Showing posts with label mulai au pair. Show all posts
Showing posts with label mulai au pair. Show all posts

Friday, June 19, 2020

Tips Guide Au Pair: Mulai dari Mana?|Fashion Style

Beberapa kali saya menerima surel dari pembaca yang mengatakan kalau mereka sangat tertarik menjadi au pair namun tidak tahu harus mulai dari mana. Meskipun sudah ada guide au pair yang pernah saya tulis sebelumnya, namun kelihatannya para pemula harus dibekali banyak referensi lain agar lebih jelas.

Cerita sedikit tentang pengalaman newbie dulu. Pertama kali memutuskan au pair, umur saya saat itu 22 tahun dan sedang sibuk mengurus tugas akhir kampus. Keinginan untuk tinggal di luar negeri sudah lama menjadi mimpi dan memang selalu optimis hingga saat itu. Tahu sebentar lagi akan lulus, saya jadi kepikiran ingin lanjut S2 dan cari beasiswa. Tapi karena yakin IPK dan bahasa Inggris masih pas-pasan, terpaksa skip!

Masih tetap dengan mimpi bisa hidup di luar negeri, banyak keyword yang saya masukkan di Google untuk sekedar mencari cara lain. Beberapa cara tersebut bisa dengan bekerja menjadi seorang skilled worker, volunteer, ikut kompetisi seni atau sains, WWOOF, ataupun jalan-jalan.

Ide menjadi seorang skilled worker sepertinya mustahil, apalagi saya masihfresh graduate saat itu. Volunteering, sepertinya juga belum memungkinkan plus butuh biaya lain. Pun begitu dengan travelling, setidaknya saya mesti menabung 2 tahun dulu agar bisa menginjakkan kaki ke Eropa. Meskipun menabung selama 2 tahun diarasa belum mampu juga kesana, tapi impian ke Eropa memang sudah saya tulis lama di buku jurnal. Plus, rincian kapan, musim apa, hingga biaya yang kira-kira mesti ditabung.

Satu hari, saya mampir ke toko buku online untuk mencari buku-buku travelling. Saya dulu memang penggila buku travelling ataupun cerita-cerita yang berbau luar negeri. Bagi saya, buku-buku seperti ini membawa inspirasi dan motivasi untuk bisa juga merasakan apa yang sudah penulis lakukan. Seperti tidak sabar ingin ikut berpetualang.

Karena pilihan buku yang ada di toko luar biasa banyaknya, saya iseng-iseng mengklik bagian "SALE". Dari bagian tersebut, entah kenapa saya iseng-iseng klik lagi genre "ROMANTIS". Kalau mau jujur, saya bukan termasuk penyuka novel bernuansa romansa ataupun percintaan. Tapi ternyata, dari menyusuri kumpulan buku fiksi percintaan ini, jalan saya ke Eropa terasa lebih lebar.

Satu judul buku menarik perhatian saya. Saya lupa judulnya apa, tapi intinya tentang kisah cinta seorang cewek Indonesia yang tinggal di Austria. Meskipun fiksi, tapi beberapa intrik dari kisah ini diambil dari kisah nyata si cewek yang bekerja sebagai au pair di Wina. Eh, saya lalu penasaran "apa itu au pair?". Mengapa si cewek ini bisa dengan "mudahnya" ke Eropa dengan hanya menjadi au pair? Lalu, dari situlah rasa penasaran saya berkembang setiap hari.

Sama seperti para pemula di luar sana, saya pun berusaha mencari tahu tentang seluk-beluk au pair ini sendiri. Apa yang saya lakukan? Mulai dari mana?

1. Pahami dulu apa au pair itu

Sebelum terlalu bahagia bisa ke Eropa dengan menjadi au pair, seorang pemula mesti betul-betul mengerti apa itu au pair. Sorry, au pair bukan pembantu ya! Cari tahu dulu mulai dari tugas, tanggung jawab, jam kerja, ataupun hak yang bisa kita dapatkan. Pelajari sampai ke detail-detailnya tentang peranan au pair di keluarga. Keep browsing kesana kemari sampai betul-betul paham konsep utama jadi au pair.

Semua pencarian saya lakukan secara mandiri via online tanpa tahu harus bertanya ke siapa. Apalagi dulu, banyak cerita di internet hanya terpaku dengan au pair Belanda, Jerman, dan Prancis saja. Sementara saya tidak minat ke tiga negara tersebut.

2. Cek regulasi

Saat tahu tujuan au pair, saya langsung merasa au pair adalah hal yang selama ini saya cari. Nyaris gratis, tanpa embel-embel sertifikat bahasa, lalu bisa hijrah ke Eropa. Praktis, saya sangat antusias membuat profil di Au Pair World dan kebingungan memilih negara mana saja yang menarik.

Tapi tunggu! Sebelum memutuskan pilih negara, ada baiknya kita mesti tahu juga negara mana yang berlaku bagi pemegang paspor Indonesia. Tidak semua negara bisa kita jadikan host country, lho. Contohnya saya, pertama kali cari keluarga di Au Pair World inginnya dari Selandia Baru yang setelah dilihat regulasinya, tidak memungkinkan bagi orang Indonesia.

Postingan saya tentang guide au pair ataupun tips au pair sebelumnya mungkin bisa dijadikan referensi saat memilih negara. Menurut saya, Au Pair World pun bisa digunakan sebagai bahan referensi terbaik untuk mengecek regulasi tiap negara. Tidak hanya itu, Au Pair World juga memuat banyak informasi penting yang berhubungan dengan tugas, hari libur, ataupun hak au pair.

Three. Buat profil

Yakin sudah tahu ingin ke negara mana, selanjutnya adalah membuat profil dan mencari keluarga angkat. Pilihlah setidaknya dua hingga lima negara yang paling membuat kamu termotivasi. Pasang foto-foto terbaik bersama anak-anak dan tulislah esai sejujur mungkin tentang motivasi kamu jadi au pair. Percayalah, saya pun harus update profil hingga 10 kali untuk menuliskan the real me as a person.

