Showing posts with label jadi au pair. Show all posts
Showing posts with label jadi au pair. Show all posts

Tuesday, May 12, 2020

Tips Rangkuman: Step-by-step Jadi Au Pair (PENTING!)|Fashion Style

Halo kalian, para anak muda Indonesia yang tertarik jadi au pair untuk pertama kalinya, kamu masuk ke laman yang tepat! Sejak pindah ke Belgia 5 tahun lalu, saya memang sudah gencar bercerita tentang pengalaman jadi au pair di banyak negara. Tak hanya soal manis-manisnya saja, tapi juga pahit ketir hidup sebagai personal assistant di rumah nativehost family.

Lama-lama saya sadar bahwa anak muda Indonesia yang ingin 'kabur' ke luar negeri semakin banyak. Impian para milenials pun sekarang tak hanya bisa keliling Eropa, tapi juga mencari kesempatan untuk tinggal lama di sini. Ketika peluang lanjut sekolah bukan mimpi yang mudah diraih, lalu software au pair pun mulai dilirik.

Tapi tahukah kalian bahwa yang ingin jadi au pair tambah banyak setaip tahunnya?! Terbukti di tahun 2014 saat saya jadi au pair di Belgia, hampir semua au pair Indonesia yang tinggal di sana saya kenal. Jumlahnya pun bisa dihitung dengan jari karena komunitas au pair Indonesia hanya itu-itu saja. Saat pindah ke Denmark setahun berikutnya, jumlah au pair Indonesia di sana juga tak sampai 10 orang. Namun secepat kilat beranak pinak menjadi puluhan orang dua tahun kemudian. Terbukti bahwa mimpi untuk tinggal di luar negeri memang semakin mudah diraih.

Bagi kalian yang tertarik jadi au pair juga, berikut saya beri panduan langkah apa saja yang harus dilakukan! Saya menyertakan banyak sekali tautan di bawah ini untuk kalian baca saat santai :)

1. Baca, baca, baca!!!!

You know nothing by just asking! Problem utama yang sering saya temui dari calon au pair baru adalah mereka lebih banyak bertanya daripada membaca. Bisa jadi malas, bisa jadi juga cari cara praktis. Tapi, impian tidak akan mudah diraih kalau hanya bergantung dari satu atau dua orang! We—para au pair senior ini—are not 100% available for you either!

Jadi, saran saya yang pertama tentu saja; buka web browser di ponsel atau laptop kamu, lalu mulai carilah informasi yang terkait soal au pair ini! Percayalah, saya dulu juga mulai dari 0. Tak banyak yang bisa ditanya hingga semua informasi harus dicari sendiri.

Cari dulu referensi semua au pair senior yang ada di net karena sekarang sudah banyak yang mau berbagi informasi lewat blog dan vlog. Baca dan tonton semua platform mereka dan telusuri apa yang mereka lakukan di negara tersebut. Blog Art och Lingua ini sebetulnya BANYAK sekali memuat cerita saya dari mulai au pair sampai sekarang, dari cerita au pair, mengurus visa, sampai cerita cinta.

Referensi:

Hal yang harus kamu ketahui sebelum memutuskan jadi au pair

10 alasan kenapa kamu harus jadi au pair

Apa para motivasi anak muda jadi au pair?

Guide au pair: mulai dari mana?

Usia yang tepat mulai au pair pertama kali

Setelah tahu apa itu au pair, yakinkan dulu diri kamu apakah au pair ini memang hal yang selama ini kamu cari. Pahami juga bahwa tinggal di luar negeri dengan jadi au pair itu ada enak dan tidaknya. Dari dulu saya tidak percaya cerita bahagia au pair yang selalu terpampang di internet. They are all lying! Faktanya, minusnya jadi au pair juga banyak! Makanya ini PR kalian untuk menemukan informasi yang berimbang soal plus dan minusnya jadi au pair. No worry, internet is a great resource!

Referensi:

Enaknya jadi au pair

Au pair: cewek muda serba bisa

Au pair: tukang masak keluarga

2. Tentukan negara tujuan dan jangan ngeyel

Problem kedua yang sering temui dari banyaknya pesan yang masuk lewat blog saya adalah; para calon au pair yang terlalu asik pilah-pilih negara ini itu dan tak tahu bahwa pemegang paspor Indonesia tak bisa kesana. Been there before! Saya dulu juga sama saja, memilih Selandia Baru sebagai negara prioritas hanya gara-gara ingin tinggal di salah satu negara tercantik di dunia. Padahal pemilik paspor Indonesia tak memenuhi regulasi untuk datang ke Selandia Baru jadi au pair.

Lama-lama cari informasi, saya tahu bahwa ada banyak negara di Eropa yang peluangnya lebih besar ketimbang repot-repot ke Selandia Baru. Kamu juga harus tahu, meskipun Jerman dan Belanda adalah dua negara yang paling sering terekspos program au pairnya, tapi ada beberapa negara lain yang juga bisa kamu coba!

Referensi:

First time au pair: ke negara mana?

