Showing posts with label Norway. Show all posts
Showing posts with label Norway. Show all posts

Monday, June 22, 2020

Tips Mengurus Aplikasi Izin Tinggal Au Pair Norwegia|Fashion Style

UPDATE 14 DESEMBER 2019!! (Mohon baca catatan kaki di bawah)

Setelah memutuskan untuk jadi au pair lagi di Norwegia , bagian yang paling penting dan menarik selanjutnya adalah proses aplikasi visa dan surat izin tinggal. Berbeda dengan aplikasi visa au pair Belgia dan izin tinggal Denmark , persiapan dokumen ke Norwegia menurut saya adalah yang termudah dan simpel.

Tanpa harus legalisasi dokumen dan terjemah ini itu, semua dokumen bisa diakses secara on line. Penyerahan berkas pun tidak harus ke Jakarta seperti halnya pembuatan visa negara lainnya. Selain melalui VFS Global di Jakarta, dokumen dapat diserahkan langsung ke Konsulat Jenderal Norwegia di Medan atau Denpasar.

Bosan selalu bolak-balik Jakarta untuk mengurus visa, saya akhirnya memilih terbang ke Denpasar sekalian mengunjungi teman dan jalan-jalan. Asiknya, karena lagi-lagi ketemu keluarga angkat via Energy Au Pair, semua dokumen yang dibutuhkan sudah diarahkan langsung oleh pihak agensi via email. Jika ketemu keluarga angkat tanpa agensi pun, semua dokumen yang diperlukan dengan mudah bisa diakses via website UDI .

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan:

1. Biaya visa

Karena semua dokumen harus diakses through on line, au pair diwajibkan untuk membayar uang aplikasi sebesar 3200 NOK* saat registrasi di internet site UDI. Untuk sistem pembayaran, hanya bisa dilakukan menggunakan kartu kredit dan debit. Kalau memang tidak ada kartu kredit atau debit, coba saja diskusi ke keluarga angkat untuk minta dibayari dulu. Saya juga melakukan hal yang sama ke keluarga angkat di Oslo dan dengan sigap mereka senang hati membantu. Tak jarang juga, lho, keluarga angkat di Norwegia bersedia membayari biaya aplikasi ini secara gratis.

2. Terjemahan dokumen

Di bagian checklist dokumen, sebenarnya tidak ada syarat dokumen terjemahan ke bahasa Inggris atau Norwegia. Tapi untuk jaga-jaga, boleh juga menambahkan ijazah ataupun akte kelahiran yang sudah diterjemahkan. Meskipun tidak ada dalam persyaratan, saya menambahkan dua dokumen tersebut sebagai pelengkap.

Three. Surat kuasa

Saat melakukan registrasi online dan sudah terkonfirmasi, ada dua dokumen yang akan dikirimkan ke email; nota pembayaran dan surat kuasa. Jika tidak menggunakan jasa agensi saat bertemu dengan keluarga angkat, surat kuasa bisa dikosongkan. Atau bisa juga diganti dengan data host family agar mereka juga ikut dikabari sejauh mana proses aplikasi kita.

Four. Dokumen yang diperlukan

Setelah registrasi online, kita bisa mendapatkan checklist dokumen yang harus kita persiapkan. Beberapa dokumen yang tidak disertakan di dalam checklist juga ikut saya sertakan berdasarkan saran dari Energy Au Pair.

  • Paspor yang masa berlakunya lebih dari 12-24 bulan. Kalau seandainya kita berencana tinggal di Norwegia selama 24 bulan, namun paspor akan expired 18 bulan ke depan, maka UDI hanya bisa menyetujui masa tinggal kita hingga 15 bulan saja. Jika ingin memperpanjang kontrak hingga pas 24 bulan, kita harus mengganti paspor dulu saat di Norwegia dan membuat aplikasi perpanjangan permit baru.
  • Fotokopi data diri paspor dan semua halaman yang sudah ada cap imigrasi
  • Cover letter dari application portal yang sudah ditandatangani
  • 2 Lembar foto terbaru berlatar belakang putih ukuran 3.5 x 4.5 cm
  • Surat kontrak pertukaran budaya yang ditandatangani kedua belah pihak. Tanda tangan host family tidak harus asli atau boleh salinan dari email.
  • Sertifikat lulus kursus bagi host family
  • Fotokopi data diri paspor host parents
  • Checklist UDI yang sudah diisi dan ditandatangani
  • Power of Attorney
  • Nota pembayaran biaya aplikasi
  • Fotokopi terjemahan akte kelahiran (opsional)
  • Fotokopi terjemahan ijazah pendidikan terakhir (opsional)

Dokumen tambahan:

  • Kalau kita akan tinggal dengan single parent, si ibu atau ayah asuh harus menyertakan dokumen yang menerangkan seberapa persen hak mereka terkait hak asuh anak.
  • Kalau host family memiliki au pair yang sekarang tinggal dengan mereka, sertakan surat pernyataan dari host family yang menerangkan kapan kontrak au pair tersebut selesai.
  • Kalau kita apply di negara bukan Indonesia, harap menyertakan juga fotokopi ID card yang berlaku 6 bulan terakhir di negara kita berdomisili.

Lihat kan, semua dokumen bisa disiapkan dengan mudah tanpa harus terjemah ataupun dilegalisasi dulu. Lalu setelah semua dokumen lengkap, selanjutnya adalah menyerahkan ke bagian konsuler atau visa application center untuk diproses. Berikut tempat di Indonesia yang menerima aplikasi*:

VFS Schengen Visa Application Center (JAKARTA)

Alamat: Kuningan City Mall 1st Floor Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18, Setiabudi, Kuningan, Jakarta

Telpon: +62 21-3041-8705

Email: information.Nrid@vfshelpline.Com

Note: Tidak perlu membuat janji temu untuk menyerahkan dokumen

Konsulat Jenderal Norwegia (BALI)

Alamat: Segara Village Hotel Jl. Segara Ayu, Sanur, Bali

Telpon: +62 361-2822-23

Email: norwegianconsulatebali@yahoo.Com

Note: Jam buka hanya dua kali seminggu (Selasa & Kamis 10.00-13.00). Tidak perlu membuat janji temu, namun disarankan untuk menghubungi konsulat via email atau telpon untuk mengonfirmasi kedatangan.

Konsulat Jenderal Norwegia (MEDAN)

Alamat: Jl. Dewa Ruci No. 38, Medan

Telpon: +62 61-457-0012

Email: grace_i_lee@yahoo.com

Note: Sila membuat janji temu terlebih dahulu sebelum menyerahkan dokumen

Hari Selasa, ditemani Anggi, seorang karib mantan au pair di Belgia, kami bermotor menuju kawasan Sanur dan berhenti di hotel Segara Village yang sangat dekat dengan pantai. Dari patung Kencana di depan, lokasi Konjen Norwegia berada di belakang patung persis di sebelah kanan. Bangunan yang seukuran kamar hotel itu terlihat disulap jadi kantor konsulat bergabung dengan Konsulat Jenderal Swedia dan Finlandia.

Saat kami datang, pintu kantor ditutup sedikit rapat hingga saya dan Anggi sedikit ragu mengetuk. Seorang petugas konsulat, Ibu Marie-Louise, sedang berbicara serius dengan cowok bule yang setelahnya saya yakin adalah orang Swedia.

Setelah menunggu sekitar 20 menitan di luar, si ibu membuka pintu dan mempersilakan saya masuk. Beberapa pertanyaan sederhana sempat ditanyakan dalam bahasa Indonesia fasih, seperti tujuan membuat visa, sudah pernah ke Eropa atau belum, dan pertanyaan pendek tentang profil keluarga angkat. Karena si ibu sudah mahir sekali berbahasa Indonesia, tidak perlu repot-repot bicara bahasa Inggris.

Si ibu mengecek lembar demi lembar dokumen saya dengan sangat hati-hati. Tidak ada yang perlu saya lakukan selain duduk mantap. Ketika semua dokumen selesai dicek, si ibu mengatakan kalau ada tambahan biaya senilai 50 ribu rupiah yang harus dibayar sebagai ongkos kirim dokumen ke Kedubes Norwegia di Jakarta. Konsulat hanya menerima uang tunai, jadi harap disiapkan terlebih dahulu karena mesin ATM agak jauh dari hotel.

Karena akan diproses di Jakarta, Ibu Marie-Louise memberikan opsi jika paspornya sudah selesai ingin diambil di Jakarta atau Bali. Saya jawab saja, di Bali.

That's it! Proses pengecekan dokumen oleh petugas konsulat berlangsung kurang dari 10 menit. Tidak ada proses interview resmi ataupun biometrik. Setelah menyerahkan uang ongkos kirim, saya langsung pamit.

Satu minggu setelahnya, saya sedikit bingung kenapa belum ada email konfirmasi dari UDI yang mengatakan kalau aplikasi saya sudah diterima. Harusnya, setelah dokumen diserahkan ke VFS ataupun konsulat, beberapa hari kemudian akan ada email dari UDI yang menyatakan aplikasi sudah mereka terima dan sedang diproses.

Ragu, saya pun menelpon Kedubes Norwegia di Jakarta untuk menanyakan status aplikasi saya. Karena bagian visa hanya dibuka Senin-Kamis jam 14.00-16.00, saya harus menelpon pihak kedubes dua kali.

Seorang petugas mengangkat telpon saya dan mengatakan kalau mereka belum menerima berkas aplikasi dari Bali. Huhu. Padahal sudah seminggu, tapi dokumen saya belum dikirimkan. Pihak kedubes di Jakarta hanya menyuruh untuk bersabar, karena biasanya dokumen dari konsulat akan dikirimkan bersamaan dengan dokumen lainnya. Lagipula, saat saya datang ke Bali, minggu tersebut memang sedang libur Galungan dan Kuningan. Mungkin karena itulah dokumen saya tertahan disana lebih lama.

Empat minggu setelah menyerahkan dokumen di Denpasar, saya baru dapat konfirmasi email dari UDI yang menyatakan kalau aplikasi saya sudah mereka terima. Tahap selanjutnya adalah menunggu mereka memproses aplikasi lalu membuat keputusan. I still have another 4 weeks. Semoga kabar visa saya sudah bisa diketahui sebelum awal tahun. Soalnya sedikit deg-degan karena di Eropa akan libur panjang Natal dan Tahun Baru.

Catatan:

Cerita di atas merupakan pengalaman mengurus aplikasi di konsulat jenderal di Bali, Indonesia. Mungkin proses sedikit akan berbeda jika mengurus aplikasi di luar Indonesia ataupun di luar Bali. Contohnya, akan ada tambahan biaya servis sebesar 200 ribu Rupiah jika menyerahkan dokumen via VFS di Jakarta.

*UPDATE!!*

Per 1 Januari 2020, biaya aplikasi au pair yang di-submit (termasuk jika ganti keluarga) akan naik jadi 8400 NOK atau sekitar 13 jutaan. Nominal yang wow sekali kan ya? Coba bicarakan ke host family kalau bisa menanggung setengah biaya tersebut demi kelancaran visa.

Per 1 April 2019, uang saku au pair di Norwegia naik jadi 5900 NOK sebelum pajak. Uang saku ini sifatnya mengikuti peraturan imigrasi UDI. Jadi meskipun au pair sudah tanda tangan kontrak dan menyetujui uang saku minimum seperti tahun lalu, per April harus ikut naik sesuai keputusan UDI.

Cerita saya di atas merupakan pengalaman di tahun 2017, yang mana beberapa persyaratan tidak berlaku lagi. Per 1 Agustus 2019, semua dokumen yang masuk (visa atau izin tinggal) HANYA BISA DIANTARKAN LEWAT VFS DI JAKARTA karena konsulat jenderal tidak menerima lagi segala permohonan. Semua aplikasi yang masuk ke VFS akan diantarkan ke Kedubes Norwegia di Bangkok untuk diteruskan ke UDI.

Sunday, June 21, 2020

Tips Hah, Jadi Au Pair Lagi?!|Fashion Style

"Mau sampai kapan?"

"Belum wisuda juga jadi pengasuh anak, Nin?"

"Gils! Kuat deh jij!"

Begitu tanggapan beberapa orang teman setelah tahu rencana saya untuk jadi au pair lagi di Norwegia. Tak tanggung-tanggung, langsung teken kontrak selama dua tahun!

Saya sebenarnya sudah eneg jadi au pair. Bukan apa, pekerjaan yang statis menyangkut anak-anak dan rumah tangga, membuat saya sebenarnya sudah menyerah di tahun ketiga. Setelah melewati tahun pertama di Belgia dan dua tahun di Denmark, kadang saya terus-terusan berpikir, apalagi yang akan saya cari di Eropa. Pengalaman, sudah. Jalan-jalan, sudah tiap bulan. Uang, sudah lumayan untuk tabungan. Lalu?

Keputusan untuk jadi au pair lagi ini pun sebenarnya tidak ada dalam rencana besar saya sebelumnya. Karena beberapa orang teman ada yang sudah menetap di Bali, saya sudah mantap sekali ingin menyusul mereka dan mencari kerja saja di Pulau Dewata. Belum tahu ingin kerja apa, tapi setidaknya di pikiran saya sudah tidak ada lagi keinginan untuk stay di Eropa.