Sangat disarankan untuk membuat profil di lebih dari satu situs agar peluang mendapatkan host family lebih besar. Selain itu, coba juga cari situs au pair ataupun agensi gratis agar tidak membebankan kamu soal biaya.

Cek postingan berikut untuk lebih tahu tips memenangkan hati keluarga angkat !

Four. Perbanyak referensi

Jadi au pair tidak hanya kerja dan jalan-jalan, but more than those! Ingat ya, au pair bukan liburan. Ada tanggung jawab yang mesti kamu pegang disitu. Jadi au pair juga tidak selamanya menyenangkan, bahkan bisa jadi sangat menyeramkan. Meskipun, kamu juga tetap harus memikirkan ada banyak enaknya jadi au pair .

Saat saya mencari tahu tentang au pair sekitar 4 tahun lalu, artikel di Google kebanyakan berisi tentang cerita-cerita bahagia au pair Belanda, Jerman, dan Prancis. Tiga negara ini memang sangat populer bagi cewek-cewek Indonesia. Semua cerita yang dibagikan kebanyakan menyenangkan seperti tidak ada cacat.

Wah, kalau kamu sudah mengalaminya, sebenarnya cerita au pair tidak selamanya demikian. Beberapa postingan saya di blog ini juga memuat beberapa cerita menyedihkan saya bersama host family yang berakhir putus kontrak dan perang dingin.

Banyak-banyaklah membaca kisah au pair Indonesia yang baik dan buruk. Memang, tidak semua cerita buruk biasanya diceritakan dan muncul di net. Tapi percayalah, pengalaman buruk tersebut memang benar adanya.

Selain baca blog para au pair Indonesia, boleh juga tonton video para au pair vlogger di Youtube untuk melihat secara lebih dekat keseharian au pair. Saya dulu juga membaca buku Icha Ayu yang berjudul Au Pair - Backpacking Keliling Eropa dengan Menjadi Babysitter sebagai referensi lain mengenal dunia au pair.

Jika memang tidak malas, sila baca juga beberapa curhatan hati para au pair dalam bahasa Inggris yang bisa kamu temukan di net. Kadang, tulisan berbahasa Inggris ini menceritakan poin dan fakta lain yang tak kamu duga-duga ketika memutuskan jadi au pair.

5. Persiapkan intellectual kamu

Selagi memperkaya referensi dan terus mencari keluarga angkat, saya sarankan untuk mulai mempersiapkan intellectual. Mengapa, karena tinggal di luar negeri tidak selamanya menyenangkan. Selain dipaksa untuk mandiri dan bertanggungjawab, kamu harus membentuk sifat berani.

Berani disini maksudnya adalah berani menerima resiko, berani speak up, berani menentang jika ada masalah, berani melawan diktator, berani menghadapi orang-orang baru, dan berani membahagiakan diri sendiri. Banyak sekali saya temukan au pair di Eropa yang terpaksa pulang karena bermasalah dengan host family mereka, ataupun karena baru sadar ternyataau pair isn't for them. So, be ready!

Bagaimana, masih bingungkah memulai langkah menjadi au pair? Kalau ada pertanyaan, feel free untuk bertanya di kolom komentar atau via contact ya. Cheers!

More manual:

Hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair

Guide untuk para calon au pair

Usia yang tepat mulai au pair pertama kali

Pakai agensi atau mandiri?

Monday, June 15, 2020

Tips Au Pair: Cewek Muda Serba Bisa|Fashion Style

Suatu hari, seorang cewek muda Indonesia memiliki niat dan mimpi besar melihat dunia tapi terkendala biaya. Dia tahu betul dirinya bukan orang kaya, pun bukan orang pintar yang bisa sekolah tinggi ke Eropa lewat bantuan beasiswa. Benua biru ini masih ada dalam waiting list-nya, hingga suatu ketika dia menemukan satu jalan ke Eropa dengan menjadi au pair.

Tentu saja au pair bisa mengantarkannya menuju benua biru tanpa butuh dana besar. Namun, au pair yang sejatinya cultural exchange tidak segampang sledding di atas salju tanpa perlu usaha maksimum.

Si cewek muda ini sebetulnya tidak tahu bahwa dunia menyenangkan au pair justru bisa berbuah rasa sakit hati yang menimbulkan rasa trauma. Si cewek muda ini pun belum tahu kalau au pair bersifat sama-sama menguntungkan. You get Europe, they get a clean house.

Au pair memang bisa mewujudkan mimpi mu ke Eropa dan melihat dunia, tapi kamu juga harus tahu bahwa ada hal yang harus kamu tukar dari mimpi mu itu. There is no such a free thing!

Kalau ada yang mengatakan kita datang jauh-jauh ke Eropa hanya untuk jadi pembantu, please shut their mouth up! Au pair itu cewek muda luar biasa yang memiliki fleksibilitas tinggi dan energi pantang kendur!

Karena au pair itu juga...

1. Petugas bersih-bersih

Dari mulai vacuuming, mengepel, lap kaca, buang sampah, dan bersih-bersih dapur yang sampai ada kadar kebersihan sendiri-sendiri di tiap rumah, lho! Jangan remehkan bersih-bersih ini, karena kalau keluarga kamu termasuk super perfeksionis, ada sehelai rambut jatuh di lantai bisa saja disuruh vakum ulang.

2. Asisten rumah tangga

Karena au pair adalah asisten di rumah, kamu dirasa lebih tahu dimana letak barang-barang si keluarga yang kadang kamu sendiri juga tidak pernah melihatnya. Dimana kaos kaki si ini, dimana chargeran si emak, dimana kamu letakkan si piring, dimana kamu taruh baju yang gambarnya itu. Well, you have a big responsibility of their house!

