, kalau memang ini adalah pengalaman pertama mu jadi au pair, jangan pernah memilih Denmark atau Norwegia. I bet, you are still naive and afraid of facing a cross-cultural communication. Pilihlah Swedia yang masa au pairnya hanya satu tahun dan kebanyakan orang Swedia juga sudah terbuka dengan imigran. Atau, jadikanlah Denmark dan Norwegia sebagai negara kedua jika kamu memang ingin tinggal di Skandinavia. To be perfectly honest, I am so happy opted for Belgium as my first host country.

How about you? Are Scandinavian international locations your utopian dream?

Wednesday, May 27, 2020

Tips First Time Au Pair, Ke Negara Mana?|Fashion Style

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud.

Sangat sedikithost family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia.

Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia;

  1. Australia (lewat Working Holiday Visa )
  2. Austria
  3. Amerika Serikat (Yes, it's possible! Baca serba-serbinya disini! )
  4. Belanda
  5. Belgia
  6. Denmark
  7. Finlandia
  8. Islandia
  9. Jerman
  10. Luksemburg
  11. Norwegia
  12. Prancis
  13. Swedia

Karena bingung dengan tujuan mereka, banyak email masuk dari para calon au pair baru yang menanyakan negara mana yang pas bagi first time au pair. Saya sebetulnya sudah pernah membahas ini di postingan Tips Pencarian Keluarga Angkat . Jika kamu tertarik, silakan baca postingan tersebut untuk lebih tahu plus dan minus negara tujuan, menurut pendapat saya.

Saya juga sempat menjabarkan Guide Bagi Calon Au Pair tentang negara terbaik berdasarkan uang saku dan jam kerja. Tolong jangan tanya lagi tentang kesempatan au pair ke Inggris, Spanyol, Italia, ataupun Irlandia, karena regulasinya tidak berlaku bagi pemegang paspor Indonesia. Kalau kamu memang berniat tinggal kesana, disarankan menggunakan visa pelajar dengan tujuan studi.

Ada 13 negara yang bisa dipilih berdasarkan minat, bakat, dan tujuan utama. Saya sarankan untuk memilih setidaknya 4 negara favorit agar kesempatan mendapatkan host family lebih besar. Jumlah keluarga yang membutuhkan au pair di Prancis tentu saja lebih banyak daripada di Luksemburg. Jadi daripada hanya fokus dengan satu atau dua pilihan negara, silakan buat daftar negara yang paling menarik minat kamu.

Perlu diingat juga, tiap negara memiliki regulasi umur tertentu bagi calon au pair. Di Belgia, maksimum umur au pair hanya sampai 25 tahun. Sementara Prancis, Belanda, Finlandia, dan Swedia memungkinkan sampai umur 30 tahun. Tiap negara juga sangat strict dengan peraturan yang hanya menerima first time au pair ke negara mereka, contohnya Swedia dan Finlandia.

Sekarang kembali lagi ke tujuan awal kamu jadi au pair untuk apa? Hanya untuk pengalaman saja kah, memperlancar bahasa kah, alasan kabur dari Indonesia kah, atau hanya pure jalan-jalan?

Kalau usia kamu masih di bawah 25 tahun, saya sarankan sebaiknya memilih Belgia sebagai negara pertama. Mengapa, karena negara ini ada di tengah-tengah Eropa yang memungkinkan kamu travelling dengan mudah ke negara tetangga lainnya. Selain itu uang sakunya cukup tinggi, tanpa pajak, dan waktu kerjanya hanya 20 jam per minggu (on paper). Urusan visanya memang sangat ribet. Tapi karena keribetan itulah, perjuangan kamu pertama kali ke Eropa jauh lebih terasa!

Negara terpopuler lainnya bagi au pair Indonesia adalah Belanda. Jadi kalau kamu ingin mudah mendapatkan makanan Indonesia atau penasaran dengan si tulip dan kincir angin, bisa juga memilih negara ini sebagai pilihan pertama. Jumlah keluarga yang mencari au pair pun lebih banyak dan kesempatan kamu bisa semakin besar.

Kalau ingin memperlancar bahasa asing, bisa langsung ke Jerman, Austria, atau Prancis. Jerman dan Austria mewajibkan calon au pair memiliki sertifikat bahasa terlebih dahulu. Jadi setidaknya kamu sudah memiliki modal dasar lalu tinggal mengasahnya saja di negara tujuan. Kedua negara ini hanya menerima au pair maksimum 26-27 tahun, so get your chance before too late!

