Showing posts with label negara pertama. Show all posts
Showing posts with label negara pertama. Show all posts

Wednesday, May 27, 2020

Tips First Time Au Pair, Ke Negara Mana?|Fashion Style

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud.

Sangat sedikithost family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia.

Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia;

  1. Australia (lewat Working Holiday Visa )
  2. Austria
  3. Amerika Serikat (Yes, it's possible! Baca serba-serbinya disini! )
  4. Belanda
  5. Belgia
  6. Denmark
  7. Finlandia
  8. Islandia
  9. Jerman
  10. Luksemburg
  11. Norwegia
  12. Prancis
  13. Swedia

Karena bingung dengan tujuan mereka, banyak email masuk dari para calon au pair baru yang menanyakan negara mana yang pas bagi first time au pair. Saya sebetulnya sudah pernah membahas ini di postingan Tips Pencarian Keluarga Angkat . Jika kamu tertarik, silakan baca postingan tersebut untuk lebih tahu plus dan minus negara tujuan, menurut pendapat saya.

Saya juga sempat menjabarkan Guide Bagi Calon Au Pair tentang negara terbaik berdasarkan uang saku dan jam kerja. Tolong jangan tanya lagi tentang kesempatan au pair ke Inggris, Spanyol, Italia, ataupun Irlandia, karena regulasinya tidak berlaku bagi pemegang paspor Indonesia. Kalau kamu memang berniat tinggal kesana, disarankan menggunakan visa pelajar dengan tujuan studi.

Ada 13 negara yang bisa dipilih berdasarkan minat, bakat, dan tujuan utama. Saya sarankan untuk memilih setidaknya 4 negara favorit agar kesempatan mendapatkan host family lebih besar. Jumlah keluarga yang membutuhkan au pair di Prancis tentu saja lebih banyak daripada di Luksemburg. Jadi daripada hanya fokus dengan satu atau dua pilihan negara, silakan buat daftar negara yang paling menarik minat kamu.

Perlu diingat juga, tiap negara memiliki regulasi umur tertentu bagi calon au pair. Di Belgia, maksimum umur au pair hanya sampai 25 tahun. Sementara Prancis, Belanda, Finlandia, dan Swedia memungkinkan sampai umur 30 tahun. Tiap negara juga sangat strict dengan peraturan yang hanya menerima first time au pair ke negara mereka, contohnya Swedia dan Finlandia.

Sekarang kembali lagi ke tujuan awal kamu jadi au pair untuk apa? Hanya untuk pengalaman saja kah, memperlancar bahasa kah, alasan kabur dari Indonesia kah, atau hanya pure jalan-jalan?

Kalau usia kamu masih di bawah 25 tahun, saya sarankan sebaiknya memilih Belgia sebagai negara pertama. Mengapa, karena negara ini ada di tengah-tengah Eropa yang memungkinkan kamu travelling dengan mudah ke negara tetangga lainnya. Selain itu uang sakunya cukup tinggi, tanpa pajak, dan waktu kerjanya hanya 20 jam per minggu (on paper). Urusan visanya memang sangat ribet. Tapi karena keribetan itulah, perjuangan kamu pertama kali ke Eropa jauh lebih terasa!

Negara terpopuler lainnya bagi au pair Indonesia adalah Belanda. Jadi kalau kamu ingin mudah mendapatkan makanan Indonesia atau penasaran dengan si tulip dan kincir angin, bisa juga memilih negara ini sebagai pilihan pertama. Jumlah keluarga yang mencari au pair pun lebih banyak dan kesempatan kamu bisa semakin besar.

Kalau ingin memperlancar bahasa asing, bisa langsung ke Jerman, Austria, atau Prancis. Jerman dan Austria mewajibkan calon au pair memiliki sertifikat bahasa terlebih dahulu. Jadi setidaknya kamu sudah memiliki modal dasar lalu tinggal mengasahnya saja di negara tujuan. Kedua negara ini hanya menerima au pair maksimum 26-27 tahun, so get your chance before too late!

Tertarik ke Eropa Utara? Silakan baca dulu postingan saya tentang Mitos dan Fakta Au Pair di Skandinavia sebelum kamu kaget dengan treatment kebanyakan keluarga angkat disana. Saingan mendapatkan keluarga lebih tinggi karena kebanyakan host family di Utara lebih mencari au pair Filipina. Tapi kalau memang sangat tertarik kesini dan ini adalah pengalaman pertama kamu, pilihlah Swedia yang lebih toleran dengan pendatang.

Setelah mantap memilih three-four negara tujuan, perjuangan paling panjang adalah mencari keluarga angkat. Kadang peruntungan kamu tidak memihak di negara favorit, tapi di pilihan terakhir. Tujuan utama saya dulu Prancis, tapi malah mendapatkan keluarga di Denmark.

