Showing posts with label uang saku au pair. Show all posts
Showing posts with label uang saku au pair. Show all posts

Monday, June 1, 2020

Tips Gaji Au Pair, Sepadan kah?|Fashion Style

Dikarenakan perlakuan host family yang suka semena-mena terhadap au pair, banyak gadis muda asing terpaksa harus bekerja overtime. Sayangnya, sifat mean keluarga angkat ini membuat au pair bekerja lebih lama dari kontrak, tapi tetap dibayar denganpocket money minimum. Unfair?

Iya. Pergeseran makna au pair yang disamaratakan dengan pembantu internasional murah, tentunya membuat banyak pihak merasa program pertukaran budaya ini tak lain hanyalah perbudakan. Kerja berjam-jam namun hanya dibayar 450 Euro, misalnya.

Tapi tunggu dulu, tidak semua host family memperlakukan au pair dengan tidak adil. Banyak keluarga yang sangat patuh terhadap regulasi dan mau menghadiahi au pair mereka dengan pengalaman berharga. Makanya sebelum bicara soal gaji kecil atau cheap labour, mari kita bahas lagi program au pair ini.

Apa itu au pair?

Au pair adalah gadis muda internasional berusia 18-30 tahun yang datang ke negara asing, tinggal bersama keluarga angkat, dan "bekerja" sebagai domestic helper atau asisten rumah tangga. Tujuan utama program ini sebenarnya pertukaran budaya selama au pair tinggal dengan host family. Sebagai ganti akomodasi dan makan "gratis", au pair membantu pekerjaan rumah tangga ringan dan mengasuh anak keluarga tersebut selama 4-6 jam per hari.

Pertukaran budaya seperti apa?

Seorang au pair mengeluh ke saya karena pekerjaan rumah tangga dia lebih banyak ketimbang exchange culture-nya. Saya tanya, pertukaran budaya seperti apa yang dia inginkan? Dia bingung.

Bagi saya, pertukaran budaya itu sama dengan integrasi dan transisi ke kehidupan modern Eropa. Selama tinggal dengan host family, kita diajak untuk mengenal kebiasaan keluarga lokal, makan makanan khas lokal, melihat parenting style mereka, serta ikut merayakan tradisi Natal yang berbeda-beda di tiap negara.

Satu lagi, kalau host family bersedia membayari saya kursus bahasa lokal, artinya mereka sudah berupaya mengenalkan bahasa mereka agar saya secepatnya bisa berintergrasi dengan negara tersebut.

Yang saya tahu, pertukaran budaya memang begitulah sifatnya. Kalau kamu ikut program exchange culture di salah satu tempat kursus di Indonesia, untuk mendapatkan pengalaman seperti ini tidak gratis. Justru kitalah yang harus membayar ke penyelenggara tersebut agar dicarikan host family dan bisa tinggal untuk jangka waktu maksimum 3 bulan.

Kewajiban au pair

Karena host family sudah menyediakan tempat tinggal, makan, uang kursus, serta beberapa fasilitas lainnya secara gratis, au pair wajib membantu pekerjaan rumah tangga yang sifatnya ringan seperti vakum lantai, mengepel, lap debu, ganti sprei, bersih-bersih WC, cuci piring (di mesin), cuci baju (di mesin), masak, mengasuh anak, antar-jemput anak, dan pekerjaanbasiclainnya.

Host family yang baik tidak akan memanfaatkan au pair mereka dengan mudah hanya karena sudah membayar mahal. Di beberapa negara, contohnya Denmark, au pair dianggap bukanlah sebuah pekerjaan melainkan program pertukaran budaya ataustudy-internship. Karena sifatnya tidakfull time dan fleksibel, au pair bisa disamakan dengan pelajar yang bekerja paruh waktu selama 20-35 jam per minggu.

Gaji au pair kecil

Karena banyak negara yang tidak menganggap au pair sebagai pekerjaan, maka uang yang diberikan host family pun bukan dinamakan gaji, tapi uang saku atau uang jajan bulanan. Uang saku ini memang terlihat kecil, tapi sejujurnya cukup dan sudah disesuaikan dengan biaya hidup di negara tersebut.

Di Belgia, saya menerima 450 Euro perbulan. Di Denmark tahun 2015, 4000 DKK (sebelum pajak). Sementara di Norwegia, saya menerima 5600 NOK (sebelum pajak).

What?! Hanya 4000 DKK per bulan? Memangnya cukup?

Orang awam harus tahu, 4000 DKK (2015) bagi au pair di Denmark sejujurnya cukup! Di Skandinavia, au pair juga diwajibkan membayar pajak yang akan dipotong dari uang saku bulanan. Karena harus bayar pajak pula, saya hanya mendapatkan sekitar 3400 DKK per bulan. Tahun lalu, teman saya menerima 4150 DKK bersih tanpa potong pajak karena sudah ditanggung pihak keluarga.

Hanya 3400 DKK per bulan lalu kerja selama 6 jam?! Kamu cheap labour! Harusnya pekerjaan dihitung per jam.

All-in

Orang awam tahunya au pair di Denmark hanya menerima uang saku 4250 DKK per bulan (2018). Bagi mereka, uang saku tersebut jauuuuh dari kata cukup karena harusnya host family membayar lebih.

Oke, sekarang begini, mari kita lihat lagi syarat jadi au pair. Perlu gelar kah? Perlu skill yang mumpuni kah? Perlu bahasa asing berlevel advanced kah? Tidak kan?