Tiket ke Denpasar dari Palembang pun hampir saja saya book meskipun masih tinggal di Denmark. Niat saya saat itu memang sudah kuat untuk settle down di negara sendiri. Toh, saya tetap percaya diri dengan kemampuan yang sudah saya miliki.

Tiga minggu sebelum pulang ke Indonesia, saya iseng-iseng mengaktifkan kembali profil au pair di Energy Au Pair. Tidak hanya itu, saya juga mencoba mengirimkan beberapa cv ke perusahaan penerbangan di Timur Tengah diluar pekerjaan menjadi pramugari. Seperti para pencari kerja umumnya, semua cv saya ditolak.

Mengingat profil di Energy Au Pair juga sudah aktif kembali, setiap minggu setidaknya ada 8 hingga 10 profil keluarga angkat yang dikirimkan ke saya. Dasar memang niatnya tidak ingin jadi au pair lagi, hampir semua profil pun saya tolak. Total lebih dari 20 profil keluarga angkat, saya hanya tertarik dengan 6 keluarga.

Lucunya, dari 6 profil itu pun, hanya 2 keluarga yang juga tertarik pada saya. Hingga akhirnya, cuma satu keluarga yang benar-benar ingin interview via Skype. Dang! What should I do?! Bukankah niat saya hanya iseng?

"Just do your best, Nin," kata Adel, seorang teman au pair.

"Jangan kepedean dulu. Ini baru tahap wawancara. Tidak usah banyak ekspektasi dan be yourself saja," saran Anggi, seorang teman mantan au pair yang menetap di Bali, ketika tahu saya mulai ketar-ketir.

Singkat cerita, si ibu yang kala itu mewawancarai saya, sangat terkesan dan ingin secepatnya mengundang saya ke Oslo. Padahal seminggu lagi adalah jadwal keberangkatan saya ke Indonesia. Tapi si keluarga ini tetap kekeuh ingin mengundang untuk satu malam sekalian berkenalan dengan anak, anjing bernama Pia, serta au pair mereka yang sekarang.

Menurut saya, keluarga yang sangat niat mendatangkan calon au pair ke rumah mereka, sudah bisa dipastikan akan menerima au pair tersebut. Meskipun perasaan saat itu masih kalut, tapi tetap saya penuhi saja undangan mereka ke Oslo. Gratis juga ini, sekalian jalan-jalan. Soal diterima atau ditolak, bisa dilihat nanti.

Lalu, benar saja, setelah menginap di rumah mereka dan esok paginya diajak minum kopi di kafe,....

"Nin, my husband and I already talked last night, we like you blablablaaa..."

Nah lho!

"Just take your time to think first. Semua keputusan ada di kamu, tapi kita sangat berharap kalau kamu bisa menjadi bagian dari keluarga kami tahun depan," kata si ibu menutup obrolan di bandara siang itu.

Satu minggu setelah pulang dari Indonesia, akhirnya saya mantap memutuskan untuk menjadi bagian dari keluarga mereka. Sejujurnya, tawaran dari keluarga di Oslo ini cukup menggiurkan. Bukan hanya soal uang saku, tapi juga pengalaman yang akan mereka hadiahkan. Anak dan anjing mereka yang lucu dan jinak, lokasi rumah yang berada di sentral kota, serta kelembutan keluarga ini, membuat saya juga menyukai mereka.

Memang, lagi-lagi saya akan berkutat dengan urusan anak dan rumah tangga, lagi-lagi saya akan jauh dari keluarga, lagi-lagi saya akan kesepian dan terpaksa harus mengulang bersosialisasi dengan teman baru. Namun, selagi masih muda, saya rasa, kembali ke Eropa bukanlah hal yang akan sia-sia.

Then again, the decision has made. Semoga ini yang terbaik.

Thursday, June 18, 2020

Tips Permohonan Pinjam Paspor di Kedubes Norwegia|Fashion Style

Setelah 9 minggu menyerahkan aplikasi visa au pair di Konsulat Jenderal Norwegia di Denpasar, saya belum mendengar keputusan apapun dari kedubes di Jakarta. Padahal menurut website UDI, normalnya keputusan visa akan dikeluarkan setelah 8 minggu dokumen diserahkan.

Ada perasaan deg-degan menunggu karena sebenarnya saya sudah memiliki rencana travelling ke Cina sebelum menuju Oslo. Si paspor sudah harus saya kantongi guna mengurus visa Cina di awal tahun. Tiket sudah dibeli, semua dokumen sudah siap, hanya menunggu si paspor saja. Gawat juga kan kalau saya gagal berangkat ke Cina hanya karena menunggu keputusan visa Norwegia yang belumgranted.

Bingung harus bagaimana, saya hubungi pihak UDI di Norwegia, Konjen di Denpasar, serta kedubes di Jakarta.

Pertama, saya email pihak UDI untuk menanyakan kira-kira kapan keputusan visa saya keluar. Dua hari kemudian, email saya dibalas dengan menyatakan bahwa mereka tidak menjamin visa saya bisa keluar sebelum pertengahan Januari. Jadi kata mereka, aplikasi saya baru terdaftar di Jakarta 3 minggu setelah handed dokumen di Denpasar.

Bagian ini sempat membuat saya kesal. Jadi ternyata, dokumen saya baru benar-benar sampai di kedutaan 3 minggu setelah saya serahkan di Denpasar. Satu minggu di-pending karena hari libur Galungan, lalu 2 minggu pending karena katanya masih di kurir pengiriman. How could be that long?!

Oke, setelah dari UDI, saya email pihak konjen di Denpasar untuk menanyakan kira-kira paspor saya bisa dipinjam dulu kah selagi menunggu keputusan. Kata si petugas, hal tersebut harus saya tanyakan langsung ke kedutaan karena dokumen saya sudah berada disana.

Dari Denpasar, saya telpon kedubes di Jakarta untuk menanyakan peminjaman paspor ini. Lalu, tanpa memberi jawaban, saya dilempar ke VFS Global untuk menanyakan masalah tersebut. Sempat bingung, saya telpon juga VFS Global.

"Sebenarnya bisa. Mbak langsung buat surat permohonan pinjam paspor saja ke kedutaannya, karena semua tergantung di kedutaan berapa lama bisa meminjamkan paspornya," kata si mbak dari VFS ramah.

Karena tidak apply visa dari VFS, akhirnya lagi-lagi saya harus menelpon kedubes antara jam 2-4 siang tertuju ke bagian visa.

"Of course! Tentu saja boleh pinjam. Sebenarnya paspor tidak perlu di-keep sama kedutaan sih ya. Jadi tergantung Ibu apakah mau keep sendiri atau dititip disini selama proses. Soalnya kita melihat kalau sepertinya aplikasi Ibu memang belum ada jawaban dari Norwegia. Buat saja surat pinjam paspor atau kalau memang ingin diwakilkan, surat kuasa wajib dilampirkan ya," jelas si ibu bagian visa tegas dan ramah.

Thank God! Saya lega. Ternyata paspor memang boleh dipinjam dulu.

Dua hari kemudian, saya menerima telpon dari kedubes soal peminjaman paspor ini. Kata mereka, karena kemarin saya submit via Denpasar, harusnya paspor akan dikembalikan lagi kesana. Atau, saya juga boleh mengambil langsung ke kedutaan di jam kerja.

Karena saya tidak tinggal di Denpasar pun di Jakarta, akhirnya si mbak menjelaskan lagi kalau saya juga boleh menyuruh orang mengambilkan paspor disertai dengan surat kuasa berbahasa Inggris. Untuk waktu peminjaman paspor pun tidak dibatasi, sesuai dengan keperluan si pemilik saja. Setelah paspor selesai digunakan, paspor sila dikembalikan melalui konsulat jenderal atau langsung diantarkan ke kedutaan.

"Tapi saya tinggal di Palembang, Mbak. Memang domisili saya disini sih. Apa memungkinkan kalau saya kirim langsung saja ke Jakarta kalau sudah selesai pakai paspornya?"

"Sebenarnya kita tidak terima direct dari applicant sih. Memang seharusnya Ibu serahkan kembali ke Denpasar, tempat pas pertama kali submit. Tapi kalau memang domisilinya disana, ya sudah, tidak masalah juga."

Oke, done! Jadi kesimpulannya, pinjam paspor di kedutaan selama proses menunggu visa itu possible. Apalagi kalau waktu tunggunya lebih dari satu bulan. Namun tentu saja, kembali lagi ke kebijakan masing-masing kedutaan besar. Ada baiknya semua pertanyaan dan uneg-uneg ditanyakan langsung visa telpon ke kedutaan besar bersangkutan agar lebih jelas.

**UPDATE!!!!**

Per 1 Agustus 2019, semua aplikasi yang masuk (visa atau izin tinggal Norwegia) dari Indonesia, hanya bisa diantarkan lewat VFS Jakarta. Aplikasi akan diantarkan langsung ke Kedubes Norwegia di Bangkok untuk diteruskan ke UDI. Kalau butuh paspor disela-sela waktu tunggu, harap sertakan SURAT PERMOHONAN dirangkap ke dalam berkas aplikasi.

Wednesday, June 17, 2020

Tips Hijrah ke Luar Negeri Itu Melelahkan|Fashion Style

Muncul perasaan sedih, haru, namun bercampur bahagia ketika pesawat Thai Airways yang saya tumpangi mendarat di Bandara Oslo-Gardermoen. Bahagia karena akhirnya perjalanan panjang nan melelahkan selesai juga. Haru karena bisa mendapat kesempatan kembali lagi ke Eropa. Tapi juga sedih karena lagi-lagi meninggalkan keluarga dan teman-teman terdekat di Indonesia.

Ini kali ketiganya saya pindah dan tinggal di Eropa. Setelah drama visa Norwegia dan paspor yang cukup menyita waktu, tenaga, dan biaya, akhirnya semua terbayarkan karena bisa mendapatkan izin tinggal selama 2 tahun di negara terbahagia di dunia ini (2017).

Dalam waktu three tahun terakhir, saya bersyukur bisa mendapat kesempatan tinggal di 3 negara Eropa plus jalan-jalan ke banyak tempat. Tapi dalam waktu 3 tahun juga, saya sudah 5 kali mengepak barang untuk pindah dan pulang. Kalau ada yang mengatakan saya beruntung, tentu saya harus lebih banyak bersyukur.

Namun kalau ada yang bertanya lebih jauh tentang perasaan saya, sejujurnya saya depresi. Moving abroad is stressful and tiring! Jangankan pindah negara, bayangkan saja kalian harus pindah sekolah selama 3 kali dalam kurun waktu 3 tahun. It's no fun anymore, isn't it?

Oke, tidak hanya saya au pair yang pindah ke banyak negara dalam waktu beberapa tahun. Banyak juga teman au pair yang selesai di Belanda, lalu pindah ke Belgia, tanpa pulang dulu ke Indonesia. Culture clash pasti ada, meskipun kedua negara tersebut sama-sama di Eropa. Tapi coba saja jika harus bolak-balik pindahan dulu dari Indonesia, the culture never stops shocking me!

Mengapa?

1. Belajar bahasa dan budaya baru lagi

Learning language is tough and needs a strong commitment. Saya tahu bahwa belajar bahasa apapun memang tidak akan pernah sia-sia. Tapi bagaimana kalau pembelajaran yang sedang ditekuni terpaksa terhenti hanya karena harus pulang?

Bisa dikatakan, sampai sekarang level bahasa saya nanggung, alias masih disitu-situ aja. Sempat belajar bahasa Prancis, tapi hanya baby talk atau frase paling dasar saja. Belajar bahasa Belanda, eh tahunya malah sedikit terpakai karena di rumah kebanyakan pakai bahasa Inggris.

Sampai di Denmark, belajar bahasa baru lagi. Saat saya sedang serius menekuni bahasa tersebut, akhirnya saya mesti puas saja stop di Modul 4 karena memang sudah habis kontrak dan harus pulang ke Indonesia.

Pindah lagi ke Norwegia, mesti ulang belajar bahasa baru karena memang perlu.Then, it starts again from the basic!Walaupun bahasa Denmark dan Norwegia sedikit mirip, tapi aksen dan pengucapannya super beda.

Banyak belajar, tapi skill nanggung. That's me.

2. Cari teman baru lagi

Mencari teman di Skandinavia lebih sulit ketimbang mencari teman di Eropa Barat. Contohnya, orang-orang Belgia cenderung lebih suka basa-basi dan terbuka ketimbang para penduduk Skandinavia. Teman asli Belgia saya memang tidak banyak, namun setidaknya mereka lebih mudah diajak ngobrol saat baru pertama kenal.

Tinggal dua tahun di Denmark, saya sudah cukup banyak berkenalan dengan orang baru dan akhirnya bisa dijadikan teman nongkrong saat akhir pekan. Mencari para teman ini pun tidak mudah. Saya harus aktif di banyak acara, volunteering, ikut meet up, ataupun sekedar memenuhi undangan dari kenalan lainnya dulu.

Bertemu dengan orang baru pun tidak secepatnya langsung menjadikan mereka teman. Ada banyak pengalaman yang membuat saya harus datang ke acara, haha hehe dengan orang baru, lalu pulangnya tetap sendiri tanpa menyambung silaturahim dengan mereka. Yah namanya juga cocok-cocokkan.