Three. Koki

Beberapa keluarga biasanya mewajibkan au pair menyiapkan makan malam setiap hari. Saya contohnya. Tahu kan kalau selera orang Eropa dan Asia itu tidak sama? Banyak juga au pair yang sebenarnya tidak pintar memasak untuk orang lain. Saya lagi contohnya.

Kalau kamu suka memasak, ya silakan. Bad side-nya, kamu yang potong bahan, kamu yang masak, kamu juga yang beres-beres setelah makan malam. See, you are even more than a cook!

Four. Supir

Teman saya jadi supir si host kids setiap hari karena memang dia diwajibkan antar jemput anak ke sekolah, tempat kursus, atau melakukan aktifitas lainnya. Bagi dia, antar jemput anak itu cukup melelahkan dan membosankan. Apalagi dia tahu, selain merangkap jadi supir, dia kadang juga mesti belanja dan membawa barang belanjaan masuk dan keluar mobil lagi.

Five. Nanny

Para au pair sebetulnya tidak memiliki basic training sebagai pengasuh bayi dan anak, tapi mereka belajar dari pengalaman mengasuh anak si keluarga yang masih balita. This is not easy, girls. Ganti popok, menimang, hingga memandikan balita butuh fokus yang ekstra. Faktanya tidak semua au pair bisa mentolerir bau eek si bayi atau muntahan anak.

6. Petugas kebersihan hotel

Selain tukang bersih-bersih rumah, kamu juga lebih mirip petugas kebersihan resort yang mesti membersihkan rest room, susun baju, menyetrika, dan mengganti sprei setiap minggunya.

7. Guru TK

Sebagai au pair, kita juga dituntut untuk selalu tersenyum ria setiap hari. Bermain bersama, menggambar, menyanyi, berdansa, membuat sesuatu dari kertas, pokoknya harus selalu aktif setiap waktu. Jangan biarkan anak-anak sibuk dengan iPad atau tontonan saja.

Seriously, I'm fed up somehow! Karena setiap hari ketemu host kids, wajar jika kebanyakan au pair bosan, jenuh, eneg, dan tidak mood bermain dengan si anak. I want to choke my host kids sometime! Hah!

8. Pengasuh bagi penyandang cacat

Tidak semua keluarga memiliki anak normal. Beberapa keluarga juga ada yang concern memiliki au pair untuk anaknya yang disability dan butuh perhatian khusus. Lalu, kamu pikir ini gampang? No way! Kamu harus bantu dia makan, menyuapi, menggendong, atau memandikan si anak. Mengasuh anak berkebutuhan khusus sama dengan mengurus bayi, it takes full of attention and timing.

9. Anak SMP

Sekali lagi, karena kamu tinggal dengan keluarga angkat, kamu harus menjaga sikap agar selalu terlihat seperti anak baik-baik di rumah. Kadang ada saja keluarga yang mengunci pintu hingga jam 10 malam dan tidak membiarkan au pairnya masuk kalau pulang kemalaman. Atau kamu juga harus minta izin dulu jika ada teman yang ingin menginap dan masak-masak. Lalu minta izin lagi setiap keluar rumah, lalu kadang minta izin lagi bolehkah mengambil makanan di kulkas.

10. Kakak tertua

You are the boss! Tapi ini juga salah satu tanggung jawab kamu yang mesti mengingatkan si anak untuk tidur, stop bermain iPad, menjadwalkan waktu nonton TV, ataupun menjaga si anak kalau sedang sakit. Kamu adalah tangan ketiga yang membantu mengawasi anak jika orang tua mereka sedang tidak di rumah. Plus, menjaga dan mengajak anjing jalan jika dibutuhkan.

Eleven. Keluarga

Well, after all, a great host family would be so happy having you as their family. Mereka adalah keluarga yang melindungi, memperhatikan, dan juga peduli dengan waktu libur dan kehidupan kamu selama tinggal di rumah mereka. But wait! Keluarga itu harusnya tidak banyak meminta kan ya? Ya itu, jangan banyak minta meskipun kamu dituntut untuk selalu fleksibel dengan waktu, inisiatif, dan tenaga.

Saat kencan dengan seorang cowok, doi nanya kenapa saya mau jadi au pair. Dia bahkan menilai au pair tidak lebih dari cheap labour semata. Doi sebenarnya tidak berusaha menjelekkan profesi saya sebagai au pair. Hanya saja dia miris dengan banyaknya tugas au pair yang merangkap sebagai "apapun", namun hanya diganti dengan pocket money yang kecil dan tempat tinggal.

He is obviously right, but in another case, he is also wrong. Kita jadi au pair bukan untuk uang. Kita menukarkan mimpi datang ke Eropa, dapat tempat tinggal, makan enak, hingga bisa menabung, karena kita juga paham tidak ada sesuatu yang gratis. Tidak usah terlalu memikirkan uang yang sedikit, kalau memang sudah dihadiahihost family yang baik.

Just be proud eventually you're coming to Europe!

Monday, June 1, 2020

Tips Gaji Au Pair, Sepadan kah?|Fashion Style

Dikarenakan perlakuan host family yang suka semena-mena terhadap au pair, banyak gadis muda asing terpaksa harus bekerja overtime. Sayangnya, sifat mean keluarga angkat ini membuat au pair bekerja lebih lama dari kontrak, tapi tetap dibayar denganpocket money minimum. Unfair?

Iya. Pergeseran makna au pair yang disamaratakan dengan pembantu internasional murah, tentunya membuat banyak pihak merasa program pertukaran budaya ini tak lain hanyalah perbudakan. Kerja berjam-jam namun hanya dibayar 450 Euro, misalnya.

Tapi tunggu dulu, tidak semua host family memperlakukan au pair dengan tidak adil. Banyak keluarga yang sangat patuh terhadap regulasi dan mau menghadiahi au pair mereka dengan pengalaman berharga. Makanya sebelum bicara soal gaji kecil atau cheap labour, mari kita bahas lagi program au pair ini.