Saran saya yang paling utama tentunya jangan malas mencari keluarga angkat di banyak situs. Keluarga di Eropa Utara terkenal tak mau rugi untuk mengambil au pair langsung dari Indonesia karena malas dengan lamanya pengurusan visa dan ongkos tiket yang mahal. Tapi banyak juga keluarga yang mau mencari sendiri dan tak segan membayar mahal au pair untuk didatangkan langsung dari negara asal. Kalau hanya mengandalkan satu situs saja, kesempatan bertemu keluarga seperti ini sangat kecil.

Saya dulu harus menunggu 5 bulan penantian, sebelum akhirnya berlabuh di Belgia. Sementara saat ke Denmark, saya mesti melewati 7 kali penolakan dahulu. Padahal posisinya sudah wawancara dan tinggal menunggu keputusan, lho. Jadi kalau kamu belum juga menemukan keluarga, jangan menyerah ya! Jangan juga terpaku dengan profil keluarga yang hanya mencari au pair dari negara Asia lain, contoh Filipina atau Vietnam saja. Pasang muka tembok dan tetap kirimkan pesan yang menyatakan kamu tertarik menjadi au pair mereka. My friend has tried this and it worked!

Baca juga tips dari saya bagaimana membuat profil yang bagus agar host family tertarik dengan apa yang kamu tulis! Sudah mendapatkan positive replies lalu diajak interview? Baca tulisan saya selanjutnya bagaimana mempersiapkan diri sebelum proses wawancara agar kamu tidak terlalu grogi.

Meskipun saya tidak boleh menggeneralisasi, tapi ada 10 Tipe Host Family yang Sebaiknya Kamu Mesti Pertimbangkan Kembali kalau kebetulan mendapatkan positive reply dari mereka. Tak ada yang bisa menebak bagaimana keluarga tersebut akan memperlakukan kamu nantinya. Tapi bagi saya, Keluarga Arab is a big no no setelah punya masalah dengan mereka di Belgia.

Whoaaa.. I have written so many blog posts! Jadi, jangan malas juga membaca sebagai bahan referensi! Good luck ☺️

Referensi lain:

10 Alasan Mengapa Kamu Harus Jadi Au Pair di Usia 20-an

Apa Motivasi Para Gadis Muda Jadi Au Pair?

Jadi Au Pair ke Irlandia, Spanyol, dan Italia

Thursday, May 14, 2020

Tips Berapa Usia yang Tepat Mulai Au Pair?|Fashion Style

Lima tahun lalu, saya memulai petualangan pertama di Eropa dengan menjadi au pair di Belgia . Dulu masih banyak yang belum tahu program pertukaran budaya ini. Kalau pun tahu, biasanya informasi lebih cepat menyebar di kota-kota besar di Indonesia. Sementara saya, anak daerah, tidak pernah tahu apa itu au pair sebelum menemukan situs Au Pair World tanpa sengaja.

Saat itu usia saya 22 tahun dan masih berstatus mahasiswi semester akhir di Universitas Sriwijaya. Bisa dikatakan, karena au pair ini juga saya makin semangat mengerjakan skripsi dan ingin segera wisuda. Kontrak au pair pertama saya dimulai Maret 2014 dan saya mengejar wisuda di bulan Januari di tahun yang sama. Terima kasih teman-teman almamater atas dukungannya!

I was so lucky knowing au pair program in a perfect time! Saat itu saya memang belum ingin cari kerja dan muak dengan bangku kuliah. Makanya program ini seperti membuka lembaran dan tantangan baru dalam hidup saya dalam mengisi gap year setelah lulus. Sekarang, setelah 5 tahun tinggal di Eropa dan statusnya masih jadi au pair, saya tidak pernah menyesal pernah memulainya di usia yang tepat.

Menurut pendapat saya, jenjang usia yang paling tepat jadi au pair pertama kali adalah 20-24 tahun. Meskipun syarat umur au pair antara 18-30 tahun (tergantung negara masing-masing), namun memulai au pair di usia late 20s juga cukup riskan. Mengapa, karena kalau kita ada masalah dengan host family dan harus ganti keluarga saat sudah overaged, aplikasi kita akan ditolak dan mau tidak harus segera angkat kaki dari negara tersebut.

Alasan saya yang lain, di usia 20-24 tahun ini kebanyakan dari kita sudah lulus kuliah atau SMA dan memiliki pengalaman kerja. Yang saya tahu, banyak keluarga Eropa lebih mempertimbangkan au pairearly to mid 20s dibandingkan anak-anak baru lulus SMA. Selain tidak ada pengalaman yang signifikan, abege tua biasanya dianggap lebih emosian dan labil.

Sementara bagi host family yang punya anak bayi, kebanyakan mencari calon au pair >24 tahun yang dianggap cukup dewasa jadi orang tua ketiga dan mampu menghadapi ketidakstabilan emosi anak kecil. Saya merasa, di jenjang usia 20-24 tahun ini juga, kita bisa lebih matang memikirkan strategi ke depannya seperti apa. Ingin lanjut au pair beberapa kali lagi kah, ingin lanjut kuliah, atau ingin pulang ke Indonesia untuk cari kerja.