Lalu setelah mendapat teman yang nyaman di Denmark dan Belgia, saya harus kembali memulai frase mencari teman di Norwegia yang pastinya butuh waktu. Kadang, pindah-pindah tempat tinggal bukannya menambah teman, namun kehilangan yang sudah ada.

3. Keliling dan mengenal daerah baru lagi

Entah kenapa, setibanya di Oslo, akhir pekan saya berjalan sangat datar. Berbeda saat baru tiba di Brussels dan Kopenhagen, keinginan untuk menjelajah tempat baru rasanya begitu membuncah. Sepanjang jalan mengitari kota selalu membawa perasaan bahagia dan penasaran. Ada apa lagi ya di sudut sana? Kafe mana lagi ya yang oke untuk nongkrong? Tempat pemberhentian selanjutnya diman aya? Daftar kunjungan yang wajib saya datangi rasanya sudah panjang.

Akhir pekan lalu, saya hanya jalan-jalan 10 menit di kota lalu pulang. Everything still looks the same as two years back I was here. Nothing new.

Oslo memang tidak terlalu berbeda dengan banyak ibukota di Eropa. Turis, museum, kafe, bar, tempat selfie, dan salju. Oslo juga sebenarnya tidak baru, karena saya pernah important ke kota ini. Lama-lama main di sentral, eh kok, bosan juga ya?

4. Mempelajari sistem kependudukan dan transportasi publik lagi

Tiba di Oslo, tidak membuat saya serta merta langsung menjadi bagian penduduk Norwegia. Ada banyak sekali hal yang harus lakukan agar bisa mendapatkan hak yang sama dengan penduduk lokal.

Sebelum pindah ke tempat baru, biasanya saya lakukan riset mini dulu sebagai bahan perkenalan dengan negara yang akan saya tempati. Dari cara membeli tiket kereta, diskon untuk anak muda, kartu telepon, buka akun bank, hingga pajak, biasanya saya pelajari satu-satu. Hal ini rutin saya lakukan agar tidak kaget dan setidaknya mengerti sedikit tentang sistem di negara yang akan saya tempati.

Menjadi orang baru lagi tidak gampang. Kita harus dituntut untuk lebih banyak tahu dan belajar, bukan hanya having fun.

5. Berkencan dengan cowok baru lagi

Bagi yang masih jomblo, pindah ke negara baru bisa berarti tantangan baru. Cowok Belgia tentu saja berbeda dengan cowok Denmark. Pun begitu dengan cowok Norwegia yang katanya sangat suka alam dan kegiatan luar ruangan.

Tidak hanya cari teman baru yang melelahkan, namun juga berkencan . Saya yang bukan ekspert, tapi mantan serial dater ini, rasanya terlalu malas jika harus berkenalan dan berkencan dengan banyak cowok baru lagi.

Girls, modern dating is so overwhelming. Kamu kenalan lewat online, ketemuan, baper, berharap lebih, eh lalu si bule menghilang. Begitu saja terus sampai lelah atau akhirnya menemukan yang terbaik. Anyway, it always takes time to find the right one. But, I give up already.

Kata orang, sesuatu yang baru itu terlihat lebih menarik dan menyenangkan. Tapi entah mengapa, pindahan kali ini justru membuat saya sedikit menutup diri dan malas-malasan. Saat saya curhat hal ini ke adik, saya dibuat jleb dengan komentar singkat dia, "who've decided?"

Iya. Ini yang sudah saya putuskan. Inilah resiko yang harus saya hadapi ketika mulai nyaman di satu tempat, lalu harus pindah lagi ke tempat baru.

It's just started. It's only the beginning. Daripada saya mengeluh terus, lebih baik tetap berpikiran positif bahwa akan selalu ada kejutan menarik di setiap tempat yang pernah saya tinggali. Oslo might be boring, but my life could not be!

Yes. Welcome to Norway!

Tuesday, June 16, 2020

Tips Mengintip Khasnya Kabin Keluarga Norwegia di Hemsedal|Fashion Style

Tapi daripada mengeluh terus-terusan, saya sebenarnya beruntung dan bersyukur bisa diajak jalan ke Hemsedal yang merupakan Scandinavian Alps-nya Eropa. Cerita sedikit tentang keluarga baru saya ini, mereka punya three tempat tinggal di Norwegia.

Satu rumah di Oslo, satu di Tjøme, dan satu kabin di Hemsedal. Bisa dikatakan, mereka jarang sekali menghabiskan akhir pekan di Oslo. What to do in Oslo? It's boring anyway.

Makanya kalau on duty, saya mesti ikut mereka pindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Hemsedal sangat terkenal dengan landaian ski dan pegunungannya yang jadi daya tarik turis se-Eropa. Tapi karena travelling kali ini dalam rangka kerja, jadinya saya belum bisa mencoba berseluncur di gunung.

Tidak semua orang Norwegia memiliki kabin. Apalagi kebanyakan kabin hanya ditempati saat liburan saja oleh si pemilik. Kata host dad saya, hanya sekitar 20% penduduk Norwegia yang memiliki summer atau winter cabin disini.

Keluarga saya yang sekarang super aktif dan sangat betah di luar rumah. Mereka bisa saja hanya menghabiskan waktu untuk berolahraga berjam-jam meskipun cuaca sedang dingin-dinginnya. Karena sama-sama suka ski, makanya punya satu kabin keluarga di Hemsedal merupakan hal wajib. Sebenarnya kabin ini punya host dad saya sebelum bertemu dengan si emak. Si emak juga punya kabin keluarga, tapi sudah dijual katanya.

Kabin yang sekarang sudah berusia 10 tahun dan dibangun sendiri oleh si bapak tanpa bantuan finansial dari keluarganya. Meskipun alam masih menyediakan lahan, tapi membangun dan memiliki properti sendiri di Norwegia tidak murah. Makanya si bapak betul-betul bangga selalu bisa singgah ke Hemsedal dan menginap di kabin pribadinya.

Yang menarik dari kabin ini, semua ruangan, interior, dan perabotan terlihat khas Norwegia sekali. Walaupun ukuran kabin tidak terlalu besar, tapi kesan nyaman langsung terasa saat masuk ke ruangan.

Saya juga suka dengan penambahan karpet bergaya vintage yang mempermanis ruangan. Bukannya terkesan membosankan, justru karpet ini menampilkan kesan energetik khas penduduk Norwegia yang tidak pernah bosan berada di luar ruangan.

Masuk ke ruangan utama sebenarnya membuat saya sedih karena banyaknya hewan liar yang berhasil diburu dan dijadikan pajangan. Selain kucing hutan, si bapak juga mengoleksi pajangan kepala rusa besar, beruang, kelinci, burung, serta kepala kijang.

Sebenarnya pas. Karena kabin ini letaknya di hutan, makanya hewan-hewan yang dijadikan pajangan pun rata-rata hewan liar hasil buruan. FYI, beruang yang dijadikan pajangan sebenarnya hasil perburuan kakak host dad saya yang memang seorang huntsman. Dapatnya bukan di Norwegia, tapi Kanada. Sengaja tidak saya abadikan karena kasihan melihat si beruang kecil.

Pun jangan berharap menemukan fake leather di kabin ini karena semuanya asli! Mulai dari selimut berbulu hewan, bantal,seat covers, sofa, jaket, kaos kaki, hingga sepatu, terbuat dari kulit hewan berkualitas tinggi.

Ini juga salah satu tipikal kabin di Norwegia, sangat suka mengoleksi bulu hewan yang sudah diawetkan. Hampir semua sofa dan tempat duduk di kabin biasanya dilapisi kulit dan bulu hewan untuk menambah kehangatan.

Dibandingkan dengan orang Indonesia yang lebih suka memakai perabotan plastik, kabin di Norwegia lebih banyak menggunakan perabotan masak kayu yang menambah kesan natural dan elegan. Plus, bunga segar sebagai pemanis di Paskah yang masih bersalju.

Satu lagi yang saya suka dengan orang Norwegia, mereka tidak sengaja melupakan sejarah keluarga. Banyak sekali foto, perabotan masak, buku, pajangan, atau alat ski di kabin ini yang sebenarnya hasil turun temurun dari keluarga si bapak. Sebenarnya barang-barang tersebut tidak terbuat dari bahan berharga, seperti emas atau perak. Namun karena selalu diturunkan dari nenek moyang, makanya sebisa mungkin dijaga dan tetap dipakai hingga generasi selanjutnya.

Senapan berburu yang pernah dipakai oleh kakek si bapak dulu pun masih dipajang apik di kabin ini. Ada lagi satu mangkuk turun temurun yang katanya berasal dari abad 18 juga masih tetap dipakai sampai sekarang.

Di Indonesia, barang seperti ini mungkin hanya akan masuk lemari kaca saja ya?

Sekali lagi, saya sangat bersyukur bisa diajak business trip ke Hemsedal dan melihat alam yang luar biasa cantiknya. Menghirup udara sejuk pegunungan, minum air gunung langsung dari keran, hingga melihat betapa indahnya 'musim semi' saat salju masih menutupi sebagian besar wilayah ini. Bayangkan kalau saya harus kesini sendiri, pun sepertinya tidak masuk dalam waiting list.

Oke, mungkin kali ini saya belum bisa mencoba olahraga ski di Hemsedal, tapi bersantai di teras rumah sambil menyeruput hangatnya cokelat panas selagi memandang jauh pegunungan bersalju bukanlah hal yang sia-sia.

Do you like this post? Semoga bisa menambah inspirasi untuk desain interior di rumah kalian ya!

Monday, June 15, 2020

Tips Minggu-minggu Awal Tinggal di Norwegia|Fashion Style

Akhir musim dingin menyambut saya saat baru tiba di Oslo. Lagi-lagi, saya harus menjadi penduduk sementara di Norwegia selama dua tahun ke depan. Sama halnya seperti minggu-minggu awal di Denmark dan Belgia , kali ini saya pun harus bolak-balik banyak tempat hanya untuk membuat status kependudukan saya diakui oleh negara.

Kalau sudah diakui, saya pun otomatis akan mendapatkan hak yang sama dengan penduduk asli, contohnya perawatan gratis dari rumah sakit. Tapi sebelum mendapatkan banyak kemudahan dan keuntungan dari Norwegia, the first few weeks would be so tiring and long!

1. Pengambilan facts biometrik di kantor polisi

Sesampainya di Norwegia, dalam 7 hari ke depan kita diwajibkan datang ke kantor polisi terdekat. Hal ini bertujuan untuk pengambilan data biometrik seperti sidik jari, tanda tangan, dan foto diri, yang akan digunakan pada residence permit atau kartu identitas.

Perlu dicatat bahwa sebelum datang ke kantor polisi, wajib buat janji temu dulu! Masuk ke portal UDI, sign in dengan username dan kata sandi yang kita pakai saat submit aplikasi visa. Lalu klik menu 'Booking Appointment'.

Kantor polisi biasanya sangat sibuk dan kadang fully booked hingga kita harus menunggu lama. Saran saya, saat visa sudah granted dan tahu kapan akan tiba di Norwegia, sesegera mungkin buat janji temu lewat UDI. Lebih cepat lebih baik karena tanpa kartu identitas ini, memulai proses selanjutnya akan lebih lama.

Datanglah ke kantor polisi tepat waktu. Pengambilan biometrik sendiri sebenarnya hanya sekitar 5-10 menit saja. Kalau semua oke, residence permit atau ID card akan dikirimkan ke alamat rumah setelah10 hari kerja.

PENTING!!!!

Sebelum si kartu dikirimkan ke rumah, ada baiknya minta host family menempelkan nama kita di kotak pos. Tukang pos di Norwegia tidak akan menaruh surat yang tidak tertera nama kita di kotak pos orang lain.

Kasus saya, si kartu benar-benar tidak sampai ke rumah malah dikembalikan lagi kantor polisi. Saya sudah menunggu selama three minggu hingga akhirnya menghubungi pihak UDI. Kata mereka, saya harus menghubungi kantor polisi di tempat saya mengambil statistics biometrik.

Betul saja, kartu saya ternyata dikembalikan lagi ke kantor polisi tersebut dan saya harus datang mengambil kartunya sendiri. Di Oslo, loket pengambilan kartu dibuka hanya Selasa jam 1-2 siang dan Kamis jam 10-eleven pagi.

2. Tes TBC

Karena Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat kerentanan TBC sangat tinggi, semua penduduk yang datang langsung dari Indonesia wajib tes TBC terlebih dahulu. Tenang saja, tes ini hanya formalitas yang diwajibkan oleh pemerintah Norwegia untuk melindungi warga negaranya dari virus TBC bawaan pendatang.

Setelah pengambilan facts biometrik di kantor polisi, kita akan diberikan kertas yang melampirkan daftar klinik terdekat dari tempat tinggal. Beberapa klinik mewajibkan membuat janji temu terlebih dahulu, tapi banyak juga yang boleh langsung datang di jam-jam tertentu. Jangan lupa bawa paspor sebagai identitas diri!

Saya waktu itu ke klinik di Frogner yang ternyata datang untuk mengambil surat rujukan saja. Surat rujukan dan paspor harus dibawa kembali ke Ullevaal University Hospital di Oslo untuk mendapatkan tes. Sebelum ke rumah sakit, saya hubungi pihak RS dan bikin janji temu lagi.