Bisa dikatakan, au pair itu pekerjaan part-time yang statusnya kita samakan dengan unskilled job. Karena saya pernah tinggal di Belgia, saya contohkan dari negara ini. Au pair disini menerima 450 Euro per bulan tanpa pajak.

Di Belgia, pekerjaan uneducated seperti cleaning, babysitting, pelayan, atau bartender biasanya dibayar 10 Euro per jam. Peraturan di Belgia memperbolehkan au pair bekerja selama 20 jam per minggu atau sama dengan 80 jam per bulan. Karena kadang mestiovertime, katakan saja 90 - 100 jam. Artinya, au pair "harusnya" dibayar 900 - 1200 Euro per bulan atau setara dengan gajiunskilled job lainnya di atas.

Tapi, kita harus ingat, pekerjaan seperti cleaning lady atau pelayan kafe itu live-out alias mereka tidak tinggal dengan host family. Artinya, dari gaji 900 - 1200 Euro per bulan itu mereka tetap harus sewa apartemen, beli bahan makanan, bayar transportasi, tabungan untuk jalan-jalan, hingga harus bayar pajak sendiri.

Di Belgia, untuk menyewa satu kamar kecil saja sangat sulit dan tidak murah. Kalau kamu pelajar, satu kamar di student housing tanpa kamar mandi dalam paling murah disewakan sekitar 450 Euro per bulan. Sementara kamar dengan kamar mandi pribadi disewakan > 650 Euro per bulan. Tentu saja student housing ini disediakan dengan fasilitas basic dan berukuran kecil. Banyak pelajar asing di Eropa harus mengirit uang jajan hanya untuk makan, jalan-jalan, dan biaya hidup lainnya.

Au pair di Belgia; bebas dari akomodasi, makan, plus pajak. Enaknya lagi, host family saya dulu bersedia membayari tiket bulanan angkutan umum plus tagihan telepon. Jadi 450 Euro per bulan itu murni untuk saya sepenuhnya tanpa harus berpikir ingin makan apa malam nanti. Host family saya dulu kebetulan tidak pelit soal makanan, jadi saya bisa seenaknya ambil roti, cokelat, susu, daging, atau salmon di kulkas.

Jadi kalau kamu berpikir uang saku au pair itu super kecil, sebaiknya pikir lagi. Karena sesungguhnya uang saku tersebut bersih untuk memenuhi kebutuhan pribadi kita seperti belanja pakaian,travelling, eat out, nonton, atau tabungan. Jangan lupa juga untuk menambahi fasilitas lain yang diberikan host family seperti phone bills, monthly ticket, atau uang kursus yang tidak perlu kita bayar tiap bulan. Kadang saya berpikir, kehidupan au pair di Eropa itu lebih mewah ketimbang para pelajar asing.

Then again, semuanya kembali ke gaya hidup.

Di Denmark, gajinya terlihat besar, namun akan sakit hati juga kalau tiap bulan selalu potong pajak. Biaya hidup juga mempengaruhi uang saku au pair di tiap negara. Contohnya Jerman yang hanya 270 Euro according to bulan, tapi Norwegia bisa dua kali lipatnya. Tentu saja, karena hidup di Norwegia apa-apa mahal.

Seorang kenalan saya, pekerja paruh waktu di Denmark, bergaji sekitar 15.000 DKK consistent with bulan (sebelum pajak). Mungkin kita melihatnya besar, 30 juta! Tapi ternyata sisa duit doi hanya sekitar 2500 - 4000 DKK saja per bulan setelah potong sana-sini. Belum lagi doi harus mengirit untuk tidak makan yang mahal-mahal dan biasanya harus membeli bahan makanan diskonan.

Sama dengan pocket money au pair kan, uang saku pribadi yang tersisa?

Tapi kenapa di Australia gaji au pair lebih besar? Dibayarnya in keeping with minggu pula!

Well, visa yang dipakai ke Australia itu berlaku untuk semua orang, mau pekerjaannya au pair atau pemetik buah. Orang Indonesia bisa pakai Working Holiday Visa (WHV) ke Australia tanpa jadi au pair sekali pun. Karena tidak ada peraturan khusus untuk au pair, gaji mingguan bagi pemegang WHV dipatok sekitar 200-250 AUD per minggu atau 650 AUD (live-out) tergantung sektor pekerjannya.

Live comfortably

Jadi au pair itu sebetulnya membosankan, tapi super nyaman. Kamar disediakan dengan fasilitas bagus; ranjang besar, kamar luas, tv, dan kamar mandi pribadi. Belum lagi kalau mendapatkan host family super baik yang mau membayari tiket, pajak, dan tagihan bulanan. Kurang nyaman apalagi?

Hidup dengan orang itu tidak nyaman!

Tentu saja! Tapi apa kamu kira host family nyaman dengan adanya orang asing di rumah mereka? Tentu saja tidak. Mereka juga harus berdamai dengan ego sendiri yang membiarkan orang lain tinggal dan mondar-mandir di rumah, mengambil makanan apapun dari kulkas, hingga mengundang banyak teman untuk masak bersama. Host family mesti menanggalkan privasi mereka, namun di sisi lain tetap harus menghargai privasi au pair.

Banyak juga para pelajar atau anak muda lain yang harus menyewa kamar kecil di satu apartemen dan tinggal dengan orang lain. Tentu saja mereka tetap harus menanamkan rasarespect saat memakai kamar mandi atau dapur bersama.