Beberapa teman saya yang baru mulai jadi au pair di usia late 20s kebanyakan merasa menyesal mengapa baru tahu au pair di usia segitu. Selain kesempatan jadi au pair di banyak negara semakin kecil, planning yang direncanakan setelahnya pun kurang matang. Mengapa, karena kebanyakan au pair tidak hanya cukup setahun tinggal di Eropa. Ada perasaan "ketagihan" ingin coba jadi au pair lagi di negara lain.

Tapi, tidak ada kata terlambat. Apalagi informasi umum tentang au pair ini memang tidak mudah didapat kecuali kalian digging sendiri. Belum lagi alasan terbesar lain adalah terhambatnya izin orang tua . Kalau baru tahu au pair saat usia 28 dan kebetulan memang ada host family yang tertarik, just go for it!You ARE still young anyway! Baca juga postingan saya ini mengapa kamu harus coba jadi au pair di usia 20-an!

Saran saya, bagi yang tertarik jadi au pair setelah lulus SMA, coba tahan dulu untuk cari kerja selama 2-3 tahun di Indonesia. Lumayan, pengalaman ini bisa memperbagus CV dan membuktikan ke calon host family bahwa kamu adalah orang yang independen dan bertanggungjawab. Kalau belum dapat pekerjaan, coba juga sekalian kursus bahasa baru yang negaranya ingin kamu kunjungi. Siapa tahu, selepas au pair kamu bisa cari kerja atau lanjut kuliah S1 di Eropa.

Yang sudah punya karir bagus di Indonesia, jangan juga sampai salah langkah. Foto-foto traveling keren ala au pair yang kalian lihat di media sosial itu hanyalah kamuflase belaka. Kenyataannya, au pair itu harus bisa jadi cewek serba bisa dan fleksibel mulai dari jemput anak sampai ngosek WC yang tidak mungkin ditampilkan di media sosial. Yakinlah, au pair is not a fairytale. Cerita buruk di dalamnya juga banyak, apalagi kalau sial dapat keluarga angkat yang jahat. Kalau penasaran ingin tinggal di luar negeri, mungkin bisa pilih homestay ketimbang jadi au pair. Takutnya, sudah melepaskan karir yang bagus tapi baru merasa kalau au pair bukanlah hal yang kamu cari. Please do A LOT of research before starting!

Bagi yang baru tahu au pair belakangan ini dan hampir mendekati usia 30 tahun, that's totally okay to start looking for your potential host families! Ada banyak negara yang masih membuka kesempatan au pair sampai usia 30 tahun, yang penting belum menikah dan punya anak. Bingung ingin kemana? Coba baca referensi saya disini ! Baca juga 7 tips ini agar profil kamu dilirik calon keluarga!

Being an au pair is (definitely) the easiest way to fly you to Europe, yet the hardest way to figure out what to do next !

Wednesday, May 6, 2020

Tips Negara Rekomendasi di Eropa Sesuai Tujuan Au Pair Mu|Fashion Style

Pertama kali mendengar program au pair, yang terlintas di benak saya tentu saja pengalaman pertukaran budaya antara kita dan host family di satu negara. Terkesan naif sekali memang karena ternyata ada banyak sekali motif para au pair yang sengaja datang ke Eropa. Apa itu, silakan baca di postingan ini !

Di postingan lainnya tentang negara tujuan , ada 12 negara di Eropa yang saya rekomendasikan bagi para calon au pair yang mungkin masih kebingungan ingin ke mana. Swiss menjadi daftar tambahan saya lainnya, walaupun kesempatan ke sini juga cukup kecil. Ada banyak sekali canton (distrik/kecamatan) di Swiss yang masih menutup kesempatan bagi au pair non-EU. Makanya kalau kamu tertarik dan sempat terlibat percakapan dengan satu keluarga di Swiss, pastikan bahwa keluarga ini tinggal di canton yang regulasinya memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia.

Bagi yang masih bingung juga, yuk seru-seruan mengecek daftar negara rekomendasi saya berikut ini yang bisa jadi pertimbangan kamu selanjutnya! Disclaimer dulu, bahwa apa yang saya tulis ini murni dari referensi pribadi. Soal ingin ke mana ending-nya, kembali ke preferensi masing-masing.

Cari lelaki

I am not gonna lie, but some Indonesian girls come to Europe to find a soulmate! Salah? Tidak juga, meskipun dianggap terlalu lame bagi sebagian orang karena bisa menimbulkan citra negatif ke banyak au pair Indonesia di Eropa yang niatnya tak serupa. But anyway, kalau kamu tertarik mengikuti jejak mereka mencari jodoh di Eropa, silakan lirik negara rekomendasi saya di bawah ini.

  • Cowok ganteng nan modis, tapi banyak yang takut berkomitmen; silakan ke Swedia atau Denmark.
  • Cowok outgoing, approachable, tapi terkenal "pelit" atau penuh pertimbangan dengan uang mereka, go check cowok-cowok di bagian Barat Eropa!
  • Cowok tradisional/sedikit konservatif, tapi pecinta alam dan dunia outdoor; mungkin Finlandia atau Norwegia adalah negara yang tepat.
  • Cowok misterius, sopan, dan geek; liriklah Swiss atau Finlandia.

