Showing posts with label liburan di eropa. Show all posts
Showing posts with label liburan di eropa. Show all posts

Sunday, July 5, 2020

Tips 5 Alasan Kenapa Musim Gugur Adalah Musim Terbaik|Fashion Style

Bulan Oktober hampir selesai, tapi masih ada satu bulan lagi sebelum musim gugur tergantikan magisnya musim dingin . Meskipun lahir di musim semi, tapi saya suka hembusan semilir angin dingin-dingin empuk dan dedaunan garing yang hanya ada di musim gugur. Berikut lima alasan mengapa saya menyukai musim gugur dan kamu juga harus menyukainya!

1. Musim paling berwarna sepanjang tahun

Walaupun negara terbaik menikmati musim gugur adalah Kanada, namun beberapa jenis pepohonan yang ada di Eropa juga mulai terlihat cantik berganti warna di pertengahan musim. Mata kita yang tadinya teduh dan sejuk melihat pepohonan hijau di musim panas, menjadi lebih syahdu dan hangat ketika melihat hijaunya daun tergantikan warna merah, kuning, dan cokelat, hingga akhirnya gugur dan memenuhi tanah. Makna epiknya, entah kenapa sesuatu yang mati justru terlihat indah. Musim gugur juga mengajarkan kita untuk merelakan sesuatu yang memang harusnya pergi hingga tergantikan lagi yang baru. Heart struck!

2. Halloween and pumpkin

Halloween memang bukan budaya Eropa, tapi lebih ke budaya Amerika. Namun jangan salah, karena sudah cukup teradaptasi, akhirnya orang-orang Eropa juga menggelar pesta Halloween di penghujung bulan Oktober. Meskipun tidak seheboh di Amerika, tapi biasanya pesta yang digelar lebih privat dan seru.

Tidak suka pesta Halloween? Tenang, ada ajang memetik apel untuk dibuat penganan, mencari jamur di hutan, hingga memahat labu. Sup labu yang manis dan creamy pun biasanya sudah jadi soup of the day selama musim gugur.

3. Waktu terbaik liburan di Eropa

Musim-musim di Eropa memang tidak bisa diprediksi. Musim panas bisa menjadi petaka karena terus-terusan diguyur hujan. Musim dingin bisa jadi magis sekaligus mati rasa karena suhu yang gila-gilaan. Musim semi yang nan cantik juga terkadang masih bersalju hingga belum nyaman berjalan-jalan ke kota.

Musim gugur di Eropa bisa sedikit basah alias hujan di awal masuk musim. Namun temperatur sekitar 8 hingga 14 derajat di siang hari, masih cukup nyaman berjalan dan mengitari kota. Orang-orang juga kebanyakan sudah kembali konservatif namun tetap modis dengan paduan coat dan warna-warna gelap yang mulai mendominasi. Akhir bulan September, sepanjang bulan Oktober, hingga minggu pertama bulan November adalah waktu yang pas menikmati kota-kota Eropa selagi musim gugur. Kabar baik lainnya, tiket pesawat dan hotel bisa lebih murah karena bukan hi-season.

4. Snuggling time!

Kapan lagi menikmati empuknya bantal dan hangatnya selimut kalau bukan saat temperatur sedang turun? Karena energi sudah banyak terpakai saat musim panas, orang-orang yang tinggal di negara empat musim biasanya mulai kembali malas-malasan ketika musim gugur datang. Agenda akhir pekan yang tadinya nongkrong di kota, biasanya akan tergantikan dengan piyama, selimut, dan television di rumah.

5. Longer cozy evening

Tidak seperti musim panas yang terus-terusan terang hingga pukul 10 malam, di musim gugur, matahari akan tenggelam sekitar pukul 6 lalu terbit kembali pukul 7.30 pagi. Edisi sore santai pun jadi lebih panjang dan cozy. Memasukkan agenda minum cocktail bersama teman pun boleh ditambahkan di akhir pekan berikutnya. Tidak minum alkohol? Tenang, banyak juga kedai kopi yang tetap buka hingga jam 10 malam di beberapa negara di Eropa.

Saturday, July 4, 2020

Tips PRAHA: Liburan Dari Kafe ke Kafe|Fashion Style

Setelah memutuskan memilih negara-negara murah di Eropa tengah untuk liburan musim panas, saya sudah mewanti-wanti seorang teman untuk memasukkan Praha sebagai kota terlama yang akan kami kunjungi. Teman Belgia saya, Mittchie, juga setuju kalau kami memang wajib mengunjungi Praha lebih lama.

Praha, ahh little sister of Paris, katanya. Mulai dari distrik Letna yang kalem, trekking ke bukit hingga sampai di Metronome dan melihat keindahan Praha dari ketinggian, TV Tower, hingga banyaknya bangunan warna-warni didominasi warna oranye yang manis.

Tapi saya sebal kalau hanya menyusuri Praha dari Old Town saja. Sama seperti halnya Paris, turis di Praha juga selalu memenuhi daerah pusat kota. Saya bosan tiap jalan beberapa meter selalu saja menemui aktor dan aktris K-Pop KW 3. Seriusan, mereka ada dimana-mana!

Oke, karena saya dan Mittchie juga tidak terlalu suka sightseeing dan berkumpul dengan turis, akhirnya kami putuskan memasukkan agenda wisata kuliner di Praha. Ketimbang memilih tempat makan di area turistik, saya sedikit memaksa Mittchie untuk mengikuti saya mencari tempat makan hingga ke distrik luar pusat kota Praha.