Apa itu au pair?

Au pair adalah gadis muda internasional berusia 18-30 tahun yang datang ke negara asing, tinggal bersama keluarga angkat, dan "bekerja" sebagai domestic helper atau asisten rumah tangga. Tujuan utama program ini sebenarnya pertukaran budaya selama au pair tinggal dengan host family. Sebagai ganti akomodasi dan makan "gratis", au pair membantu pekerjaan rumah tangga ringan dan mengasuh anak keluarga tersebut selama 4-6 jam per hari.

Pertukaran budaya seperti apa?

Seorang au pair mengeluh ke saya karena pekerjaan rumah tangga dia lebih banyak ketimbang exchange culture-nya. Saya tanya, pertukaran budaya seperti apa yang dia inginkan? Dia bingung.

Bagi saya, pertukaran budaya itu sama dengan integrasi dan transisi ke kehidupan modern Eropa. Selama tinggal dengan host family, kita diajak untuk mengenal kebiasaan keluarga lokal, makan makanan khas lokal, melihat parenting style mereka, serta ikut merayakan tradisi Natal yang berbeda-beda di tiap negara.

Satu lagi, kalau host family bersedia membayari saya kursus bahasa lokal, artinya mereka sudah berupaya mengenalkan bahasa mereka agar saya secepatnya bisa berintergrasi dengan negara tersebut.

Yang saya tahu, pertukaran budaya memang begitulah sifatnya. Kalau kamu ikut program exchange culture di salah satu tempat kursus di Indonesia, untuk mendapatkan pengalaman seperti ini tidak gratis. Justru kitalah yang harus membayar ke penyelenggara tersebut agar dicarikan host family dan bisa tinggal untuk jangka waktu maksimum 3 bulan.

Kewajiban au pair

Karena host family sudah menyediakan tempat tinggal, makan, uang kursus, serta beberapa fasilitas lainnya secara gratis, au pair wajib membantu pekerjaan rumah tangga yang sifatnya ringan seperti vakum lantai, mengepel, lap debu, ganti sprei, bersih-bersih WC, cuci piring (di mesin), cuci baju (di mesin), masak, mengasuh anak, antar-jemput anak, dan pekerjaanbasiclainnya.

Host family yang baik tidak akan memanfaatkan au pair mereka dengan mudah hanya karena sudah membayar mahal. Di beberapa negara, contohnya Denmark, au pair dianggap bukanlah sebuah pekerjaan melainkan program pertukaran budaya ataustudy-internship. Karena sifatnya tidakfull time dan fleksibel, au pair bisa disamakan dengan pelajar yang bekerja paruh waktu selama 20-35 jam per minggu.

Gaji au pair kecil

Karena banyak negara yang tidak menganggap au pair sebagai pekerjaan, maka uang yang diberikan host family pun bukan dinamakan gaji, tapi uang saku atau uang jajan bulanan. Uang saku ini memang terlihat kecil, tapi sejujurnya cukup dan sudah disesuaikan dengan biaya hidup di negara tersebut.

Di Belgia, saya menerima 450 Euro perbulan. Di Denmark tahun 2015, 4000 DKK (sebelum pajak). Sementara di Norwegia, saya menerima 5600 NOK (sebelum pajak).

What?! Hanya 4000 DKK per bulan? Memangnya cukup?

Orang awam harus tahu, 4000 DKK (2015) bagi au pair di Denmark sejujurnya cukup! Di Skandinavia, au pair juga diwajibkan membayar pajak yang akan dipotong dari uang saku bulanan. Karena harus bayar pajak pula, saya hanya mendapatkan sekitar 3400 DKK per bulan. Tahun lalu, teman saya menerima 4150 DKK bersih tanpa potong pajak karena sudah ditanggung pihak keluarga.

Hanya 3400 DKK per bulan lalu kerja selama 6 jam?! Kamu cheap labour! Harusnya pekerjaan dihitung per jam.

All-in

Orang awam tahunya au pair di Denmark hanya menerima uang saku 4250 DKK per bulan (2018). Bagi mereka, uang saku tersebut jauuuuh dari kata cukup karena harusnya host family membayar lebih.

Oke, sekarang begini, mari kita lihat lagi syarat jadi au pair. Perlu gelar kah? Perlu skill yang mumpuni kah? Perlu bahasa asing berlevel advanced kah? Tidak kan?

Bisa dikatakan, au pair itu pekerjaan part-time yang statusnya kita samakan dengan unskilled job. Karena saya pernah tinggal di Belgia, saya contohkan dari negara ini. Au pair disini menerima 450 Euro per bulan tanpa pajak.

Di Belgia, pekerjaan uneducated seperti cleaning, babysitting, pelayan, atau bartender biasanya dibayar 10 Euro per jam. Peraturan di Belgia memperbolehkan au pair bekerja selama 20 jam per minggu atau sama dengan 80 jam per bulan. Karena kadang mestiovertime, katakan saja 90 - 100 jam. Artinya, au pair "harusnya" dibayar 900 - 1200 Euro per bulan atau setara dengan gajiunskilled job lainnya di atas.

Tapi, kita harus ingat, pekerjaan seperti cleaning lady atau pelayan kafe itu live-out alias mereka tidak tinggal dengan host family. Artinya, dari gaji 900 - 1200 Euro per bulan itu mereka tetap harus sewa apartemen, beli bahan makanan, bayar transportasi, tabungan untuk jalan-jalan, hingga harus bayar pajak sendiri.

Di Belgia, untuk menyewa satu kamar kecil saja sangat sulit dan tidak murah. Kalau kamu pelajar, satu kamar di student housing tanpa kamar mandi dalam paling murah disewakan sekitar 450 Euro per bulan. Sementara kamar dengan kamar mandi pribadi disewakan > 650 Euro per bulan. Tentu saja student housing ini disediakan dengan fasilitas basic dan berukuran kecil. Banyak pelajar asing di Eropa harus mengirit uang jajan hanya untuk makan, jalan-jalan, dan biaya hidup lainnya.