Kamu juga bisa baca postingan saya tentang para cowok-cowok di Eropa , Skandinavia , bahkan Finlandia yang sudah pernah saya bahas sebelumnya! Enjoy the love hunting!

Cari uang

Bukan rahasia umum bahwa banyak juga anak muda Indonesia yang memang sengaja jadi au pair karena menganggap application ini sebagai alternatif karir. Jumlah uang saku bulanan yang lumayan, setidaknya bisa membantu perekonomian keluarga di Indonesia. Meskipun katanya Denmark adalah salah satu negara dengan uang saku paling besar, tapi justru negara di bawah ini yang malah saya rekomendasikan jika memang tertarik cari uang!

  • Austria - Meskipun salah satu syarat penting ke Austria kamu harus mampu melampirkan sertifikat bahasa Jerman minimal level A2, tapi dengan jam kerja hanya 18 jam per minggu, au pair mampu mengantongi uang saku hampir €450 tiap bulan (yang juga naik tiap waktu)! Belum lagi ditambah dengan libur berbayar sampai 30 hari per tahun.
  • Belgia - Semakin kesini, semakin banyak anak muda <26 tahun yang ingin memulai atau menghabiskan masa au pairnya di Belgia. Mengapa, tanpa sertifikat bahasa dan jam kerja 20 jam per minggu saja, kamu sudah bisa menghasilkan €450 per bulan tanpa potong pajak!
  • Luksemburg - Cari keluarga di Luksemburg memang tak mudah, namun uang saku mencapai €409 dengan jam kerja 25 jam per minggu, serta negara yang berada di sentral Eropa, menawarkan banyak tiket travelling murah.

Silakan baca postingan saya tentang guide au pair yang akan membawa mu ke penjelasan singkat tentang negara tujuan bagi pemegang paspor Indonesia. Mengapa saya lebih merekomendasikan negara di atas, karena dengan pocket money yang besar, biaya hidup di 3 negara tersebut sebetulnya sangat terjangkau dengan benefit lain berada di sentral Eropa.

Pure belajar bahasa yang nantinya jelas berguna

Dulunya, banyak sekali mahasiswa dari jurusan sastra atau literatur yang memanfaatkan kesempatan au pair untuk sekalian belajar bahasa asing. Kalau kamu bercita-cita ingin jadi polyglot dan tertarik menguasai banyak bahasa, silakan intip negara rekomendasi saya berikut!

  • Prancis - No wonder, ada 280 miliar orang di dunia yang memakai bahasa Prancis sehari-hari sehingga menjadikan bahasa ini nomor 6 sebagai the widest spoken language! Sekalinya menguasai bahasa ini, jalan-jalan mu ke Swiss atau Kanada akan menjadi sangat lokal.
  • Belgia - Belanda - Meskipun kedua negara ini menggunakan pengucapan dan aksen serupa tapi tak sama, namun basis keduanya sama-sama bahasa Belanda. Lancar bahasa Belanda, kamu tetap bisa menggunakannya lagi di Belgia.
  • Austria - Jerman - Tak hanya di dua negara ini, bahasa Jerman juga menyebar luas di beberapa bagian Swiss dan Belgia.
  • Swedia - Denmark - Norwegia - Walaupun tak banyak orang yang tertarik mempelajarinya, namun 3 negara ini menggunakan akar bahasa yang serumpun. Bahasa Denmark cenderung lebih sulit secara pelafalan, namun tulisannya sangat mirip dengan bahasa Norwegia. Meskipun merasa tak saling berkaitan, namun orang Swedia punya tone yang cukup seragam dengan bahasa Norwegia dan keduanya bisa saling memahami secara lisan.

Lanjut kuliah

Tak jarang kesempatan au pair bisa dimanfaatkan sebagai batu loncatan bagi anak-anak muda untuk lanjut studi di beberapa negara di Eropa. Tujuan akhir sebagai pelajar ini dipercaya bisa membuka lagi kesempatan untuk bekerja dan tinggal lebih lama. Jadi, negara mana saja yang mesti kamu lirik kalau tujuan akhir mu jadi pelajar?

  • Jerman - Saya sendiri sebetulnya kurang begitu familiar dengan banyaknya program belajar dan bekerja yang ada di Jerman. Namun yang saya tahu, ada banyak sekali mantan au pair Indonesia yang tak bingung dengan masa depan mereka karena ada banyak sekali kesempatan belajar dan bekerja di negara ini. Mulai dari Ausbildung sampai lanjut kuliah Master!
  • Belgia - Sebagai salah satu negara populer untuk melanjutkan studi, Belgia menawarkan biaya kuliah yang cukup affordable bagi pelajar asing. Selain itu, kesempatan untuk cari kerja di Belgia dan Belanda juga terbuka lebar sekiranya kamu bisa menguasai bahasa Belanda selepas lulus kuliah.
  • Norwegia - This is a country where I continue my Master's degree! Sebagai salah satu negara terbahagia di dunia dengan alam yang menakjubkan, Norwegia juga masih memberikan kesempatan bebas biaya kuliah bagi pelajar internasional. Tapi, jangan menganga dengan tingginya biaya hidup serta sulitnya cari kerja selepas lulus di sini.