Tertarik ke Eropa Utara? Silakan baca dulu postingan saya tentang Mitos dan Fakta Au Pair di Skandinavia sebelum kamu kaget dengan treatment kebanyakan keluarga angkat disana. Saingan mendapatkan keluarga lebih tinggi karena kebanyakan host family di Utara lebih mencari au pair Filipina. Tapi kalau memang sangat tertarik kesini dan ini adalah pengalaman pertama kamu, pilihlah Swedia yang lebih toleran dengan pendatang.

Setelah mantap memilih three-four negara tujuan, perjuangan paling panjang adalah mencari keluarga angkat. Kadang peruntungan kamu tidak memihak di negara favorit, tapi di pilihan terakhir. Tujuan utama saya dulu Prancis, tapi malah mendapatkan keluarga di Denmark.

Saran saya yang paling utama tentunya jangan malas mencari keluarga angkat di banyak situs. Keluarga di Eropa Utara terkenal tak mau rugi untuk mengambil au pair langsung dari Indonesia karena malas dengan lamanya pengurusan visa dan ongkos tiket yang mahal. Tapi banyak juga keluarga yang mau mencari sendiri dan tak segan membayar mahal au pair untuk didatangkan langsung dari negara asal. Kalau hanya mengandalkan satu situs saja, kesempatan bertemu keluarga seperti ini sangat kecil.

Saya dulu harus menunggu 5 bulan penantian, sebelum akhirnya berlabuh di Belgia. Sementara saat ke Denmark, saya mesti melewati 7 kali penolakan dahulu. Padahal posisinya sudah wawancara dan tinggal menunggu keputusan, lho. Jadi kalau kamu belum juga menemukan keluarga, jangan menyerah ya! Jangan juga terpaku dengan profil keluarga yang hanya mencari au pair dari negara Asia lain, contoh Filipina atau Vietnam saja. Pasang muka tembok dan tetap kirimkan pesan yang menyatakan kamu tertarik menjadi au pair mereka. My friend has tried this and it worked!

Baca juga tips dari saya bagaimana membuat profil yang bagus agar host family tertarik dengan apa yang kamu tulis! Sudah mendapatkan positive replies lalu diajak interview? Baca tulisan saya selanjutnya bagaimana mempersiapkan diri sebelum proses wawancara agar kamu tidak terlalu grogi.

Meskipun saya tidak boleh menggeneralisasi, tapi ada 10 Tipe Host Family yang Sebaiknya Kamu Mesti Pertimbangkan Kembali kalau kebetulan mendapatkan positive reply dari mereka. Tak ada yang bisa menebak bagaimana keluarga tersebut akan memperlakukan kamu nantinya. Tapi bagi saya, Keluarga Arab is a big no no setelah punya masalah dengan mereka di Belgia.

Whoaaa.. I have written so many blog posts! Jadi, jangan malas juga membaca sebagai bahan referensi! Good luck ☺️

Referensi lain:

10 Alasan Mengapa Kamu Harus Jadi Au Pair di Usia 20-an

Apa Motivasi Para Gadis Muda Jadi Au Pair?

Jadi Au Pair ke Irlandia, Spanyol, dan Italia

Tuesday, May 26, 2020

Tips Jadi Au Pair ke Amerika? Bisa!|Fashion Style

Dari dulu saya tidak pernah berani merekomendasikan Amerika Serikat sebagai negara tujuan au pair Indonesia karena syarat visanya yang tidak mudah. Selain itu, saya juga jarang sekali mendengar ada au pair Indonesia yang datang langsung dari Indonesia untuk jadi au pair kesana. Ada buku Keliling Amerika Ala Au Pair yang ditulis oleh Ariane O. Putri di tahun 2014 sempat membahas pengalamannya jadi au pair di Amerika selama 2 tahun. Tapi saya belum sempat membaca bukunya, jadi tidak tahu apa saja rintangan dalam mengurus visa kesana.