Ngopi-ngopi lucu @ MŮJ ŠÁLEK KÁVY

Mittchie memang suka kopi, tapi saya tidak. Tiada satu hari tanpa minum kopi bagi teman saya ini. Dibandingkan minum kopi di salah satu cabang Starbucks, saya lebih suka memilih tempat khas lokal. Menurut saya, salah satu cara terbaik menikmati budaya suatu tempat adalah dengan mengunjungi tempat makan lokal dan mencicipi apa yang mereka buat.

Saat kami datang ke MSK, beberapa meja sudah penuh dan reserved. Untungnya kami masih punya waktu satu jam setengah untuk menempati salah satu meja yang sudah dipesan. Saya sudah jatuh cinta dengan tempat ini sesaat setelah kami sampai di tempat. "Nice place!", komentar Mittchie.

Uniknya, tidak seperti kebanyakan coffee shop lain, di MSK pelanggan justru tidak memesan kopi langsung melalui barista. Layaknya seperti restoran, pelanggan dipersilakan menempati kursi, lalu beberapa staf akan datang mengantarkan menu. Lihat nih ekspresi Mittchie saat kebingungan memilih kopi!

Pesanan saya: Jordi's hot chocolate with milk and 63% dark Ecuador cacao & banana cake

Pesanan Mittchie: Ethiopia layo tiraga coffee & almond cake

One stop break @ BISTRO 8

Hujan deras mengguyur Praha saat kami selesai menyusuri distrik Letna. Menemukan Bistro 8 pun sebenarnya tidak sengaja. Saya yang kala itu ingin melihat buku-buku desain di Page Five, akhirnya menemukan tempat ini sekalian berteduh. Page Five dan Bistro 8 pun hanya selemparan batu di satu jalan yang sama.

Sebenarnya Bistro 8 lebih tepat disebut tempat menikmati sarapan ataupun brunch karena pilihan makanan yang beragam dan cukup mengenyangkan. Tidak seperti banyaknya tempat makan yang dipenuhi turis, Bistro 8 justru terletak di kawasan permukiman orang Ceko. Banyaknya apartemen di kawasan ini, membuat Bistro 8 jadi salah satu tempat favorit menikmati sarapan ataupun makan siang. Beruntungnya, saya dan Mittchie tidak menemukan aktor atau aktris K-Pop di tempat ini.

Pesanan saya: Matcha latte

Pesanan Mittchie: Flat white coffee (harus pesan dua kali karena si Mittchie menambahkan garam yang dikira gula :p )

Makan Chlebicek ala Czechs @ SISTERS

You definitely have to go to this place if you're in Prague! Sisters terletak di Distrik 1 yang tidak jauh dari spot-spot turis di Praha. Tempatnya tidak terlalu besar, namun tetap bisa menikmati open sandwich khas Praha (chlebicek) di meja dan kursi yang disediakan.

Sebenarnya tidak ada yang spesial dari chlebicekdi Sisters. Di Denmark, makanan seperti ini juga bisa saya temukan di banyak tempat ataupun membuat sendiri di rumah. Bedanya, roti untuk sandwich di Praha lebih lembut dan toppingnya pun lebih simpel tapi tetap enak. Die die must try!

Selain harganya super murah, 29-45 CZK (di Denmark bisa 6 kali lipatnya!) untuk satu chlebicek, sup harian yang ditawarkan pun cukup menggugah selera. Jauhi kesalahan turis saat datang ke tempat ini! Orang-orang Ceko tidak makan chlebicek dengan sendok dan garpu, tapi langsung dengan tangan. Tidak juga seperti makan pizza, dilarang untuk melipat chlebicek agar mudah digigit. So, eat slowly and enjoy every bite!

Pesanan saya: Egg with watercress, Mackarel with wasabi mayonnaise, & Potato soup

Pesanan Mittchie: Ham and potato salad & Roast beef

Lunch di distrik lokal @ HOME KITCHEN

Saya dan Mittchie sepakat kalau Home Kitchen di Holesovice adalah tempat makan siang terbaik kami di Praha. Home Kitchen sebenarnya ada dua tempat, pusatnya di Distrik 1, lalu tempat terbaru ada di Distrik 7. Makanannya sama-sama enak, simpel, dan staf yang friendly. Bedanya, di Distrik 1 hanya muat dua meja, tapi tidak di Holesovice.

Ketika memutuskan keluar dari zona turis dan menuju tempat ini, saya dan Mittchie sedikit skeptis seperti apa Home Kitchen di Distrik 7. Yang kami lihat, kawasan yang dituju merupakan daerah perkantoran dan permukiman yang sepi.

Sekali lagi, saya dan Mittchie juga sama-sama sepakat untuk jatuh cinta dengan tempat ini. Makanannya memang simpel, tapi atmosfir yang ditawarkan sangat cozy. Selain makan di dalam, pelanggan juga bisa makan di luar dengan bagi perokok maupun non perokok. Karena kami tidak merokok, seorang pelayan menempatkan kami di luar dengan sisi apartemen Ceko yang segar.

Meskipun tempatnya berada di kawasan perkantoran dengan interior yang oke dan terlihat mahal, namun harga makanan di tempat ini far too good! Menu makanan orang Ceko memang tidak jauh-jauh dari sup krim. Serunya, pelanggan juga bisa menikmati roti homemade sebagai teman makan sup dengan pilihan deeping oil bawang putih, rosemary, cabe, ataupun original.