Tinggal lama tapi percuma

Percaya kah kalian bahwa walaupun au pair itu berat, tapi bisa membuat ketagihan? Banyak au pair yang saya kenal memutuskan untuk menghabiskan masa au pair mereka selama 2 tahun di Denmark, lalu lanjut lagi 2 tahun di Norwegia. Alasannya simpel, agar bisa tinggal lebih lama di Eropa meskipun juga ada banyak sekali fakta tak menarik soal au pair di Skandinavia ini. Go check my post here !

Mengapa saya sampai mengatakan tinggal lama bisa percuma, karena banyak yang bisa tinggal sebagai au pair, namun tak secured lama. Selain biaya hidup yang tinggi di Norwegia, kesempatan cari kerja yang sulit, serta biaya kuliah yang tinggi di Denmark, membuat kesempatan mengganti residence permit peluangnya cukup kecil. Untuk cari jodoh pun tak mudah, karena syarat menikah di Denmark semakin dipersulit bagi pasangan campuran, serta adanya peraturan baku soal siapa yang berhak mendapatkan permit sebagai pasangan tinggal bersama (samboer).

So, kalau kamu berniat tinggal selama 4 tahun di dua negara ini, make sure kamu tidak kebingungan lagi soal masa depan. Karena sejatinya, pelajaran bahasa yang tak membekas lama pun sebetulnya tak banyak memberikan banyak benefit selepas kita kembali ke Indonesia.

Lively network

Tidak semua negara Eropa itu seragam dalam memberikan pengalaman berharga bagi anak muda. Bagi kamu yang tak ingin kehilangan momen having fun tak terbatas, networking luas, serta kesempatan belajar lebih banyak, negara di bawah ini bisa jadi adalah negara terbaik untuk menghabiskan masa au pair mu!

  • Belanda - Saya belum pernah jadi au pair di Belanda sebelumnya, namun sebagai salah satu negara terpopuler tujuan wisatawan, Belanda tentu saja adalah negara ter-hits seantero Eropa! Negara menarik yang membuat anak muda Indonesia ingin menjadi au pair dan tinggal lebih lama di sini. Satu lagi, kamu akan merasa seperti rumah karena banyaknya populasi orang Indonesia serta restoran lokal khas Indonesia yang akan terus memanjakan mu dengan cita rasa kampung halaman.
  • Jerman - Sebagai negara populer untuk melanjutkan studi, kamu tak akan pernah menemukan sesuatu yang membosankan karena tempat ini packed of young people! Jerman menawarkan kemudahan transportasi, komunikasi, serta banyak tempat seru untuk dicoba. Biaya hidup yang relatif murah juga bisa jadi pertimbangan untuk jalan-jalan serta menikmati negara dengan keramahtamahan warga lokalnya.
  • Denmark - Meskipun banyak yang mengamini bahwa Denmark adalah negara membosankan, tapi jangan salahkan food scene, design attraction, serta creative people yang akan membuat pengalaman au pair mu menyenangkan! Denmark adalah negara kaya kultur yang banyak melahirkan para arsitektur serta desainer kreatif yang tak banyak tersentuh media dunia. Kopenhagen adalah ibukota sekaligus kota paling hipster yang pernah saya kunjungi di Eropa!

The most opulent scenery

Not every young people was born for having fun. Sebagian dari mereka justru lebih memilih tempat yang tenang dengan alam luar biasa dan tak terjamah banyak orang Indonesia. Jika kamu bagian dari anak muda ini, carilah host family dari 3 rekemondasi saya berikut.

  • Norwegia - I don't have to tell you more. Saya tinggal di sini, menjelajahi negara ini dari Bodø hingga Tjøme, hingga blusukan ke hutan dan pegunungan tak terjamah banyak manusia. Everything seems so breathtaking in Norway! Jangan takut tinggal di pedesaan dan jauh dari kota besar, karena tumpukan salju saat musim dingin pun bisa jadi pengalaman menakjubkan yang tak semua orang di Belgia bisa menikmatinya setiap tahun!
  • Islandia - Far from anywhere else in Europe, but Arctic and Canada. Tak banyak orang Indonesia yang memilih negara ini sebagai tujuan au pair memang. Tapi jangan salahkan mereka yang memilih untuk menyaksikan tarian the Northern Lights (Aurora Borealis) tiap tahunnya sampai muak! Iceland is wonderful dan semakin banyak didatangi turis hanya untuk menyaksikan alam yang tak ada tandingannya dimana pun di wilayah Eropa. Sounds enticing?
  • Swiss - Pegunungan Alpen, bukit nan hijau, hingga sapi yang mengemoo menambah kesan tenang dan damai. Dari musim panas hingga musim semi, kamu bisa menikmati alam Swiss yang luar biasa baik di dalam hingga luar kota.

