Showing posts with label helsinki. Show all posts
Showing posts with label helsinki. Show all posts

Monday, June 29, 2020

Tips Kelakuan Copenhageners, Helsinkians, dan Brusselèèrs di Kendaraan Umum|Fashion Style

Naik kendaraan umum di Eropa memang seru. Selain bisa berkeliling ke daerah baru, saya juga sekalian mempelajari pola orang-orang yang setiap hari naik kendaraan umum.

Denmark dan Belgia adalah dua negara terlama yang pernah saya tinggali. Meskipun sempat jalan-jalan juga di sekitar Eropa, namun Helsinki adalah satu-satunya ibukota yang transportasi umumnya sudah pernah saya coba semua; baik itu kereta regional, bus, tram, dan metro.

Iseng-iseng tidak ada kerjaan di tengah malam, lucu juga kalau saya membandingkan kelakuan para penduduk ibukota ini saat naik kendaraan umum, ke sebuah tulisan.

Copenhageners

Sebenarnya penduduk Kopenhagen lebih sering naik sepeda kemana-mana ketimbang kendaraan umum. Tapi ada satu hal menarik yang bisa diperhatikan dari pengendara sepeda dan pengguna kendaraan umum lainnya; yaitu sama-sama sibuk dengan ponsel pribadi!

Di kereta, bus, ataupun metro, orang-orang hanya sibuk memperhatikan apa yang ada di ponsel mereka. Orang-orang Kopenhagen ataupun Denmark, berasa mati gaya kalau di tangan mereka tidak ada ponsel. Ponsel orang-orang ini pun kebanyakan mahal-mahal; sebut saja si Apel atau deretan paling baru si Sungsang. Tapi kebanyakan memang si Apel sih (:

Kalau sedang tidak memperhatikan ponsel, coba lihat telinga mereka. Biasanya akan teruntai kabel panjang berwarna putih atau hitam yang siap menemani keautisan sementara di dalam kendaraan umum ataupun jalanan ibukota. Sometimes, it's just too quiet, only them and phones!

Tapi karena penduduk Kopenhagen dan sekitarnya memang kebanyakan mengandalkan sepeda ataupun kendaraan umum, tidak heran kalau penggunanya bisa dari segala usia. Psssttt... coba saja sering-sering naik metro atau sepeda di Kopenhagen, pasti akan menemukan banyak manusia oke dan lucu yang super stylish!

Helsinkians

Meskipun Helsinki adalah ibukota yang ukurannya kecil, namun moda transportasi di tempat ini super lengkap. Sebenarnya saya hanya berkesempatan keliling Helsinki beberapa hari saja. Namun untungnya penjelajahan tidak hanya sebatas downtown, tapi juga ke daerah lain di ujung ibukota.

Berbeda dengan Kopenhagen yang pengguna transportasi umumnya bisa dari segala rentang usia, di Helsinki justru saya banyak bertemu dengan orang tua. Anak-anak muda Helsinki memang lebih sering naik metro ketimbang bus, lebih sering jalan kaki ketimbang naik sepeda, atau lebih banyak juga yang memilih memiliki mobil pribadi ketimbang harus antri menunggu tram.

Tidak seperti orang-orang Kopenhagen yang lebih sibuk dengan ponsel mereka, penduduk Helsinki justru lebih sering diam dan menatap kosong jendela. Saya jarang sekali menemukan pengguna kendaraan umum yang sibuk mendengarkan musik di telinga mereka. Jika pun pergi dengan teman atau keluarga, biasanya mereka hanya mengobrol dengan suara yang tidak terlalu keras.

Brusselèèrs

Di dalam bahasa Inggris, tidak ada panggilan khusus yang ditujukan untuk orang-orang yang tinggal di ibukota Belgia. Karena penduduk yang tinggal di Brussels juga campuran dari banyak wilayah, mereka cukup senang hanya dipanggil Belgians.

Sebut saja saya rasis, tapi pengguna kendaraan umum di Brussels memang paling seru, aneh, dan menyebalkan! Fokus saya biasanya tertuju oleh orang-orang kulit hitam yang memenuhi ibukota.

Coba saja naik kereta melalui tiga stasiun utama Brussels, biasanya saya akan takjub dengan tingkah orang kulit hitam ini. Tidak ada yang salah memang. Tapi kadang mereka bisa sangat pede berdandanan bin ajaib dengan pakaian yang tabrak warna dan motif kesana kemari.