Pesanan saya: Semangkuk besar sup jagung dan sayuran - chilli oil

Pesanan Mittchie: Semangkuk kecil sup & menu harian (Chicken potato) - garlic oil

Brunch terakhir @ POLÉVKÁRNA

Sebelum packing dan menuju bandara, saya lagi-lagi memaksa Mittchie untuk menemani saya ke Karlin. Karena sudah keseringan makan sup seperti orang Ceko, brunch terakhir kali ini di Praha juga ingin ditutup dengan sup.

Jam 10 pagi, saya dan Mittchie akhirnya sepakat keluar rumah dan berjalan kaki menuju salah tempat makan sup murah di Karlin. Tidak seperti tempat makan beratmosfir Instagramic yang sudah kami singgahi, Polevkarna hanya berupa tempat makan sederhana. Beberapa tempat duduk juga disediakan di luar kafe bagi yang ingin menikmati mentari Praha.

Sup yang ditawarkan biasanya berbeda dari hari ke hari. Meskipun harganya murah, tapi makanannya pun cukup beragam, mengenyangkan, dan enak. Jangan lupakan juga side dish mereka seperti almond cake atau spinach pie.

Pesanan saya: Dua mangkuk kecil sup sayuran & sup jagung, plus sepotong pie beet root

Pesanan Mittchie: Semangkuk besar sup ayam sayuran

Friday, July 3, 2020

Tips REYKJAVÍK: Menelusuri Kota Sepi Bergaya Eropa Klasik di Akhir Pekan|Fashion Style

"Kamu jadi pergi ke Irlandia? Eh, yang terkenal dari sana apa sih?" tanya seorang kenalan. "Westlife!" jawab saya.

"Kak, jadi pergi ke Sislandia?" tanya Rika, beberapa saat setelah melihat status terbaru saya di BBM. "Hah? Emang ada di peta?" tanya saya balik.

ISLANDIA, sodara-sodara! Saya liburan ke Islandia, bukan ke kedua tempat yang Anda sudah sebutkan. Seriusan, saat saya menyebutkan Reykjavík, banyak yang tidak tahu dimana letak kota ini berada.

Dari letak geografisnya pun, banyak yang bingung, negara ini masuk bagian Eropa atau tidak. Apakah visa Schengen bisa digunakan atau mesti apply visa baru. Iya bisa. Islandia masuk bagian negara Nordik yang letaknya paling utara Eropa. Karena masuk salah satu negara Schengen, tidak perlu lagi apply visa baru untuk datang kesini.

Waktu terbaik mengunjungi Islandia adalah saat musim dingin dan musim panas. Banyak sekali orang yang sengaja datang hanya untuk memburu Aurora Borealis ataupun menunggang kuda saat rumput sedang hijau. Sialnya, banyak aktifitas berpetualang di Islandia harus dilakukan hanya dengan dua pilihan; ikut tur atau menyewa mobil sendiri lalu menuju tempat yang ingin dikunjungi. Tempat terbaik menikmati alam Islandia pun sebenarnya jauh dari pusat keramaian di ibukota.

Reykjavík, ibukota Islandia, merupakan kota terbesar namun berpenduduk sedikit. Tidak banyak yang bisa dilakukan di kota ini kalau memang berniat tinggal lama. Saya mengunjungi Reykjavík di akhir pekan hanya untuk mendapatkan gambaran bagaimana hiruk-pikuk negara yang letaknya di tengah Samudera Atlantik ini.

DISTRIK HUNIAN REYKJAVÍK

Penginapan yang saya pilih memang terletak di area strategis yang tidak jauh dari pusat kota, namun juga berdekatan dengan ketenangan hunian penduduk Reykjavík. Suasana kontras terlihat jika saya memutuskan mengambil jalan kanan ataupun kiri. Di bagian kanan penginapan saya, hanya satu menit jalan kaki, saya sudah sampai di area pedestrian turis yang sangat terkenal, Laugavegur. Sementara kalau memutuskan mengambil jalan ke kiri, saya menemukan ketenangan, raut wajah datar orang Islandia, serta perumahan bergaya Eropa lama.

Ketika melihat gaya rumah dan apartemen di Reykjavík ini, saya seperti melihat Eropa di era 60an. Memang, saya belum pernah ke Eropa di tahun itu, saya juga belum lahir. Namun suasana sepi, halte bus yang sendiri berdiri kokoh, serta arsitektur bangunannya, membuat saya melihat sisi klasik Eropa sebelum menjadi modern. "It seems like a village!" komentar kakak saya saat ditunjukkan foto-foto Reykjavík via BBM.

Ketiadaan transportasi umum semisal tram dan metro pun membuat penduduk Reykjavík lebih nyaman mengendarai mobil pribadi mereka. Sama seperti halnya di Indonesia, di jam-jam sibuk pun, antrian mobil saat lampu merah bisa sangat panjang.

Saat hari mulai gelap, suasana kalem dan romantis bisa saya temukan hanya dengan melewati distrik hunian penduduk Reykjavík. Si pemilik rumah mulai menyalakan lampu yang sedikit temaram jika dilihat dari luar. Karena saya datang di awal musim dingin, banyak juga keluarga yang sudah menyalakan lampu-lampu kecil khas Natal di rumah ataupun halaman mereka.

PERLAN

Saya harus menunggu hari benar-benar terang dulu sebelum datang ke tempat ini. Jangan harap bisa menemukan matahari sebelum jam 10.30 pagi di Reykjavík saat musim dingin. Good side-nya, saya bisa jadi lebih lama tidur.