Where do you want to go and live in the most?? Sekarang saatnya cari host family! Jangan lupa baca tips saya di sini untuk tahu step-by-step bagi para au pair pemula dalam menemukan host family impian mereka. Good luck for your search!

Saturday, May 2, 2020

Tips 7 Alasan Mengapa Sebaiknya Kamu Jadi Au Pair di Kawasan Eropa|Fashion Style

Sekitar 6 atau 7 tahun lalu saat saya pertama kali tahu au pair, negara paling populer bagi au pair Indonesia masih ditempati oleh Jerman, Belanda, dan Prancis. Negara terakhir biasanya dipilih karena banyak mahasiswa Sastra Prancis yang berniat mengasah bahasa asing mereka di negaranya langsung. Sementara Jerman populer hingga sekarang karena menawarkan kesempatan tinggal lebih luas dari negara lainnya ― meskipun uang sakunya kecil. Lalu Belanda, karena mungkin punya sejarah panjang dengan Indonesia dan populasi orang Indonesianya juga lebih banyak ketimbang kawasan lain di Eropa, makanya dipilih karena ingin tetap "feel at home".

Saat ini dengan semakin mudahnya informasi didapat, perlahan au pair juga tertarik ke negara lainnya selain 3 daftar negara mainstream di atas. Yang saya dengar, sekarang Denmark dan Belgia malah jadi negara favorit menggantikan Prancis! Bahkan saya juga banyak menerima pesan dari blog readers yang tertarik ke Jepang, Turki, atau Inggris untuk jadi au pair. Kalau kamu baru pertama kali au pair, coba buka postingan saya di sini  sebagai referensi negara mana yang saya rekomendasikan bagi first timer.

Namun dari semua negara yang memungkinkan, saya tetap merekomendasikan kawasan Eropa sebagai tempat terbaik bagi application au pair ini. Mengapa?

1. Regulasinya jelas

Au pair berasal dari bahasa Prancis "at par" atau "setara (equal to)", yang berarti adanya kesetaraan relasi bagi au pair untuk dianggap sebagai bagian dari keluarga, ketimbang pembantu. Di Eropa konsep au pair ini berbeda dengan Amerika Utara, apalagi Asia. Au pair di Amerika Utara dan Australia lebih condong sebagai pengasuh anak purna waktu, sementara di Eropa lebih sebagai pekerjaan paruh waktu yang memungkinkan au pair bisa sekolah bahasa sebagai bagian program pertukaran budaya.

Karena memang berasal dari Eropa, aturan untuk au pair ini pun sangat jelas di negara-negara kawasan Schengen seperti Swedia, Belanda, Prancis, Jerman, atau Austria. Meskipun tiap negara punya aturan yang berbeda soal jam kerja dan uang saku, namun adanya kejelasan aturan ini di keimigrasian membuat proses dokumentasi dan izin tinggal pun tak memusingkan. Kita bisa langsung buka situs imigrasi bersangkutan dan informasi soal au pair sudah tersedia dengan lengkap. Beberapa negara juga sudah menyediakan formulir khusus, kontrak kerja, dan tes tersendiri bagi host family yang berminat mengundang au pair ke rumah mereka.

2. Status mu dilindungi badan ketenagakerjaan

Karena status yang jelas ini, au pair pun masuk ke dalam skema tenaga kerja yang dilindungi oleh negara. Artinya, kalau ada masalah besar yang menimpa mu dan host family , kamu bisa melaporkan keluarga tersebut ke polisi atau badan ketenagakerjaan lokal. Status host family ini bisa sangat tidak menguntungkan dan kalau kasusnya memang dirasa berat, mereka bisa di-blacklist negara untuk tak boleh punya au pair 2 sampai 5 tahun berikutnya.

Setelah saya meninggalkan Belgia beberapa tahun lalu, kabar soal betapa banyaknya kasus bermasalah terhadap au pair semakin sering terdengar. Untuk mengantisipasi host family yang abusive, polisi sering kali menyamar sebagai orang asing dan melakukan razia ke rumah-rumah yang terlihat memiliki wajah-wajah gadis asing. Seorang teman saya bahkan pernah terazia hanya membantu host family-nya buang sampah ke luar, meskipun saat itu belum mengantungi izin kerja. Hal ini memang sangat dilarang karena ditakutkan host family hanya memanfaatkan tenaga kita sebelum keluarnya izin yang valid dari pemerintah. Ada banyak juga polisi yang siap membantu au pair jika memang dirasa perlu, karena sejatinya di Eropa juga banyak host family mean!