Saya sendiri sebetulnya tidak terlalu tertarik datang ke Amerika Serikat karena miskin budaya dan bahasa. Tapi banyak sekali pembaca weblog saya yang ternyata berminat ke Amerika dan berulang kali bertanya apakah bisa jadi au pair kesana. Beberapa tulisan lawas saya secara tegas menyatakan kalau pemegang paspor Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Amerika karena tidak berkualifikasi.

Dulu saya berpikir, untuk datang ke Amerika kita harus menunjuk salah satu dari 15 agensi resmi au pair yang sudah dipercaya. Sayangnya, banyak sekali agensi yang tidak melayani orang Indonesia karena proses visanya yang cukup sulit. Di sisi lain, kebanyakan agensi tersebut hanya menerima orang-orang Eropa, Filipina, ataupun Thailand. Tapi setelah saya mencoba mencari tahu satu in keeping with satu agensi tersebut, ternyata ada angin segar untuk pemegang paspor hijau. Kabar baiknya, kita bisa jadi au pair ke Amerika lewat visa J-1!

Sebelum menjelaskan terlalu jauh, berikut saya jabarkan dulu serba-serbi au pair di Amerika Serikat:

1. Berusia 18-26 tahun

2. Memiliki pengalaman di bidang childcare sebelumnya, seperti menjadi guru TK, nanny, babysitter, ataupun au pair. Wajib memiliki pengalaman kerja mengasuh bayi minimal 200 jam jika tertarik menjadi au pair bagi host kids berusia di bawah 2 tahun. Beberapa agensi bahkan mengharuskan calon au pair memberikan 2-3 referensi untuk mendeskripsikan performa saat mengasuh anak-anak.

3. Bersedia melampirkan SKCK dan surat keterangan sehat dari dokter.

4. Bisa menyetir dan memiliki SIM Internasional. Karena wilayah di Amerika jauh-jauh dan transportasi umumnya tidak sebaik di Eropa, makanya kebanyakan host family menginginkan au pair mereka bisa menyetir.

Five. Uang saku yang didapatkan in step with minggu US$195,75 (belum dipotong pajak).

6. Waktu kerja maksimal forty five jam/minggu dan tidak lebih dari 10 jam/hari.

7. Mendapatkan jatah libur berbayar selama 2 minggu/tahun.

8. Full support tiket pesawat dari Indonesia ke Amerika dari host family.

9. Mendapatkan uang kursus sebesar US$500 dari host family untuk belajar tentang budaya, sejarah, geologi, politik, dan seni Amerika. Kursus ini sifatnya wajib karena au pair diharuskan memenuhi 6 kredit studi selama program au pairnya.

10. Au pair bersedia menanggung biaya visa J-1 sebesar US$160.

11. Bersedia menjalani orientasi dan training minimum 32 jam dari Local Childcare Coordinator saat tiba di Amerika.

12. Berkesempatan memperpanjang visa sampai dengan 2 tahun dengan pilihan masa penambahan 6, nine, atau 12 bulan.

Untuk bisa datang ke Amerika dan jadi au pair, kita tidak bisa langsung mencari keluarga di situs-situs umum seperti Au Pair World. Yang harus kita lakukan adalah mendaftar dulu ke 15 agensi terpercaya yang sudah ditunjuk oleh pemerintah Amerika. Untuk melihat daftarnya, silakan lihat di Designated Sponsor Organizations.

Karena banyaknya penipuan yang sering terjadi di Amerika, makanya agensi ini ditunjuk untuk menyeleksi dulu keluarga atau au pair mana yang jujur dan bersih. Perlu digaris bawahi, kalau tidak semua agensi bisa menerima orang Indonesia. Dari 15 agensi yang sudah saya baca regulasinya satu per satu, hanya ada 2 agensi di Amerika yang possible bagi au pair Indonesia, yaitu Agent Au Pair dan Expert Au Pair .

Tidak seperti di Eropa yang hampir semua biaya agensi ditanggung oleh keluarga, di Amerika calon au pair harus bersedia juga menanggung biaya servis agensi yang jumlahnya tidak sedikit. Seperti Agent Au Pair yang menawarkan biaya US$800-1500 atau Expert Au Pair yang menawarkan US$1000 bagi calon au pair dari Indonesia. Biaya tersebut wajib dibayarkan setelah au pair menerima visa J-1.