Jadi au pair ke Amerika? Bisa!

Au pair ke Irlandia, Spanyol, Italia, dan Inggris

Denmark, negara terburuk bagi au pair

Mitos dan fakta au pair di Skandinavia

Kenapa jadi au pair di Denmark?

PR selanjutnya setelah tahu negara mana yang ingin kamu kunjungi adalah mengecek semua hak dan kewajiban kamu di negara tersebut. Tidak ada peraturan negara yang sama meskipun mereka sama-sama berada di Eropa! Jangan samakan regulasi di Jerman dan di Prancis, karena bahasanya saja sudah berbeda. Makanya jangan malas untuk menggali informasi penting tentang uang saku, maksimum jam kerja, durasi au pair berapa lama, pajak, tiket pesawat, bahasa yang digunakan, hingga hari libur.

Carinya dimana? Buka postingan ini sebagai referensi lain:

Pencarian keluarga angkat tanpa lelah (2)

Guide untuk calon au pair

Pajak di Denmark

Gaji au pair, sepadan kah?

Three. Cari keluarga angkat

Sudah paham tentang peraturan tiap negara serta hak & kewajiban au pair di sana? Langkah kamu selanjutnya adalah mencari keluarga angkat! To be honest, this is going to be your hardest part! Mengapa, karena banyak calon au pair yang juga sering mengeluh ke saya tentang betapa susahnya cari keluarga. No wonder, luck juga sangat berpengaruh di sini. Belum lagi saingan kita semua au pair di dunia, terutama Filipina.

Baca referensi saya berikut sebagai pedoman kamu menemukan host family impian! Ini penting sekali karena beberapa calon au pair juga sempat kena penipuan hanya karena terlalu percaya profil tak masuk akal.

Referensi:

Pencarian keluarga angkat tanpa lelah

Calon au pair, waspada penipuan!

Guide untuk calon au pair

Keluarga Arab, pikir lagi!

10 tipe keluarga yang mesti kamu pertimbangkan kembali

Pakai agensi atau mandiri?

7 tips agar keluarga asuh melirik profil mu

Gadis Filipina vs gadis Indonesia di Eropa

Selain itu, menurut saya, para calon au pair juga harus mempersiapkan diri untuk hal yang tak diinginkan, seperti contohnya ketika ada masalah dengan host family.

Referensi:

Keluarga baru, masalah baru

Saat au pair bermasalah dengan keluarga

4. Wawancara dan diskusi

Sudah menemukanhost family yang juga tertarik, lalu saatnya diwawancara? SELAMAT! Itu artinya profil kamu cukup menarik perhatian. Percayalah, saingan kamu sebetulnya banyak, lho!

Meskipun wawancaranya via Skype atau FaceTime dan terkesan lebih informal ketimbang interview kerja di kantoran, tapi bukan berarti kamu tak perlu persiapan. Saya juga sudah pernah menulis artikel tentang persiapan wawancara dengan host family yang bisa dibaca. Yang paling penting, speak your mind! Tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan, jangan sungkan dan tak perlu memikirkan kesopanan. FYI, orang Eropa itu tak seperti orang Asia yang mudah tersinggung. Lebih baik straightforward daripada kamu mati penasaran.

Kalau memang tak semua hal bisa disampaikan face-to-face, kamu juga bisa menuliskan follow-up email lagi ke mereka tentang pertanyaan yang masih mengganjal. Jangan lupa juga untuk selalufollow up keputusan mereka apakah akan meng-hire kamu atau tidak. Satu sampai 10 hari adalah waktu yang tepat untuk menunggu keputusan, tapi lebih dari sana, asumsikan saja si calon keluarga tak memilih kamu. Selagi menunggu decision, jangan putus asa untuk terus cari keluarga lainnya.

5. Izin orang tua

Sebetulnya di antara semua step yang saya sebutkan di sini, restu orang tua bisa jadi masalah terberat yang akan memutus jalan mu sampai akhir. Apalagi program au pair ini bisa disalahartikan oleh orang Indonesia yang memang kebanyakan melihat hal dari satu sisi saja.

Karena malas memberi tahu orang-orang di sekeliling mereka karena takut dicap TKW, banyak juga au pair yang berbohong tentang tujuan mereka ke Eropa. Alasannya simpel, hanya agar bisa diizinkan ke luar negeri.

Tapi dari dulu saya selalu jujur ke keluarga bahwa niat saya ke Eropa memang ingin jadi au pair. Tak mudah menjelaskan ke mereka meskipun kalimatnya sudah saya rangkai sebagus mungkin. Ujung-ujungnya tetap saja saya dicap "jauh-jauh datang ke Eropa hanya untuk jadi pembantu".

Silakan baca cerita saya di sini kalau kamu ingin tahu proses meminta izin orang tua ke luar negeri tanpa terkesan seperti TKI. I knooow it would be hard, tapi tak ada salahnya mencoba jujur. Namun sebetulnya kembali lagi ke kalian, mau jujur atau tidak, silakan. Asal bertanggung jawab dan jangan sampai membuat repot semua keluarga hanya karena mereka tak tahu status kita yang sebenarnya di sini.