3. Less scammers

Sampai sekarang, saya belum pernah mendengar cerita ada keluarga palsu dari Eropa yang ending-nya minta uang. Kebanyakan keluarga palsu (scammers) berasal dari negara-negara berbahasa Inggris seperti Amerika Utara dan Britania Raya. Tujuannya simpel, pura-pura menjadi keluarga yang mencari au pair, bertukar kontak, lalu ujung-ujungnya minta uang untuk pengurusan dokumen di agensi ini itu. Masalah profil bisa dibuat-buat karena foto bisa dicomot dari internet, alamat bisa Googling sendiri pakai alamat orang, dan masalah agensi yang terlihat real itu hanyalah topeng palsu agar terlihat meyakinkan. Bahkan saya sempat menerima email dari orang tua calon au pair yang sampai menanyakan ke saya soal keabsahan kontrak kerja dari "host family" Inggris, yang jelas-jelas adalah scammer!

Di Eropa, keberadaan host family fiktif PASTI ada! Hanya saja, akan sangat mudah melacaknya karena tipe-tipe keluarga ini biasanya hanya akan menghubungi via Facebook. Seorang teman pernah dihubungi bapak-bapak di Facebook yang alasan awalnya cari au pair, namun ternyata malah cari istri baru.

Kembali ke para penipu bermodus uang tadi, selain harus bisa bahasa asing (yang mana para scammers hanya bisa bahasa Inggris), menyertakan dokumen berbahasa lokal akan sangat menyulitkan mereka karena sistem imigrasi di Eropa bagi au pair sudah sangat solid. Tak perlu was-was juga kalau ketemu host family dari situs pencarian au pair atau agensi terpercaya, karena hampir semua profil yang kamu temukan di situs tersebut memang betul-betul sedang mencari au pair. (Baca juga postingan saya di sini agar kamu lebih waspada terhadap penipuan !)

4. Agensi lebih mengerti ‘what to do

Karena status dan jenis visa yang sesuai regulasi, serta status kita dilindungi negara, agensi lokal yang berperan aktif dalam pengurusan dokumen pun tahu apa yang harus dilakukan. Tidak sama seperti agensi yang hanya butuh uang, banyak juga agensi gratis di kawasan Eropa mau menjadi mediator saat kita punya masalah dengan host family. Agensi ini juga sudah diberikan pengetahuan bagaimana mendamaikan konflik, informasi soal hari libur dan uang saku, serta seluk-beluk pertanyaan lain yang mungkin ada di benak kita.

Sudah berdedikasi mengurusi persoalan au pair, kamu juga bisa langsung minta tolong carikan host family baru lewat mereka karena banyak keluarga biasanya mendaftar lewat agensi yang sama. Di Belanda, peran agensi begitu penting karena merekalah yang akan mewawancara kita terlebih dahulu untuk tahu apakah motivasi kita jadi au pair sejalan dengan tujuan program tersebut. Bahkan banyak agensi yang juga bekerja sama dengan badan ketenagakerjaan lokal mengadakan workshop, aktifitas luar ruangan, dan merayakan Natal bersama au pair lainnya untuk menangkis kesepian saat di tanah rantau.

5. Tak perlu visa lagi keliling kawasan Schengen/Uni Eropa

Sebagai benua eksotis yang memikat banyak orang Asia dan Amerika untuk berkunjung, kepemilikan izin tinggal sementara yang sakti memungkinkan kita jalan-jalan keliling Eropa tanpa perlu daftar visa baru. Ketika mendapat kesempatan tinggal di Inggris atau Australia, kamu tetap harus daftar visa Schengen lebih dulu untuk berkunjung ke Eropa. Bahkan Turki yang three persennya masih masuk kawasan Eropa, tetap harus daftar visa baru karena bukan bagian kawasan Schengen atau Uni Eropa.

Keuntungan lainnya, pemegang izin tinggal Eropa juga punya kesempatan mengunjungi negara lain tanpa harus repot apply visa; contohnya Taiwan. Bahkan kalau kamu punya izin tinggal Denmark, mengunjungi Greenland juga tak mustahil tanpa perlu apply visa lagi! Tahu sendiri kan betapa repotnya apply visa Schengen dengan menyertakan bukti tabungan ini itu, sebelum akhirnya diperbolehkan masuk ke salah satu negara mereka.

6. Bahasa asingnya berlaku di banyak negara

Kalau tertarik belajar bahasa Inggris di level advanced, tentu saja negara terbaik yang bisa kamu pilih untuk homestay adalah negara-negara yang bahasa ibunya adalah bahasa Inggris. Meskipun, untuk jadi au pair di negara ini sendiri pun ada syarat minimum bahasa Inggris yang mesti kamu penuhi. Di Australia contohnya, karena au pair bukanlah sebuah program khusus, lebih seperti pekerjaan alternatif dibalik WHV (Working Holiday Visa), maka kamu setidaknya harus mengantongi minimum skor bahasa Inggris untuk level General lebih dulu. Jadinya, tak harus kursus bahasa Inggris di Australia pun tak masalah.