Satu lagi yang paling menyebalkan, orang-orang ini kebiasaan menelpon di kendaraan umum dengan suara yang super duper nyaring! Serasa kereta segerbong-gerbong milik nenek mereka kali ya?!

Kesalnya lagi, kadang mereka sengaja menyetelloudspeaker telepon sekalian bicara super keras. What's the point?! Sampai pernah suatu kali, seorang supir bus mesti menegor wanita paruh baya yang bicara super kencang saat menerima panggilan.

But, TRUST ME!!, kejadian ini malah sangat jarang terjadi ketika saya tinggal di Ghent. Pengguna kendaraan umum biasanya orang-orang Belgia asli yang super kalem dan taat. Saya rasis? Iya.

Friday, June 26, 2020

Tips Sauna Asli Finlandia, Wajib Bugil!|Fashion Style

Kunjungan saya ke Helsinki kali ini sebenarnya tidak lama, hanya 3 hari. Sebelum berpindah kasur ke Tallinn keesokkan harinya, saya harus mencoba sauna asli Finlandia terlebih dahulu.

Tidak banyak yang tahu memang kalau sauna sebenarnya berasal dari Finlandia. Budaya sauna sendiri sudah jadi tradisi orang Finlandia jauh sebelum Masehi. Sampai sekarang, kabarnya sudah ada 3 juta tempat sauna yang tersebar di seluruh Finlandia.

Jangan bayangkan sauna cutting-edge yang sering kita jumpai di pusat kebugaran, pemandian umum dan kolam berenang, ataupun salon. Faktanya, sauna asli Finlandia jauh dari apa yang kita bayangkan selama ini.

Lupakan soal handuk atau baju renang, karena nyatanya tidak boleh ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh selama di ruang sauna. Lupakan juga soal betapa harmoninya sauna dengan aroma lilin ataupun wewangian, karena sauna Finlandia asli tidak ada wangi-wanginya sama sekali.

Aneh mungkin ya bagi kita yang tidak terbiasa. Tapi sebenarnya hal itu dilakukan karena memang ada alasannya, lho. Sauna berfungsi sebagai kesehatan saat pori-pori kulit kita berusaha mengeluarkan racun di dalam tubuh. Proses mengeluarkan racun ini justru tidak maksimal jika tubuh tertutupi oleh kain seperti handuk atau pakaian renang. Selain itu, orang Finlandia juga kadang menggunakan dedaunan birch untuk disebat-sebatkan ke tubuh yang fungsinya untuk membuat kulit lebih halus.

Orang Finlandia yang karakternya sangat tertutup dan jarang bicara, biasanya akan sangat terbuka di ruang sauna. Bagaimana tidak, hanya ada kamu dan mereka di ruangan yang begitu kecil. Mau tidak mau, percakapan pun sering terjadi di antara orang-orang yang tidak saling mengenal ini.

Saat datang ke Helsinki dan meminta rekomendasi ke Jan, seorang kenalan Finlandia , Jan justru menjawab begini: Bagi saya, sauna terbaik itu justru ada dua. Satu, di tempat pribadi. Dua, di tempat teman.

"Yah, saya kan tidak punya keduanya disini," balas saya.

"Too bad kamu datang pas weekend. Saya hanya bisa menggunakan sauna di apartemen ini setiap Rabu."

Daripada menunggu rekomendasi Jan yang sepertinya juga tidak pernah sauna di tempat publik, akhirnya saya cari-cari saja through internet. Karena hari itu sudah jam 6 sore, banyak tempat sauna yang akan tutup jam 7 atau eight malam. Belum lagi saya mesti naik kendaraan umum, siap-siap, dan segala macamnya, sepertinya tidak sempat lagi.

Hingga akhirnya saya menemukan tempat yang tutup hingga jam 9 malam, Sauna Arla namanya. Beruntung sekali, ternyata sauna ini hanya 12 menit jalan kaki dari penginapan saya di Vallila. Harganya juga murah, €12, tempat antara laki-laki dan wanita dipisah, dan terkenal sebagai salah satu sauna tradisional yang ada di Helsinki. Sempurna!

Saat saya datang, beberapa orang lelaki tengah berbalutkan handuk dan duduk-duduk di luar. Biasanya orang-orang ini rehat sejenak dari uap panas sauna, minum bir, lalu kembali lagi ke ruang sauna.

Seorang bapak di lobi yang sangat kecil menyambut saya ramah dengan aksen Finlandianya yang begitu kental. "Twelve euro, please. Tapi, ada satu hal yang mesti kamu tahu, kami hanya menerima uang tunai."