6. Mempersiapkan dokumen

Setelah semua proses di atas, kamu akhirnya bisa deal dengan host family dan saatnya menyiapkan semua dokumen untuk pembuatan visa danresidence permit au pair. Horreee! Meskipun happy sudah sampai di tahap ini, tapi kamu harus tahu bahwa pengurusan dokumen bisa jadi proses yang paling melelahkan setelah pencarian host family.

Mengapa, karena tiap negara punya peraturan yang berbeda-beda pula. Ini juga PR lain untuk kamu mencari tahu semua dokumen yang dibutuhkan saat pengajuan aplikasi. Saya sangat menyarankan pakai web browser kalian untuk masuk ke;

  • Situs AuPair World , mencari tahu regulasi setiap negara di dunia secara singkat. Dari situs ini juga biasanya kamu langsung diarahkan menuju ke banyak tautan lain yang berhubungan dengan imigrasi di negara tersebut.
  • Kalau malas pakai situs di atas, kamu boleh cari informasi terlebih dahulu secara mandiri lewat kata kunci di Google. Biasanya kamu juga langsung bisa mendapatkan tulisan atau vlog dari au pair terdahulu yang membagikan pengalamannya saat mengurus visa.
  • Situs lain yang berguna adalah situs kedutaan besar negara tersebut di Indonesia. Buka laman imigrasi mereka dan cari informasi kekonsuleran. Dari situs tersebut juga kita diarahkan menuju situs imigrasi lain yang informasinya berkenaan dengan semua masalah keimigrasian.
  • Cari informasi pengurusan visa lewat situs agensi visa di Indonesia, contohnya VFS atau TLS-Contact.
  • Jangan terpaku pada penelusuran berbahasa Indonesia saja, karena banyak informasi lebih mudah ditemukan lewat bahasa Inggris. Jangan malas juga mengaktifkan penerjemah otomatis di browser kita untuk langsung menerjemahkan situs yang kebetulan dipublikasikan dalam bahasa lokal.

Saat proses ini, jangan tutup juga kemungkinan untuk bertanya ke para senior au pair yang sudah kamu kenal sebelumnya. Boleh juga meninggalkan pesan di kolom komentar blog, IG, atau kanal YouTube untuk bertanya informasi lebih jelasnya. Yang pasti, jangan sampai bertanya masalah basic yang sebetulnya bisa kamu cari tahu sendiri tanpa harus bertanya kesana-sini.

Referensi:

Beda visa dan residence permit

7. Being familiarized with your host countries!

Selagi menunggu keputusan visa atau residence permit yang bisa memakan waktu berbulan-bulan, saya betul-betul sarankan juga kepada calon au pair untuk mengenali negara yang akan di tinggali. Menurut saya ini jadi penting agar kita tidak kaget tiba di lingkungan baru yang semuanya terasa sangat berbeda dengan Indonesia.

Persiapan ini juga sangat berguna kalau kita memang tak punya kenalan atau teman di negara tujuan. Being alone is suck, tapi being unprepared lebih buruk lagi!