Di Eropa, banyak bahasa berasal dari akar yang sama dan keuntungannya, kamu bisa tetap memakai bahasa tersebut di negara lain. Contohnya, bahasa Prancis yang kamu pelajari di Prancis tetap bisa dipakai di Belgia, Luxembourg, dan Swiss. Sama halnya jika kamu fasih berbahasa Jerman, jangan takut untuk tak terpakai saat travelling ke Austria, Swiss, dan sisi selatan Belgia yang berdekatan langsung dengan Jerman. Bahkan untuk bahasa seaneh Finlandia pun, kamu tetap bisa gunakan sedikit-sedikit di Estonia, atau pelajari bahasa Swedia yang juga bahasa resmi kedua di negara tersebut. Yang pasti, ada skill baru yang mempercantik CV mu jika mampu menguasai salah satu bahasa asing lain selain Inggris.

7. Pindah negara lebih mudah

Hampir semua au pair Indonesia yang saya kenal merasa ketagihan jadi au pair dan punya keinginan untuk mencoba negara lain di tahun-tahun berikutnya. Saya juga yakin bahwa kenyamanan dan kebebasan di negara orang punya magnet tersendiri yang membuat banyak au pair malas kembali kempung halaman. Salah satu perk-nya tinggal di Eropa, kamu punya banyak kesempatan lompat-lompat negara tanpa perlu repot-repot lagi apply visa baru dari Indonesia. Banyak negara juga memungkinkan calon au pair untuk datang langsung ke negara tersebut sambil menunggu selesainya izin tinggal. Yang pasti, cara ini dinilai lebih mudah dan murah. (Cek disini bagi yang belum tahu apa beda 'visa' dan 'izin tinggal!')

Tambahan lainnya, karena punya au pair butuh biaya yang mahal, banyak sekali host family mencari au pair yang sudah berada di wilayah Eropa saja. Mengapa, biasanya mereka malas menunggu proses visa dan izin tinggal yang cukup lama dari Asia. Kedua, mereka enggan membayar uang tiket pesawat mu yang mahal itu (meskipun jatuhnya fifty:fifty). Yang ketiga, host family ini ada niat ketemu langsung terlebih dahulu sebelum tertarik mengundang mu jadi au pair di rumah mereka.

Satu hal lagi yang tak saya bahas di atas adalah program pertukaran budaya akan begitu terasa karena tiap negara di Eropa punya budaya dan tradisi yang berbeda. Meskipun Belgia dan Belanda adalah negara identik dengan bahasa yang sama, namun mereka punya kultur dan pola pikir yang cukup berbeda satu sama lain.

Tentu saja Inggris, Irlandia, Italia, dan Spanyol itu bagian kawasan Eropa (dan Schengen) yang juga memiliki kualifikasi au pair. Sayangnya, regulasinya untuk orang Indonesia tidak ada dan kita tak memungkinkan apply visa au pair ke sana, kecuali pakai visa pelajar. Di sini, tujuan kita utamanya adalah belajar, sementara au pair sendiri hanyalah pekerjaan sampingan. Bayangkan kalau kita tiba-tiba punya masalah dan ditendang dari rumah host family, kepada siapa kita harus laporan dan berapa banyak keluarga yang saat itu betul-betul butuh au pair sebagai pengganti?

Saya juga tidak melarang kalian ke Turki, Jepang, atau dimana pun negara Asianya. Hanya saja sama halnya dengan Inggris atau Italia, saya melihat tidak ada regulasi khusus soal au pair ini. Bahkan di Jepang, au pair ini sama halnya seperti Australia, hanya dibalut visa liburan dan bekerja yang jatuhnya seperti pekerjaan sampingan sekalian tinggal bersama host family. Tak sampai di situ, saya juga merasa bahwa kebanyakan orang Asia masih berpikir bahwa keberadaan au pair itu sama saja dengan pembantu rumah tangga. Jangankan di benua Asia, banyak imigran yang sudah tinggal dan besar lama di Eropa pun pikirannya kadang masih kolot dan manja sejak adanya au pair. (Baca postingan saya di sini tentang keluarga imigran yang harus kamu pertimbangkan kembali!)

Saran saya, kalau kalian tidak ada tujuan khusus untuk jadi au pair , maka carilah host family dari negara-negara di Eropa yang peraturan dan visanya jelas bagi pemegang paspor Indonesia. Kecuali memang ada niat spesifik untuk tinggal lama dan cari kesempatan kerja lebih realistis, mungkin bisa coba ke Amerika atau Australia yang job market-nya lebih luas. Yang ingin lebih dekat dengan Eropa, namun tetap ingin merasakan suasana Muslim, cobalah Turki yang memiliki masjid dan makanan halal dimana-mana. Lalu jika kamu memang nekad ingin ke Inggris, siapkan bukti tabungan finansial dan cobalah untuk berhati-hati karena banyak sekali penipu di internet. Minusnya memilih negara-negara ini, kamu tetap mesti siap-siap apply visa Schengen kalau berniat liburan ke Eropa ;)

Rekomendasi bacaan untuk kamu lainnya: Rangkuman jadi au pair from A-Z

I desire you an awesome luck for your choice!