Mari kita sisihkan sejenak beberapahost family gila yang hanya butuh tukang bersih-bersih semata. Kalau kamu memang lucky mendapatkan keluarga baik yang bersedia memberikan fasilitas mewah dan uang tambahan saat kamu harus bekerja overtime, cherish them! Au pair itu bukan cheap labour atau pembantu murahan ya. We earn a lot of experience and so little money. Tapi kita juga bisa bersenang-senang dan jalan-jalan keliling Eropa tanpa duit orang tua.

So, what do you think? Apa uang saku au pair masih terdengar sangat kecil bagi kamu?

Tips Mengatur Keuangan Au Pair|Fashion Style

Jawabannya bisa ya dan bisa tidak. Satu, kembali lagi ke gaya hidup. Dua, tergantung seberapa konsistennya kamu mengelola pocket money. Sudah pernah saya bahas, kalau uang saku au pair sebenarnya cukup untuk memenuhi personal expenses kita selama tinggal di Eropa. Tiap negara sudah mengatur berapa besar uang saku yang harus diberikan ke au pair berdasarkan living cost di negara tersebut.

Tapi, tentu saja tergantung seberapa modest atau borosnya kamu terhadap pengeluaran. Mau gaji sebesar apapun, kalau ingin menuruti gaya hidup glamor dan mewah, sudah pasti tidak akan pernah cukup. Kalau kamu juga tidak pandai mengatur keuangan, menyimpan 200 atau 300 Krona per bulan saja akan terasa sangat sulit.

Sejujurnya, saya juga termasuk kalap saat menerima gaji pertama au pair. Ingat betul saat di Belgia, uang saku saya hilang tak bersisa setiap bulan. Boro-boro menabung, kadang saya sendiri bingung uangnya dipakai kemana. Pulang ke Indonesia, saya hanya membawa sisa gaji sekitar 2,five juta. Ibu saya sampai menyayangkan jeleknya gaya hidup saya di Eropa.

"Kalau setiap bulan bisa menyisihkan one hundred Euro saja, sudah dapat 1200 Euro pulang-pulang," katanya saat itu.

Susah. Dengan uang saku 450 Euro di Belgia, saya pun belum mampu menyisihkan 50 Euro saja per bulannya.

Hidup jadi au pair itu banyak enaknya . Kalau dapat keluarga baik, kita tidak perlu pusing ingin makan apa malam ini. Kadang ikut keluarga makan, kadang kita sendiri bisa masak dari bahan makanan di kulkas. Tidak perlu bingung lagi ingin beli salmon mahal, karena bisa join kartu kredit keluarga saat belanja ke supermarket.

Tempat tinggal pun sudah jelas, tidak perlu bayar tagihan per bulan. Kamar besar, ranjang empuk, dilengkapi dengan kamar mandi pribadi, tv, atau perabotan yang cozy. Belum lagi kalau dapat keluarga maha baik yang mau menghadiahi au pair mereka pakaian atau tiket nonton, misalnya. Teman saya sampai dapat laptop dari keluarga angkatnya saat Natal! Ada juga keluarga yang berbaik hati mengganti iPhone teman saya yang hilang saat nonton konser. Hilangnya iPhone 5s, dapatnya iPhone 6s.

Tapi meskipun tempat tinggal dan makan sudah ditanggung keluarga angkat, jangan heran kalau masih banyak juga au pair yang kesulitan mengatur uang.

Prioritas tiap au pair memang berbeda-beda. Ada yang hobi belanja dan beli alat make up. Ada lagi yang fokusnya hanya travelling keliling Eropa. Ada juga yang serius mengumpulkan uang, demi misi cari kerja di Australia pakai Working Holiday Visa (WHV) untuk melengkapi syarat jaminan 5000 AUD di rekening pribadi.

Saran saya, kalau ingin banyak menabung dan mengirimkan uang ke Indonesia, bergurulah dengan cewek Filipina di Eropa . Yang saya perhatikan, gaya hidup au pair Indonesia sungguh berbeda dengan gaya hidup geng Filipina. Kalau saat weekend au pair Indonesia hobinya nongkrong di kota dan belanja, au pair Filipina memilih stay di rumah teman lalu masak bersama. Ajang belanja pun dipangkas hanya setahun sekali di H&M, toko sekelas itu, atau pasar loak.

Jarang sekali saya perhatikan ada geng Filipina brunch di kafe oke atau sekedar minum cocktails di bar fancy. Berbeda halnya dengan geng Indonesia yang sangat royal dan lebih suka mencoba hal baru.

Bagi au pair Filipina, berhemat itu perlu karena uang saku yang didapat harus disisihkan untuk keluarga di kampung. Bayangkan, dari uang saku 4000 DKK per bulan, mereka bisa mengirim 1500-3000 DKK untuk keluarga! Fakta yang saya dengar, keluarga mereka sampai bisa membangun rumah dari kumpulan uang saku itu.

Setelah tiga tahun hidup di Eropa dan puas menghamburkan uang demi shopping atau travelling, saya sekarang mengerem keluar doku untuk hal yang tidak perlu. Kalau pun ingin beli baju atau sepatu baru, yang lama harus dibuang dulu. Ingin travelling, tidak semaruk dulu yang tiap bulan selalu keluar Denmark. Senangnya, keluarga saya yang sekarang gila travelling. Meskipun harus 'business trip' ikut mereka, tapi setidaknya saya bisa dibawa ke tempat-tempat cantiklesser-known di sudut kecil Eropa. Gratis!