"That's perfect because I only have cash."

"Kamu punya handuk? Kalau tidak, kamu bisa menyewa disini. Harganya ?2."

Karena kebetulan tidak bawa handuk, akhirnya saya sewa saja di tempat. Sebetulnya saya juga ingin membeli daun birch seharga ?7. Tapi kelihatannya mereka hanya menjual birch yang beku, bukan yang segar.

Saat saya berada di lobi, seorang lelaki lewat dan langsung memberikan komentar positifnya di tempat ini. "This place is so good. You will like it and go out freshly."

Wow, so tempting!

Di tempat ini, ruang sauna wanita berada di lantai bawah sementara lelaki di lantai atas. Di ruangan sauna juga sama sekali tidak boleh berfoto-foto ria karena memang semua orang di dalamnya sedang telanjang. Perlengkapan di tempat ini pun sangat lengkap mulai dari sabun mandi, sampo, hingga pengering rambut.

Ketika saya menaruh barang-barang di loker, seorang ibu dan dua orang anak ceweknya sudah siap-siap ingin pulang. Saya juga bertemu dengan seorang wanita 30an yang sepertinya sudah selesai sauna dan mandi. Karena semua orang sudah selesai, kelihatannya malam itu hanya saya sendirian di ruang sauna.

Saya pun melucuti semua pakaian dan membasuh tubuh terlebih dahulu dengan air dingin. Setelah itu, barulah saya masuk ke ruangan sauna yang ditutupi oleh pintu kayu. Ruangannya berbatu dan tidak terlalu besar. Di samping kanan adalah tungku tinggi dari kayu dan berisi batu-batu panas.

"Tempat duduknya ada 5 tingkat. Kalau kamu baru pertama kali sauna, mungkin jangan dulu ke tingkat yang paling atas, soalnya uap panas akan sangat terasa di bangku itu. Terus, ini ada ember dan gayungnya. Kalau kamu merasa tungkunya mulai kering, kamu bisa menyiramkan air ini ke tungku ya," kata seorang ibu muda yang saya tanyai tentang prosedur sauna.

Ketika pintu ditutup dan ditinggal, saya hanya sendirian di ruangan itu. Kriik.. Krikk.. Saya duduk beralaskan handuk di tingkatan ketiga. Saat tungku yang berisi batu itu mulai kering, saya siram lagi menggunakan air. Temperatur di ruangan sauna kala itu sekitar 120 derajat Celcius.

Selang 15 menit kemudian, saya mulai merasa kepanasan dan keluar sebentar membasuh tubuh dengan air dingin. Karena tubuh kehilangan banyak cairan di ruangan sauna, ada baiknya minum air yang banyak sebelum kembali menguapkan diri.

Satu jam kemudian, setelah mondar-mandir ruang sauna dan kamar mandi, seorang wanita paruh baya datang dan menyapa saya.

"Moi," katanya.

Finally, saya tidak sendirian krik krik di ruang sauna!

"Maaf, tungkunya boleh saya siram air lagi kan?"

"Iya, silakan saja," kata saya.

Syaaas.... Syaaas... Si wanita menyiram air ke tungku dengan begitu kuatnya hingga banyak uap pun keluar. Mendadak, ruangan menjadi sangat panas hingga membuat saya harus berpindah setingkat ke bangku bawah.

"Kalau kamu kepanasan, pindah bangku saja ya. Soalnya saya mau tiduran di bangku paling atas di dekat tungku."

Betul saja, lima menit kemudian, percakapan antara saya dan si wanita pun tercipta. Si wanita cerita kalau Sauna Arla memang jadi favoritnya di Helsinki. Meskipun bisa bersauna di apartemennya, namun karena banyak penghuni apartemen yang mengantri, dia akhirnya memilih untuk pergi ke tempat publik saja.

"Saya biasanya sauna tiga sampai empat kali seminggu. Soalnya bagi saya, sauna itu seperti terapi alami setelah kamu stres dan capek dari kantor. Biasanya pulang-pulang dari sauna, badan saya terasa sangat segar dan enteng," jelasnya.

Setelah terbuka dan cerita tentang pengalaman dia di ruang sauna, 30 menit kemudian akhirnya saya pamit selesai. Badan saya mulai merah-merah seperti udah rebus berada di ruang sauna selama itu.