Perlan, atau disebut mutiara dalam bahasa Islandia, adalah salah satu landmark terbaik di Reykjavík. Bangunannya sendiri sedikit kontras dari gaya hunian klasik yang sudah saya lewati. Arsitektur dan interiornya sangat mengagumkan dan modern. Meskipun sedikit kurang dimanfaatkan oleh penduduk Reykjavík, namun Perlan memiliki high-class restoran, kafe, serta sering kali mengadakan pameran kaset dan buku. Lucunya, kita juga melihat semburan air panas replikanya The Golden Circle yang terkenal itu di dalam bangunan ini.

Datanglah ke Perlan untuk mendapatkan panorama terbaik Reykjavík. Dari balkon restoran yang ada di lantai 4, kita bisa melihat pemandangan kota Reykjavík hingga 360° dari ketinggian yang sangatbreathtaking. Selain perumahan berwarna-warni, hamparan gletser dan sungai es yang mencengkram kota Reykjavík are so freaking beautiful!Kita juga bisa menikmati magisnya Reykjavík saat makan malam di restoran, ataupun sekedar menyesap kopi di kafe.Perfect!

Sebelum datang kesini, siapkan juga kamera berdaya tangkap tinggi untuk mengambil pemandangan kota dan gunung es secara lebih jelas.

HARPA

Harpa atau biasa dikenal dengan Icelandic Opera House sebenarnya memiliki hubungan baik dan buruk dengan penduduk Reykjavík. Pembangunannya sendiri dikerjakan saat keadaan ekonomi Islandia sedang berada di puncak, namun harus dihentikan ketika Islandia sedang mengalami krisis keuangan. Sempat adanya keraguan kalau bangunan ini akan selesai, namun nyatanya, it's here and beautiful!

Kabar yang saya dengar, Islandia sempat meminjam banyak uang dari negara tetangga hanya untuk membuat konstruksi bangunan ini selesai. Tak tanggung-tanggung, uang yang harus dipinjam untuk membangun Harpa pun sangat fantastis jumlahnya. Namun karena meninggalkan hutang yang banyak, penduduk Reykjavík juga kecewa dengan hal itu. Di sisi lain, banyak juga diantara mereka yang mulai mencintai salah satu bangunan tercantik dan modern ini.

Selain arsitekturnya yang mengagumkan,  Harpa memiliki kafe, restoran, toko kaset 12 Tónar dan Epal, sebuah tempat dimana kita bisa menemukan barang-barang khas desain Islandia dan negara-negara Nordik.

LIVE SHOW WAJIB TONTON

"The show is much more than a stand up comedy!" bunyi salah satu tagline dilampiran brosur.

Sebelum ke Islandia, saya sudah mendengar reputasi acara ini ketika memutuskan liburan ke Stockholm. Di Swedia, ada juga acara live serupa berjudul How To Become Swedish in 60 Minutes. Usut punya usut, ternyata acara yang ada di Swedia terinspirasi dari kesuksesan komedi show dari Islandia.

Kalau tidak keberatan mengeluarkan 4400 ISK atau €38, sebenarnya saya sangat merekomendasikan menonton acara live ini di Harpa. Seorang host asli Islandia, akan mengajarkan kita menjadi orang Islandia hanya dalam waktu 60 menit. Tidak hanya menceritakan tentang sejarah Islandia dan karakteristik orang-orangnya, acara ini pun dikemas dengan joke-joke ringan ala orang Islandia.

Setelah menonton acara ini pun, saya jadi paham soal karakteristik penghuni Eropa Utara yang notabene nyariiiis berkarakter serupa. It's a funny way to learn about the icelandic and its culture from the stage!

LAUGAVEGUR

Seorang pendatang pernah bercerita, di tahun 2008, saat dimana Islandia sedang mengalami krisis keuangan, Laugavegur hanyalah jalanan sepi tanpa turis. Kita bisa saja berjalan sepanjang jalanan ini dan hanya menjumpai lima orang pejalan kaki. Di malam hari, bar sangat sepi dan para turis biasanya sangat menarik perhatian orang lokal. Mereka sangat ingin menanyakan kedatangan para turis ini ke Reykjavík, "what are you doing here? What do you do?"

Sekarang masa-masa itu sudah hilang. Siapa sangka, karena rasa penasaran banyak orang dengan Reykjavík, Laugavegur menjelma menjadi area yang tidak pernah sepi turis. Saat saya berjalan-jalan di Sabtu malam, bar mulai ramai dari jam 9. Belum lagi mobil yang lewat di jalan ini memang rata-rata berisikan anak muda lokal yang siap menikmati hiburan malam di tengah kota.

Di siang hari, Laugevegur adalah salah satu tempat terbaik menemukan banyak restoran, kafe, toko-toko khas desainer lokal, hingga wol terbaik dari domba Islandia. Salah satu tempat makan terbaik dan favorit saya di Laugavegur adalah Noodle Station.

Menyusuri Laugavegur juga tidak lengkap tanpa berkunjung ke gereja tertinggi di Islandia, Hallgrímskirkja. Selain Perlan, kita juga bisa memotret pemandangan terbaik Reykjavík dari tempat ini. Tidak gratis memang, kocek yang harus dikeluarkan adalah 600 ISK atau €5 saja. Datanglah ke Hallgrímskirkja sebelum jam 5 sore saat tower belum ditutup untuk umum.