Jadi prosesnya, kita daftar ke agensi, diwawancara, lalu pihak agensi akan mempertemukan kita dengan keluarga terpercaya yang sudah diseleksi juga. Kalau kita dan pihak keluarga sudah sepakat, pihak agensi akan membantu membuatkan surat sponsor yang harus dilampirkan saat pengurusan visa J-1.

Untuk melihat syarat membuat visa J-1, silakan dibaca di situs imigrasi Kedutaan Besar Amerika Serikat . Referensi lain untuk melihat deskripsi J-1 Exchange Visitor Visa, baca selengkapnya di J-1 Au Pair Program . Kalau sudah siap untuk membuat visa, kita harus mengisi formulir dulu lewat online di Consular Electronic Application Center . Tapi tenang saja soal step terakhir ini, pihak agensi akan menjelaskan lebih rinci ke calon au pair dalam melengkapi persyaratan dokumen sebelum membuat aplikasi online.

Menurut saya, kalau kamu memiliki tabungan minimal 20 juta dan sangat berniat ke Amerika lewat program au pair, just go for it! Akan ada pengalaman baru yang bisa didapat dan dipelajari dimana pun berada. Apalagi Amerika memiliki keberagaman ras yang luas dan membuatnya menjadi salah satu tempat terbaik untuk ditinggali.

**Sehubungan dengan BANYAKNYA kasus penipuan dari agensi dan calon keluarga angkat di Amerika, ada baiknya kamu lebih waspada terhadap oknum-oknum yang meminta uang SEBELUM visa J-1 di tangan. Silakan baca postingan saya disini sebagai referensi.

Monday, May 25, 2020

Tips Denmark, Negara Terburuk untuk Au Pair|Fashion Style

Memegang peringkat ke-3 (2018) sebagai negara terbahagia di dunia, tidak membuat Denmark menjadi tempat yang membahagiakan bagi para au pair. Terbukti dengan adanya wacana untuk melarang semua au pair non-Eropa di awal tahun 2018 kemarin, semakin menguatkan fakta bahwa peran au pairtidak lagi sama di negara ini.

Au pair berasal dari bahasa Prancis "at par" atau "equal to", yang mengindikasikan bahwa status au pair mesti disejajarkan, dianggap, dan diperlakukan seperti keluarga, bukan sebagai tukang bersih-bersih. Au pair mulai diperkenalkan di tahun 1840 saat keluarga kelas menengah merasa membutuhkan pengasuh untuk merawat anak-anak mereka di zaman perang. Biaya pengasuh saat itu sangat mahal, sehingga hanya bangsawan elit saja yang bisa membayar upah pekerja. Karena banyaknya permintaan inilah, gadis-gadis muda dari kelas menengah yang ingin mandiri dan menghasilkan uang sendiri bekerja sebagai pengasuh lepas. Agar gadis-gadis ini tidak sama layaknya 'pelayan berseragam', maka lahirlah konsep au pair yang ada hingga sekarang.

Sayangnya, tujuan asli au pair semakin tergerus zaman. Au pair yang harusnya diperlakukan sebagai keluarga, malah dimanfaatkan untuk bekerja lebih namun dibayar dengan upah rendah. Seiring dengan banyaknya kasus abusive yang dilaporkan di tahun 1998, pemerintah Filipina membuat pelarangan bagi semua anak-anak muda di negaranya untuk keluar negeri dan bekerja sebagai au pair. Hingga akhirnya, larangan tersebut dicabut di tahun 2010 untuk Denmark, Norwegia, dan Swiss, diikuti negara lainnya di tahun 2012.

Kasus penganiyaan terhadap au pair di Denmark lagi-lagi mencuat di awal 2018. Beberapa partai yang tergabung di parlemen sampai mengajukan wacana untuk melarang semua au pair non-Eropa untuk datang ke Denmark. Swiss sudah berhasil melakukannya di tahun 2015. Namun keputusan akhir yang dikeluarkan di pertengahan 2018 ternyata belum mengabulkan regulasi baru ini karena masih harus mengevaluasi banyak faktor terlebih dahulu.

Saya tahu keluarga jahat dan tidak adil itu ada dimana-mana, tidak hanya di Denmark. Namun di saat negara lain terlihat sangat tegas melindungi au pair, Denmark malah sebaliknya. Peraturan yang semula menawarkan au pair untuk bekerja membantu mengurus anak dan mengerjakan tugas rumah tangga ringan, digeser menjadi murni tugas bersih-bersih saja. Bahkan pernah ada satu pasangan peternak yang mencari au pair khusus untuk membantu merawat hewan ternak mereka di kampung.