Au pair di Belgia; bebas dari akomodasi, makan, plus pajak. Enaknya lagi, host family saya dulu bersedia membayari tiket bulanan angkutan umum plus tagihan telepon. Jadi 450 Euro per bulan itu murni untuk saya sepenuhnya tanpa harus berpikir ingin makan apa malam nanti. Host family saya dulu kebetulan tidak pelit soal makanan, jadi saya bisa seenaknya ambil roti, cokelat, susu, daging, atau salmon di kulkas.

Jadi kalau kamu berpikir uang saku au pair itu super kecil, sebaiknya pikir lagi. Karena sesungguhnya uang saku tersebut bersih untuk memenuhi kebutuhan pribadi kita seperti belanja pakaian,travelling, eat out, nonton, atau tabungan. Jangan lupa juga untuk menambahi fasilitas lain yang diberikan host family seperti phone bills, monthly ticket, atau uang kursus yang tidak perlu kita bayar tiap bulan. Kadang saya berpikir, kehidupan au pair di Eropa itu lebih mewah ketimbang para pelajar asing.

Then again, semuanya kembali ke gaya hidup.

Di Denmark, gajinya terlihat besar, namun akan sakit hati juga kalau tiap bulan selalu potong pajak. Biaya hidup juga mempengaruhi uang saku au pair di tiap negara. Contohnya Jerman yang hanya 270 Euro according to bulan, tapi Norwegia bisa dua kali lipatnya. Tentu saja, karena hidup di Norwegia apa-apa mahal.

Seorang kenalan saya, pekerja paruh waktu di Denmark, bergaji sekitar 15.000 DKK consistent with bulan (sebelum pajak). Mungkin kita melihatnya besar, 30 juta! Tapi ternyata sisa duit doi hanya sekitar 2500 - 4000 DKK saja per bulan setelah potong sana-sini. Belum lagi doi harus mengirit untuk tidak makan yang mahal-mahal dan biasanya harus membeli bahan makanan diskonan.

Sama dengan pocket money au pair kan, uang saku pribadi yang tersisa?

Tapi kenapa di Australia gaji au pair lebih besar? Dibayarnya in keeping with minggu pula!

Well, visa yang dipakai ke Australia itu berlaku untuk semua orang, mau pekerjaannya au pair atau pemetik buah. Orang Indonesia bisa pakai Working Holiday Visa (WHV) ke Australia tanpa jadi au pair sekali pun. Karena tidak ada peraturan khusus untuk au pair, gaji mingguan bagi pemegang WHV dipatok sekitar 200-250 AUD per minggu atau 650 AUD (live-out) tergantung sektor pekerjannya.

Live comfortably

Jadi au pair itu sebetulnya membosankan, tapi super nyaman. Kamar disediakan dengan fasilitas bagus; ranjang besar, kamar luas, tv, dan kamar mandi pribadi. Belum lagi kalau mendapatkan host family super baik yang mau membayari tiket, pajak, dan tagihan bulanan. Kurang nyaman apalagi?

Hidup dengan orang itu tidak nyaman!

Tentu saja! Tapi apa kamu kira host family nyaman dengan adanya orang asing di rumah mereka? Tentu saja tidak. Mereka juga harus berdamai dengan ego sendiri yang membiarkan orang lain tinggal dan mondar-mandir di rumah, mengambil makanan apapun dari kulkas, hingga mengundang banyak teman untuk masak bersama. Host family mesti menanggalkan privasi mereka, namun di sisi lain tetap harus menghargai privasi au pair.

Banyak juga para pelajar atau anak muda lain yang harus menyewa kamar kecil di satu apartemen dan tinggal dengan orang lain. Tentu saja mereka tetap harus menanamkan rasarespect saat memakai kamar mandi atau dapur bersama.

Mari kita sisihkan sejenak beberapahost family gila yang hanya butuh tukang bersih-bersih semata. Kalau kamu memang lucky mendapatkan keluarga baik yang bersedia memberikan fasilitas mewah dan uang tambahan saat kamu harus bekerja overtime, cherish them! Au pair itu bukan cheap labour atau pembantu murahan ya. We earn a lot of experience and so little money. Tapi kita juga bisa bersenang-senang dan jalan-jalan keliling Eropa tanpa duit orang tua.

So, what do you think? Apa uang saku au pair masih terdengar sangat kecil bagi kamu?

Tuesday, May 12, 2020

Tips Rangkuman: Step-by-step Jadi Au Pair (PENTING!)|Fashion Style

Halo kalian, para anak muda Indonesia yang tertarik jadi au pair untuk pertama kalinya, kamu masuk ke laman yang tepat! Sejak pindah ke Belgia 5 tahun lalu, saya memang sudah gencar bercerita tentang pengalaman jadi au pair di banyak negara. Tak hanya soal manis-manisnya saja, tapi juga pahit ketir hidup sebagai personal assistant di rumah nativehost family.

Lama-lama saya sadar bahwa anak muda Indonesia yang ingin 'kabur' ke luar negeri semakin banyak. Impian para milenials pun sekarang tak hanya bisa keliling Eropa, tapi juga mencari kesempatan untuk tinggal lama di sini. Ketika peluang lanjut sekolah bukan mimpi yang mudah diraih, lalu software au pair pun mulai dilirik.

Tapi tahukah kalian bahwa yang ingin jadi au pair tambah banyak setaip tahunnya?! Terbukti di tahun 2014 saat saya jadi au pair di Belgia, hampir semua au pair Indonesia yang tinggal di sana saya kenal. Jumlahnya pun bisa dihitung dengan jari karena komunitas au pair Indonesia hanya itu-itu saja. Saat pindah ke Denmark setahun berikutnya, jumlah au pair Indonesia di sana juga tak sampai 10 orang. Namun secepat kilat beranak pinak menjadi puluhan orang dua tahun kemudian. Terbukti bahwa mimpi untuk tinggal di luar negeri memang semakin mudah diraih.

