Showing posts with label ketemu bule online. Show all posts
Showing posts with label ketemu bule online. Show all posts

Saturday, May 30, 2020

Tips Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?|Fashion Style

(PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI, HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING-AN ATAU VIDEO CALL-AN ITU ADALAH PENIPU!! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!)

Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan.

Saya sebetulnya hanya berkesempatan kencan beberapa kali dengan para cowok internasional saat tinggal di Eropa. Terutama di Denmark, saat saya jadi serial dater dan suka bersosialisasi karena tidak tahan hanya diam di rumah. Karena cowok-cowok yang tinggal di Kopenhagen sangat beragam, saya tidak hanya jalan dengan cowok lokal tapi juga dari negara lainnya.

Pengalaman saya berkencan dengan para cowok ini pun tidak hanya dimulai dari online dating, tapi kadang ketemu langsung di festival atau acara lain. Tentunya ada beda kalau kamu ketemu si cowok lewat aplikasi kencan versus in real life. Tapi online dating di Eropa itu hanya wadahnya saja, empat hari kemudian biasanya sudah ketemu.

Perlu dimaklumi juga kalau teman kencan saya kebanyakan cowok-cowok usia 20-30an. Paling tua yang pernah saya kencani berusia 31 tahun. Jadi kalau kamu tanya saya bagaimana karakter cowok bule di atas 40-an, jawaban saya abu-abu. Yang saya tahu, kebanyakan pria (bukan cowok lagi nih) di atas 40-an sudah cukup dewasa, mapan, dan siap untuk diajak serius. Anyway, serius disini tidak harus ke jenjang pernikahan ya. Bisa jadi dia siap membangun future bersama kamu dengan atau tanpa menikah, atau ingin atau tidak punya anak.

Sebagai gambaran, cowok yang saya kencani kebanyakan hanya teman jalan tanpa mencari keseriusan. Karena merasa masih muda dan finansialnya belum stabil, kebanyakan cowok di usia 20-an masih ingin having fun dan takut berkomitmen. Masuk usia 27 tahun biasanya si cowok mulai berpikir untuk menabung demi memiliki apartemen atau mobil pribadi. Tapi tetap, pikiran untuk menikah atau memiliki anak masih jauh. Meskipun, ada juga beberapa yang sudah siap membangun rumah tangga dan tidak sabar ingin punya anak.

Kembali ke pengalaman saya yang sering menerima surel dari pembaca, ternyata hampir semua cewek di Indonesia memulai perkenalan dengan para cowok Eropa lewat dunia maya. Ada juga yang ketemu di tempat kerja atau saat si bule liburan ke Indonesia. Saya sering kali ditanya, apakah si cowok worth-it diperjuangkan, bagaimana karakter si cowok dari negara ini-itu, kenapa si cowok tidak membalas pesan, atau apa saran yang harus diberikan.

Sejujurnya, saya tidak pernah berniat mencari pacar bule lewat dunia maya sewaktu di Indonesia. Saya memang pernah mengobrol dengan beberapa cowok bule, tapi itu juga ketemunya dari situs belajar bahasa. Malasnya dari situs seperti ini, bule-bulenya kadang sombong dan malah berpindah lapak jadi tempat mencari gebetan. Meh!

Satu lagi, dulu saya takut berkenalan dengan bule via online karena merasa semua bule otaknya mesum dan hanya pamer batang saja. Pernah suatu kali, saya iseng-iseng buka Omegle untuk cari teman memperlancar bahasa, yang dibahas ujung-ujungnya masalah seks. Buka Omegle video, yang keluar batang semua. Done!

Jadi untuk cewek-cewek Indonesia yang bertanya, "how to read this or that guy?", saya juga bingung. Saya bukan peramal yang bisa membaca status hubungan kalian seperti apa. Kamulah yang lebih tahu apakah hubungan tersebut bisa dibawa ke arah yang lebih serius atau tidak. Saya juga belum pernah ada di posisi kalian yang hanya berkomunikasi lewat teks selama beberapa minggu, lalu tiba-tiba memutuskan LDR tanpa bertemu orangnya langsung.