Setelah keramas dan membasuh diri, saya kembali lagi ke ruangan loker yang ternyata si wanita tadi sedang berbaring di bangku. Cukup mengagetkan! Obrolan saya dan dia pun akhirnya bersambung kembali selagi saya berpakaian. Kali ini temanya tentang makanan khas Finlandia vs makanan Indonesia.

"Oh, wait. Kalau tidak salah tetangga saya juga orang Indonesia, but we never really talk about food," katanya.

Saat sadar jam sudah menunjukkan pukul 8.Forty five malam, akhirnya si wanita juga pamit ke saya.

"I will be back to the room for the last 15 minutes and be ready to go home. It is really nice seeing and talking to you. I hope you have a pleasant day in Helsinki."

"Kiitos samoin!" balas saya.

Wednesday, May 20, 2020

Tips Ke Rusia 72 Jam Tanpa Visa|Fashion Style

Akhirnya salah satu resolusi hidup saya bisa terwujudkan lagi di tahun ini; mengunjungi minimal 30 negara sebelum usia 30 tahun! Setelah sempat gonta-ganti itinerary, saya dan seorang teman mantap akan berlibur ke Rusia saat liburan Paskah. Negara ini juga yang menggenapkan kunjungan saya sebagai negara ke-30.

Dua tahun lalu saya sebetulnya sudah berniat sekali ingin ke Rusia, tapi karena urusan visanya yang lebih ribet diurus di Eropa, jadinya masih masuk dalam bucket list dulu. Dengar cerita kalau bisa ke Rusia tanpa visa, saya mulai mencari informasinya dari tahun lalu. Kalau kalian tinggal atau sedang jalan-jalan ke Eropa menggunakan visa Schengen yang berlaku, ada cara mengunjungi Rusia tanpa perlu apply visa terlebih dahulu.

Caranya hanya satu, menggunakan kapal feri Princess Anastasia milik perusahaan MOBY St. Peter Line yang menuju St. Petersburg dari Helsinki, Tallinn, atau Stockholm. Keuntungannya, kita bisa jalan-jalan di Rusia maksimum selama 72 jam tanpa urus visa. Tidak lama memang, tapi lumayan juga karena bisa menikmati arsitektur megah ala Rusia dan kulinernya yang wajib coba!

Saya memesan langsung tiket feri via situs resmi St. Peter Linedari Helsinki karena jadwalnya yang lebih sering, fleksibel, dan murah. Dari Oslo juga tiket pesawat ke Helsinki lebih murah ketimbang menuju Tallinn. Sementara dari Stockholm, waktu yang diperlukan kapal berlayar akan sangat panjang.

Saat masuk ke laman pemesanan, kita bisa langsung memilih jenis kabin, fasilitas, serta kegiatan tur apa yang diinginkan. Karena hanya berlayar selama 12-14 jam, saya hanya memesan kabin dengan kasur twins tanpa jendela untuk pulang pergi seharga €171. Kabin paling murah saat sedang promo totalnya seharga €150 untuk jenis bunk bed.

Untuk menikmati bebas visa ini juga, penumpang yang berlayar menggunakan kapal diwajibkan memesan city bus tour dari pelabuhan menuju pusat kota. Namun tenang saja, biaya shuttle bus ini akan otomatis dimasukkan ke dalam nota belanjaan saat pemesanan dan tidak dapat dihapus. Sebetulnya bus ini hanya transportasi yang memudahkan penumpang menuju pusat kota. Biaya yang tertulis untuk shuttle bus sebesar €25 per orang, namun setelah saya hitung lagi, sebetulnya yang dibayarkan kurang dari itu. Jadi saya juga tidak mengerti bagaimana pihak MOBY menghitung belanjaan ini.

That's all! Saya tidak menambahkan fasilitas atau kegiatan apapun kecuali memesan kabin. Meskipun informasi yang tertulis di situs, penumpang harus memesan kamar hotel yang bekerja sama dengan MOBY St. Peter Line, namun kita tidak perlu memesan kamar dari mereka.

Selesai memesan, saya hanya mendapatkan email konfirmasi berikut. Tidak ada keterangan apapun selain konfirmasi kabin dan tanggal keberangkatan.

Dari Helsinki, kapal akan berangkat dari pelabuhan di Terminal 2. Untuk menuju pusat kota dari bandara Vantaa pun sangat mudah, hanya perlu menggunakan kereta ke arah Stasiun Utama Helsinki dan lanjut menggunakan tram nomor 7 dengan tiket sebesar €5 sekali jalan.