Tes TBC ini gratis dan hanya memerlukan waktu 30 menit untuk pengambilan darah dan rontgen. Hasil tes baru bisa diketahuisekitar satu minggu kemudian. Hasil tes katanya tidak akan dikirimkan ke rumah, tapi bisa diketahui via telepon dengan pihak rumah sakit. Meskipun katanya tidak akan dikirim, tapi sekitar 4 minggu kemudian, saya tetap menerima surat dari rumah sakit tentang hasil tes saya yang semuanya normal.

Ngomong-ngomong, seperti yang saya katakan di atas, tes ini hanya formalitas saja. Hasil tes tidak akan mempengaruhi keputusan UDI dan polisi untuk mengeluarkan izin tinggal kita. Plus, kita juga tidak perlu melaporkan kembali ke UDI tentang hasil tes ini. Kalaupun hasil tes positif dan kita dinyatakan mengidap TBC, pihak rumah sakit akan memberikan perawatan lebih lanjut setiap satu  atau enam bulan sekali.

3. Lapor diri ke kantor pajak

Kalau kartu identitas warna pink sudah di tangan, secepat mungkin langsung datang ke Skattetaten (The Norwegian Tax Administration) untuk mendapatkan personal number atau Norwegian National Registry number yang berguna untuk membuka akun bank. Kita bisa datang langsung ke Skattetaten dan mengisi formulir 'Pindah ke Oslo'  yang sudah disediakan di tempat, atau bisa juga mem buat janji temuterlebih dahulu dan membawa formulir yang sudah dicetak dan diisi dari rumah.

Sila ambil nomor antrian dan tunggu sampai nomor kita dipanggil di loket. Bagi yang sudah membuat janji temu, nomor antrian kita akan dipanggil lebih cepat sesuai pilihan waktu yang kita sepakati. Dokumen yang dibawa ke loket hanya paspor, kartu identitas warna pink, dan formulir notifikasi 'Pindah ke Oslo'.

Normalnya, surat yang berisi personal number akan dikirimkan ke rumah 4-6 minggu kemudian. Fødselsnummer atau personal number yang tertera di surat notifikasi kita gunakan saat mendaftarkan diri kembali ke Skattetaten untuk mendapatkan rincian 'kartu pajak' yang harus dibayar setiap bulannya.

If you get onto this step, you are almost done. Setidaknya, berbahagialah!

4. Buka akun bank

Di Norwegia, uang tunai sangatlah langka, sensitif, dan sedikit sekali orang yang menggunakannya untuk pembayaran. Hampir semua toko dan alat pembayaran menggunakan kartu debit atau kartu kredit. Membeli tiket transportasi pun lebih mudah jika kita memiliki akun bank dan langsung bayar thru online.

Bad side-nya, sebagai au pair baru yang belum memiliki akun bank, mau tidak mau uang bulanan kita akan diberi berbentuk cashwhich is so annoying of handling the change. Makanya setelah mendapatkan personal number atau fødselsnummer, segera buka akun bank karena faktanya, proses di bank juga termasuk super lama. Apalagi kabarnya pihak bank Norwegia sering memperlambat proses buka akun bagi pendatang internasional.

Ada dua pilihan untuk membuka akun financial institution di Norwegia; daftar on-line through BankID atau datang langsung ke salah satu cabang bank yang kita pilih.

BankID adalah token yang bisa digunakan untuk membuka akun bank mana saja di Norwegia. Untuk mendapatkan BankID ini, kita harus masuk ke portal salah satu bank dan request BankID yang akan dikirimkan ke kantor pos terdekat. Untuk mengambil BankID di kantor pos, kita juga harus membawa paspor sebagai data diri.

Beberapa bank ada yang memperbolehkan kita datang langsung ke kantor mereka sekalian memproses BankID ini, sementara ada juga yang bisa dengan mudah kita lakukan secara online. Pendaftaran via online ini diproses dengan mengirimkan dokumen via email, kita cetak, tanda tangani, scanned, lalu kirim kembali ke mereka.

Saya sempat melakukan riset untuk memilih bank Norwegia yang menawarkan kartu debit atau kartu kredit tanpa biaya tahunan. Beberapa nama besar seperti Nordea, DNB, atau Skandia memiliki banyak cabang di Norwegia tapi sayangnya menetapkan biaya tahunan sebesar 250-three hundred NOK. Plus, beberapa financial institution besar juga menetapkan biaya tarik tunai di dalam dan luar negeri sebesar 10-40 NOK. Lumayan sekali kan?

Pilihan financial institution di bawah ini menurut saya paling pas untuk au pair atau anak muda yang risih kalau uang sakunya pun harus terpotong setiap tahunnya.

1. Danske Bank 'UNG Konto'

Cocok untuk anak muda berusia 18-27 tahun yang tertarik memiliki kartu debit atau kredit plus asuransi perjalanan. Gratis biaya tahunan, gratis tarik tunai, dan gratis biaya transaksi menggunakan SEPA di Eropa. Kita juga bisa menambahkan foto di kartu, free of charge.

2. OBOS Banken 'Ung Medlem'

Gratis biaya tahunan, tarik tunai, dan menawarkan biaya potongan keseluruhan yang paling kecil. Non-client dikenai biayakartu 250 NOK in step with tahun.

3. KLP Banken 'Medlem i KLP'

Seluruh customer KLP yang membuka akun bank tidak akan dikenai biaya tahunan kartu debit atau kredit. Tanpa harus mendatangi cabang mereka, KLP memberikan kemudahan apply via online saja dan kartu akan dikirimkan 7 hari setelah aplikasi kita disetujui.

4. Grong Sparebank 'Ung Voksen'

Bagi anak muda berusia di bawah 33 tahun, financial institution ini juga menawarkan free of charge biaya tahunan. Yang ingin mendesain sendiri foto diri di kartu, sangat memungkinkan dengan biaya tambahan one hundred NOK.

Sebenarnya, beberapa bank besar seperti DNB juga menawarkan gratis biaya administrasi tahunan bagi anak muda di bawah 33 tahun yang berstatus pelajar. Kalau kamu statusnya pelajar, just be happy karena akan dapat banyak potongan.

Bagi yang suka travelling dan sering menggunakan pesawat Norwegian, boleh coba buka kartu kredit (gratis biaya tahunan) di Bank Norwegian yang akan berbuah cash points setiap kali belanja.

Tuesday, June 2, 2020

Tips Repotnya Buka Akun Bank di Norwegia|Fashion Style

Akhirnya saya sampai juga disini! Setelah drama akun financial institution berakhir, saya bisa bernapas ordinary layaknya imigran yang sudah lama tinggal di Norwegia.

Baru sekali ini saya mengalami kendala punya akun bank di Eropa. Di Belgia, saya hanya perlu datang ke bank dua kali lalu seminggu kemudian langsung dapat kartu ATM. Begitu pula saat di Denmark, Louise hanya menelpon pihak Bank Nykredit, lalu saya dikirimkan berkas-berkas yang perlu ditandatangani dan dikirim ulang. Et voila.. sekitar 3 minggu kemudian, saya sudah punya kartu debit plus NemID.

Di Norwegia, jangan harap mendapatkan kemudahan sebagai pendatang. Norwegia memang sangat ketat mengawasi aliran dana penduduk aslinya, apalagi imigran. Sebagai pendatang yang ingin memiliki akun bank, pemerintah sedikit mempersulit dengan cara meminta banyak dokumen sebelum dianalisa keabsahannya. Dua bulan lalu, dua orang ekspatriat yang tinggal di Norwegia bahkan membuat riset sederhana di Facebook tentang sulitnya membuka akun financial institution disini.

Episode datang ke financial institution

Berawal dari postingan sebelumnya tentang Minggu-minggu Awal di Norwegia , saya tertarik membuka akun bank di Danske dan KLP karena dua bank ini gratis biaya administrasi tahunan. Iseng-iseng daftar di situs mereka, sekitar beberapa hari kemudian dua SMS masuk mengatakan kalau saya harus mengambil surat notifikasi dari Danske dan KLP di kantor pos.

Tidak tahu isi suratnya apa, tapi penerima wajib datang ke kantor pos membawa paspor. Iya, paspor. Bahkan sampai harus membawa paspor untuk menerima surat dari financial institution. Fungsinya sebagai identitas imigran, katanya.

Sepuluh kaliscanning, petugas kantor pos tampaknya kelelahan karena paspor saya ternyata tidak bisa dibaca. Sayangnya mereka tidak bisa memberikan saya surat tersebut tanpa scanned paspor di sistem, meskipun saya sudah punya residence permit. Dang! Saya akhirnya disuruh datang sendiri ke Danske Bank untuk pengecekan data.

Kantor Danske Bank di Oslo ada dua, satu di Majorstuen dan satu lagi di Aker Brygge.  Karena kantor cabang di Majorstuen lebih dekat dengan rumah, saya memilih kesini. Saat datang, saya disambut jutek oleh petugasnya. Tidak seperti di Indonesia yang ada mbak-mbak cantik rapih di meja customer service, disini saya hanya dilayani oleh mas-mas berwajah asimetris di meja resepsionis. Sialnya lagi, karena lupa membawa satu dokumen penting, saya terpaksa pulang.

Malas dengan muka jutek si mas-mas tadi, di hari yang sama saya mengambil dokumen dan memilih menuju kantor pusat di Aker Brygge. Untungnya saat datang, kantor lagi sepi. Saya langsung ditangani oleh customer service yang tua dan ternyata tidak ramah juga.

Sama halnya dengan petugas kantor pos, si ibu customer service berusaha scanning paspor saya berulang kali di mesin, tapi nihil. Beliau berkali-kali mengelap dan memperbaiki sisi depan halaman identitas paspor, namun tetap saja error.

"Maybe it is too glossy," katanya.

Duhh, Bu, lipgloss kali ahh glossy.

Si ibu akhirnya menyerah juga dan menyalahkan paspor saya. Katanya, karena paspor saya bukan e-paspor makanya mesin mereka tidak bisa membaca. Lha?!

"You know what, jalan satu-satunya adalah kamu ganti ke e-paspor. Semuanya akan mudah kalau kamu sudah ganti," tambah si ibu lagi.

Iya, mudah, kalau saya tinggal di samping kantor imigrasi yang menerbitkan e-paspor. Masalahnya, e-paspor baru diterbitkan di Jakarta saja. Ya masa, Bu, saya harus mahal-mahal kembali ke Indonesia demi e-paspor 600 ribu rupiah?

"I cannot. E-paspor itu versi baru, Bu. Bahkan KBRI sini pun masih mengeluarkan paspor biasa. So, what else you can do?"

Karena saya tidak bisa mengubah keadaan, si ibu akhirnya sepakat menerima aplikasi permohonan, lalu saya disuruh menunggu hingga aplikasi disetujui. Kabarnya, kartu debit akan dikirimkan sekitar 1 minggu kemudian, namun kenyataannya sampai sekarang saya belum juga menerima.

Ngomong-ngomong, karena bukan e-paspor, si ibu juga mengatakan kalau saya tidak bisa mengakses online banking. Untuk mengakses Nettbank, diperlukan BankID atau token atau kode yang memperbolehkan user masuk ke akun bank. Tanpa online banking, artinya saya tidak bisa mengecek saldo, riwayat transaksi, atau kirim uang. Rese kan?!

Saat di Danske Bank, saya juga sebenarnya bersebelahan dengan satu customer dari Pakistan. Sama seperti saya, si ibu customer service satu lagi juga menjelaskan ke doi kalau dia tidak bisa mengakses online banking karena paspornya tidak ada chip (e-paspor).

Oke, saya tinggalkan dulu kisah si Danske yang menyebalkan. Saran saya, jangan buka akun di Danske! Jangan!

Episode e-paspor

Karena penasaran dengan "e-paspor dan BankID" ini, saya hubungi pihak KLP Bank untuk mendapatkan konfirmasi. Mungkin saja gagal di Danske, tapi berhasil di KLP. Saya bicara via telepon dengan customer service-nya yang ternyata lebih ramah dan mau membantu.

"Oh no, that is actually true. Kamu harus punya e-paspor baru bisa dapat BankID."

"Lho, peraturan sejak kapan itu? Kenapa orang-orang sebelum saya bisa dapat BankID?"

"Iya, ini BankID-nya sendiri yang bekerja sama dengan beberapa financial institution untuk membuat regulasi baru seperti ini. Saya rasa peraturan ini pun masih sangat baru, sekitar 2 bulan lalu kalo tidak salah. Maaf ya, kami hanya financial institution berbasis on line, jadi kamu memang harus punya BankID untuk membuka akun di tempat kami."

"What do you think about other banks? Apa semua bank tidak bisa menerima paspor biasa? Apa mereka tidak bisa scanning semua paspor tanpa chip?"

"Saya juga kurang tahu, tapi coba kamu hubungi bank-bank besar yang customers-nya kebanyakan imigran seperti DNB. Situs mereka pun pakai bahasa Inggris, jadi mungkin mereka bisa memproses BankID kalau kamu buka akun disana."

Oke, terima kasih.Done, Norway!