Tapi, berikut hal yang bisa saya sarankan bagi kalian yang kenalan lewat dunia maya tanpa kejelasan kapan bisa ketemuan.

1. Kamu tidak akan pernah tahu keseriusan seseorang hanya lewat texting. It's okay kalau kalian berdua sama-sama fun dan nyaman saling bertukar teks, gambar, atau suara. Tapi sekali lagi, semua itu bisa dibuat-buat hanya untuk kesenangan belaka. Kamu tidak akan pernah tahu apa si cowok itu sudah punya istri, pacar, atau hanya menjadikan kamu teman texting saja. Kamu juga pasti sulit menebak karakter asli si cowok meskipun sudah memantau kegiatannya sehari-hari via Snapchat. Sebelum terlalu jauh berkirim pesan, coba cek profilnya disitus kencan. Cowok yang serius mencari pasangan biasanya menuliskan deskripsi profil mereka lebih jelas, panjang, dan detail.

Oh ya, saya pernah mendengar  cerita dari satu cowok Eropa yang sengaja datang ke Asia Tenggara untuk liburan sekalian mencari teman tidur. Jadi doi sengaja membuat profil di situs kencan dan berpura-pura ingin kenalan dan ketemuan. Si cowok ini tahu, kalau mukanya sangat laku di Asia dan  mudah saja merayu cewek-cewek lugu. Tanpa harus dia yang maju duluan, pesan di profilnya sudah muncul ratusan. Tetap hati-hati kalau sampai diajak ketemuan oleh cowok model begini!

2. Don't get carried away! Bahasa Indonesianya, jangan baperan! Mau dia cowok Italia, Jerman, Estonia, atau Austria, kamu tidak harus terbang melayang dulu saat si cowok bilang suka. Suka itu maknanya luas sekali dan belum tentu artinya lagi nembak kamu. Cowok Eropa berbeda dengan cowok Indonesia yang harus pakai 'persetujuan' atau validasi dulu sebelum menjadikan kamu pacar. Mereka lebih suka meresmikan suatu hubungan lewat tindakan ketimbang omongan. Maksud 'suka'-nya disitu bisa jadi 'suka mengobrol dengan kamu', 'suka karakter kamu yang energik', 'suka selera humor kamu', atau suka apapun itu.

3. Don't treat them as your Indonesian guy! Cowok bule itu tidak pernah pakai modus, kode-kodean, atau basa-basi saat bicara dengan lawan jenis. Mereka tipikal orang yangstraight forward dan speak their minds. Jangan tanya hal tidak penting seperti, "lagi apa?", "sudah makan atau belum?", atau pertanyaan basi lainnya khas pasangan Indonesia. Seriously, mereka akan mengecap kamu sebagai cewek nosy yang lebih mirip ibu-ibu. Kamu juga harus tahu kalau cowok bule itu kurang nyaman dengan cewek yang trying too hard menjadi sosok ibu-ibu yang sok mengingatkan atau terlalu perhatian.

4. Please be aware! Selain kamu masih menerka tentang keseriusan seseorang di dunia maya, kamu juga tidak akan pernah tahu apakah cowok ini asli apa palsu. Zaman sekarang foto-foto bisa asal comot dari Google atau sosial media orang lain. Meskipun mukanya ganteng, tetap waspada kalau permintaannya sudah menjurus ke pinjam uang atau gambar-gambar telanjang.

The major reason they ask you to send them nudes is because it's thrilling! It's exciting, it's secretive, it's intimatewhat's not to love about nudes? Tapi, kalo kamu merasa ingin dihargai, kamu pantas bilang tidak! It’s up to you anyway. Seorang teman ada yang biasa saling bertukar nude pictures atau video yang bisa membuat keduanya terangsang. Si cowok ini dari Belanda dan keduanya belum pernah sama sekali ketemu. Mereka saling chat murni hanya karena kepuasan biologis semata. But, that’s how they are having fun. Ya, silakan saja!