Thursday, July 2, 2020

Tips 5 Alasan Mengapa Musim Dingin Begitu Magis|Fashion Style

Happy New Year! Selamat Tahun Baru!

Bagian utara bumi sudah masuk musim dingin lagi. Meskipun penduduk negara Nordik mulai menggerutu soal dingin dan panjangnya malam, namun musim dingin justru membawa rasa hangat dan kebersamaan. Musim dingin memang mencekam, hawa dingin, es dan salju—tapi ada banyak alasan mengapa kita harus stop membenci musim dingin! Inilah beberapa alasan mengapa kita harus menikmati magisnya winter wonderland.

1. The lighting fixtures, please!

Di awal-awal musim dingin, karena malam terasa panjang, lampu jalanan biasanya terlihat lebih cantik. Banyak perumahan dan place pertokoan memasang lampu-lampu LED di bagian luar rumah atau toko sebagai penghias. Saya pernah melewati vicinity perumahan elit di dekat Klampenborg yang terlihat sangat cantik karena dihiasi banyak lampu.

Lalu, apalagi yang membuat musim dingin terlihat magis kalau bukan cahaya utara dan selatan yang menari-nari di langit. Memang kita tidak bisa menemukan aurora borealis dan australis di semua negara empat musim. Namun, kapan lagi bisa memburu fenomena alam yang spektakuler ini kalau bukan saat musim dingin?

2. Good food, top life

Berkesempatan tinggal di Eropa selama nyaris tiga tahun, membuat saya sudah melewati tiga kali musim dingin di area yang berbeda. But, trust me, winter food is the best ones among other seasons! Menjelang musim dingin, makanan dan minuman khas yang hanya ada saat wintersudah mulai dijual di pasaran. Lupakanlah sup labu di musim gugur, it's time for sweet porridge!

Di bagian utara Eropa, setiap negara biasanya memiliki minuman yang sama, Gløgg. Gløgg adalah wine hangat yang bisa diminum sendiri, atau ditambah kayu manis dan kismis. Meskipun kebanyakan beralkohol, tapi kita juga bisa menemukan Gløgg non-alkohol yang dijual di beberapa toko.

Three. Christmas spell

Memasuki awal musim dingin di bulan November, atmosfir Natal sudah mulai terasa di banyak tempat. Meskipun Natal masih harus menunggu satu bulan lagi, tapi banyak toko dan tempat sudah siap dengan ornamen Natal yang seru. Banyak wilayah di Eropa pun mulai dipenuhi tenda-tenda penjual demi memenuhi Pasar Natal.

Natal memang tidak dirayakan secara religius di Eropa, tapi semua orang menyambut hari syahdu ini dengan damai dan bahagia. Karena Natal dirayakan saat musim dingin, suasana hangat antara kerabat dan keluarga pun terasa lebih intim. Tidak seperti malam Tahun Baru yang liar, malam Natal adalah kesempatan yang ditunggu orang Eropa untuk berkumpul bersama keluarga, menyantap makanan khas, lalu bertukaran kado.

Four. We do love sale

Siapa yang tidak suka diskon? Bohong sekali kalau penduduk yang tinggal di negara empat musim tidak suka belanja, apalagi saat musim diskon terbesar yang hanya terjadi dua kali setahun ini. Baju-baju musim dingin memang paling mahal dari semua musim. Bersabarlah menunggu sampai awal hingga pertengahan bulan Januari saat harga barang biasanya akan didiskon hingga 70%.  Siap-siap jadi hedonis saat mengitari pusat perbelanjaan di Eropa, karena nyatanya, harga boot kulit dan sweater kashmir yang sudah lama kita incar lagi didiskon besar-besaran.

5. So, Snow

Oke, musim dingin memang sangat lekat dengan salju dan es. It's true thatNOT everybody loves snow. Salju bisa sangat menyebalkan jika sudah terlalu tebal. Tranportasi akan menjadi lamban bahkan delayed.

Tapi, ski tidak akan menjadi olahraga yang seru tanpa salju. Salju juga yang membuat pegunungan dan banyak hutan rindang saat musim panas, menjadi putih mistis sekaligus cantik. Meskipun tidak semua wilayah di belahan bumi utara bisa menikmati White Christmas, tapi kita bisa menunggu serpihan salju turun di bulan Januari. Di Eropa Utara, salju biasanya akan mulai menumpuk di akhir bulan November, berhenti sejenak di bulan Desember, lalu turun lagi di bulan Januari.

So, are you geared up for the paranormal darkness?

Wednesday, June 24, 2020

Tips 5 Alasan Semua Orang Menanti Musim Panas|Fashion Style

Memasuki bulan Agustus, suhu musim panas di Eropa mulai sedikit bergeser menjadi hangat-hangat sejuk. Liburan ke Wina bulan lalu, saya mesti mengumpat dalam hati karena panasnya bisa sampai 34 derajat! Jujur, saya bukan penyuka musim panas meskipun sudah 20 tahun lebih tinggal di Indonesia.

Walaupun musim panas identik dengan rasa bahagia dan suka cita, tapi saya juga benci hal-hal klasik seperti keringat, para serangga yang mulai girang beterbangan, ataupun kulit yang mulai gosong. Tapi sejujurnya, musim panas juga membawa warna tersendiri dalam satu tahun. Inilah alasan mengapa warga empat musim tetap mencintai dan selalu menanti musim panas!