  • Cari tahu cuaca dan temperatur rata-rata negara tersebut selama satu tahun. Tinggal di Norwegia tentu saja tidak sama dengal tinggal di Jerman. Tinggal di Utara Prancis pun tak sama dengan Selatan Prancis. Dengan mengetahui kondisi cuaca seperti ini, membuat kita lebih well-prepared dengan baju yang akan dikemas nantinya.
  • Cek juga soal biaya hidup. Para calon au pair baru kebanyakan punya pertanyaan sama; berapa uang yang harus dibawa untuk survive di satu bulan pertama di negara tujuan. Biasanya di bulan pertama ini host family belum memberi kita uang saku, makanya kita harus bertahan dulu untuk jajan di luar. Okelah, tidak perlu memikirkan soal makan di rumah dan akomodasi. Tapi setidaknya kamu punya bayangan kira-kira berapa yang harus dibawa setibanya di sana. Yang pasti, tidak perlu juga menyamakan standar kita dengan orang lain karena awal-awal saya di Denmark pun, saya hanya bawa 1 juta Rupiah!
  • Sistem transportasi bisa jadi sangat ribet di awal-awal kedatangan! Banyak au pair baru yang kesulitan beradaptasi dan kebingungan cara beli tiket bagaimana, sementara mereka juga belum punya kartu debit! Well, if you have prepared beforehand, this problem would be less daunting! Cari tahu tentang sistem transportasi di negara tersebut, cara beli tiketnya bagaimana, ada diskon kah untuk anak muda, serta jadwal bus atau kereta dari rumah host family nanti.
  • Kartu telepon, pajak, dan bank adalah hal yang mesti kamu pikirkan selanjutnya. Okelah, kita masih buta dengan semua hal di negara tersebut. Bisa jadi juga berpikir bahwa host family bisa membantu dalam semua hal di awal kedatangan. Tapi faktanya, kebanyakan au pair yang baru tiba di sini kebingungan karena host family mereka terlalu sibuk mengurusi semua post-arrival au pair dan akhirnya si au pair harus mengurus semua hal sendirian. Jadi daripada terlalu lama menunggu host family pasang aksi, mengetahui seluk beluk hal-hal praktikal bisa menghemat waktu. Contohnya, kamu tinggal minta tolong belikan host family SIM card baru operator XYZ karena kamu sudah tahu bahwa tarifnya lebih murah. Atau kamu juga bisa langsung datang ke bank ABC karena setelah kamu telusuri, bank ini punya bunga yang lumayan tinggi dan bebas biaya administrasi tahunan bagi anak muda.
  • Selanjutnya adalah cek kursus bahasa! Beberapa au pair ada yang sudah sempat berdiskusi dengan host family tentang sekolah bahasa yang akan mereka datangi. Namun tak jarang juga, sampai sini au pair malah ditelantarkan terlalu lama tak ke sekolah bahasa hanya karena host family (lagi-lagi) terlalu sibuk kerja. Jadi daripada semuanya harus menunggu keluarga, buka browser kamu lalu ketik kata kunci "sekolah bahasa xxx di kota yyy"! Meskipun tidak 100% sekolah tersebut yang akan kamu tuju, setidaknya kamu ada gambaran mengenai sistem sekolah bahasa yang ada di negara tersebut.
  • Cek peluang kerja dan tempat kuliah! Tak jarang beberapa au pair ada yang sudah tahu ingin kemana bahkan sebelum memulai au pairnya. This is great! Karena kamu sudah tahu apa yang kamu mau.
  • Cari kenalan atau networking. Awal mula saya jadi au pair, saya sudah menghubungi 1 au pair yang saya kenal di Belgia untuk jaga-jaga. Fortunately, dari blog walking dan komentar blog juga saya banyak mendapatkan kenalan. Hey, these people don't have to be your future close friends. Tapi punya orang yang dikenal setibanya di negara tujuan setidaknya bisa mengurangi kekhawatiran. Kalau tak mau punya kenalan au pair, boleh juga hubungi PPI di negara tujuan dan bertukar kontak dengan para pelajar Indonesia di sana.

Referensi:

Cari kerja di Eropa

Rencana setelah au pair

Hijrah ke luar negeri itu melelahkan

8. Packing time!

Kembali ke subpoin pertama dari poin di atas; dengan mengetahui kondisi cuaca di negara yang akan kamu tinggali, kita jadi lebih siap mempersiapkan barang bawaan nantinya.

Cek postingan berikut sebagai referensi mengemas barang saat pindah ke luar negeri:

Saat-saat terdepresi: packing time!

Menata isi bagasi ke luar negeri

Jangan bawa banyak barang ke Eropa

7 pelajaran fashion dari gadis Eropa

Bertahan dari dinginnya Eropa

Skincare favorit di segala musim

9. Beradaptasi

Finally, you are here, in a place where you have dreamt of living in!! Minggu-minggu pertama akan jadi masa yang menggembirakan bahkan menakutkan. You are living your dream, but at the same, living at someone else's place. Semuanya terasa baru dan kamu pun masih berusaha sadar dari mimpi.

Well, congratulations! Tapi hidup mu masih akan terus berlanjut ke depannya. It's time to face the reality dan melihat kesempatan di negara yang sudah bisa kamu tinggali. Step selanjutnya tentu saja lebih ke masalah teknis seperti lapor diri ke KBRI, menghubungi kenalan atau teman yang sudah sempat kamu tahu, lalu jangan lupa juga cek event seru di kota kamu tinggal. Nothing special? Main ke supermarket dan farmer market juga seru, lho! Please don't limit yourself dari semua orang karena kita tak akan pernah tahu masalah apa yang akan kita hadapi ke depannya. Having people beside is a huge advantage!

Referensi:

6 cara dapat uang tambahan selama jadi au pair

Dilema au pair: jalan-jalan atau menabung

4 cara mengembangkan diri sebagai au pair

Mengatur keuangan au pair

Teman internasional vs teman Indonesia

Hal yang harus dihindari antar au pair

Good luck for your au pair time!!

Wednesday, May 6, 2020

Tips Negara Rekomendasi di Eropa Sesuai Tujuan Au Pair Mu|Fashion Style

Pertama kali mendengar program au pair, yang terlintas di benak saya tentu saja pengalaman pertukaran budaya antara kita dan host family di satu negara. Terkesan naif sekali memang karena ternyata ada banyak sekali motif para au pair yang sengaja datang ke Eropa. Apa itu, silakan baca di postingan ini !

Di postingan lainnya tentang negara tujuan , ada 12 negara di Eropa yang saya rekomendasikan bagi para calon au pair yang mungkin masih kebingungan ingin ke mana. Swiss menjadi daftar tambahan saya lainnya, walaupun kesempatan ke sini juga cukup kecil. Ada banyak sekali canton (distrik/kecamatan) di Swiss yang masih menutup kesempatan bagi au pair non-EU. Makanya kalau kamu tertarik dan sempat terlibat percakapan dengan satu keluarga di Swiss, pastikan bahwa keluarga ini tinggal di canton yang regulasinya memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia.