Saya juga lagi malas nongkrong di kafe atau restoran di Oslo. Kualitas makanan disini biasa saja, menurut saya. There is no point wasting money for bad quality food. Tidak seperti di Kopenhagen yang dulunya harus mencoba tempat baru setiap akhir pekan. Pernah saya singgung juga kan, kalau Kopenhagen itu memang tempatnya anak nongkrong dan buang duit!

Oh, meskipun uang saku di Norwegia dan Denmark terlihat besar, namun jangan berharap uang tersebut mampu menutupi jaminan visa pelajar. Tahu kan, kalau kita niat lanjut sekolah di Eropa, kita harus menyertakan bukti finansial sekitar 8000-12000 Euro pertahun sebagai syarat administrasi. Tanpa bantuan finansial dari keluarga atau sponsor, uang saku au pair tidak akan mampu menutupi besarnya biaya tersebut.

Sekali lagi, uang saku mu adalah hak kamu. Mau digunakan untuk apa ya terserah. Toh sudah kerja berat ini juga merawat rumah dan anak orang, boleh-boleh saja memanjakan kaki travelling ke tempat baru atau sekedar beli scarf lucu untuk musim gugur . We deserve it indeed! Tapi, tidak ada salahnya juga belajar mengatur dan merencanakan keuangan selagi masih muda. Untuk modal usaha atau investasi di Indonesia mungkin? 😊

Kalian sendiri bagaimana, ada tip mengelola keuangan saat masih 20-an?

Monday, May 18, 2020

Tips 6 Cara Dapat Uang Tambahan Selama Jadi Au Pair|Fashion Style

Meskipun uang saku au pair sudah disesuaikan dengan gaya hidup dan pengeluaran pelajar lokal di negara tersebut, namun tak jarang au pair tetap harus ekstra irit setiap bulannya. Ongkos transportasi, jajan di luar, serta biaya jalan-jalan, seringkali membuat banyak au pair memutar otak bagaimana mengatur keuangan agar tak sampai angka 0 sebelum habis bulan.

Memang, biaya hidup tergantung gaya hidup. Walaupun sudah berusaha super hemat, tak sedikit au pair yang kurang puas dengan uang saku yang diterima lalu mencari kerja sampingan lain. Terlepas dari sifatnya yang ilegal, uang tambahan yang diterima memang cukup lumayan.

Tapi tahu kah kalian kalau sebagai au pair, kita juga bisa cari kerja sampingan lain untuk dapat uang tambahan? Bukan blackwork yang harus cleaning rumah dan osek-osek WC orang dulu. Kerjanya bisa dilakukan di rumah atau bahkan saat 'nongkrong' di toilet! Uang yang dihasilkan memang tidak sebesar dan seinstan kalau mengambilblackwork. Namun kerjanya legal, bisa sambil santai, dan kalau serius, jumlah uang tambahan yang didapat bisa lumayan!

1. Mengumpulkan botol bekas

Untuk mengurangi limbah plastik dan menjaga lingkungan, pemerintah di banyak negara Eropa mengajak warganya untuk tidak membuang botol atau kaleng minuman di tempat sampah, namun menukarkannya dengan uang tunai. Contohnya di Denmark atau Norwegia, satu botol plastik atau kaleng alumunium dihargai 1-3 krona (cek value-nya di label kemasan!). Karena berharga, seringkali kita melihat banyak homeless yang mengaduk-aduk isi tempat sampah hanya untuk menemukan botol plastik bekas, terutama saat ada event besar.

Biasanya keluarga angkat belanja banyak produk minuman yang botolnya sering dibuang begitu saja. Coba mulai sekarang mulai teliti mengecek berapa value botol minuman yang terbuang dan kumpulkan saja untuk ditukarkan di mesin daur ulang. Satu sampai sepuluh botol mungkin belum terlalu berharga, namun kalau kita rajin mengumpulkan botol sampai 1 bulan saja, tak jarang bisa dapat 50-200 krona! Keluarga saya di Denmark rajin sekali minum soda botolan yang dalam satu bulan, bisa saja terkumpul sampai 50-an botol! Lumayan kan, menjaga lingkungan sekalian dapat uang tunai?!

2. Jual barang sekon

Salah satu godaan terbesar au pair adalah belanja baju atau sepatu; baik bekas, diskonan, atau baru. Tanpa disadari biasanya banyak sekali baju atau sepatu menumpuk di kamar, sampai bingung akan dikemanakan kalau harus pulang atau pindah negara lagi. Sebetulnya, selain disumbangkan lewat kontainer baju bekas, kita juga bisa cari uang lewat barang-barang sekon yang kita punya.

Jangan salah, orang-orang Eropa juga suka barang bekasan asal kondisinya masih bagus. Tidak hanya pakaian, tapi juga barang-barang elektronik dan perabot rumah tangga lainnya. Jadi kalau ada pakaian yang kita malas pakai tapi kondisinya masih bagus, jual saja di situs barang bekas lokal! Tidak perlu memasang harga terlalu tinggi mentang-mentang di Eropa, asal barang laku dan keluar lemari, kita bisa stress-free.

3. Mengkomersilkan skill

Jangan remehkan keahlian masak, seni, atau fotografi yang kita punya! Seorang teman au pair di Belgia, bisa mengumpulkan cukup uang hanya dari keahlian masak dan jiwa kreatifnya, lho! Berbekal ilmu dari yang tadinya hanya hobi, teman saya ini akhirnya percaya diri membuka katering sederhana dan mempromosikan banyak jenis masakan Asia ke teman-teman terdekat dan keluarga pacarnya. Satu porsi bisa dihargai €5-20 tergantung jenis masakan.