Di Belgia, setiap keluarga yang ingin punya au pair wajib memiliki anak berusia maksimal 13 tahun. Tugas au pair pun kebanyakan mengurus anak karena keluarga di Barat rata-rata sudah punya cleaning lady. Di Denmark dan Norwegia, keluarga tidak harus punya anak untuk mendatangkan au pair. Bahkan Skandinavia masih memperbolehkan keluarga memiliki au pair hingga anak berumur 17 tahun. Asal tujuannya ingin 'pertukaran budaya', satu keluarga sudah bisa mempekerjakan au pair untuk membantu tugas rumah tangga seperticleaning atau memasak. Could you see it? Keluarga Skandinaviajadi sangat manja dan sangat bergantung dengan au pair meski anaknya sudah dewasa.

Saya datang ke Denmark tahun 2015 saat au pair Filipina sudah merajai lebih dari 80% populasi au pair disana. Tidak jarang saya mendengar banyak sekali kasus kerja lembur, tidak dibayar, diperlakukan layaknya cleaning lady, hingga au pair kabur yang menimpa para gadis Filipina tersebut. Mereka memang tidak pantas mendapatkan perlakuan demikian. Namun meskipun masyarakat Filipina dikenal sebagai orang-orang tangguh, pekerja keras, serta pengambil resiko, sayangnya tidak dibarengi dengan sikap berani berkonfrontasi. Kerja apa saja oke asal dapat uang dan hutang terbayar. Hal inilah yang membuat banyak sekali keluarga Skandinavia memanfaatkan au pair karena tahu mereka tidak bisa berkata tidak. Imbasnya, imej jelek au pair pun semakin terpatri di pikiran orang-orang di Denmark.

Belum lagi persyaratan visa au pair ke Skandinavia yang super mudah, memungkinkan banyak anak muda dari Filipina dan Indonesia makin berbondong-bondong ingin kesini. Dari yang tadinya Denmark tidak terkenal, semakin dijadikan negara impian tujuan au pair. Lucunya, tujuannya bukan untuk belajar bahasa atau mengagumi keindahan Denmark sepenuhnya, tapi murni karena uang. Bagus kalau dapat keluarga baik, but unfortunately I never trust Danish families anymore. Keluarga Denmark saya dulu memang tidak perhitungan, sangat menyenangkan, dan super royal. Soal pekerjaan, you won't believe what I have done because it was too much! Tapi karena sifat mereka yang baik dan positif ini jugalah yang membuat saya tidak sempat mengeluh.

Saya tergabung di grup au pair Denmark yang sering kali menerima curhatan tidak menyenangkan. Dari yang mulai keluarganya super perfeksionis, terlalu perhitungan, pelit makanan, hingga egois. Bahkan ada au pair baru di Denmark yang kaget setelah tahu rentetan tugas yang selama ini tidak pernah terbayangkan. No childcare, only cleaning. Period. Eh wait, the standard must be oriented to five-star hotel.

Tapi sebelum menyalahkan si keluarga, saya tetap ingin menggarisbawahi bahwa sebagai au pair Indonesia, kita jangan manja dan penakut. If you are mistreated, then speak up! Tidak berani juga bicara, then leave! Jangan pernah berpikir bahwa si keluarga berubah kalau kita tidak pernah mengutarakan apa yang salah. Jangan pernah juga berpikir malas untuk mengurus semua paper dari awal, jika memang bermasalah dan harus pindah. Beberapa au pair Indonesia yang saya kenal malas ganti keluarga hanya karena tidak ingin ribet urusan kontrak baru dan sudah nyaman dengan tempat tinggalnya. Sampai akhirnya, mereka menahan hati tinggal di lingkungan keluarga yang tidak sehat.

Saya suka Denmark dan tidak punya alasan untuk membenci. Momen terbahagia dalam hidup saya pun sebetulnya saat berada di negara ini. Namun kalau ingin jujur, saya tidak akan merekomendasikan negara ini untuk au pair Indonesia. Keluarga yang benar-benar baik di Denmark mungkin hanya 4:100.Go ahead to the West, girls! Kamu akan lebih dihargai disana dan pelajaran bahasa mu juga akan lebih melekat karena masih banyak yang tidak bisa bahasa Inggris.