Saat kami sampai di pelabuhan, kapal Princess Anastasia yang berwarna-warni terparkir kokoh. Pukul menunjukkan setengah 3 siang dan beberapa orang penumpang terlihat sudah mengantri di depan konter check-in.

Check-in sebetulnya baru akan dibuka 4 jam sebelum keberangkatan. Kapal akan berangkat dari pelabuhan jam 7 malam, artinya penumpang diberikan waktu check-in dari pukul 3-6.30 sore. Masih terlihat sepi, kami jadinya ikut saja mengantri. Proses di konter berjalan sangat mulus dan kami hanya perlu menyerahkan bukti konfirmasi pemesanan kabin, bukti pemesanan hotel di Rusia, serta paspor. Selanjutnya, penumpang akan diberikan 3 lembar kartu yang mesti disimpan sampai tiba di Rusia.

Boarding Card berfungsi juga sebagai kunci kabin yang harus disimpan sampai keluar kapal. Lalu Arrival Card berguna untuk dilampirkan saat masuk imigrasi Rusia, dan Departure Card saat keluar Rusia. Kami diharuskan check-in lagi nantinya untuk mendapatkan boarding card dan kabin baru.

Selesai check-in, kami langsung dipersilakan menuju kapal. Lagi-lagi proses imigrasi keluar Finlandia berjalan dengan lancar hingga kami bisa langsung istirahat di kabin. Beginilah penampakkan kabin di Deck 6 dengan kasur twins.

Bagi yang punya klaustrofobia, mungkin memilih kabin ini bisa jadi mimpi buruk. Ruangannya begitu kecil hanya berluas nine meter persegi, tanpa jendela, dan sangat pengap saat pertama kali kami masuk. Namun bagi kami, ruangannya sangat lumayan untuk beristirahat selama 14 jam saja. Lantainya memang tidak terlalu bersih, namun sprei dan handuknya sangat bersih dan terlihat diganti secara berkala. Tersedia pula tombol pengaturan suhu ruangan jika dinilai terlalu pengap atau dingin.

Menurut informasi dari teman yang pernah berlayar menggunakan feri ke Kiehl dari Oslo, katanya kapal Rusia ini miskin hiburan. Tidak terlalu banyak ruangan yang bisa dieksplor hingga terkesan membosankan. Tempat makan tersedia di Deck 5, sementara kafe dan bar tersedia di Deck 7. Toko duty free juga tersedia di Deck 6 dan baru akan dibuka saat kapal mulai berlayar.

Esok paginya, kapal akan berlabuh di St. Petersburg pukul 9 pagi dan semua penumpang diwajibkan meninggalkan kapal menuju akomodasi yang sudah dipesan. Selesai melewati imigrasi Rusia, penumpang harus mengantri shuttle bus di luar pintu masuk terminal. Tidak ada yang perlu dilampirkan saat naik ke bus, namun hanya menyebutkan dimana kita akan berhenti. Kalau hotel yang dipesan berada di pusat kota, katakan saja "city center" ke sopir bus yang mengatur arus penumpang.

Shuttle bus pertama dari pelabuhan akan berangkat pukul 9.30 pagi dan hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit untuk sampai pusat kota. Bus menuju pusat kota akan menurunkan penumpang di St. Isaac Square dan akan mengambil penumpang kembali di tempat yang sama. Bus terakhir dari St. Isaac Square menuju pelabuhan pukul 5 sore dari Senin-Sabtu dan 4.30 sore di hari Minggu.

Dobro pozhalovat' v rossiyu! Selamat datang di Rusia!

TOP TIPS:

Meskipun kelihatannya banyak proses berjalan dengan sangat lancar selama perjalanan, namun saya ingin memberikan beberapa tips lain yang mungkin akan sangat berguna bagi kalian yang ingin travelling ke Rusia menggunakan cara yang sama!

1. Meskipun informasi di situs MOBY St. Peter Line mewajibkan penumpang memesan kamar hotel lewat situs mereka, namun kita bisa memesan sendiri lewat situs apapun. Saya memesan sendiri kamar hotel di daerah Admiralteyskaya lewat Booking.com dan sama sekali tidak ada masalah. Yang paling penting, penumpang wajib memiliki konfirmasi penginapan di Rusia untuk disertakan saat check-in.

2. Untuk menghindari antrian panjang penumpang, datanglah ke Terminal 2 Helsinki 30 menit sebelum konter check-in dibuka, seperti yang kami lakukan. Selain bisa langsung menuju ke kabin, kita akan memiliki banyak waktu mengitari isi kapal sebelum dipenuhi penumpang lain.