Tidak hanya sampai disitu, karena juga berbakat melukis, si teman ini membuka pesanan kartu ucapan atau lukisan handmade. Semuanya dilakukan sendiri dan dipromosikan lewat sosial media atau mulut ke mulut saja. Karena promosinya bagus dan orangnya gigih, saya tak pernah melihat si teman ini kosong pesanan. So, tidak perlu malu mengkomersilkan skill yang kita punya di Eropa karena bisa jadi ladang rejeki!

4. Jual jasa online

Kalau bakat kamu bukan di handmade craft dan memasak, ada cara lain menjual jasa lewat internet. Situs seperti Fiverr dan UpWork adalah salah dua situs terbesar yang mewadahi perusahaan/perorangan untuk mencari atau menjual jasa lewat media daring. Ada banyak sekali jasa yang bisa kamu tawarkan, dari membuat situs, menyelesaikan event project, sampai jadi virtual personal assistant. Jenjang karir dan gaji yang ditawarkan perusahaan pun bervariasi dari enty-level sampai profesional.

Di Indonesia sendiri, kita bisa ikut menjual jasa di Projects.co.id sebagai content writer, desainer poster, atau juga penerjemah. Tak jarang perusahaan yang tadinya hanya merekrut kita sebagai pekerja lepas, bisa menawarkan pekerjaan full time sebagai remote worker yang dibayar lebih dari 2000 USD untuk satu kali proyek! Karena kerjanya freelance, kita tetap bisa menyiasati waktu sebagai au pair sekalian mengerjakan proyek sampingan.

Five. Mengisi survei daring

Selama ini mungkin kita berpikir bahwa mengisi survey dari perusahaan hanyalah sukarela untuk membantu perusahaan tersebut memahami produk mereka dari feedback konsumen. Tapi ternyata, ada banyak situs yang mau membayar kita hanya untuk mengisi survey! Beberapa situs survey berbayar yang bisa dicoba adalah Mobrog , PanelPlace , Toluna , YouGov , LifePoints , iSay , Opinion Outpost , dan Hiving .

Karena tinggal di Norwegia, saya mendaftarkan diri ke situs survey berbayar yang juga berfokus di produk-produk lokal. Bahasanya memang jadi bahasa lokal, tapi lumayan sekalian belajar. Untuk satu kali mengisi survey, kita bisa dibayar 3-20 NOK tergantung berapa lama waktu pengisian. Poin atau uang yang terkumpul bisa gunakan untuk membeli giftcard, ditransfer ke PayPal, ataupun ditukar poin dari maskapai penerbangan.

6. Ikut lomba atau kuis

Daripada bosan dengan pekerjaan rumahan dan sepi teman kencan , coba iseng-iseng buka situs pencarian lomba atau kuis, siapa tahu bisa menang hadiah uang tunai atau barang elektronik! Sewaktu di Denmark, saya sempat ikut lomba blog #PejuangIrit yang diselenggarakan oleh Shopee dan menang uang tunai 2,5 juta Rupiah. Padahal itu adalah lomba blog pertama saya dan tak disangka langsung menang. Artikelnya bisa kamu baca disini .

Saya juga pernah ikut lomba menulis "Colourful Europe" yang diadakan Energy Au Pair Norway di musim panas 2 tahun lalu dan ternyata menang juga. Hadiahnya memang bukan uang, tapi paket lengkap yang berisi parfum, speaker, payung, dan masih banyak lainnya. Lumayan sekali untuk koleksi pribadi! Ini tulisan saya saat menang lomba saat itu. Grammar berantakan, tapi masih menang.

Faktanya, cari uang tambahan selama jadi au pair sangat memungkinkan dan tidak hanya lewat babysitting dan cleaning. Ada banyak cara lain yang bisa kita coba untuk mengasah kemampuan, mengembangkan jaringan, serta menambah uang saku selain berkutat di urusan rumah tangga. Tertarik juga untuk mencoba?

Saturday, May 9, 2020

Tips Menghitung Uang Saku Pelajar vs Au Pair di Norwegia|Fashion Style

Banyak orang awam yang mengutuki sistem kerja au pair karena dianggap abusive dan tak sesuai dengan ketentuan seharusnya. Dengan gaji NOK 5900 per bulan di Norwegia contohnya, au pair hanya terlihat sebagai praktek perbudakan semata yang berkedok pertukaran budaya. Belum lagi adanya budaya overworking, diperlakukan tak adil dan abusive oleh para host family. Tapi meskipun banyak cerita buruk berkembang di luaran, toh masih banyak saja anak-anak muda Indonesia yang ingin jadi au pair. Karena kebanyakan yang dicari memang bukan uang, tapi kesempatan tinggal, belajar, dan jalan-jalan.

Entah adil atau tidak menurut masyarakat awam, sebetulnya uang saku yang diterima oleh au pair di tiap negara itu sudah diatur sedemikian rupa mencocokkan uang saku pelajar setelah dipangkas kebutuhan primer lainnya. Saya sudah pernah bercerita sedikit soal uang saku au pair di sini . Silakan dipahami terlebih dahulu, lalu pikirkan kembali, apakah menurut kalian adil atau tidak. Semakin tinggi biaya hidup, semakin besar pula uang saku yang au pair tersebut dapatkan.

Sebagai seorang au pair yang juga merangkap mahasiswa S-2 di salah satu perguruan tinggi di Norwegia, kali ini saya ingin sharing lebih banyak soal uang saku yang seringkali jadi perdebatan ini. Saya contohkan saja perbandingannya dengan uang saku para pelajar asing yang bekerja paruh waktu di luar, sedang belajar menggunakan dana beasiswa, atau dapat hibah dan pinjaman pemerintah dari LÃ¥nekassen.