Di rumah, saya jelaskan ke Ida tentang pengalaman hari itu. Ida hanya geleng-geleng kepala dengan kelakuan petugas Danske Bank yang menurut dia kurang profesional dan tidak ramah. Tahu saya kesulitan dengan sistem perbankan di Norwegia, Ida langsung menghubungi pihak Danske Bank dan meminta konfirmasi tentang kasus saya.

"They cannot say to you like that!" kata Ida geram, saat saya katakan kalau si ibu di Danske tidak bisa memberikan BankID hanya karena saya tidak punya e-paspor.

Setelah menghubungi pihak Danske Bank dan kecewa dengan jawaban petugasnya, Ida langsung menawarkan opsi jika saya mau buka akun di Nordea. Duh, Nordea paling mahal biaya tahunannya! Tapi karena keluarga ini memang semuanya pakai Nordea, saya akhirnya menyerah dengan Nordea dan berharap mereka bisa menawarkan solusi.

Asal kalian tahu, bank di Norwegia berbeda dengan bank di Indonesia yang kebanyakan hanya cari customer. Di Norwegia, buka akun bank bagi pendatang tidak gampang dan bahkan harus mengantri. Jadi aplikasi kita masuk, lalu harus mengantri lagi untuk disetujui. Waktu mengantri ini tentunya tergantung berapa banyak pemohon yang sudah mendahului kita. Normalnya bisa sampai 2 hingga 4 bulanan. Crazy, huh?!

Saya akui, Ida benar-benar tipe host mom yang sangat cekatan dan betul-betul ingin menolong. Karena termasuk elite customer di Nordea, Ida sampai memiliki konsultan keuangan pribadi di bank ini. Penasaran apakah kasus saya bisa ditangani, Ida langsung menelpon konsultan pribadinya dan meminta mereka memberikan solusi.

"They will help you, Nin. It is NOT necessary to have a chip in a passport just to get the BankID! Kamu daftar saja di Nordea. Nanti konsultan saya akan berusaha menaikkan aplikasi kamu ke paling atas agar kamu cepat bisa dapat kartu bank," kata Ida mantap.

Betul saja, karena jasa dan status sebagai "elite customer" Ida, saya langsung mendapatkan konfirmasi dari Nordea satu hari setelah mendaftar. Saya hanya perlu datang ke kantor pusat dan membawa dokumen seperti paspor, residence permit, surat konfirmasi personal number dari UDI, serta kontrak au pair.

Info lagi, buka akun bank di Nordea juga tidak gampang dan lama. Sebelum konfirmasi dari pihak bank, pemohon harus membuat janji temu dulu dengan bank consultant. Setelah membuat janji temu, pemohon juga harus sabar menunggu hingga aplikasi mereka disetujui. Saya, satu minggu setelah mendaftar langsung dapat kartu debit! Sekali lagi, atas jasa nama besar dan status Ida di Nordea memang.

Episode BankID

Tapi jangan salah, drama baru juga berlanjut. Setelah menyerahkan semua dokumen penting ke kantor Nordea, saya diminta datang kembali karena ada masalah pada scanned paspor. Duh!

Betul, paspor saya lagi-lagi tidak bisa di-scan oleh staf Nordea yang muda dan cantik jelita itu. Anyway, para staf wanita di Nordea kantor pusat sungguh berbeda dengan di Danske. Di Nordea, beberapa mbak-mbaknya masih muda, aktif, cantik, plus ramah-ramah.

Karena bingung juga kenapa paspor saya susah dibaca, si mbak ini sampai meminta KTP Indonesia saya untuk di-scan. Padahal si mbak tau KTP saya masih edisi lama.

Lalu.... Lagi-lagi gagal!

Sama halnya dengan Danske, mbak Nordea ini juga menyarankan saya untuk ganti e-paspor agar mempermudah proses mendapatkan BankID. Tapi tentu saja, dengan nada yang lebih ramah.

Kembali ke rumah, saya mengadu lagi ke Ida. Sumpah, saya bukannya manja. Tapi saya sudah sangat kesal dengan sistem perbankan di Norwegia yang mengharuskan saya mondar-mandir tanpa kejelasan. Sama seperti saya, Ida yang juga memantau case ini dibuat super geram. Beliau lagi-lagi menghubungi konsultan pribadinya dan sedikit mengadu.

Beberapa hari kemudian, saya menerima email dari mbak Nordea yang mengatakan kalau mereka bisa membuatkan BankID. Nah!! Syaratnya, saya harus melampirkan surat keterangan dari Kedutaan Besar Indonesia di Norwegia tentang error production dan legalized copy paspor saya.

Ya sudah, saya turuti. Sekalian foremost ke kedubes dan lapor diri, saya minta surat keterangan tersebut dengan petugas KBRI Oslo. Enaknya, KBRI Oslo hanya 13 menit jalan kaki dari rumah. Jadi setelah surat selesai, saya bisa langsung datang kembali ke Nordea dan menyerahkan dokumen tersebut.

Empat hari kemudian, mbak Nordea yang dari awal melayani pembuatan akun saya mengirimkan electronic mail lain berisi notifikasi yang mengatakan kalau akhirnya BankID saya sudah aktif. Hoooore!!!

Intinya BankID menjadi hal yang superb penting karena sifatnya sangat private dan rahasia. Tahu token bank yang seperti kalkulator? Iya, token bank pin rahasia kita = BankID.

Cara mengakses online banking di Norwegia pun sedikit ribet. Di  Indonesia, Belgia, atau Denmark, saya hanya perlu username dan password saja. Di Norwegia, saya butuh personal ID, kode dari token (pincode untuk token), serta password pribadi Nettbank. Pfft!

Saya paham mengapa BankID fungsinya sangat penting di Norwegia. Ibarat tanda tangan, BankID adalah digital signature yang digunakan untuk mengakses jenis transaksi apapun berhubungan dengan keuangan kita di bank.

Yang saya tahu, pemohon tanpa e-paspor tahun-tahun sebelumnya tidak pernah punya masalah seperti ini. Mereka dengan sukses mendapatkan kartu debit dan BankID meskipun harus menunggu lama. Tapi tentu saja saya mendengar cerita buruk lain dari para imigran yang juga merasa dipersulit untuk mendapatkan BankID ini.

This is Norway 2018. Welcome!

Sunday, May 31, 2020

Tips The Norwegian Host Family|Fashion Style

This is the aim of being an au pair, cultural exchanging. Dari tinggal bersama keluarga lokal, kita banyak tahu bagaimana kebiasaan si keluarga tersebut mewakili stereotipe masyarakat di negaranya.

Orang Norwegia terkenaloutdoorsy alias pecinta alam. Tidak peduli hujan, mendung, panas, atau bersalju, mereka tetap tahu bagaimana menikmati aktifitas luar ruangan. Sama halnya seperti keluarga angkat saya yang sekarang, super aktif. Kalau ingin tahu bagaimana the real Norwegians, lihatlah keluarga saya!

Mulai dari olahraga ski, renang, mountain biking, jogging, sampai hiking, mereka jagonya. Saya kadang tidak habis pikir bagaimana nenek moyang orang Norwegia mengajarkan keturunan mereka untuk terus aktif. Mungkin karena beruntung tinggal di negara kaya dan cantik, makanya orang Norwegia tidak melewatkan kesempatan menikmati alam fantastis saat musim apapun.

Host mom saya yang sporty, Ida, lahir dari pasangan atlet ski. Beranjak remaja, Ida juga menjadi atlet berkuda yang sering ikut serta di kompetisi nasional. Tidak hanya sampai situ, host mom saya sudah diajak berburu memegang senapan saat usianya masih 16 tahun. Kalau kita hanya punya maksimal dua SIM, Ida punya SIM tambahan dari kapal sampai truk. Sekarang Ida terlihat lebih kalem dan meninggalkan semua olahraga beratnya sejak menikah dan punya anak.

Lasse, si host dad, pernah saya bahas sekali lewat bersama para host dad lainnya. Sama seperti si istri, host dad saya ini juga aktifnya bukan main. Tipikal orang yang tidak bisa hanya diam di rumah selain kerja. Hobinyahiking naik turun gunung, mountain biking, ski, hingga sering ikut marathon di Amerika.

Meskipun karakter host parents saya ibarat dua sisi mata uang, tapi mereka sama-sama punya hobi travelling! Bukan, bukan ke kota-kota besar dan selfie-selfie lucu. Tapi ke tempat non-mainsteam, kota kecil eksotis, dan jauh dari keramaian.

"Dibandingkan Dubai, saya lebih tertarik ke Oman. Dubai is artificial and extravagant, " ungkap host mom saya di pesawat kala itu.

Kegiatan travelling ini pun tetap berlanjut meskipun sudah punya anak dua. Jangan pikir kalau punya anak, semua kegiatan outdoor terpaksa absen dulu. Di Norwegia, anak-anak yang usianya baru 2 tahun sudah punya ski gear sendiri. Mereka sudah dibawa ke gunung dan diajari bagaimana caranya ber-ski. Tak heran mengapa anak-anak usia 6 tahunan sudah pintar berselancar di tebing rendah.

Kalau keluarga Denmarkweekend enaknya di rumah dan santai-santai, keluarga Norwegia justru out of the city dan tinggal sementara waktu di kabin atau summer house. Kalau kalian jalan-jalan ke daerah perumahan di Oslo saat musim panas, dijamin jalanan terlihat sepi. Mengapa, karena hampir setengah penduduk Oslo sedang berlibur ke pesisir pantai atau kabin mereka.

Keluarga saya sekarang juga termasuk orang kaya yang rumahnya dimana-mana. Si host dad, punya winter cabin sendiri di Hemsedal yang terkenal untuk skiing. Host mom saya, diwarisisummer house besar di Tjøme (baca: Syomma). Makanya setiap weekend keluarga saya ini jarang sekali ada di Oslo. Ya sepakat sih, there's nothing to do in Oslo after all.

Sebagai au pair mereka, saya cukup beruntung kecipratan rejeki travelling gratis sekalian business trip menemani keluarga ini. Tapi sejujurnya gaya hidup saya tidak cocok dengan gaya hidup aktif mereka. Bulan lalu, saat kami liburan musim panas di Prancis, saya diajak mengunjungi satu vila besar di atas bukit milik orang tua si host mom. Rumahnya otentik sekali dan sangat French. Kanan kiri hanya hutan, tapi fasilitas di dalamnya sangat lengkap. Mulai dari kolam berenang hingga lapangan tenis.

Tiga hari awal, saya sudah bosan tinggal disana. Tapi keluarga ini terlihat sangat menikmati liburan dan berjemur di tepi kolam berenang setiap hari. Kegiatan pagi diawali dengan mountain biking, jogging, atau yoga. Siangnya, saat matahari di atas kepala, mereka berenang dan berjemur santai sampai 4 jam. Sorenya pun tak kalah seru, main tenis juga!

Saya geleng-geleng kepala dengan kebiasaan sehat tersebut, karena berenang sedikit pun kaki saya sudah kram. Mengikuti mereka yang hobi jalan-jalan dan pindah lokasi ini sempat membuat saya kewalahan. Hari ini baru sampai Oslo dari penerbangan 3 jam, sudah harus packing lagi karena besok pindah ke rumah kedua di Tjøme. Tak pernah ada capeknya mereka!

Tanpa harus mengorbankan hobi, makanya mereka berani membayar mahal jasa au pair dan mengikutsertakan anak-anak yang masih mini-mini dalam penerbangan panjang. Untungnya host mom saya tipe ibu-ibu cekatan yang sabar dan banyak ide. Makanya travelling bersama si mini pun terasa lebih mudah.

Anyway, one thing I like about them, mereka sangat sederhana. Walaupun sadar kaya raya dan rumah besarnya dimana-mana, mereka tidak menjadikan hal tersebut sebagai suatu kebanggaan yang harus dipamerkan ke semua orang. Saat liburan, mereka fokus menikmati masa-masa istirahat dari kantor dan bermain bersama si anak, ketimbang update status di sosial media. Mereka tidak perlu pengakuan dari orang banyak kalau mereka keluarga berada dan sering jalan-jalan.

But as many Norwegians, mereka juga sangat tertutup dan tidak suka kehidupan pribadi dijadikan konsumsi publik. Bahkan bagi tamu saya sekali pun, tidak diizinkan mengakses lantai atas rumah karena dinilai mengganggu privasi. Hmm..

Fakta apa yang paling menarik dari keluarga angkat kalian?

Thursday, May 28, 2020

Tips Biaya Hidup (baca: Belanja) di Norwegia|Fashion Style

Bagi orang Indonesia, biaya hidup di negara-negara Skandinavia memang terkenal sangat tinggi. Tapi kalau sudah tinggal, hidup, dan bekerja disini, kamu mulai berhenti membandingkan harga dengan di Indonesia karena para pekerja di tiga negara ini mendapatkan upah tinggi yang juga sepadan dengan biaya hidup besar tersebut.

Saya beruntung bisa tinggal selama 2 tahun di Denmark yang biaya hidupnya pernah saya rincikan disini . Setelah hampir 8 bulan pindah ke Oslo, Norwegia, saya kadang masih suka membandingkan harga barang-barang di Oslo dan Kopenhagen. Biaya hidup di Norwegia dinilai salah satu dari yang tertinggi di Eropa dan dunia, sementara Oslo, masuk ke daftar salah satu negara termahal untuk ditinggali.