Bagi yang masih bingung juga, yuk seru-seruan mengecek daftar negara rekomendasi saya berikut ini yang bisa jadi pertimbangan kamu selanjutnya! Disclaimer dulu, bahwa apa yang saya tulis ini murni dari referensi pribadi. Soal ingin ke mana ending-nya, kembali ke preferensi masing-masing.

Cari lelaki

I am not gonna lie, but some Indonesian girls come to Europe to find a soulmate! Salah? Tidak juga, meskipun dianggap terlalu lame bagi sebagian orang karena bisa menimbulkan citra negatif ke banyak au pair Indonesia di Eropa yang niatnya tak serupa. But anyway, kalau kamu tertarik mengikuti jejak mereka mencari jodoh di Eropa, silakan lirik negara rekomendasi saya di bawah ini.

  • Cowok ganteng nan modis, tapi banyak yang takut berkomitmen; silakan ke Swedia atau Denmark.
  • Cowok outgoing, approachable, tapi terkenal "pelit" atau penuh pertimbangan dengan uang mereka, go check cowok-cowok di bagian Barat Eropa!
  • Cowok tradisional/sedikit konservatif, tapi pecinta alam dan dunia outdoor; mungkin Finlandia atau Norwegia adalah negara yang tepat.
  • Cowok misterius, sopan, dan geek; liriklah Swiss atau Finlandia.

Kamu juga bisa baca postingan saya tentang para cowok-cowok di Eropa , Skandinavia , bahkan Finlandia yang sudah pernah saya bahas sebelumnya! Enjoy the love hunting!

Cari uang

Bukan rahasia umum bahwa banyak juga anak muda Indonesia yang memang sengaja jadi au pair karena menganggap application ini sebagai alternatif karir. Jumlah uang saku bulanan yang lumayan, setidaknya bisa membantu perekonomian keluarga di Indonesia. Meskipun katanya Denmark adalah salah satu negara dengan uang saku paling besar, tapi justru negara di bawah ini yang malah saya rekomendasikan jika memang tertarik cari uang!

  • Austria - Meskipun salah satu syarat penting ke Austria kamu harus mampu melampirkan sertifikat bahasa Jerman minimal level A2, tapi dengan jam kerja hanya 18 jam per minggu, au pair mampu mengantongi uang saku hampir €450 tiap bulan (yang juga naik tiap waktu)! Belum lagi ditambah dengan libur berbayar sampai 30 hari per tahun.
  • Belgia - Semakin kesini, semakin banyak anak muda <26 tahun yang ingin memulai atau menghabiskan masa au pairnya di Belgia. Mengapa, tanpa sertifikat bahasa dan jam kerja 20 jam per minggu saja, kamu sudah bisa menghasilkan €450 per bulan tanpa potong pajak!
  • Luksemburg - Cari keluarga di Luksemburg memang tak mudah, namun uang saku mencapai €409 dengan jam kerja 25 jam per minggu, serta negara yang berada di sentral Eropa, menawarkan banyak tiket travelling murah.

Silakan baca postingan saya tentang guide au pair yang akan membawa mu ke penjelasan singkat tentang negara tujuan bagi pemegang paspor Indonesia. Mengapa saya lebih merekomendasikan negara di atas, karena dengan pocket money yang besar, biaya hidup di 3 negara tersebut sebetulnya sangat terjangkau dengan benefit lain berada di sentral Eropa.

Pure belajar bahasa yang nantinya jelas berguna

Dulunya, banyak sekali mahasiswa dari jurusan sastra atau literatur yang memanfaatkan kesempatan au pair untuk sekalian belajar bahasa asing. Kalau kamu bercita-cita ingin jadi polyglot dan tertarik menguasai banyak bahasa, silakan intip negara rekomendasi saya berikut!

  • Prancis - No wonder, ada 280 miliar orang di dunia yang memakai bahasa Prancis sehari-hari sehingga menjadikan bahasa ini nomor 6 sebagai the widest spoken language! Sekalinya menguasai bahasa ini, jalan-jalan mu ke Swiss atau Kanada akan menjadi sangat lokal.
  • Belgia - Belanda - Meskipun kedua negara ini menggunakan pengucapan dan aksen serupa tapi tak sama, namun basis keduanya sama-sama bahasa Belanda. Lancar bahasa Belanda, kamu tetap bisa menggunakannya lagi di Belgia.
  • Austria - Jerman - Tak hanya di dua negara ini, bahasa Jerman juga menyebar luas di beberapa bagian Swiss dan Belgia.
  • Swedia - Denmark - Norwegia - Walaupun tak banyak orang yang tertarik mempelajarinya, namun 3 negara ini menggunakan akar bahasa yang serumpun. Bahasa Denmark cenderung lebih sulit secara pelafalan, namun tulisannya sangat mirip dengan bahasa Norwegia. Meskipun merasa tak saling berkaitan, namun orang Swedia punya tone yang cukup seragam dengan bahasa Norwegia dan keduanya bisa saling memahami secara lisan.