Bagi kalian yang tertarik jadi au pair juga, berikut saya beri panduan langkah apa saja yang harus dilakukan! Saya menyertakan banyak sekali tautan di bawah ini untuk kalian baca saat santai :)

1. Baca, baca, baca!!!!

You know nothing by just asking! Problem utama yang sering saya temui dari calon au pair baru adalah mereka lebih banyak bertanya daripada membaca. Bisa jadi malas, bisa jadi juga cari cara praktis. Tapi, impian tidak akan mudah diraih kalau hanya bergantung dari satu atau dua orang! We—para au pair senior ini—are not 100% available for you either!

Jadi, saran saya yang pertama tentu saja; buka web browser di ponsel atau laptop kamu, lalu mulai carilah informasi yang terkait soal au pair ini! Percayalah, saya dulu juga mulai dari 0. Tak banyak yang bisa ditanya hingga semua informasi harus dicari sendiri.

Cari dulu referensi semua au pair senior yang ada di net karena sekarang sudah banyak yang mau berbagi informasi lewat blog dan vlog. Baca dan tonton semua platform mereka dan telusuri apa yang mereka lakukan di negara tersebut. Blog Art och Lingua ini sebetulnya BANYAK sekali memuat cerita saya dari mulai au pair sampai sekarang, dari cerita au pair, mengurus visa, sampai cerita cinta.

Referensi:

Hal yang harus kamu ketahui sebelum memutuskan jadi au pair

10 alasan kenapa kamu harus jadi au pair

Apa para motivasi anak muda jadi au pair?

Guide au pair: mulai dari mana?

Usia yang tepat mulai au pair pertama kali

Setelah tahu apa itu au pair, yakinkan dulu diri kamu apakah au pair ini memang hal yang selama ini kamu cari. Pahami juga bahwa tinggal di luar negeri dengan jadi au pair itu ada enak dan tidaknya. Dari dulu saya tidak percaya cerita bahagia au pair yang selalu terpampang di internet. They are all lying! Faktanya, minusnya jadi au pair juga banyak! Makanya ini PR kalian untuk menemukan informasi yang berimbang soal plus dan minusnya jadi au pair. No worry, internet is a great resource!

Referensi:

Enaknya jadi au pair

Au pair: cewek muda serba bisa

Au pair: tukang masak keluarga

2. Tentukan negara tujuan dan jangan ngeyel

Problem kedua yang sering temui dari banyaknya pesan yang masuk lewat blog saya adalah; para calon au pair yang terlalu asik pilah-pilih negara ini itu dan tak tahu bahwa pemegang paspor Indonesia tak bisa kesana. Been there before! Saya dulu juga sama saja, memilih Selandia Baru sebagai negara prioritas hanya gara-gara ingin tinggal di salah satu negara tercantik di dunia. Padahal pemilik paspor Indonesia tak memenuhi regulasi untuk datang ke Selandia Baru jadi au pair.

Lama-lama cari informasi, saya tahu bahwa ada banyak negara di Eropa yang peluangnya lebih besar ketimbang repot-repot ke Selandia Baru. Kamu juga harus tahu, meskipun Jerman dan Belanda adalah dua negara yang paling sering terekspos program au pairnya, tapi ada beberapa negara lain yang juga bisa kamu coba!

Referensi:

First time au pair: ke negara mana?

Jadi au pair ke Amerika? Bisa!

Au pair ke Irlandia, Spanyol, Italia, dan Inggris

Denmark, negara terburuk bagi au pair

Mitos dan fakta au pair di Skandinavia

Kenapa jadi au pair di Denmark?

PR selanjutnya setelah tahu negara mana yang ingin kamu kunjungi adalah mengecek semua hak dan kewajiban kamu di negara tersebut. Tidak ada peraturan negara yang sama meskipun mereka sama-sama berada di Eropa! Jangan samakan regulasi di Jerman dan di Prancis, karena bahasanya saja sudah berbeda. Makanya jangan malas untuk menggali informasi penting tentang uang saku, maksimum jam kerja, durasi au pair berapa lama, pajak, tiket pesawat, bahasa yang digunakan, hingga hari libur.

Carinya dimana? Buka postingan ini sebagai referensi lain:

Pencarian keluarga angkat tanpa lelah (2)

Guide untuk calon au pair

Pajak di Denmark

Gaji au pair, sepadan kah?

Three. Cari keluarga angkat

Sudah paham tentang peraturan tiap negara serta hak & kewajiban au pair di sana? Langkah kamu selanjutnya adalah mencari keluarga angkat! To be honest, this is going to be your hardest part! Mengapa, karena banyak calon au pair yang juga sering mengeluh ke saya tentang betapa susahnya cari keluarga. No wonder, luck juga sangat berpengaruh di sini. Belum lagi saingan kita semua au pair di dunia, terutama Filipina.

Baca referensi saya berikut sebagai pedoman kamu menemukan host family impian! Ini penting sekali karena beberapa calon au pair juga sempat kena penipuan hanya karena terlalu percaya profil tak masuk akal.

Referensi:

Pencarian keluarga angkat tanpa lelah

Calon au pair, waspada penipuan!

Guide untuk calon au pair

Keluarga Arab, pikir lagi!

10 tipe keluarga yang mesti kamu pertimbangkan kembali

Pakai agensi atau mandiri?

7 tips agar keluarga asuh melirik profil mu

Gadis Filipina vs gadis Indonesia di Eropa

Selain itu, menurut saya, para calon au pair juga harus mempersiapkan diri untuk hal yang tak diinginkan, seperti contohnya ketika ada masalah dengan host family.