1. 2. 3. Matahari

Yesh! Alasannya adalah karena sinar matahari yang membawa rasa hangat dan siang hari yang panjang. Dalam satu tahun, warga empat musim harus menggerutu karena lebih dari 8 bulan mereka harus menutup diri dari jaket, mantel, dan segala pernak-perniknya yang sungguh ribet. Saat musim panas datang, inilah waktunya bersuka cita memamerkan bentuk tubuh, menggosongkan kulit, ataupun memakai baju neon yang hanya pas dengan spektrum matahari.

Karena siang hari yang lebih panjang, aktifitas warga empat musim pun menjadi aktif karena ditemani sang surya hingga tengah malam. Saat berkunjung ke Reykjav?Ok di musim panas, baru sekalinya itu saya menyaksikan matahari yang hanya menggantung di langit tanpa sepenuhnya terbenam. Matahari hanya membenamkan setengah diri jam 12 malam, lalu bersinar apik kembali jam 3 pagi.

Sayangnya, musim panas tahun ini di Eropa Utara sedikit mengecewakan karena terus-terusan diguyur hujan dan temperatur yang terbilang masih dingin. Suhu rata-rata siang hari 17-20 derajat, lalu turun drastis menjadi thirteen derajat di malam hari. Di Reykjav?Okay, suhu di tengah hari bolong bisa hanya 11 derajat, yang memaksa orang harus tetap memakai jaket tebal.

4. Libur panjang

Hari terbahagia para anak sekolah dan orang tua adalah saat musim panas. Libur sekolah biasanya dimulai dari akhir Juni hingga awal Agustus atau awal September. Kapan lagi bisa menikmati sinar matahari lebih lama, kalau bukan di musim ini. Makanya banyak juga perusahaan dan kantor yang sedikit "memaksa" karyawan mereka untuk mengambil cuti.

Sebalnya, karena bertepatan dengan libur panjang, banyak pantai dan tempat liburan jadi penuh sesak oleh turis. Sisi positifnya, banyak tempat-tempat seru seperti amusement park ataupun museum yang memang hanya dibuka saat suhu mulai bersahabat dengan kulit.

Five. Festival seru

Hari yang lebih panjang dan cuaca yang lebih hangat hanya bisa berarti satu hal: musim festival. Dibandingkan dengan ketiga musim lainnya, festival terseru dan terbanyak memang digelar saat musim panas. Dari open air cinema, konser musik, ataupun lomba olahraga yang bertemakan outdoor, hanya akan ditemui di bulan Juni hingga Agustus.

Tidak perlu juga merasa miserable dan gundah gulana karena tidak bisa liburan ke pantai, karena warga empat musim tahu kemana harus berlabuh saat akhir pekan datang; pergi ke salah satu festival musik seru bersama teman ataupun pacar, lalu meneguk bir dingin saat matahari terbenam.

BONUS!! It is a berry sweet season!

Stroberi, rasberi, bluberi, ceri, sampai huckleberry, they bring a load of happiness and colours in the summer!

Tips Mencontek Gaya Eropa, Belanja Murah di Indonesia|Fashion Style

Beberapa hari yang lalu, seorang teman lama menghubungi saya via sosial media. Teman saya ini ternyata akan liburan selama beberapa hari ke Eropa. Gara-gara postingan tentang pelajaran fashion , tiba-tiba saya merasa jadi fashion guru karena dicecar banyak pertanyaan tentang pakaian seperti apa yang cocok untuk dipakai di Eropa.

Karena berencana liburan di pertengahan September, si teman sering kali menanyakan apakah cocok memakai boot dan mantel saat liburan ke Eropa di penghujung musim panas. Jawabannya, no! Penghujung musim panas di negara empat musim tidak bisa diprediksi. Kadang lembab, tapi juga bisa sangat kering.

Di Eropa Utara, suhu bisa sangat hangat di siang hari, tapi mendadak turun jadi thirteen derajat di malam hari. Makanya ketimbang boot dan mantel tebal, membawa pakaian yang multifungsional saat liburan ke negara empat musim menjadi sangat mutlak.

Kembali ke teman saya tadi, meskipun tipikal cewek stylish dan pandai berdandan, si doski sebenarnya seorang #PejuangIrit . Artinya, dia bisa saja bergaya sebegitu fenomenalnya, berdandan sebegitu menornya, tapi tetap saja suka berburu barang murah hanya untuk memenuhi gayanya sehari-hari. Pertanyaan dia selanjutnya, dimana bisa mendapatkan barang-barang bergaya Eropa di Indonesia, tanpa harus merogoh kocek sedalam kantong celananya Zara ataupun MANGO.

1. Belanja ke pasar barang bekas

Sejujurnya, saya juga mantan #PejuangIrit . I (still) love secondhand market! Saking cinta dan adiktifnya, saya tidak akan pulang dari pasar sebelum uang habis. Bah!

Yang saya suka dari pasar barang bekas, selain bisa menemukan barang unik dan lucu, saya juga sering menemukan banyak koleksi style khas Eropa yang masih bagus-bagus. Dari mantel, sweater, syal, hingga kaos kaki berbahan wool, semuanya lengkap. Memang sih, kadang modelnya terlalu jadul ataupun ukurannya yang hanya satu. Tapi apa salahnya bergerilya ke kios pakaian satu in line with satu kan?

Psstt... belanja di pasar barang bekas juga bisa berarti dua hal, olahraga dan berhitung cepat Matematika. Go bargain them!

2. Belanja on line

Kalau memang tidak ingin repot mencari pakaian di pasar barang bekas, banyak sekali toko fashion online yang bisa dijadikan pilihan untuk berbelanja. Saya juga sebenarnya pecinta belanja online karena simpeldan lebih banyak pilihan.