Lanjut kuliah

Tak jarang kesempatan au pair bisa dimanfaatkan sebagai batu loncatan bagi anak-anak muda untuk lanjut studi di beberapa negara di Eropa. Tujuan akhir sebagai pelajar ini dipercaya bisa membuka lagi kesempatan untuk bekerja dan tinggal lebih lama. Jadi, negara mana saja yang mesti kamu lirik kalau tujuan akhir mu jadi pelajar?

  • Jerman - Saya sendiri sebetulnya kurang begitu familiar dengan banyaknya program belajar dan bekerja yang ada di Jerman. Namun yang saya tahu, ada banyak sekali mantan au pair Indonesia yang tak bingung dengan masa depan mereka karena ada banyak sekali kesempatan belajar dan bekerja di negara ini. Mulai dari Ausbildung sampai lanjut kuliah Master!
  • Belgia - Sebagai salah satu negara populer untuk melanjutkan studi, Belgia menawarkan biaya kuliah yang cukup affordable bagi pelajar asing. Selain itu, kesempatan untuk cari kerja di Belgia dan Belanda juga terbuka lebar sekiranya kamu bisa menguasai bahasa Belanda selepas lulus kuliah.
  • Norwegia - This is a country where I continue my Master's degree! Sebagai salah satu negara terbahagia di dunia dengan alam yang menakjubkan, Norwegia juga masih memberikan kesempatan bebas biaya kuliah bagi pelajar internasional. Tapi, jangan menganga dengan tingginya biaya hidup serta sulitnya cari kerja selepas lulus di sini.

Tinggal lama tapi percuma

Percaya kah kalian bahwa walaupun au pair itu berat, tapi bisa membuat ketagihan? Banyak au pair yang saya kenal memutuskan untuk menghabiskan masa au pair mereka selama 2 tahun di Denmark, lalu lanjut lagi 2 tahun di Norwegia. Alasannya simpel, agar bisa tinggal lebih lama di Eropa meskipun juga ada banyak sekali fakta tak menarik soal au pair di Skandinavia ini. Go check my post here !

Mengapa saya sampai mengatakan tinggal lama bisa percuma, karena banyak yang bisa tinggal sebagai au pair, namun tak secured lama. Selain biaya hidup yang tinggi di Norwegia, kesempatan cari kerja yang sulit, serta biaya kuliah yang tinggi di Denmark, membuat kesempatan mengganti residence permit peluangnya cukup kecil. Untuk cari jodoh pun tak mudah, karena syarat menikah di Denmark semakin dipersulit bagi pasangan campuran, serta adanya peraturan baku soal siapa yang berhak mendapatkan permit sebagai pasangan tinggal bersama (samboer).

So, kalau kamu berniat tinggal selama 4 tahun di dua negara ini, make sure kamu tidak kebingungan lagi soal masa depan. Karena sejatinya, pelajaran bahasa yang tak membekas lama pun sebetulnya tak banyak memberikan banyak benefit selepas kita kembali ke Indonesia.

Lively network

Tidak semua negara Eropa itu seragam dalam memberikan pengalaman berharga bagi anak muda. Bagi kamu yang tak ingin kehilangan momen having fun tak terbatas, networking luas, serta kesempatan belajar lebih banyak, negara di bawah ini bisa jadi adalah negara terbaik untuk menghabiskan masa au pair mu!

  • Belanda - Saya belum pernah jadi au pair di Belanda sebelumnya, namun sebagai salah satu negara terpopuler tujuan wisatawan, Belanda tentu saja adalah negara ter-hits seantero Eropa! Negara menarik yang membuat anak muda Indonesia ingin menjadi au pair dan tinggal lebih lama di sini. Satu lagi, kamu akan merasa seperti rumah karena banyaknya populasi orang Indonesia serta restoran lokal khas Indonesia yang akan terus memanjakan mu dengan cita rasa kampung halaman.
  • Jerman - Sebagai negara populer untuk melanjutkan studi, kamu tak akan pernah menemukan sesuatu yang membosankan karena tempat ini packed of young people! Jerman menawarkan kemudahan transportasi, komunikasi, serta banyak tempat seru untuk dicoba. Biaya hidup yang relatif murah juga bisa jadi pertimbangan untuk jalan-jalan serta menikmati negara dengan keramahtamahan warga lokalnya.
  • Denmark - Meskipun banyak yang mengamini bahwa Denmark adalah negara membosankan, tapi jangan salahkan food scene, design attraction, serta creative people yang akan membuat pengalaman au pair mu menyenangkan! Denmark adalah negara kaya kultur yang banyak melahirkan para arsitektur serta desainer kreatif yang tak banyak tersentuh media dunia. Kopenhagen adalah ibukota sekaligus kota paling hipster yang pernah saya kunjungi di Eropa!