Just do not come to Denmark as an au pair!

Wednesday, May 6, 2020

Tips Negara Rekomendasi di Eropa Sesuai Tujuan Au Pair Mu|Fashion Style

Pertama kali mendengar program au pair, yang terlintas di benak saya tentu saja pengalaman pertukaran budaya antara kita dan host family di satu negara. Terkesan naif sekali memang karena ternyata ada banyak sekali motif para au pair yang sengaja datang ke Eropa. Apa itu, silakan baca di postingan ini !

Di postingan lainnya tentang negara tujuan , ada 12 negara di Eropa yang saya rekomendasikan bagi para calon au pair yang mungkin masih kebingungan ingin ke mana. Swiss menjadi daftar tambahan saya lainnya, walaupun kesempatan ke sini juga cukup kecil. Ada banyak sekali canton (distrik/kecamatan) di Swiss yang masih menutup kesempatan bagi au pair non-EU. Makanya kalau kamu tertarik dan sempat terlibat percakapan dengan satu keluarga di Swiss, pastikan bahwa keluarga ini tinggal di canton yang regulasinya memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia.

Bagi yang masih bingung juga, yuk seru-seruan mengecek daftar negara rekomendasi saya berikut ini yang bisa jadi pertimbangan kamu selanjutnya! Disclaimer dulu, bahwa apa yang saya tulis ini murni dari referensi pribadi. Soal ingin ke mana ending-nya, kembali ke preferensi masing-masing.

Cari lelaki

I am not gonna lie, but some Indonesian girls come to Europe to find a soulmate! Salah? Tidak juga, meskipun dianggap terlalu lame bagi sebagian orang karena bisa menimbulkan citra negatif ke banyak au pair Indonesia di Eropa yang niatnya tak serupa. But anyway, kalau kamu tertarik mengikuti jejak mereka mencari jodoh di Eropa, silakan lirik negara rekomendasi saya di bawah ini.

  • Cowok ganteng nan modis, tapi banyak yang takut berkomitmen; silakan ke Swedia atau Denmark.
  • Cowok outgoing, approachable, tapi terkenal "pelit" atau penuh pertimbangan dengan uang mereka, go check cowok-cowok di bagian Barat Eropa!
  • Cowok tradisional/sedikit konservatif, tapi pecinta alam dan dunia outdoor; mungkin Finlandia atau Norwegia adalah negara yang tepat.
  • Cowok misterius, sopan, dan geek; liriklah Swiss atau Finlandia.

Kamu juga bisa baca postingan saya tentang para cowok-cowok di Eropa , Skandinavia , bahkan Finlandia yang sudah pernah saya bahas sebelumnya! Enjoy the love hunting!

Cari uang

Bukan rahasia umum bahwa banyak juga anak muda Indonesia yang memang sengaja jadi au pair karena menganggap application ini sebagai alternatif karir. Jumlah uang saku bulanan yang lumayan, setidaknya bisa membantu perekonomian keluarga di Indonesia. Meskipun katanya Denmark adalah salah satu negara dengan uang saku paling besar, tapi justru negara di bawah ini yang malah saya rekomendasikan jika memang tertarik cari uang!

  • Austria - Meskipun salah satu syarat penting ke Austria kamu harus mampu melampirkan sertifikat bahasa Jerman minimal level A2, tapi dengan jam kerja hanya 18 jam per minggu, au pair mampu mengantongi uang saku hampir €450 tiap bulan (yang juga naik tiap waktu)! Belum lagi ditambah dengan libur berbayar sampai 30 hari per tahun.
  • Belgia - Semakin kesini, semakin banyak anak muda <26 tahun yang ingin memulai atau menghabiskan masa au pairnya di Belgia. Mengapa, tanpa sertifikat bahasa dan jam kerja 20 jam per minggu saja, kamu sudah bisa menghasilkan €450 per bulan tanpa potong pajak!
  • Luksemburg - Cari keluarga di Luksemburg memang tak mudah, namun uang saku mencapai €409 dengan jam kerja 25 jam per minggu, serta negara yang berada di sentral Eropa, menawarkan banyak tiket travelling murah.