Tapi, belanja online juga mesti cerdas. Tidak semua tempat belanja on-line menjual barang yang sama dengan harga yang sama pula. Makanya sebelum memutuskan membeli pakaian di satu toko, jangan malas untuk membandingkan dulu ke beberapa toko on line lainnya.

Salah satu barang fashion Eropa multifungsional adalah jaket parka. Selain membawa beberapa potong kaos, pakaian mini, dan get dressed, saya juga menganjurkan si teman untuk membawa jaket parka berwarna herbal atau gelap untuk berjaga dari angin malam.

Awalnya saya mengira jaket parka di Indonesia bisa sangat mahal. Tapi lihat apa yang saya temukan di kedua toko ini! Mahal memang, jaket parka yang dijual Lazada. Namun saya tiba-tibaspeechless saat melihat jaket parka  berbahan katun yang benar-benar sama dijual dengan harga super super super murah di website-nya Shopee .

Selisih harga hingga Rp 141.000 yang sadis

Jaket ini saya temukan di koleksi Garansi Harga Termurah, Uang Kembali 2x Lipat . Dalam kampanye ini, Shopee akan mengembalikan uang kita kalau seandainya ditemukan barang yang sama dengan harga lebih murah di e-commerce lain. Beberapa barang fashion cewek  ataupun cowok yang saya cek di koleksi yang sama pun, murahnya juga ampun-ampunan. Plus, gratis ongkos kirim untuk minimum pembelanjaan tertentu.

Sebenarnya ada beberapa e-commerce terkenal lainnya yang bisa dijadikan opsi belanja, seperti Buka Lapak atau Tokopedia. Berikut perbandingan harga jaket parka dari dua e-commerce lain.

Melirik harga Shopee, selisih harga dari e-trade ini masih bisa beli gorengan

Dilihat dari perbandingan harga jaket parka empat e-commerce terkenal di atas, bisa dipastikan kalau harga termurah masih dipegang Shopee.Makanya menurut saya, pilihan belanja online lewat Shopee bisa jadi salah satu alternatif irit.Again, be a smart shopper!

Three. Belanja di pasar murah

Sejujurnya saya hanya akan datang ke pilihan terakhir ini jika memang kebetulan sedang di luar dan ingin windows shopping. Sekalian lihat-lihat toko, siapa tahu memang ada barang yang dicari.

Meskipun tidak selalu mendapatkan barang fashion dengan gaya Eropa, tapi biasanya harga yang dipatok pun lumayan murah dan bisa ditawar dibandingkan harus datang ke toko mahal yang ada di mall. Banyak juga get dressed-get dressed lucu ataupun kemeja murah untuk menambah perbendaharaan isi lemari yang bisa dipakai di Indonesia, ataupun saat liburan ke negara empat musim.

Kuncinya, kalau memang harus membeli pakaian di Indonesia hanya untuk dibawa liburan ke Eropa, bawalah pakaian berpotongan simpel dan berwarna natural. Orang-orang Eropa sangat anti memakai pakaian ribet, banyak motif, ataupun tabrak warna. Di musim panas yang extremely good hangat pun, jangan heran kalau banyak juga penduduk Eropa yang memakai pakaian hitam.

Saturday, May 23, 2020

Tips Malasnya 'Business Trip' dengan Host Family|Fashion Style

Salah satu perks of being an au pair itu adalah bisa jalan-jalan gratis alias "dinas" atau "business trip" ke luar dan dalam negeri dengan keluarga angkat. Pengalamannya tentu saja banyak, bisa diajak melihat tempat-tempat anti mainstream yang mungkin tidak akan pernah kita singgahi kalau harus travelling sendiri, tiket PP gratis, serta ikut kecipratan fasilitas hotel mewah kalau memang beruntung mendapatkan keluarga Eropa yang kaya raya. Kadang kalau keluarganya baik, uang saku saat liburan pun ikut ditambah.

Contohnya saja Vicky, eks au pair Denmark, yang sempat dibawa "dinas" ke Dubai selama 7 hari menemani host family. Kegiatan sehari-harinya hanya berjemur seksi di pantai atau hotel berbintang karena mengikuti gaya liburan keluarganya yang santai.

Ada lagi Anggi, eks au pair Belgia, yang beruntung tinggal bersama keluarga Belanda kaya raya yang sering diajak travelling menggunakan jet pribadi. Dari penginapan dan makan sehari-hari di restoran semuanya ditanggung tanpa takut kelaparan. Tidak suka makanan restoran, boleh pesan menu di hotel yang juga masuk ke bill keluarga. Kegiatan dinas juga tidak hanya menemani host kids di pantai Spanyol, tapi juga ber-ski di Austria. Lucky? Iya.

Dari dulu sebetulnya saya paling tidak berminat diajak liburan oleh keluarga angkat. Daripada liburan masih harus bertemu mereka, saya lebih memilih doing nothing at home atau hang out di kota dengan teman dekat. Di Norwegia, entah harus bersyukur atau terus mengeluh karena dinas keluar Oslo sudah jadi jadwal saya setiap bulan. Yep, you read it right! Setiap bulan jalan-jalan dan tidak pernah mantap di Oslo!

Selain host family saya  punya 3 rumah di Norwegia yang harus didatangi tiap akhir pekan, mereka juga memiliki pulau pribadi dan villa di Prancis yang rutin dikunjungi setiap tahun. Karena keluarga saya ini juga experienced skiers yang harus selalu naik gunung untuk berski ria, mau tidak mau saya selalu diajak kerja pindah-pindah.