The most opulent scenery

Not every young people was born for having fun. Sebagian dari mereka justru lebih memilih tempat yang tenang dengan alam luar biasa dan tak terjamah banyak orang Indonesia. Jika kamu bagian dari anak muda ini, carilah host family dari 3 rekemondasi saya berikut.

  • Norwegia - I don't have to tell you more. Saya tinggal di sini, menjelajahi negara ini dari Bodø hingga Tjøme, hingga blusukan ke hutan dan pegunungan tak terjamah banyak manusia. Everything seems so breathtaking in Norway! Jangan takut tinggal di pedesaan dan jauh dari kota besar, karena tumpukan salju saat musim dingin pun bisa jadi pengalaman menakjubkan yang tak semua orang di Belgia bisa menikmatinya setiap tahun!
  • Islandia - Far from anywhere else in Europe, but Arctic and Canada. Tak banyak orang Indonesia yang memilih negara ini sebagai tujuan au pair memang. Tapi jangan salahkan mereka yang memilih untuk menyaksikan tarian the Northern Lights (Aurora Borealis) tiap tahunnya sampai muak! Iceland is wonderful dan semakin banyak didatangi turis hanya untuk menyaksikan alam yang tak ada tandingannya dimana pun di wilayah Eropa. Sounds enticing?
  • Swiss - Pegunungan Alpen, bukit nan hijau, hingga sapi yang mengemoo menambah kesan tenang dan damai. Dari musim panas hingga musim semi, kamu bisa menikmati alam Swiss yang luar biasa baik di dalam hingga luar kota.

Where do you want to go and live in the most?? Sekarang saatnya cari host family! Jangan lupa baca tips saya di sini untuk tahu step-by-step bagi para au pair pemula dalam menemukan host family impian mereka. Good luck for your search!

Saturday, May 2, 2020

Tips 7 Alasan Mengapa Sebaiknya Kamu Jadi Au Pair di Kawasan Eropa|Fashion Style

Sekitar 6 atau 7 tahun lalu saat saya pertama kali tahu au pair, negara paling populer bagi au pair Indonesia masih ditempati oleh Jerman, Belanda, dan Prancis. Negara terakhir biasanya dipilih karena banyak mahasiswa Sastra Prancis yang berniat mengasah bahasa asing mereka di negaranya langsung. Sementara Jerman populer hingga sekarang karena menawarkan kesempatan tinggal lebih luas dari negara lainnya ― meskipun uang sakunya kecil. Lalu Belanda, karena mungkin punya sejarah panjang dengan Indonesia dan populasi orang Indonesianya juga lebih banyak ketimbang kawasan lain di Eropa, makanya dipilih karena ingin tetap "feel at home".

Saat ini dengan semakin mudahnya informasi didapat, perlahan au pair juga tertarik ke negara lainnya selain 3 daftar negara mainstream di atas. Yang saya dengar, sekarang Denmark dan Belgia malah jadi negara favorit menggantikan Prancis! Bahkan saya juga banyak menerima pesan dari blog readers yang tertarik ke Jepang, Turki, atau Inggris untuk jadi au pair. Kalau kamu baru pertama kali au pair, coba buka postingan saya di sini  sebagai referensi negara mana yang saya rekomendasikan bagi first timer.

Namun dari semua negara yang memungkinkan, saya tetap merekomendasikan kawasan Eropa sebagai tempat terbaik bagi application au pair ini. Mengapa?

1. Regulasinya jelas

Au pair berasal dari bahasa Prancis "at par" atau "setara (equal to)", yang berarti adanya kesetaraan relasi bagi au pair untuk dianggap sebagai bagian dari keluarga, ketimbang pembantu. Di Eropa konsep au pair ini berbeda dengan Amerika Utara, apalagi Asia. Au pair di Amerika Utara dan Australia lebih condong sebagai pengasuh anak purna waktu, sementara di Eropa lebih sebagai pekerjaan paruh waktu yang memungkinkan au pair bisa sekolah bahasa sebagai bagian program pertukaran budaya.

Karena memang berasal dari Eropa, aturan untuk au pair ini pun sangat jelas di negara-negara kawasan Schengen seperti Swedia, Belanda, Prancis, Jerman, atau Austria. Meskipun tiap negara punya aturan yang berbeda soal jam kerja dan uang saku, namun adanya kejelasan aturan ini di keimigrasian membuat proses dokumentasi dan izin tinggal pun tak memusingkan. Kita bisa langsung buka situs imigrasi bersangkutan dan informasi soal au pair sudah tersedia dengan lengkap. Beberapa negara juga sudah menyediakan formulir khusus, kontrak kerja, dan tes tersendiri bagi host family yang berminat mengundang au pair ke rumah mereka.

2. Status mu dilindungi badan ketenagakerjaan

Karena status yang jelas ini, au pair pun masuk ke dalam skema tenaga kerja yang dilindungi oleh negara. Artinya, kalau ada masalah besar yang menimpa mu dan host family , kamu bisa melaporkan keluarga tersebut ke polisi atau badan ketenagakerjaan lokal. Status host family ini bisa sangat tidak menguntungkan dan kalau kasusnya memang dirasa berat, mereka bisa di-blacklist negara untuk tak boleh punya au pair 2 sampai 5 tahun berikutnya.