Silakan baca postingan saya tentang guide au pair yang akan membawa mu ke penjelasan singkat tentang negara tujuan bagi pemegang paspor Indonesia. Mengapa saya lebih merekomendasikan negara di atas, karena dengan pocket money yang besar, biaya hidup di 3 negara tersebut sebetulnya sangat terjangkau dengan benefit lain berada di sentral Eropa.

Pure belajar bahasa yang nantinya jelas berguna

Dulunya, banyak sekali mahasiswa dari jurusan sastra atau literatur yang memanfaatkan kesempatan au pair untuk sekalian belajar bahasa asing. Kalau kamu bercita-cita ingin jadi polyglot dan tertarik menguasai banyak bahasa, silakan intip negara rekomendasi saya berikut!

  • Prancis - No wonder, ada 280 miliar orang di dunia yang memakai bahasa Prancis sehari-hari sehingga menjadikan bahasa ini nomor 6 sebagai the widest spoken language! Sekalinya menguasai bahasa ini, jalan-jalan mu ke Swiss atau Kanada akan menjadi sangat lokal.
  • Belgia - Belanda - Meskipun kedua negara ini menggunakan pengucapan dan aksen serupa tapi tak sama, namun basis keduanya sama-sama bahasa Belanda. Lancar bahasa Belanda, kamu tetap bisa menggunakannya lagi di Belgia.
  • Austria - Jerman - Tak hanya di dua negara ini, bahasa Jerman juga menyebar luas di beberapa bagian Swiss dan Belgia.
  • Swedia - Denmark - Norwegia - Walaupun tak banyak orang yang tertarik mempelajarinya, namun 3 negara ini menggunakan akar bahasa yang serumpun. Bahasa Denmark cenderung lebih sulit secara pelafalan, namun tulisannya sangat mirip dengan bahasa Norwegia. Meskipun merasa tak saling berkaitan, namun orang Swedia punya tone yang cukup seragam dengan bahasa Norwegia dan keduanya bisa saling memahami secara lisan.

Lanjut kuliah

Tak jarang kesempatan au pair bisa dimanfaatkan sebagai batu loncatan bagi anak-anak muda untuk lanjut studi di beberapa negara di Eropa. Tujuan akhir sebagai pelajar ini dipercaya bisa membuka lagi kesempatan untuk bekerja dan tinggal lebih lama. Jadi, negara mana saja yang mesti kamu lirik kalau tujuan akhir mu jadi pelajar?

  • Jerman - Saya sendiri sebetulnya kurang begitu familiar dengan banyaknya program belajar dan bekerja yang ada di Jerman. Namun yang saya tahu, ada banyak sekali mantan au pair Indonesia yang tak bingung dengan masa depan mereka karena ada banyak sekali kesempatan belajar dan bekerja di negara ini. Mulai dari Ausbildung sampai lanjut kuliah Master!
  • Belgia - Sebagai salah satu negara populer untuk melanjutkan studi, Belgia menawarkan biaya kuliah yang cukup affordable bagi pelajar asing. Selain itu, kesempatan untuk cari kerja di Belgia dan Belanda juga terbuka lebar sekiranya kamu bisa menguasai bahasa Belanda selepas lulus kuliah.
  • Norwegia - This is a country where I continue my Master's degree! Sebagai salah satu negara terbahagia di dunia dengan alam yang menakjubkan, Norwegia juga masih memberikan kesempatan bebas biaya kuliah bagi pelajar internasional. Tapi, jangan menganga dengan tingginya biaya hidup serta sulitnya cari kerja selepas lulus di sini.

Tinggal lama tapi percuma

Percaya kah kalian bahwa walaupun au pair itu berat, tapi bisa membuat ketagihan? Banyak au pair yang saya kenal memutuskan untuk menghabiskan masa au pair mereka selama 2 tahun di Denmark, lalu lanjut lagi 2 tahun di Norwegia. Alasannya simpel, agar bisa tinggal lebih lama di Eropa meskipun juga ada banyak sekali fakta tak menarik soal au pair di Skandinavia ini. Go check my post here !