Saya akui, uang saku  sebagai au pair di Norwegia memang lebih tinggi dibandingkan di Denmark dulu. Tapi pajak serta biaya hidup di Oslo yang tinggi juga membuat saya kewalahan mengatur keuangan . I am (indeed) stop comparing the price, but I can't stop spending money outside!

Bagi yang baru tiba di Norwegia atau sedang dalam persiapan pindah, berikut saya berikan gambaran biaya hidup di negara super cantik ini.

*1 Euro = nine,forty two NOK

Biaya Kuliah

Meskipun biaya hidupnya sangat tinggi, tapi Norwegia adalah salah satu negara yang tidak membebankan biaya masuk kuliah bagi mahasiswa lokal dan internasional. Beberapa kampus terkenal yang masih free tution fee diantaranya adalah University of Oslo (UiO), Norwegian University of Science and Technology (NTNU), Oslo Metropolitan University (OsloMet—dulu HiOA), University of Nordland (dulu Bodø University College), Oslo School of Architecture and Design (AHO), serta Oslo National Academy of the Arts (KHiO).

Tapi walaupun free of charge biaya masuk kuliah, beberapa kampus tetap mewajibkan biaya semester sebesar 600-900 NOK. Kampus swasta lain seperti BI Norwegian Business School juga masih menerapkan uang kuliah penuh bagi semua mahasiswanya.

Biaya Sewa Rumah

Karena tinggal dengan host family, beruntung saya tidak merasakan (atau mungkin belum) betapa mahalanya biaya sewa kamar atau apartemen di Oslo. Teman saya yang tinggal di Trondheim mengatakan kalau student housing di kotanya jauh lebih murah daripada di Oslo. No wonder, biaya sewa di ibukota mana pun juga akan lebih mahal dibandingkan kota-kota lainnya.

Untuk mencari student housing di sekitaran Oslo silakan baca di situs SiOatau kampus UiBdi Bergen. Mahasiswa internasional sudah diberikan jaminan mendapatkan kamar fully furnished, namun harus segera register 5-12 bulan sebelum kuliah mulai karena sistemnya mengantri. Harga sewa kamar di student housing Oslo harganya di atas 2800 NOK untuk unfurnished dan di atas 3000 NOK per bulan untuk fully furnished. Bagi yang lebih nyaman memiliki dapur pribadi, harus siap merogoh kocek di atas 5500 NOK.

Coba cek juga Finn.no yang sering dipakai orang lokal untuk melihat-lihat barang secondhand dan peluang sewa apartemen. Situs lainnya yang bisa dicoba adalah Hybel.no . Sebagai gambaran, sewa apartemen 2 kamarfully furnished dimulai di angka 10.000 NOK di luar Oslo, sementara 12.000 NOK di sekitaran Oslo. Sharing rooms di satu apartemen biasanya berkisar antara 5000-8000 NOK per bulan tergantung lokasi dan jumlah kamar.

Bahan Makanan

Satu hal yang paling sering pendatang keluhkan adalah harga bahan makanan di Norwegia yang super duper mahal. Norwegia tidak masuk bagian EU, sehingga bahan makanan selain seafood, harus diimpor dari negara tetangga. Karena pajak impor yang mencapai 14% inilah jadi alasan harga bahan makanan di toko jadi super mahal.

Untuk mengakali mahalnya biaya ini, banyak orang Norwegia asli ataupun pendatang berbondong-bondong ke kota Swedia terdekat untuk borong bahan makanan. Dari Oslo Busterminalen, ada bus yang setiap hari mengangkut penumpang ke Svinesund Shopping Center. Sementara dari Trondheim, ada juga bus menuju Coop Extra di Storlien yang berangkat 6 kali per minggu. Bagi pelajar yang tinggal di Gløshaugen dan Moholt, bus gratis juga disediakan setiap Kamis jam setengah 5 sore. Baca detailnya disini .

Harga alkohol, rokok, dan daging memang lebih murah dibandingkan di Norwegia. Sementara harga ikan atau seafood segar tidak terlalu jauh bedanya. Untuk harga roti, susu, ataupun sayuran juga tidak terlalu berbeda jauh dengan toko pendatang di Grønland, Oslo.

Sebenarnya jauh-jauh datang ke Swedia bisa dicoba di hari Minggu mengingat hampir semua supermarket di Norwegia akan tutup di hari itu, kecuali toko bunga serta toserba seperti Narvessen, Coop Market, Joker, Mix, atau 7-Eleven. Tapi kalau memang tidak merokok dan minum alkohol, beli bahan makanan dari grocery store lokal sebetulnya tidak terlalu rugi juga.

Untuk harga diskonan yang lebih murah, bisa cek di Bunnpris, Coop Prix, Extra, REMA one thousand, atau Kiwi. Biasanya mereka punya merek sendiri yang lebih murah yaitu First Price atau Eldorado. Herannya, karena harga produk merek tersebut lebih murah dari harga pasaran, beberapa teman bule saya ada yang anti beli. Padahal saya tidak bisa bedakan rasa daging First Price atau daging merek mahal lain setelah dimasak.

Beberapa supermarket lain juga tersebar di Norwegia, seperti SPAR, Coop Mega, EuroSpar, Jacob's, atau MENY. Entah mengapa MENY jadi yang termahal, padahal barangnya kebanyakan sama saja dengan isi grocery store lainnya. Kalau kebetulan ada, coba juga cek Coop Obs! Di kota kamu tinggal karena ini adalah hypermarket yang hampir menjual semua produk apapun.

Di beberapa kota di Norwegia sering juga mengadakan farmer's market di hari-hari tertentu. Coba buka Bondens Market untuk melihat kapan mereka akan membuka pasar lagi di banyak kota. Di pasar ini kita bisa bertemu dengan petani lokal yang menjual bahan makanan unik dan lebih fresh dari supermarket. Toko milik pendatang Timur Tengah yang ada di Grønland, Oslo, juga bisa dimampiri untuk mendapatkan daging halal serta sayuran murah meriah.

Saya pernah iseng-iseng belanja untuk kebutuhan sendiri selama seminggu, uang yang saya habiskan sekitar 250-500 NOK. Tentu saja semua tergantung kebutuhan dan selera masing-masing. Saya tidak minum kopi, teh, ataupun susu, jadinya sedikit menghemat untuk tidak membeli bahan makanan tersebut.

Transportasi Umum

Di Denmark, banyak orang bisa menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi karena bisa diakali dengan naik sepeda keliling kota. Enak memang, mengingat jalanannyaflat dan super nyaman bagi pengendara sepeda. Di Norwegia, jalanan kebanyakan berbukit dan akan sangat menjengkelkan bersepeda saat musim dingin. Mau tidak mau, sebagian besar orang harus punya mobil pribadi atau kartu transportasi untuk mobilitas setiap hari.

Sistem transportasi umum di Norwegia terkenal sangat baik dan memiliki jaringan yang luas seperti bus, tram, metro, kapal feri, kereta, hingga pesawat terbang. Ada banyak sekali perusahaan tranportasi di Norwegia yang mengelola transportasi lokal maupun jarak jauh. Karena transportasi umum dikelola oleh banyak perusahaan ini, kita harus membeli tiket yang berbeda setiap akan mengunjungi kotanya.

Inilah daftar nama perusahaan transportasi umum yang ada di Norwegia:

1. Oslo dan Akershus - Ruter AS

2. Hordaland (Bergen) - Skyss

3. Vestfold (Tønsberg) - Vestfold Kollektivtrafikk (VKT)

4. Aust-Agder (Arendal) dan Vest-Agder (Kristiansand) - Agder Kollektivtrafikk (AKT)

5. Buskerud (Drammen) - Brakar

6. Finnmark (Vadsø) - Snelandia

7. Hedmark (Hamar) - Hedmar trafikk

8. Møre og Romsdal (Molde/Ålesund) - Fram

9. Nordland (Bodø) - Nordland county municipality

10. Oppland (Lillehammer) - Opplandstrafikk

11. Sogn of Fjordane (Flåm) - Kringom

12. Nord-Trøndelag (Steinkjer) dan Sør-Trøndelag (Trondheim) - AtB

13. Telemark (Gaustatoppen) - Farte

14. Troms (Tromsø) - Troms fylkestrafikk

15. Østfold (Sarpsborg) - Østfold Kolektivtrafikk

16. Rogaland (Stavanger) - Kolumbus AS

Karena host family saya punya 3 rumah dengan daerah yang berbeda di Norwegia, saya harus mengunduh 3 aplikasi dari perusahaan transportasi yang berbeda pula. Tiket di Bergen tidak bisa dibeli dari aplikasi Ruter AS, harus dibeli dari Skyss. Begitu pula yang lainnya. Nama kota di dalam kurung adalah kota administratif. Jadi sebelum membeli tiket tujuan, pastikan dulu dimana kamu tinggal di peta berikut.

Tiket bisa dibeli di toserba seperti 7-Eleven, Narvessen, Mix, Deli de Luca, atau mesin tiket yang ada di stasiun metro. Tapi kalau kebetulan memiliki debit/credit card, tiket juga bisa dibeli lewat aplikasi ponsel yang bisa diunduh di Apple Store atau Google Play. Tiket ini berlaku untuk moda transportasi bus, metro, dan feri ke Oslofjord. Sementara untuk naik kereta, tiket dibeli di NSB  ke semua daerah di Norwegia.

Harga transportasi umum di Norwegia pun tidak sama setiap daerahnya, namun tidak jauh berbeda dari yang ada di Oslo. Berikut harga tiket transportasi umum yang ada di Oslo yang dikelola Ruter AS di tahun 2018 (biaya setiap tahun naik):

Kalau tidak sering menggunakan transportasi umum, bisa juga memesan kartu Pay-as-you-go yang bisa diisi ulang dan tarif akan dipotong secara normal. Oslo sebetulnya tidak terlalu besar dan harga tiket hanya berdasarkan mobilitas di sekitaran Oslo saja. Kalau kita berniat jalan-jalan keluar Oslo, akan ada tambahan biaya sesuai dengan zona wilayah (lihat gambar bawah).

Ketahuan tidak membeli tiket saat ada pemeriksaan, terancam denda 950 NOK jika bayar di tempat hingga 1150 NOK jika bayarnya belakangan.

Biaya Telepon

Selain biaya transportasi umum yang mahal, biaya internet dan abonemen smartphone adalah yang termahal selanjutnya. Di Denmark dulu, saya bisa up and running sampai 20 GB per bulan dengan hanya 119 DKK saja (~150 NOK). Jangan harap di Norwegia mendapatkan paket data yang sama dengan harga semurah itu. Untuk langganan paket telepon dan internet 3 GB saja, saya harus membayar 349 NOK per bulan.

Ada empat perusahaan operator terbesar di Norwegia yaitu Telenor, NetCom, Tele2, dan Ice.net. Telenor adalah yang termahal, menurut saya. Di luar nama itu, ada banyak nama lainnya seperti Telia, MyCall, atau Lycanmobile yang juga cocok digunakan sebagai pre-paid card.

Silakan cek harga abonemen lewat Telefonabonement.no untuk mengetahui operator mana yang sedang mengadakan promo dan menawarkan paket data serta telepon termurah. Pilihan saya waktu itu jatuh ke MyCall, Talkmore, serta Komplett mobil yang menawarkan harga hanya 299 NOK per bulan sudah termasuk telepon dan SMS gratis, serta paket internet hingga 6 GB.

Hiburan

Orang Norwegia sangat beruntung tinggal di negara dengan alam super indah serta kualitas udara bersih dan segar. Ketimbang menghabiskan waktu di mall atau bioskop saat akhir pekan, kebanyakan orang Norwegia akan lari ke hytta atau kabin pribadi yang letaknya di luar kota besar. Mereka sangat menyukai prinsip friluftsliv yang menyatu dengan alam dan sebisa mungkin menghabiskan banyak waktu di luar dengan cara hiking, hunting, piknik, ataupun berenang di danau saat musim panas.

Kalau memiliki gaya hidup seperti orang Norwegia yang cinta alam, kamu tidak perlu mall ataupun lantai disko untuk rileks saat weekend. Cukup hiking ke hutan terdekat, you would be livelier. Unduh aplikasi Outtt di ponsel untuk melihat lokasi outdoor adventure terdekat yang bisa dicoba saat free time. Bisa juga buka situs DNT yang memuat informasi seputar aktifitas luar ruangan di sekitar Norwegia, serta menyediakan kabin di hutan-hutan yang disewakan dengan gratis ataupun berbayar.

Sejujurnya, saya cukup kaget melihat banyak bar di Oslo yang sepi sekali di Jumat atau Sabtu malam. Beda halnya dengan Kopenhagen atau Antwerp yang selalu sesak oleh anak muda, kehidupan malam di Oslo jauh dari kata 'asik'. Tapi kalau pun ingin menghabiskan waktu di kota, pilihan lainnya adalah pergi ke taman yang gratis, museum, ataupun bioskop.

Bioskop di Oslo menurut saya keren-keren dan berbeda. Dari yang mulai boleh bawa makanan dan wine sendiri ke studio, 4DX, Supreme, sampai bioskop dengan studio terluas berkursi VIP! Untuk cek film terbaru silakan buka nfkino . Harga tiket nonton pun beragam dari yang paling murah 125 NOK sampai 270 NOK.