5. Prepare yourself to be ghosted. Masalah utama dari online dating adalah banyak orang bisa menghilang secara tiba-tiba setelah kencan pertama, setelah satu sama lain nyaman, atau tanpa sebab apapun kita tidak pernah mendengar kabar mereka lagi. Menyebalkan sekali karena kita kadang sudah merasa klik dan cocok.

Well, semua orang bisa berubah pikiran dan tiba-tiba bosan. Cowok bule yang tadinya setiap hari chatting-an lalu menghilang, bisa jadi karena rasa ketertarikannya ke kamu mulai pudar. Mungkin juga karena doi bosan melihat layar ponsel setiap hari tanpa bisa merasakan eksistensi kamu. Bisa juga karena doi sibuk kerja, lambat laun lupa juga harus membalas pesan. Kalau sampai ini terjadi, sebaiknya langsung cut off dan lupakan saja. Move on, girls!

6. Yang terakhir adalah kamu harus mengundang dia ke Indonesia. Mungkin ceritanya kalian sudah lama kenal, sudah nyaman texting-an, sering telponan, saling tanya kabar dan aktifitas, lalu apalagi yang ditunggu kalau tidak segera ketemuan? Kalau si cowok ini betul-betul serius ingin mengenal kamu, doi pasti meluangkan waktunya untuk singgah ke Indonesia. Kecuali cowok ini statusnya masih pelajar yang uang sakunya tak seberapa ya.

Masalah ketemuan ini pun tidak semudah hanya mengundang dia datang. Ongkos pulang pergi dari Eropa ke Indonesia tentulah tidak murah. Belum lagi kalau si cowok ini susah mengambil jatah libur dari kantor. Tapi kalau memang menemukan cowok serius, uang dan waktu pasti bisa diatur. Saya punya teman asli Belgia yang rela pulang pergi Belgia-Indonesia 2 kali setahun hanya untuk bertemu dan mengenal lebih jauh si gebetan (sekarang pacar). Apalagi itu namanya kalau bukan pengorbanan, keseriusan, dan cinta?

Saran saya yang lain, kalau memang tertarik dengan si cowok, jangan lupa pelajari juga budaya orang-orang di negara mereka agar tidak kaget dengan kemisteriusan cowok Finlandia , misalnya. Atau coba juga untuk memahami karakteristik cowok-cowok Eropa Utara yang tidak agresif dan inginnya kamu duluan yang maju.

You can be falling in love with someone who you've never met indeed.Kamu boleh saja memutuskan untuk pacaran jarak jauh meskipun belum pernah ketemuan. Selagi sama-sama nyaman, ya silakan tetap berhubungan tanpa harus menaruh ekspektasi berlebih tentang masa depan. Berdoa saja suatu hari kalian bisa dipertemukan dan dialah pasangan yang kamu cari. (Baca juga postingan saya tentangonline dating yang menyebalkan!)

Tapi ngomong-ngomong, apa sih yang membuat kalian sebegitu niatnya cari pasangan orang asing?

Monday, May 25, 2020

Tips Cowok Norwegia di Online Dating|Fashion Style

Saya tidak pernah berpikir untuk kembali berkencan dan mencari teman jalan lagi di Norwegia. Terakhir kali menggunakan situs kencan adalah tahun lalu, saat masih di Denmark. Ketika saya masih jadi serial dater, lalu lelah sendiri sampai akhirnya bertemu seseorang yang menurut saya 'the one'. Sayangnya karena saat itu tahu harus LDR, kami sama-sama sepakat untuk putus hubungan.