3. Toko duty free di dalam kapal menyediakan beberapa jenis aksesoris, kosmetik, snack, alkohol, dan minuman ringan yang lumayan murah. Toko baru dibuka sekitar jam 7 malam dan sangat tidak disarankan membeli apapun 2-3 jam setelah toko dibuka. Toko akan sangat penuh oleh penumpang dan kurang nyaman untuk bertransaksi. Liburan kami bertepatan dengan libur Paskah yang otomatis isi kapal banyak dipenuhi anak-anak muda yang ingin pesta alkohol murah.

4. Meskipun restoran di atas kapal menyediakan banyak menu, namun sangat disarankan juga membeli makanan di luar jika tidak ingin membuang uang di kapal. Penumpang tidak diperkenankan membawa ketel listrik, sehingga kalau ingin menyeduh mie, bisa membeli atau meminta air panas di restoran. Pilihan lainnya, bisa memesan sarapan dan dinner di atas kapal saat kita memesan kabin.

Five. Kapal dari Helsinki akan berlabuh di St. Petersburg sekitar pukul 9 pagi dan SANGAT DISARANKAN untuk tidak keluar kapal sebelum pukul eleven.30!! Kami keluar dari kapal sekitar pukul 10 pagi dan sangat kaget dengan antrian masuk imigrasi yang panjangnya luar biasa. Kami hanya bisa berdiri sampai akhirnya baru bisa keluar terminal pukul 12.30 siang!

6. Petugas imigrasi Rusia sangat strict dengan paspor non-EU dan saya harus tertahan selama 10 menit di depan konter. Sementara teman saya yang berpaspor EU, hanya perlu 2 menit saja. Kejadian ini tidak hanya menimpa saya sendiri. Beberapa orang berparas India, Arab, dan kulit hitam juga harus berdiri cukup lama sebelum akhirnya bisa mendapat cap masuk dan kartu kedatangan.

7. Shuttle bus yang dikelola MOBY St. Peter Line akan menurunkan penumpang terlebih dahulu di dua hotel yang bekerja sama dengan mereka, sebelum akhirnya berhenti di pusat kota, tepatnya di St. Isaac Square. Dibandingkan memilih hotel-hotel rekomendasi MOBY, kita bisa memilih sendiri hotel di sekitaran area Admiralteyskaya tak jauh dari pusat kota dan main attractions.

8. Saat pulang menuju pelabuhan dari St. Isaac Square, kami sepakat mengambil bus pukul 4.30 sore. Lagi-lagi kami kaget saat antrian masuk ke terminal sudah panjang melingkar seperti ular. Mulai mengantri pukul 5 sore, kami baru bisa masuk terminal satu jam kemudian. Itu pun mesti mengantri keluar imigrasi Rusia lagi yang panjangnya bukan main. Akhirnya, kami baru bisa tiba di kapal pukul 7 malam! Kalau tidak ingin bernasib sama, tibalah di bandara sekitar pukul 2.30 atau 3 sore sekalian check-in tanpa harus menunggu penumpang lain dulu.

9. Bagi yang ingin menikmati Rusia lebih lama, disarankan apply visa saja. Namun, ada beberapa penumpang yang tidak hanya stay di St. Petersburg, tapi juga sekalian Moskow. Dari Saint Peterseburg, mereka mengambil kereta malam selama 8 jam untuk tiba di Moskow. Lalu di hari berikutnya, kembali lagi ke St. Petersburg untuk bergabung bersama penumpang lainnya kembali ke Eropa.

10. Yang sedang jalan-jalan ke Eropa dan berminat ke Rusia, disarankan menyisihkan waktu setidaknya 5 hari penuh termasuk pulang dan pergi dari Helsinki. Visa Schengen juga wajib masih berlaku saat akan kembali ke Helsinki.

11. Karena di atas kapal sangat miskin hiburan, bawalah beberapa buku bacaan atau film pre-unduh untuk ditonton. Internet di kapal juga sangat terbatas dan mahal dengan biaya sekitar ?7 selama 60 menit.

12. Bingung harus kemana selama 72 jam di St. Petersburg? Baaca tulisan disini !

Semoga pengalaman saya ini bisa bermanfaat buat kalian yang ingin ke Rusia tanpa mesti urus visa lebih dahulu. Overall, jalan-jalan ke Rusia hanya pakai feri is definitely worth it!