BUT!! Tidak semua perjalanan dinas ke tempat-tempat jaw-dropping selalu menyenangkan. None of these (lucky) au pairs told you exactly how did they feel!

1. Working more

Meskipun mungkin terhindar dari rutinitas harian semisal laundry dan memasak karena semuanya jadi servis hotel, namun tidak untuk babysitting. Kebanyakan orang tua biasanya hanya ingin menikmati liburan tanpa harus 24/7 bersama anak, makanya au pair ikut dibawa. Tak heran, kadang au pair sampai harus tidur sekamar dengan balita hanya karena orang tuanya masih sibuk clubbing.

2. No holiday for you

Judulnya memang "liburan", tapi itu sebetulnya liburan host family. Bagi sebagian au pair, liburan dengan host family bisa berarti kerja rodi! Keluarga yang masih punya anak kecil biasanya paling butuh bantuan ekstra saat liburan. Makanya agenda kita ikut mereka pun bukanlah berfoto-foto ria memakai outfit ceria hanya untuk dipamerkan di sosial media, tapi tetap harus dorong stroller dan ganti popok balita. Tentu saja ada kalanya si keluarga ini memberikan kita waktu luang menikmati kota dan jalan sebentar ke taman, tapi sesungguhnya rutinitas kita tidaklah berbeda dari tugas harian yang hanya pindah tempat saja. This is how "business trip" works, bukan?

3. Terbatasnya privasi

Namanya juga "sudah dianggap seperti keluarga sendiri", jadi kadang tidak ada lagi batas privasi antara kita dan keluarga. Kembali ke poin pertama, kadang au pair harus tidur sekamar bersama host kids hanya karena orang tua mereka ingin punya kamar sendiri dan child-free saat liburan. Ada lagi au pair yang merasa canggung karena harus ikut makan 3 kali sehari dengan host family di restoran, padahal kadang inginnya lari ke Mekdi.

Four. Susah keluar

Enak kalau diajak dinas ke daerah tak jauh dari keramaian ataupun akses ke transportasi umumnya gampang. Setidaknya kita bisa melarikan diri sebentar ke pusat kota hanya untuk cuci mata ataupun ngopi santai tanpa harus selalu berkutat dengan host kids. Faktanya, tidak semua keluarga kaya raya suka dengan kota-kota besar seperti Paris dan Barcelona.

Keluarga saya termasuk tipe orang yang menyukai daerah tenang, pinggiran, dan sangat dekat dengan alam. Bagi mereka memang menyenangkan karena tak harus berdesakkan dengan turis, namun bagi saya, seperti penjara. Saya sering kali diajak ke villa pribadi mereka di atas perbukitan Prancis Selatan yang luar biasa megah, otentik, serta punya kolam renang dan lapangan tenis sendiri. Kanan kiri hanya hutan dan bukit yang sungguh cantik. Tempat ini juga jadi venue resepsi pernikahan host parents saya yang mengundang hampir 80 orang. Awalnya saya tidak berhenti mengagumi tempat ini, lama-lama muak juga.

Ingin ke pusat kota, harus jalan kaki turun bukit sekitar satu jam dulu atau mau tidak mau harus menggunakan kendaraan pribadi. Miskin hiburan untuk anak muda. Belum lagi transportasi umumnya sangat jarang dan membutuhkan waktu 40 menit lagi untuk sampai ke kota yang lebih besar. Saya suka hiking, tapi kalau harus selalu menjelajah tempat ini sendiri, saya bosan.

Five. Menunggu pulang

Keluarga Eropa yang kaya raya itu liburannya tidak sebentar karena mereka memang menikmati semaksimal mungkin atmosfir daerah yang berbeda jauh dari kota asal. Paling cepat semingguan, paling lama bisa satu bulanan. Hari pertama sampai ketiga mungkin para au pair ini masih semangat selfie, foto kanan kiri, dan penasaran ingin menjajakkan kaki kesana-sini. Esok-esoknya, hari terasa sangat lama karena mulai merindukan teman atau pacar.

Mau bagaimana lagi, yang liburan memang si keluarga dan kita hanya kecipratan asiknya saja. In the end, kita hanyalah sendiri menikmati fasilitas mewah dan kecantikan kota yang tersajikan di depan mata. Kalau sudah seperti ini, yang ditunggu hanyalah hari kepulangan.

Bagi kalian para au pair, kalau memang ditawari host family liburan bersama, coba saja tanyakan dulu prosedur kerjanya bagaimana sebelum mengiyakan. Apakah ini murni liburan gratis, berbayar, ataukah kita masih perlu kerja disana? Tidak semua keluarga akan menyewa hotel berbintang, karena beberapa juga lebih memilih villa atau rumah tinggal.

Menurut saya, liburan atau dinas dengan keluaga yang anaknya sudah cukup besar akan lebih menguntungkan. Kegiatan kita bukan babysitting, tapi lebih beraktifitas bersama. Seperti contohnya teman saya, Mira, au pair Denmark, yang beruntung diajak ber-ski ke Norwegia sampai dihadiahi pakaian ski lengkap oleh keluarga angkatnya. Seru memang! Tapi sayangnya, perasaan kesepian seperti orang asing tidak akan sepenuhnya bisa hilang meskipun kita sedang telentang cantik di Amalfi ataupun menyesap kopi hangat di Rio de Janeiro.