1. Jam kerja dan upah

Mari kita mulai dari sini dulu, jam kerja serta upah minimum yang diterima. Di Norwegia, jam kerja au pair normalnya 30 jam per minggu, sementara mahasiswa asing hanya diperbolehkan bekerja 20 jam per minggu di tahun pertama, namun diizinkan bekerja full time saat sedang libur.

Upah minimum untuk pekerjaan paruh waktu juga diatur sesuai dengan usia, jam kerja, serta jenis pekerjaan yang kita lakukan. Sementara au pair tidak punya upah kerja baku karena sudah dijatah NOK 5900 (2019) setiap bulannya. Normalnya, pekerja paruh waktu di Norwegia diupah NOK 140-200 per jam. Usia di atas 27 tahun wajib diupah minimal NOK 180 per jam meskipun jenis pekerjaannya hanya sebagai pelayan restoran. Kerja di atas pukul 9 malam dan akhir pekan/libur, gaji per jamnya naik jadi 160%. Sementara kalau ingin cari kerja serabutan di luar seperti tukang bersih-bersih atau babysitter lepas, upah diatur dengan kesepakatan antara kita dan employer.

Let's say saya bekerja jadi pelayan restoran dengan upah NOK 180 per jam. Dalam seminggu, saya bisa mengantongi sekitar NOK 3600. Dengan 80 jam kerja dalam sebulan, saya bisa mendapat gaji bruto sebesar NOK 14.400.

Gaji bruto;

Au pair: 120 jam kerja per bulan = NOK 5900

Mahasiswa yang bekerja paruh waktu: 80 jam kerja = NOK 14.400

Oke, sampai sini semuanya hanya berupa gaji bruto yang belum dipotong pajak. Di Norwegia semua yang berpenghasilan wajib bayar pajak, meski au pair sekalipun. Untuk pekerja biasa, pajak biasanya dikenakan sekitar 30-35% dari penghasilan. Sementara au pair, pajaknya tak tetap karena bisa berpengaruh pada banyak hal, tapi kita asumsikan saja 15% (meskipun ada juga yang 6 atau 35 persen!)

Setelah pajak;

Uang saku au pair: NOK 5015

Gaji paruh waktu (pajak 30%): NOK 10.080

Anyway, untuk mahasiswa yang dapat beasiswa atau dana hibah, jumlah per bulannya untuk yang masing single sekitar NOK 11.000 tanpa dipotong pajak.

2. Akomodasi

Setelah upah, lanjut lagi ke biaya akomodasi. Sebagai mahasiswa asing, tentunya place to stay and sleep adalah yang paling banyak menyita biaya bulanan. Sama seperti banyak negara lainnya, tentu saja biaya sewa bulanan di ibukota tak akan sama dengan kota kecil.

Di Oslo, biaya sewa kamar sepetak seluas 8 sqm di apartemen berbagi saja dipatok antara NOK 3500-5000 tergantung dari berapa banyak penghuni rumah, berperabot atau kosong, serta kemudahan akses transportasi ke tengah kota. Pilihan lainnya adalah menyewa kamar di student housing yang harganya juga bervariasi tergantung kelengkapan kamar tersebut. Yang pasti kita bisa memilih apakah ingin berbagi fasilitas dengan orang lain atau semuanya ada di satu kamar pribadi. Semakin lengkap kamar, semakin mahal. Katakan saja kamar  bermebel berukuran 11 sqm dengansharing toilet & kitchen di student housing berharga NOK 4200 sebulan.

Biaya sewa kamar;

Au pair: GRATIS! Kamar biasanya cukup luas, berperabotan sendiri, punya kamar mandi pribadi bahkan dapur sendiri! Ilustrasi kamar di atas adalah yang biasanya paling banyak au pair punya.

Mahasiswa asing: NOK 4200 sebesar 11 sqm dengan kamar mandi dan fasilitas dapur yang harus berbagi dengan 6-8 mahasiswa lainnya

3. Makan

Setelah tempat tinggal, biaya primer lain yang harus dipikirkan adalah biaya makan setiap hari. Jadi mahasiswa asing harus pintar-pintar berhemat karena biaya hidup Norwegia  sangat mahal. Masak sendiri adalah cara paling ampuh untuk menghindari pengeluaran membengkak. Rajin mencari informasi barang diskonan di situs toko sayuran juga bisa dicoba jika ingin mendapatkan produk dengan harga miring.

Setiap orang tentunya punya kebutuhan pokok yang tak sama. Tapi kalau ingin dihitung, biaya beli bahan makanan ini bisa kita bulatkan NOK 500 per minggu. Jadi dalam satu bulan, mahasiswa asing setidaknya mengeluarkan sekitar NOK 2000. Biaya ini belum ditambah jika kita ingin jajan di luar atau makan di kantin kampus.

Kebutuhan pangan sebulan;

Au pair: GRATIS! Join makan dengan host family atau kalau pun harus jajan mie atau sayuran sendiri, semaksimalnya NOK 500

Mahasiswa asing: Sekitar NOK 2000-2500

4. Tiket transportasi

Setiap daerah di Norwegia punya sistem transportasi sedikit berbeda, termasuk soal harga. Di beberapa wilayah, ada tiket khusus anak muda sampai usia 29 yang harga perbulannya hampir setengah harga normal. Sementara di Oslo, tak ada yang membedakan anak muda kecuali status full-time student- atau trainee-nya atau usia di bawah 19 tahun.