Yang suka nonton konser atau pertunjukkan seperti balet dan opera, juga bisa cek di situs Visit Oslo untuk mengetahui event apa yang akan digelar dalam waktu terdekat. Pilihan lainnya bisa dengan menjadi sukarelawan yang sering dibutuhkan saat festival dengan kesempatan menonton gratis dan bisa bertemu banyak orang baru.

Makan-makan dan nongkrong

Tidak seperti negara tetangganya, Denmark, yang paling juara soal food scene, Norwegia malah sebaliknya. Saya tidak menemukan makanan khas Norwegia yang spesial selain brunost atau keju cokelatnya yang amis dan heavier. Karena sebagian populasi orang Norwegia tinggal di hutan, masakan khas Natal pun tidak jauh-jauh dari burung hutan, rusa, kijang, ataupun babi liar.

Saya sebetulnya kurang suka jajan di luar karena setelahnya pasti sedikit menyesal. Pernah saya mencoba restoran yang katanya terenak, tapi rasanya biasa saja malah terkesan overpriced. Tapi kalau memang bosan makan di rumah namun ingin mencoba menu restoran yang afforadable di Oslo, coba buka situs ini sebagai guide.

Tempat makan murah di Norwegia biasanya merupakan menu-menu Asia, India, ataupun Turki yang justru kaya rasa. Harganya berkisar 89-one hundred ninety NOK in step with porsi. Restoran Asia di Oslo pun menurut saya sedikit aneh. Nama restorannya Korea, tapi menunya digabung dengan makanan Thailand dan Cina.

Ada lagi Deli de Luca sejenis 7-Eleven yang menjual makanan dingin dan bisa dipanaskan. Harganya pun cukup murah sekitar 70-100 NOK. Meskipun bukan kafe, tapi kita bisa duduk di dalam. Di restoran IKEA Furuset juga menyediakan warm meal seperti meatball khas-nya seharga 79 NOK saja per porsi. Ada bus gratis menuju IKEA tak jauh dari Oslo S yang beroperasi satu kali per jam.

Soal ngebar jangan ditanya. Harga alkohol di Norwegia itu mahal sekali. Jadi daripada minum-minum di bar, lebih baik beli minuman di supermarket lalu party saja di rumah.

Pengeluaran pribadi sehari-hari

Belanja baju atau sepatu di Norwegia bisa jadi sangat menyebalkan karena selain pilihan mereknya tidak sebanyak dua negara Skandinavia lainnya, harganya juga kadang sengaja lebih dimahalkan. Bisa juga coba beli online, tapi bisa jadi akan membayar tambahan pajak lebih saat barang sampai ke Norwegia.

Norwegia tidak masuk bagian EU, makanya akan ada pajak impor setiap kali kita belanja lebih dari 350 NOK di luar negeri. Sebelum membeli barang dan terayu dengan harga murahnya, cek juga toll and shipping regulations di situs tersebut karena banyak situs belanja online di Eropatidak menanggung biaya pajak impor ke Norwegia.

Untuk mengakali belanja online dari Spanyol atau Italia yang kelihatan murah, cek toko secondhand yang ada di Norwegia untuk mendapatkan lebih banyak pilihan. Saat musim panas, biasanya diadakan pasar seni setiap minggu di Blå, Oslo. Daerah yang terkenal dengan toko secondhand-nya terletak di daerah Grünerløkka. Intip disini untuk melihat toko barang bekas wajib kunjung kalau kamu tinggal di Oslo, atau disini kalau kamu tinggal di Bergen.

Hampir di semua kota besar di Norwegia juga tersedia Fretex , toko barang bekas berkualitas yang sering disinggahi orang untuk mencari barang-barang dapur ataupun mebel. Cara lainnya adalah belanja online di situs barang bekas terbesar, Finn.no , yang kadang berisi iklan giveaway dari orang-orang yang memberikan barang-barangnya secara gratis.

Malas belanja barang bekas, intip juga toko favorit saya berdesain Denmark super simpel dan lucu-lucu dengan harga super terjangkau di Søstrene Grene atau Flying Tiger Copenhagen . Kebutuhan mandi dan mempercantik diri habis? Langsung mampir ke Normal untuk harga yang lebih kompetitif! Bisa juga cek Blush atau BliVakker yang gratis ongkos kirim kalau memang ingin mencari produk perawatan yang tidak ada di luaran.

Beberapa kali dalam sebulan biasanya satu atau dua toko di Norwegia akan tutup permanen sehingga mengadakan stort konkurssalg atau diskon besar-besaran sampai 90%! Di distrik tempat saya tinggal, dalam waktu 8 bulan ke belakang sudah ada 2 toko yang tutup. Lumayan juga karena bisa membeli baju, sepatu, perabotan, atau mebel dari merek terkenal dengan harga super miring. Cek info terbarunya disini .

Travelling

Norwegia itu adalah negara yang panjang dan jangan harap bisa merasakan hidup di Norwegia sebenarnya jika hanya tinggal di Oslo. Untuk jalan-jalan ke daerah lain ke Norwegia, kita bisa menggunakan kereta, bus, pesawat terbang, ataupun mobil pribadi.

Untuk bisa merasakan rute scenic antara Oslo dan Bergen dengan naik kereta, silakan cek situs NSB , perusahaan kereta lokal yang melayani seluruh kawasan Norwegia. Mereka menawarkan minipris yang bisa lebih murah jika dipesan dari jauh hari. Kadang NSB juga suka melakukan promo tiket dengan harga termurah 199 NOK untuk rute terpilih, salah satunya Oslo S - Bergen.

Malas naik kereta, kita bisa menuju wilayah atas Norwegia menggunakan maskapai low cost lokal, Norwegian . Mereka juga suka menawarkan harga promo dari/dan ke banyak kota di Norwegia sampai 299 NOK saja one way. Unduh juga aplikasi Northern Lights di ponsel untuk mengetahui seberapa kuatnya aurora borealis akan bersinar di wilayah paling utara.

Bagi kamu yang masih berusia di bawah 26 tahun ataupun masih berstatus pelajar, jalan-jalan ke Skandinavia bisa jadi sangat menguntungkan karena banyak diskon travelling. Untuk pemesanan tiket kereta dari NSB, pelajar mendapatkan potongan diskon 25% dari harga reguler untuk rute jauh. Maskapai Norwegian dan SAS juga memberikan tiket diskon bagi anak muda berusia 18-25 tahun yang memesan tiket langsung dari situs resmi mereka.

Untuk menuju ke Oslo Gardemoen Airport dari city center dan arah sebaliknya, kita bisa membeli tiket kereta reguler dari NSB seharga 101 NOK sekali jalan. Atau kalau memang ingin sedikit lebih cepat sampai, bisa gunakan Flytoget yang tiketnya lebih mahal, 190 NOK sekali jalan atau 95 NOK untuk harga pelajar.

Meskipun sewa mobil di Norwegia sangat mahal, ada beberapa opsi on the road seperti Nabobil ataupun Sammevei . Nabobil adalah aplikasi berbasis sewa mobil dari tetangga atau orang di kawasan terdekat. Sementara Sammevei lebih mirip Blablacar yang sistemnya car pooling. Silakan unduh aplikasinya di ponsel untuk mengoperasikan.

Tertarik mencoba minicruise dari Norwegia ke Denmark dan Jerman, bisa gunakan DFDS Seaways (Oslo - Kopenhagen) yang kadang mengadakan promo di musim dingin hanya 1 NOK saja per orang sekali jalan, atau Stenaline  (Oslo - Frederikshavn) dan Colorline  (rute ke Jerman). Kalau ingin minicruise usahakan jangan sendirian karena berjam-jam di atas kapal bisa jadi sangat membosankan.

Monday, May 25, 2020

Tips Cowok Norwegia di Online Dating|Fashion Style

Saya tidak pernah berpikir untuk kembali berkencan dan mencari teman jalan lagi di Norwegia. Terakhir kali menggunakan situs kencan adalah tahun lalu, saat masih di Denmark. Ketika saya masih jadi serial dater, lalu lelah sendiri sampai akhirnya bertemu seseorang yang menurut saya 'the one'. Sayangnya karena saat itu tahu harus LDR, kami sama-sama sepakat untuk putus hubungan.

Sedih, patah hati, lalu malas mencari lagi, karena menurut saya cowok Eropa Utara itu rata-ratauntouchable dan sangat tertutup. Makanya saat bertemu si the one, saya tidak tertarik mengenal cowok mana pun lagi.

Asal kalian tahu, mencari cowok yang kalian mau di Eropa Utara itu susah. Berbeda halnya jika kalian ke Barat, mungkin sudah jadi bahan rebutan alias mudah saja mendapatkan pasangan. Mengapa, karena cowok Barat lebih terbuka, berani, dan penasaran dengan identitas kalian. Asal dari mana, lagi apa di negara mereka, sudah berapa lama? Pokoknya mudah diajak diskusi dan jalan.

Kali ini giliran cerita tentang cowok Norwegia yang saya kenal via online dating. Sama seperti para cowok Skandinavia lainnya, mereka bukanlah orang yang mudah didekati dan terkesan memiliki batas dengan non-Norwegian. Kadang mereka sendiri tidak punya keberanian menyapa duluan meski sudah sama-sama matched, karena terlalu malu, takut ditolak, atau sangat menghargai perempuan.

1. They are SO similar

Saya memandangi foto-foto cowok Norwegia yang saya lihat di beberapa situs kencan. Semuanya begitu mirip; dari bentuk mukanya yang panjang-panjang, badannya yang diakui tinggi semampai, perutnya kotak-kotak, jenggotan, badan bertato, sampai gayanya yang sporty dan fancy.

Satu lagi yang pasaran, hobi mereka yang sangat suka berada di luar ruangan. Dari banyaknya foto-foto yang dipajang, setidaknya 3 atau 4 dari foto tersebut selalu memamerkan kegiatan outdoor saat ski, memancing, travelling, racing, hunting, trekking, hingga memanjat tebing. Kembali ke konsep "friluftsliv" atau kecintaan terhadap alam, membuat kegiatan outdoor jadi budaya tersendiri bagi orang Norwegia.

Dari sini juga saya tahu bahwa cowok Norwegia itu bisa berubah jadi sangat maskulin dan sporty saat di luar ruangan, tapi bisa juga fancy dan bersahaja ketika menghadiri private party. Lagi-lagi gayanya pun mirip; super rapi dengan kemeja, dasi kupu-kupu, hingga jas. Fakta ini selalu terlihat ketika host family saya mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah. Para tamu cowok yang datang gayanya seperti ingin menghadiri gala.

2. They don't do online dating. But if they do, they want something serious.

Meskipun banyak cowok Norwegia yang berharap mendapatkan pasangan via online dating, tapi hanya sebagian kecil dari mereka yang aktif mencari cinta. Kebanyakan hanya mendaftar, sebulan dua bulan bosan sendiri, lalu meninggalkan semua harapan. Lagipula, orang Norwegia sebetulnya masih berharap bertemu pasangan dengan cara tradisional; dari keluarga, teman dekat, ataupun kenalan langsung in real life.

Karena hampir semua cowok Norwegia juga family-oriented, mereka lebih dulu memikirkan kapan harus punya anak ketimbang kapan nikah. Jadi kalau para cowok Norwegia ini serius mencari pasangan, bisa jadi doi juga ingin kalian serius menjadi ibu untuk anak-anaknya kelak. Untuk memiliki anak dan menikah ini pun tidak mudah. Cowok-cowok di atas usia 35 biasanya lebih siap untuk membangun rumah tangga dan mengurus anak ketimbang cowok-cowok muda yang masih ingin hura-hura dan pamer bodi.

Cowok Norwegia juga bukan tipikal orang yang ingin buang-buang waktu dengan banyak orang jika memang sudah ketemu satu yang cocok. Artinya, mereka hanya akan berkencan dengan satu cewek di waktu yang sama sebelum akhirnya memutuskan bertemu yang lain jika memang tidak ada kecocokkan.

Three. Seberapa mirip kalian?

Entah siapa yang lebih membosankan, para cowok Norwegia ini, apa kita yang kadang merasa tidak tertarik sama sekali dengan hutan dan pegunungan. Seperti yang saya katakan di poin pertama, cowok Norwegia hobinya sama; suka alam dan terus aktif di luar ruangan. Makanya bisa dipastikan doi setidaknya ingin punya satu hobi atau gaya hidup yang sama dengan si pacar.

Ngopi-ngopi di kafe, makan di restoran, atau datang ke museum, mungkin justru akan terdengar membosankan untuk mereka. Weekend di Oslo bisa jadi mimpi buruk kalau kalian ingin merasakan kehidupan malamnya. Mengapa, karena banyak bar kalem yang sepi pengunjung. Bukan karena tidak laku, tapi karena kebanyakan anak muda yang tinggal di Oslo melipir ke kabin di luar kota sejak dari Jumat malam.