Sedih, patah hati, lalu malas mencari lagi, karena menurut saya cowok Eropa Utara itu rata-ratauntouchable dan sangat tertutup. Makanya saat bertemu si the one, saya tidak tertarik mengenal cowok mana pun lagi.

Asal kalian tahu, mencari cowok yang kalian mau di Eropa Utara itu susah. Berbeda halnya jika kalian ke Barat, mungkin sudah jadi bahan rebutan alias mudah saja mendapatkan pasangan. Mengapa, karena cowok Barat lebih terbuka, berani, dan penasaran dengan identitas kalian. Asal dari mana, lagi apa di negara mereka, sudah berapa lama? Pokoknya mudah diajak diskusi dan jalan.

Kali ini giliran cerita tentang cowok Norwegia yang saya kenal via online dating. Sama seperti para cowok Skandinavia lainnya, mereka bukanlah orang yang mudah didekati dan terkesan memiliki batas dengan non-Norwegian. Kadang mereka sendiri tidak punya keberanian menyapa duluan meski sudah sama-sama matched, karena terlalu malu, takut ditolak, atau sangat menghargai perempuan.

1. They are SO similar

Saya memandangi foto-foto cowok Norwegia yang saya lihat di beberapa situs kencan. Semuanya begitu mirip; dari bentuk mukanya yang panjang-panjang, badannya yang diakui tinggi semampai, perutnya kotak-kotak, jenggotan, badan bertato, sampai gayanya yang sporty dan fancy.

Satu lagi yang pasaran, hobi mereka yang sangat suka berada di luar ruangan. Dari banyaknya foto-foto yang dipajang, setidaknya 3 atau 4 dari foto tersebut selalu memamerkan kegiatan outdoor saat ski, memancing, travelling, racing, hunting, trekking, hingga memanjat tebing. Kembali ke konsep "friluftsliv" atau kecintaan terhadap alam, membuat kegiatan outdoor jadi budaya tersendiri bagi orang Norwegia.

Dari sini juga saya tahu bahwa cowok Norwegia itu bisa berubah jadi sangat maskulin dan sporty saat di luar ruangan, tapi bisa juga fancy dan bersahaja ketika menghadiri private party. Lagi-lagi gayanya pun mirip; super rapi dengan kemeja, dasi kupu-kupu, hingga jas. Fakta ini selalu terlihat ketika host family saya mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah. Para tamu cowok yang datang gayanya seperti ingin menghadiri gala.

2. They don't do online dating. But if they do, they want something serious.

Meskipun banyak cowok Norwegia yang berharap mendapatkan pasangan via online dating, tapi hanya sebagian kecil dari mereka yang aktif mencari cinta. Kebanyakan hanya mendaftar, sebulan dua bulan bosan sendiri, lalu meninggalkan semua harapan. Lagipula, orang Norwegia sebetulnya masih berharap bertemu pasangan dengan cara tradisional; dari keluarga, teman dekat, ataupun kenalan langsung in real life.

Karena hampir semua cowok Norwegia juga family-oriented, mereka lebih dulu memikirkan kapan harus punya anak ketimbang kapan nikah. Jadi kalau para cowok Norwegia ini serius mencari pasangan, bisa jadi doi juga ingin kalian serius menjadi ibu untuk anak-anaknya kelak. Untuk memiliki anak dan menikah ini pun tidak mudah. Cowok-cowok di atas usia 35 biasanya lebih siap untuk membangun rumah tangga dan mengurus anak ketimbang cowok-cowok muda yang masih ingin hura-hura dan pamer bodi.

Cowok Norwegia juga bukan tipikal orang yang ingin buang-buang waktu dengan banyak orang jika memang sudah ketemu satu yang cocok. Artinya, mereka hanya akan berkencan dengan satu cewek di waktu yang sama sebelum akhirnya memutuskan bertemu yang lain jika memang tidak ada kecocokkan.

Three. Seberapa mirip kalian?