Ongkos bulanan;

Au pair: Di Oslo, harga tiket perbulan untuk tahun 2019 adalah NOK 746

Mahasiswa asing: Diskon sampai 40% atau NOK 450

KESIMPULAN:

Sehemat-hematnya mahasiswa yang tinggal di Norwegia, uang saku bulannya tetap akan kalah dengan 'penghasilan' au pair. Biaya di atas juga belum termasuk paket telpon dan internet yang kebanyakan au pair dibiayai oleh host family. Tapi mengapa uang saku au pair malah yang paling cepat ludes? Kembali lagi ke gaya hidup "tanpa absen nongkrong dan jalan-jalan". Travelling penting, namun menabung juga penting, but what should you prioritise?

Makanya tak heran seorang teman saya rela jadi serial au pair hanya karena kehidupannya yang nyaman, makan-minum-tidur sudah ditanggung. Buka pintu kamar, langsung kerja tanpa harus berjibaku dengan dinginnya salju di musim dingin. Belum lagi adanya fasilitas mewah lainnya seperti diajak travelling bersama, tiket PP gratis, sampai kamar yang mirip hotel bintang lima. Enak kan (sebetulnya) jadi au pair?

Now, tell me what you think! Menurut kalian, uang saku au pair itu sebetulnya sudah cukup adil belum sih?

Friday, May 8, 2020

Tips Berapa Sebetulnya Gaji Nanny dan Cleaning Lady di Norwegia?|Fashion Style

Di postingan sebelumnya , saya membahas soal uang saku au pair versus gaji mahasiswa asing dari hasil kerja paruh waktu atau uang bulanan dari dana beasiswa atau hibah pemerintah Norwegia. Meskipun, masih dinilai kurang relevan karena gol au pair dan mahasiswa asing tentu saja berbeda. Au pair komitmen utamanya adalah sebagai pengasuh anak dan asisten rumah tangga, sementara pelajar punya komitmen yang besar terhadap studi. Tapi intinya, uang saku au pair sudah didesain sedemikian rupa mengikuti kisaran rata-rata uang saku anak sekolahan di Eropa.

Karena mungkin kurang apple to apple, kali ini saya coba beri gambaran berapa besar sebetulnya gaji seorang nanny atau cleaning lady lepas di Norwegia. Anyway, meskipun saya beri contoh Norwegia, namun gambaran kasar ini bisa juga diterapkan di hampir semua negara Eropa. Dari sini kalian bisa compare sendiri apakah uang saku yang sudah ditakar oleh imigrasi negara setempat cukup adil atau belum.

Sebelumnya, saya ingin jelaskan dulu bahwa babysitter, nanny, atau cleaning lady adalah jenis pekerjaan low-skilled di Norwegia yang artinya tidak perlu skill khusus. Selain cleaning lady, dua pekerjaan lainnya hanya bersifat freelance alias kita sendiri yang mencari employer dan menentukan sendiri kapan ingin bekerja. Sementara untuk jadicleaning lady, kita bisa daftar lewat agensi atau memilih bekerja sendiri. Kerja di agensi tentunya punya pemasukan lebih besar, sekitar NOK 180 per jam, tapi dalam sehari setidaknya bisa kerja di dua tempat berbeda maksimal selama 8 jam.

FYI juga, gaji per jam di sini juga dihitung berdasarkan usia serta jam kerjanya. Usia di atas 27 tahun wajib mendapatkan upah lebih dari abege 20-an. Kerja di atas pukul 9 malam dan hari libur juga wajib mendapatkan upah 160% dari upah normal.

Sebagai gambaran, nanny lepas yang kerjanya hanya fokus ke anak, biasanya diberi upah NOK 50-100 per jam. Kalau si keluarga royal, tak jarang ada yang bisa memberi sampai NOK 150 per jamnya. Tentunya hitung-hitungan ini dikembalikan lagi ke negosiasi antara kita dan pihak employer. Sementara untuk cleaning lady tanpa agensi yang hanya fokus ke pekerjaan rumah, upah biasanya dimulai di angka NOK 100 per jam.

Katakanlah hitungan ini kita samakan dengan jam kerja au pair 5-6 jam per hari; 3 jam urus anak, 3 jam beres-beres rumah. Maka dalam satu hari nanny + cleaning lady ini bisa dapat upah NOK 600 (dengan asumsi upah NOK 100/jam untuk jaga anak).

NOK six hundred x five hari = NOK 3000 dalam seminggu

Di Norwegia, jenis pekerjaan lepas seperti ini sebetulnya bebas pajak jika pendapatan kita per tahunnya tidak lebih dari NOK 6000. Jika lebih, pekerjaan ini dianggap sebagai full-time dan harus bayar pajak 30-35% seperti jenis pekerjaan normal. Untuk pekerjaan penuh waktu di Norwegia, seminggu jam kerjanya 37,5-40 jam. Katakan saja 4 jam kerja sebagai cleaning lady dengan total upah NOK 400, lalu ditambah jaga anak orang NOK 120 per jam dengan total NOK 480 selama 4 jam berikutnya.