Bisa dibayangkan kalau kita tipikal cewek kota yang suka hingar bingar metropolitan, mungkin akan kesulitan menerima perbedaan lifestyleini. Saya suka alam, tertarik juga mencoba olahraga luar ruangan, tapi saya selalu merasa tidak akan betah dengan gaya hidup demikian. Saya tidak bisa ski, boro-boro ingin ikut hunting di hutan. Jadi kalau tertarik dengan cowok Norwegia, setidaknya kalian harus benar-benar yakin bisa betah berlama-lama berada di luar ruangan dan bersedia mendengar cerita mereka soal ski championships. Cozy bagi orang Norwegia itu bukan menyesap cokelat hangat lalu meringkuk di dekat perapian, tapi keluar ruangan, menghirup udara segar, sambil menikmati segala aktifitas yang alam sudah sediakan. Tidak bisa ski, setidaknya suka olahraga atau berminatjogging keluar meskipun temperatur sedang minus.

Oh ya satu lagi, cowok Norwegia rata-rata sudah punya anak alias hewan peliharaan yang didominasi anjing. Anjing-anjing ini dirawat sejak kecil, makanya sudah dianggap anak sendiri. Pastikan dulu kalau kalian tidak anti dengan si guguk karena akan melukai hati doi kalau terang-terangan merasa jijik dan takut akut.

4. Older than their age

Sorry to say, tapi cowok Norwegia kebanyakan memang terlihat tua dari umur aslinya. Saya sedikit kaget ketika melihat banyak cowok usia 25 ke atas sudah mulai plontos dan lebih mirip usia 35-an. Belum lagi karena rambut dan jenggot yang kebanyakan pirang, membuat rona muka mereka terlihat makin tua.

Saya sampai berpikir, kalau jalan dengan cowok umur 28 mungkin bisa dikira jalan dengan om-om usia forty five-an. Sudah posturnya tinggi semampai, gayanya rapi aduhai, mukanya juga sedikit boros. Tapi sekali lagi, masalah fisik memang sangat relatif. Lucunya, cowok 20-an yang mukanya terlihat boros di awal justru akan awet tua saat usia mereka menginjak 50-an.

Menurut pendapat saya, sangat sulit memenangkan hati cowok Norwegia di negara asalnya jika kita orang asing. Cowok Norwegia punya standar tersendiri siapa yang akan mereka jadikan pacar. Masalah status juga sedikit menjadi perhatian jika mereka adalah cowok-cowok mapan berusia matang. Cowok hi-educated tentu saja mencari pasangan yang sama pintarnya. Cowok yang sudah punya posisi bagus juga akan berpikiran untuk mencari pacar yang memiliki pekerjaan stabil.

Jika ingin memberikan penilaian subjektif, cowok Swedia yang terkesan pemalu justru lebih open menjalin hubungan dengan gadis asing. Makanya tidak heran, cewek Asia yang saya lihat di Oslo ini rata-rata pasangannya cowok Swedia, pendatang lain, atau pun asli Norwegia yang usianya mendekati usia bapak saya.

Wednesday, May 20, 2020

Tips Daftar Kuliah di Kampus Oslo|Fashion Style

Setelah akhirnya mantap memiliki beberapa alasan untuk lanjut kuliah di Norwegia , saya mulai mengajukan aplikasi untuk mendaftar ke kampus disini. Karena berencana menghabiskan kontrak au pair sekalian kuliah, saya hanya bisa mendaftar ke kampus yang ada di Oslo saja. Tapi karena jadwal deadline-nya masih panjang, saya juga iseng-iseng mendaftar ke University of Bergen (UiB) di Bergen.

Di Oslo sebetulnya tidak banyak tempat yang bisa dipilih mengacu ke pendidikan terakhir saya di Indonesia. Saya kemarin mengambil software studi fisika di bawah naungan Fakultas Pendidikan. Cukup bingung juga, karena application saya ini di tengah-tengah ilmu sosial dan ilmu eksak. Di Norwegia, fakultas pendidikan masuk ke ilmu sosial. Sementara di program studi saya kemarin, lebih dari 50 persen silabusnya belajar tentang fisika murni seperti Fisika Kuantum, Kalkulus, Optik, dan lainnya.

Sejujurnya, saya sudah tidak berminat mengambil kuliah yang fokus ke fisika murni. Kalau pun mesti belajar ilmu baru, saya malah ingin sekali mengambil jurusan desain. Sayangnya, pendidikan Strata 1 saya sangat jauh dari ilmu desain dan saya tidak memiliki portofolio ataupun pengalaman bekerja di bidang ini. Ingin masuk jurusan teknik pun ilmu fisika saya dinilai belum mampu memenuhi kualifikasi karena banyak materi perkuliahan teknik yang tidak saya pelajari saat kuliah kemarin.

Tapi daripada pusing-pusing tidak jadi daftar kuliah, akhirnya saya menyerah saja dengan opsi yang ada. Lagipula daftar kuliah di Norwegia itu sangat mudah dan gratis, berbeda halnya dengan kampus-kampus di negara lain yang harus membayar 75-100 Euro per aplikasi. Jadi coba saja mendaftar karenawon't hurt you anything.

1. Pilih tempat

Kalau ditanya kampus mana yang terbaik di Norwegia, jawabannya tidak ada. Kembali ke kita ingin kuliah jurusan apa dan fokusnya kemana. Contohnya Norwegian University of Science and Technology (NTNU) di Trodheim yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang ingin mendalami ilmu teknik secara praktek, University of Svalbard (UNIS) di utara Norwegia bagi yang tertarik belajar atau mengadakan riset tentang Kutub Utara, atau ada juga S?Mi University of Applied Science (UArctic) di Kautokeino kalau kamu ingin belajar tentang budaya dan bahasa S?Mi. Jadi sebetulnya kampus-kampus di Norwegia ini dibuat memang berdasarkan spesialisasi berdasarkan minat dan bakat.

Di Oslo sendiri ada universitas terbesar dan tertua di Norwegia, University of Oslo, yang lebih mengacu ke ilmu sosial dan humaniora. Ada juga BI Norwegian Business School untuk ilmu Ekonomi, Norwegian School of Veterinary Science yang berminat jadi dokter hewan, Norwegian Academy of Music, Oslo Metropolitan University, Norwegian School of Theology, Religion, and Society (MF), dan masih banyak yang lainnya.

Berkaca dari pendidikan terakhir, hanya ada dua tempat di Oslo yang memungkinkan bagi saya, yaitu University of Oslo (UiO) dan Oslo Metropolitan University (OsloMet).

2. Perhatikan tenggat waktu

Kampus di Norwegia memiliki deadline aplikasi yang tidak sama setiap tempatnya. Setelah memilih kampus mana yang dituju, ada baiknya langsung mengecek batas akhir pendaftaran bagi mahasiswa internasional. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa asing yang diterima untuk mengajukan visa dan student housing sebelum datang ke Norwegia.

Di beberapa kampus lain, contohnya UiO atau UiB, membagi pendaftar menjadi 3 kategori yang masing-masing berbeda batas waktu pendaftarannya. Untuk mahasiswa internasional deadline-nya di bulan Desember atau Januari, mahasiswa EU dan Swiss awal Maret, dan mahasiswa Nordik atau penduduk Norwegia di pertengahan April. Karena saya tinggal di Norwegia dan memegang residence permit yang berlaku, maka saya masuk ke grup ketiga bersama warga negara Nordik lainnya. Pendaftaran dibuka awal Februari dan ditutup pertengahan April. Kesempatan ini tentu saja saya manfaatkan untuk tes IELTS dulu sekalian memperbaiki nilai.

Sementara di OsloMet, pendaftar asing baik yang tinggal di/ataupun luar Norwegia memiliki waktu pembukaan dan penutupan pendaftaran yang sama, yaitu Desember.

3. Cek kemampuan bahasa

Kebanyakan kampus biasanya menargetkan skor total minimum 6.5 untuk IELTS, 90 untuk TOEFL iBT, dan sixty two untuk PTE Academic. Namun application studi tertentu memerlukan skor lebih tinggi sebagai syarat administrasi, seperti Literatur Inggris atau Media dan Komunikasi. University of Bergen menetapkan overall skor IELTS minimal 6.5 namun tidak kurang dari 6.0 di setiap bagiannya. Jadi sebelum yakin mendaftar, harap perhatikan juga minimal skor seperti apa yang kampus tersebut minta.

Di UiO, skor general minimal untuk IELTS adalah 6.Five. Sementara di OsloMet skor total minimumnya 6.0. Karena masih punya sertifikat IELTS dari dua tahun lalu yang memang nilainya hanya 6.Zero, saya gunakan untuk mendaftar kesana.

Four. Pilih jurusan

Karena pilihan kampusnya hanya dua, saya pun berusaha mencocokkan saja software studi mana yang ingin diambil dan cocok dengan minat serta bakat. Pilihan program studi Master di OsloMet sedikit sekali dan yang paling relevan adalah bidang Education Development-nya. Sayangnya, software ini lebih menitikberatkan kepada pendidikan di negara berkembang di Eropa Selatan. Agak jomplang memang karena programnya lebih ke ilmu sosial, hubungan internasional, dan humaniora.

Saya juga sempat menanyakan ke bagian administrasi kampus apakah program studi saya yang kemarin cocok dengan Education Development ini. Seperti yang saya bilang di awal, karena S1 saya berada di tengah-tengah ilmu sosial dan eksak, maka si admin kampus menegaskan kalau jurusan saya tidak relevan karena fisika lebih condong ke ilmu eksak.

Tertarik juga dengan Teknik Arsitektur-nya, saya iseng-iseng lagi bertanya apakah ilmu fisika saya memenuhi kualifikasi di program ini. Lalu tentu saja ditolak kembali. Alasannya karena ilmu fisika saya bukan ilmu Fisika Teknik. Blah!

Tapi daripada tidak mendaftar sama sekali, saya masukkan saja aplikasi ke dua spesialisasi di bidang Education Development karena application studi inilah yang paling mendekati.

Untungnya pilihan software studi di UiO lebih banyak dan bervariasi, serta cocok dengan minat. Saya baca dengan sangat teliti hampir semua persyaratan administrasi di banyak program studi, lalu akhirnya mantap dengan 1 pilihan di bidang Entrepreneurship dan 2 pilihan di Ilmu Pendidikan.

Di Norwegia juga tidak semua application studi diperuntukkan bagi mahasiswa asing. Beberapa jurusan perminyakan dan teknologi hanya dikhususkan bagi mahasiswa Nordik atau Eropa yang menguasai bahasa Norwegia saja.

Five. Persiapan dokumen

Daftar kuliah di Norwegia itu mudah sekali karena prosesnya hanya masuk ke portal universitas dan melengkapi persyaratan dokumen. Dokumen yang perlu dipersiapkan juga sangat standar misalnya scanned copy paspor, ijazah dan traskrip asli beserta terjemahannya, serta sertifikat bahasa Inggris. Yang membuat saya bersyukur lagi, hampir semua kampus di Norwegia tidak memerlukan surat rekomendasi dari atasan dan dosen, karena saya sempat di-PHP dosen pembimbing saat dimintai surat ini.

Meskipun syarat dokumennya sangat standar, namun ada beberapa tambahan dokumen yang harus diperhatikan seperti:

1. Bukti finansial

2. CV

3. Motivation letter

4. Course description

5. Portofolio

Untuk dua kampus yang saya tuju untungnya tidak ada persyaratan melampirkan bukti finansial saat pendaftaran. OsloMet baru mewajibkan mahasiswa asing untuk menyerahkan bukti finansial saat sudah diterima dan sedang proses mengajukan visa. Sementara UiO dan UiB tidak mewajibkan pendaftar asing yang tinggal di Norwegia melengkapi lampiran tersebut sebagai syarat pendaftaran. Baguslah, karena sejujurnya tabungan saya belum cukup memenuhi 116.369 NOK yang diwajibkan untuk mendapatkan study permit.

Lalu untuk kelengkapan CV dan motivation letter hanya diwajibkan di beberapa program saja, terutama di program studi yang ingin saya ambil. Karena penerimaan mahasiswa menggunakan sistem ranking, penilaian terhadap motivation letter bisa dijadikan nilai tambah jika jumlah pendaftar melebihi kuota.

Untuk tambahan dokumen poin ke-four inilah yang membuat saya cukup kewalahan. Saya tadinya ingin coba-coba mengambil application Materials Science di UiO yang salah satu syaratnya adalah menyertakan silabus pembelajaran fisika saat S1. Tim komite penerimaan mahasiswa tidak bisa menilai sistem kredit dan perkuliahan mahasiswa asing hanya dengan melihat transkrip saja. Makanya silabus pembelajaran dari kuliah terdahulu harus disertakan untuk melihat apakah mata kuliah yang sudah saya ambil berkualifikasi.

Saya mencari silabus khusus Fisika di kampus saya kemarin dan yang tersedia tentu saja hanya bahasa Indonesia. Satu mata kuliah bisa sampai 4 lembar penjabaran silabusnya. Sementara mata kuliah fisika sendiri lebih dari 20 macam. Artinya mau tidak mau saya harus menerjemahkan semua isi materi tersebut ke dalam bahasa Inggris yang jumlahnya bisa lebih dari 80 lembar! Aduh, skip!

Selesai! Pengumuman diterima atau tidaknya harus menunggu sampai awal Juli, sementara kuliah akan dimulai di akhir liburan musim panas. I just hope for the best!