Referensi:

Keluarga baru, masalah baru

Saat au pair bermasalah dengan keluarga

4. Wawancara dan diskusi

Sudah menemukanhost family yang juga tertarik, lalu saatnya diwawancara? SELAMAT! Itu artinya profil kamu cukup menarik perhatian. Percayalah, saingan kamu sebetulnya banyak, lho!

Meskipun wawancaranya via Skype atau FaceTime dan terkesan lebih informal ketimbang interview kerja di kantoran, tapi bukan berarti kamu tak perlu persiapan. Saya juga sudah pernah menulis artikel tentang persiapan wawancara dengan host family yang bisa dibaca. Yang paling penting, speak your mind! Tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan, jangan sungkan dan tak perlu memikirkan kesopanan. FYI, orang Eropa itu tak seperti orang Asia yang mudah tersinggung. Lebih baik straightforward daripada kamu mati penasaran.

Kalau memang tak semua hal bisa disampaikan face-to-face, kamu juga bisa menuliskan follow-up email lagi ke mereka tentang pertanyaan yang masih mengganjal. Jangan lupa juga untuk selalufollow up keputusan mereka apakah akan meng-hire kamu atau tidak. Satu sampai 10 hari adalah waktu yang tepat untuk menunggu keputusan, tapi lebih dari sana, asumsikan saja si calon keluarga tak memilih kamu. Selagi menunggu decision, jangan putus asa untuk terus cari keluarga lainnya.

5. Izin orang tua

Sebetulnya di antara semua step yang saya sebutkan di sini, restu orang tua bisa jadi masalah terberat yang akan memutus jalan mu sampai akhir. Apalagi program au pair ini bisa disalahartikan oleh orang Indonesia yang memang kebanyakan melihat hal dari satu sisi saja.

Karena malas memberi tahu orang-orang di sekeliling mereka karena takut dicap TKW, banyak juga au pair yang berbohong tentang tujuan mereka ke Eropa. Alasannya simpel, hanya agar bisa diizinkan ke luar negeri.

Tapi dari dulu saya selalu jujur ke keluarga bahwa niat saya ke Eropa memang ingin jadi au pair. Tak mudah menjelaskan ke mereka meskipun kalimatnya sudah saya rangkai sebagus mungkin. Ujung-ujungnya tetap saja saya dicap "jauh-jauh datang ke Eropa hanya untuk jadi pembantu".

Silakan baca cerita saya di sini kalau kamu ingin tahu proses meminta izin orang tua ke luar negeri tanpa terkesan seperti TKI. I knooow it would be hard, tapi tak ada salahnya mencoba jujur. Namun sebetulnya kembali lagi ke kalian, mau jujur atau tidak, silakan. Asal bertanggung jawab dan jangan sampai membuat repot semua keluarga hanya karena mereka tak tahu status kita yang sebenarnya di sini.

6. Mempersiapkan dokumen

Setelah semua proses di atas, kamu akhirnya bisa deal dengan host family dan saatnya menyiapkan semua dokumen untuk pembuatan visa danresidence permit au pair. Horreee! Meskipun happy sudah sampai di tahap ini, tapi kamu harus tahu bahwa pengurusan dokumen bisa jadi proses yang paling melelahkan setelah pencarian host family.

Mengapa, karena tiap negara punya peraturan yang berbeda-beda pula. Ini juga PR lain untuk kamu mencari tahu semua dokumen yang dibutuhkan saat pengajuan aplikasi. Saya sangat menyarankan pakai web browser kalian untuk masuk ke;

  • Situs AuPair World , mencari tahu regulasi setiap negara di dunia secara singkat. Dari situs ini juga biasanya kamu langsung diarahkan menuju ke banyak tautan lain yang berhubungan dengan imigrasi di negara tersebut.
  • Kalau malas pakai situs di atas, kamu boleh cari informasi terlebih dahulu secara mandiri lewat kata kunci di Google. Biasanya kamu juga langsung bisa mendapatkan tulisan atau vlog dari au pair terdahulu yang membagikan pengalamannya saat mengurus visa.
  • Situs lain yang berguna adalah situs kedutaan besar negara tersebut di Indonesia. Buka laman imigrasi mereka dan cari informasi kekonsuleran. Dari situs tersebut juga kita diarahkan menuju situs imigrasi lain yang informasinya berkenaan dengan semua masalah keimigrasian.
  • Cari informasi pengurusan visa lewat situs agensi visa di Indonesia, contohnya VFS atau TLS-Contact.
  • Jangan terpaku pada penelusuran berbahasa Indonesia saja, karena banyak informasi lebih mudah ditemukan lewat bahasa Inggris. Jangan malas juga mengaktifkan penerjemah otomatis di browser kita untuk langsung menerjemahkan situs yang kebetulan dipublikasikan dalam bahasa lokal.

Saat proses ini, jangan tutup juga kemungkinan untuk bertanya ke para senior au pair yang sudah kamu kenal sebelumnya. Boleh juga meninggalkan pesan di kolom komentar blog, IG, atau kanal YouTube untuk bertanya informasi lebih jelasnya. Yang pasti, jangan sampai bertanya masalah basic yang sebetulnya bisa kamu cari tahu sendiri tanpa harus bertanya kesana-sini.

Referensi:

Beda visa dan residence permit

7. Being familiarized with your host countries!

Selagi menunggu keputusan visa atau residence permit yang bisa memakan waktu berbulan-bulan, saya betul-betul sarankan juga kepada calon au pair untuk mengenali negara yang akan di tinggali. Menurut saya ini jadi penting agar kita tidak kaget tiba di lingkungan baru yang semuanya terasa sangat berbeda dengan Indonesia.

Persiapan ini juga sangat berguna kalau kita memang tak punya kenalan atau teman di negara tujuan. Being alone is suck, tapi being unprepared lebih buruk lagi!