NOK 880 x 20 hari = NOK 17.600 dalam sebulan

Setelah potong pajak 30%, gaji yang tersisa NOK 12.320

Belum lagi mesti dipotong sewa apartemen atau kamar, uang makan, plus juga uang transportasi. Masalahnya lagi, adakah keluarga yang mau menyewa jasa nanny untuk kerja 4 jam per hari dengan upah NOK 120 sampai 2 tahun kontrak? Ada, tapi mungkin hanya 5% keluarga di Norwegia! Dibandingkan merekrut nanny full-time dengan biaya aduhai, para keluarga ini cenderung memilih jasa au pair yang bisa kerja secara fleksibel jaga anak plus bersih-bersih rumah. Bahkan kalau kalian cari kerja tambahan di luar dengan jadi nanny lepas, kebanyakan keluarga hanya mau memberi NOK 100 per jamnya. Itu juga tidak setiap hari mereka butuh nanny.

Kesimpulannya, jadi nanny lepas dan tidak tinggal dengan host family pun, belum tentu menjamin uang yang kita terima akan lebih besar kalau kita live-in. Kecuali kalian bisa tinggal gratis, kamar termurah ukuran kecil masih harus dibayar dengan harga minimum NOK 3500 untuk yang ada di Oslo. Belum lagi uang makan pribadi yang berkisar antara NOK 2000-2500 per bulannya. In the end, mau live-in atau live-out, hidup au pair memang lebih terjamin namun juga punya resiko yang tinggi untuk di-kick out tanpa notifikasi oleh host family.

Kalau kalian tanya saya, sudah adil kah uang saku para au pair ini, menurut saya sudah adil! Asaaaal... Ada beberapa persyaratannya;

  1. Parahost family harus bisa menempatkan posisi kapan au pair diperlakukan sebagai keluarga dan kapan harus bersikap profesional. Ini yang susah, karena biasanya host family banyak yang tidak mau rugi dan bersikap semau hati. Jam 9 malam ketok pintu minta cucikan baju, ada! Yang tiba-tiba membatalkan tanggal libur secara pihak, juga ada! Jadi ya no wonder-lah kalau au pair ini memang statusnya abu-abu.
  2. Kerja memang harus sesuai kontrak dan menghargai au pair yang kerja overtime dengan menambahi hari libur atau uang saku. Meskipun ada regulasi dari pemerintah untuk tidak membayar au pair lebih dari apa yang sudah tercantum di kontrak, tapi menurut saya, keluarga yang baik itu justru tahu caranya menghargai tenaga seseorang. Kalau tidak ingin bayar lebih, silakan patuhi isi kontrak untuk stick to 5-6 hours a day saja!
  3. Jangan terlalu banyak ekspektasi dengan au pair untuk bisa bertindak layaknya orang tua ketiga. Au pair itu bukan "high-skilled and well-trained nanny101" yang bisa mengerjakan semua hal dalam satu hari. Kalau memang diharuskan lebih banyak mengasuh anak, jangan lagi ditambahi dengan tugas rumah tangga tak jelas. Kalau memang au pair sudah kelelahan membersihkan rumah hari ini, jangan manja dan uruslah anak kalian sendiri! Saya sering sebal dengan para host family yang tiba-tiba menanggalkan semua tanggung jawab semenjak ada au pair, karena dirasa para au pair bisa bersih-bersih rumah sekalian jaga anak. Hei para keluarga, jaga anak itu bukan tanggung jawab yang mudah!! Belum lagi kalau anak-anak kalian susah diatur dan kamilah yang harus bertanggungjawab mendamaikan mereka. I don't think NOK 5900 costs me a lot!
  4. Tidak ada jadwal babysit malam hari lebih dari 2 kali sebulan! Kita maklum jikahost family mungkin ingin dating berdua saja atau punya aktifitas sosial di luar. Tapi membiarkan anak untuk dijaga oleh au pair seorang diri di malam hari setiap waktu juga tak adil! Kecuali host family siap membayar upah 160% lebih besar karena au pair harus kerja secara fleksibel meskipun di malam hari.

Jadi kalau kamu kebetulan dapat keluarga model di atas, wajarlah menyalahkan keadaan dan uang saku yang pas-pasan. Jaga anak orang dengan penuh tanggung jawab itu sungguh tak mudah! Belum lagi kita harus beradaptasi dengan gaya parenting orang tuanya yang kemungkinan besar tak cocok dengan karakter dan pola asuh yang kita anut.

Tambahan:

Beberapa waktu lalu, saya tanya ke Mumu (siapa dia? cek postingan saya di sini ) berapa harusnya host familydi Norwegia memberikan uang saku ke au pair?

He said, 10 thousand Krones! Itu netto ya, karena urusan pajak harusnya keluarga yang menanggung. Mumu juga berpendapat, tanggung jawab au pair itu sama besarnya dengan pekerjaan full-time lainnya di luaran. Tak ada salahnya orang tua menghabiskan lebih banyak uang untuk orang yang berjasa menjaga anak-anak mereka di rumah dengan sepenuh hati dan penuh kepercayaan. Lagipula kebanyakan keluarga yang punya au pair ini sebetulnya tajir melintir.

Masih untung au pair ini semuanya orang baik. Bagaimana kalau tiba-tiba anak kalian diracuni atau dikasari?! Lalu setelah si au pair jaga anak, masih harus diberi kerja tambahan pula bersih-bersih rumah dengan ekspektasi tinggi! That's crazy!

I couldn't agree more! Kalau saya punya finansial di atas rata-rata dan butuh sekali punya au pair, saya juga tak pelit-pelit memberikan fasilitas berlebih untuk orang yang tepat, agar mereka semakin berdedikasi dan termotivasi untuk bekerja dengan baik. Kalau tak mampu, sebaiknya jangan pamer bisa menggaji au pair apalagi sok bossy seolah-olah memiliki au pair sepenuhnya hanya karena sudah membayar NOK 5900 per bulan!