Entah siapa yang lebih membosankan, para cowok Norwegia ini, apa kita yang kadang merasa tidak tertarik sama sekali dengan hutan dan pegunungan. Seperti yang saya katakan di poin pertama, cowok Norwegia hobinya sama; suka alam dan terus aktif di luar ruangan. Makanya bisa dipastikan doi setidaknya ingin punya satu hobi atau gaya hidup yang sama dengan si pacar.

Ngopi-ngopi di kafe, makan di restoran, atau datang ke museum, mungkin justru akan terdengar membosankan untuk mereka. Weekend di Oslo bisa jadi mimpi buruk kalau kalian ingin merasakan kehidupan malamnya. Mengapa, karena banyak bar kalem yang sepi pengunjung. Bukan karena tidak laku, tapi karena kebanyakan anak muda yang tinggal di Oslo melipir ke kabin di luar kota sejak dari Jumat malam.

Bisa dibayangkan kalau kita tipikal cewek kota yang suka hingar bingar metropolitan, mungkin akan kesulitan menerima perbedaan lifestyleini. Saya suka alam, tertarik juga mencoba olahraga luar ruangan, tapi saya selalu merasa tidak akan betah dengan gaya hidup demikian. Saya tidak bisa ski, boro-boro ingin ikut hunting di hutan. Jadi kalau tertarik dengan cowok Norwegia, setidaknya kalian harus benar-benar yakin bisa betah berlama-lama berada di luar ruangan dan bersedia mendengar cerita mereka soal ski championships. Cozy bagi orang Norwegia itu bukan menyesap cokelat hangat lalu meringkuk di dekat perapian, tapi keluar ruangan, menghirup udara segar, sambil menikmati segala aktifitas yang alam sudah sediakan. Tidak bisa ski, setidaknya suka olahraga atau berminatjogging keluar meskipun temperatur sedang minus.

Oh ya satu lagi, cowok Norwegia rata-rata sudah punya anak alias hewan peliharaan yang didominasi anjing. Anjing-anjing ini dirawat sejak kecil, makanya sudah dianggap anak sendiri. Pastikan dulu kalau kalian tidak anti dengan si guguk karena akan melukai hati doi kalau terang-terangan merasa jijik dan takut akut.

4. Older than their age

Sorry to say, tapi cowok Norwegia kebanyakan memang terlihat tua dari umur aslinya. Saya sedikit kaget ketika melihat banyak cowok usia 25 ke atas sudah mulai plontos dan lebih mirip usia 35-an. Belum lagi karena rambut dan jenggot yang kebanyakan pirang, membuat rona muka mereka terlihat makin tua.

Saya sampai berpikir, kalau jalan dengan cowok umur 28 mungkin bisa dikira jalan dengan om-om usia forty five-an. Sudah posturnya tinggi semampai, gayanya rapi aduhai, mukanya juga sedikit boros. Tapi sekali lagi, masalah fisik memang sangat relatif. Lucunya, cowok 20-an yang mukanya terlihat boros di awal justru akan awet tua saat usia mereka menginjak 50-an.

Menurut pendapat saya, sangat sulit memenangkan hati cowok Norwegia di negara asalnya jika kita orang asing. Cowok Norwegia punya standar tersendiri siapa yang akan mereka jadikan pacar. Masalah status juga sedikit menjadi perhatian jika mereka adalah cowok-cowok mapan berusia matang. Cowok hi-educated tentu saja mencari pasangan yang sama pintarnya. Cowok yang sudah punya posisi bagus juga akan berpikiran untuk mencari pacar yang memiliki pekerjaan stabil.

Jika ingin memberikan penilaian subjektif, cowok Swedia yang terkesan pemalu justru lebih open menjalin hubungan dengan gadis asing. Makanya tidak heran, cewek Asia yang saya lihat di Oslo ini rata-rata pasangannya cowok Swedia, pendatang lain, atau pun asli Norwegia yang usianya mendekati usia bapak saya.