  • Cari tahu cuaca dan temperatur rata-rata negara tersebut selama satu tahun. Tinggal di Norwegia tentu saja tidak sama dengal tinggal di Jerman. Tinggal di Utara Prancis pun tak sama dengan Selatan Prancis. Dengan mengetahui kondisi cuaca seperti ini, membuat kita lebih well-prepared dengan baju yang akan dikemas nantinya.
  • Cek juga soal biaya hidup. Para calon au pair baru kebanyakan punya pertanyaan sama; berapa uang yang harus dibawa untuk survive di satu bulan pertama di negara tujuan. Biasanya di bulan pertama ini host family belum memberi kita uang saku, makanya kita harus bertahan dulu untuk jajan di luar. Okelah, tidak perlu memikirkan soal makan di rumah dan akomodasi. Tapi setidaknya kamu punya bayangan kira-kira berapa yang harus dibawa setibanya di sana. Yang pasti, tidak perlu juga menyamakan standar kita dengan orang lain karena awal-awal saya di Denmark pun, saya hanya bawa 1 juta Rupiah!
  • Sistem transportasi bisa jadi sangat ribet di awal-awal kedatangan! Banyak au pair baru yang kesulitan beradaptasi dan kebingungan cara beli tiket bagaimana, sementara mereka juga belum punya kartu debit! Well, if you have prepared beforehand, this problem would be less daunting! Cari tahu tentang sistem transportasi di negara tersebut, cara beli tiketnya bagaimana, ada diskon kah untuk anak muda, serta jadwal bus atau kereta dari rumah host family nanti.
  • Kartu telepon, pajak, dan bank adalah hal yang mesti kamu pikirkan selanjutnya. Okelah, kita masih buta dengan semua hal di negara tersebut. Bisa jadi juga berpikir bahwa host family bisa membantu dalam semua hal di awal kedatangan. Tapi faktanya, kebanyakan au pair yang baru tiba di sini kebingungan karena host family mereka terlalu sibuk mengurusi semua post-arrival au pair dan akhirnya si au pair harus mengurus semua hal sendirian. Jadi daripada terlalu lama menunggu host family pasang aksi, mengetahui seluk beluk hal-hal praktikal bisa menghemat waktu. Contohnya, kamu tinggal minta tolong belikan host family SIM card baru operator XYZ karena kamu sudah tahu bahwa tarifnya lebih murah. Atau kamu juga bisa langsung datang ke bank ABC karena setelah kamu telusuri, bank ini punya bunga yang lumayan tinggi dan bebas biaya administrasi tahunan bagi anak muda.
  • Selanjutnya adalah cek kursus bahasa! Beberapa au pair ada yang sudah sempat berdiskusi dengan host family tentang sekolah bahasa yang akan mereka datangi. Namun tak jarang juga, sampai sini au pair malah ditelantarkan terlalu lama tak ke sekolah bahasa hanya karena host family (lagi-lagi) terlalu sibuk kerja. Jadi daripada semuanya harus menunggu keluarga, buka browser kamu lalu ketik kata kunci "sekolah bahasa xxx di kota yyy"! Meskipun tidak 100% sekolah tersebut yang akan kamu tuju, setidaknya kamu ada gambaran mengenai sistem sekolah bahasa yang ada di negara tersebut.
  • Cek peluang kerja dan tempat kuliah! Tak jarang beberapa au pair ada yang sudah tahu ingin kemana bahkan sebelum memulai au pairnya. This is great! Karena kamu sudah tahu apa yang kamu mau.
  • Cari kenalan atau networking. Awal mula saya jadi au pair, saya sudah menghubungi 1 au pair yang saya kenal di Belgia untuk jaga-jaga. Fortunately, dari blog walking dan komentar blog juga saya banyak mendapatkan kenalan. Hey, these people don't have to be your future close friends. Tapi punya orang yang dikenal setibanya di negara tujuan setidaknya bisa mengurangi kekhawatiran. Kalau tak mau punya kenalan au pair, boleh juga hubungi PPI di negara tujuan dan bertukar kontak dengan para pelajar Indonesia di sana.

Referensi:

Cari kerja di Eropa

Rencana setelah au pair

Hijrah ke luar negeri itu melelahkan

8. Packing time!

Kembali ke subpoin pertama dari poin di atas; dengan mengetahui kondisi cuaca di negara yang akan kamu tinggali, kita jadi lebih siap mempersiapkan barang bawaan nantinya.

Cek postingan berikut sebagai referensi mengemas barang saat pindah ke luar negeri:

Saat-saat terdepresi: packing time!

Menata isi bagasi ke luar negeri

Jangan bawa banyak barang ke Eropa

7 pelajaran fashion dari gadis Eropa

Bertahan dari dinginnya Eropa

Skincare favorit di segala musim

9. Beradaptasi

Finally, you are here, in a place where you have dreamt of living in!! Minggu-minggu pertama akan jadi masa yang menggembirakan bahkan menakutkan. You are living your dream, but at the same, living at someone else's place. Semuanya terasa baru dan kamu pun masih berusaha sadar dari mimpi.

Well, congratulations! Tapi hidup mu masih akan terus berlanjut ke depannya. It's time to face the reality dan melihat kesempatan di negara yang sudah bisa kamu tinggali. Step selanjutnya tentu saja lebih ke masalah teknis seperti lapor diri ke KBRI, menghubungi kenalan atau teman yang sudah sempat kamu tahu, lalu jangan lupa juga cek event seru di kota kamu tinggal. Nothing special? Main ke supermarket dan farmer market juga seru, lho! Please don't limit yourself dari semua orang karena kita tak akan pernah tahu masalah apa yang akan kita hadapi ke depannya. Having people beside is a huge advantage!

Referensi:

6 cara dapat uang tambahan selama jadi au pair

Dilema au pair: jalan-jalan atau menabung

4 cara mengembangkan diri sebagai au pair

Mengatur keuangan au pair

Teman internasional vs teman Indonesia

Hal yang harus dihindari antar au pair

Good luck for your au pair time!!