Mengapa saya sampai mengatakan tinggal lama bisa percuma, karena banyak yang bisa tinggal sebagai au pair, namun tak secured lama. Selain biaya hidup yang tinggi di Norwegia, kesempatan cari kerja yang sulit, serta biaya kuliah yang tinggi di Denmark, membuat kesempatan mengganti residence permit peluangnya cukup kecil. Untuk cari jodoh pun tak mudah, karena syarat menikah di Denmark semakin dipersulit bagi pasangan campuran, serta adanya peraturan baku soal siapa yang berhak mendapatkan permit sebagai pasangan tinggal bersama (samboer).

So, kalau kamu berniat tinggal selama 4 tahun di dua negara ini, make sure kamu tidak kebingungan lagi soal masa depan. Karena sejatinya, pelajaran bahasa yang tak membekas lama pun sebetulnya tak banyak memberikan banyak benefit selepas kita kembali ke Indonesia.

Lively network

Tidak semua negara Eropa itu seragam dalam memberikan pengalaman berharga bagi anak muda. Bagi kamu yang tak ingin kehilangan momen having fun tak terbatas, networking luas, serta kesempatan belajar lebih banyak, negara di bawah ini bisa jadi adalah negara terbaik untuk menghabiskan masa au pair mu!

  • Belanda - Saya belum pernah jadi au pair di Belanda sebelumnya, namun sebagai salah satu negara terpopuler tujuan wisatawan, Belanda tentu saja adalah negara ter-hits seantero Eropa! Negara menarik yang membuat anak muda Indonesia ingin menjadi au pair dan tinggal lebih lama di sini. Satu lagi, kamu akan merasa seperti rumah karena banyaknya populasi orang Indonesia serta restoran lokal khas Indonesia yang akan terus memanjakan mu dengan cita rasa kampung halaman.
  • Jerman - Sebagai negara populer untuk melanjutkan studi, kamu tak akan pernah menemukan sesuatu yang membosankan karena tempat ini packed of young people! Jerman menawarkan kemudahan transportasi, komunikasi, serta banyak tempat seru untuk dicoba. Biaya hidup yang relatif murah juga bisa jadi pertimbangan untuk jalan-jalan serta menikmati negara dengan keramahtamahan warga lokalnya.
  • Denmark - Meskipun banyak yang mengamini bahwa Denmark adalah negara membosankan, tapi jangan salahkan food scene, design attraction, serta creative people yang akan membuat pengalaman au pair mu menyenangkan! Denmark adalah negara kaya kultur yang banyak melahirkan para arsitektur serta desainer kreatif yang tak banyak tersentuh media dunia. Kopenhagen adalah ibukota sekaligus kota paling hipster yang pernah saya kunjungi di Eropa!

The most opulent scenery

Not every young people was born for having fun. Sebagian dari mereka justru lebih memilih tempat yang tenang dengan alam luar biasa dan tak terjamah banyak orang Indonesia. Jika kamu bagian dari anak muda ini, carilah host family dari 3 rekemondasi saya berikut.

  • Norwegia - I don't have to tell you more. Saya tinggal di sini, menjelajahi negara ini dari Bodø hingga Tjøme, hingga blusukan ke hutan dan pegunungan tak terjamah banyak manusia. Everything seems so breathtaking in Norway! Jangan takut tinggal di pedesaan dan jauh dari kota besar, karena tumpukan salju saat musim dingin pun bisa jadi pengalaman menakjubkan yang tak semua orang di Belgia bisa menikmatinya setiap tahun!
  • Islandia - Far from anywhere else in Europe, but Arctic and Canada. Tak banyak orang Indonesia yang memilih negara ini sebagai tujuan au pair memang. Tapi jangan salahkan mereka yang memilih untuk menyaksikan tarian the Northern Lights (Aurora Borealis) tiap tahunnya sampai muak! Iceland is wonderful dan semakin banyak didatangi turis hanya untuk menyaksikan alam yang tak ada tandingannya dimana pun di wilayah Eropa. Sounds enticing?
  • Swiss - Pegunungan Alpen, bukit nan hijau, hingga sapi yang mengemoo menambah kesan tenang dan damai. Dari musim panas hingga musim semi, kamu bisa menikmati alam Swiss yang luar biasa baik di dalam hingga luar kota.

Where do you want to go and live in the most?? Sekarang saatnya cari host family! Jangan lupa baca tips saya di sini untuk tahu step-by-step bagi para au pair pemula dalam menemukan host family impian mereka. Good luck for your search!