Setelah saya meninggalkan Belgia beberapa tahun lalu, kabar soal betapa banyaknya kasus bermasalah terhadap au pair semakin sering terdengar. Untuk mengantisipasi host family yang abusive, polisi sering kali menyamar sebagai orang asing dan melakukan razia ke rumah-rumah yang terlihat memiliki wajah-wajah gadis asing. Seorang teman saya bahkan pernah terazia hanya membantu host family-nya buang sampah ke luar, meskipun saat itu belum mengantungi izin kerja. Hal ini memang sangat dilarang karena ditakutkan host family hanya memanfaatkan tenaga kita sebelum keluarnya izin yang valid dari pemerintah. Ada banyak juga polisi yang siap membantu au pair jika memang dirasa perlu, karena sejatinya di Eropa juga banyak host family mean!

3. Less scammers

Sampai sekarang, saya belum pernah mendengar cerita ada keluarga palsu dari Eropa yang ending-nya minta uang. Kebanyakan keluarga palsu (scammers) berasal dari negara-negara berbahasa Inggris seperti Amerika Utara dan Britania Raya. Tujuannya simpel, pura-pura menjadi keluarga yang mencari au pair, bertukar kontak, lalu ujung-ujungnya minta uang untuk pengurusan dokumen di agensi ini itu. Masalah profil bisa dibuat-buat karena foto bisa dicomot dari internet, alamat bisa Googling sendiri pakai alamat orang, dan masalah agensi yang terlihat real itu hanyalah topeng palsu agar terlihat meyakinkan. Bahkan saya sempat menerima email dari orang tua calon au pair yang sampai menanyakan ke saya soal keabsahan kontrak kerja dari "host family" Inggris, yang jelas-jelas adalah scammer!

Di Eropa, keberadaan host family fiktif PASTI ada! Hanya saja, akan sangat mudah melacaknya karena tipe-tipe keluarga ini biasanya hanya akan menghubungi via Facebook. Seorang teman pernah dihubungi bapak-bapak di Facebook yang alasan awalnya cari au pair, namun ternyata malah cari istri baru.

Kembali ke para penipu bermodus uang tadi, selain harus bisa bahasa asing (yang mana para scammers hanya bisa bahasa Inggris), menyertakan dokumen berbahasa lokal akan sangat menyulitkan mereka karena sistem imigrasi di Eropa bagi au pair sudah sangat solid. Tak perlu was-was juga kalau ketemu host family dari situs pencarian au pair atau agensi terpercaya, karena hampir semua profil yang kamu temukan di situs tersebut memang betul-betul sedang mencari au pair. (Baca juga postingan saya di sini agar kamu lebih waspada terhadap penipuan !)

4. Agensi lebih mengerti ‘what to do

Karena status dan jenis visa yang sesuai regulasi, serta status kita dilindungi negara, agensi lokal yang berperan aktif dalam pengurusan dokumen pun tahu apa yang harus dilakukan. Tidak sama seperti agensi yang hanya butuh uang, banyak juga agensi gratis di kawasan Eropa mau menjadi mediator saat kita punya masalah dengan host family. Agensi ini juga sudah diberikan pengetahuan bagaimana mendamaikan konflik, informasi soal hari libur dan uang saku, serta seluk-beluk pertanyaan lain yang mungkin ada di benak kita.

Sudah berdedikasi mengurusi persoalan au pair, kamu juga bisa langsung minta tolong carikan host family baru lewat mereka karena banyak keluarga biasanya mendaftar lewat agensi yang sama. Di Belanda, peran agensi begitu penting karena merekalah yang akan mewawancara kita terlebih dahulu untuk tahu apakah motivasi kita jadi au pair sejalan dengan tujuan program tersebut. Bahkan banyak agensi yang juga bekerja sama dengan badan ketenagakerjaan lokal mengadakan workshop, aktifitas luar ruangan, dan merayakan Natal bersama au pair lainnya untuk menangkis kesepian saat di tanah rantau.

5. Tak perlu visa lagi keliling kawasan Schengen/Uni Eropa

Sebagai benua eksotis yang memikat banyak orang Asia dan Amerika untuk berkunjung, kepemilikan izin tinggal sementara yang sakti memungkinkan kita jalan-jalan keliling Eropa tanpa perlu daftar visa baru. Ketika mendapat kesempatan tinggal di Inggris atau Australia, kamu tetap harus daftar visa Schengen lebih dulu untuk berkunjung ke Eropa. Bahkan Turki yang three persennya masih masuk kawasan Eropa, tetap harus daftar visa baru karena bukan bagian kawasan Schengen atau Uni Eropa.

Keuntungan lainnya, pemegang izin tinggal Eropa juga punya kesempatan mengunjungi negara lain tanpa harus repot apply visa; contohnya Taiwan. Bahkan kalau kamu punya izin tinggal Denmark, mengunjungi Greenland juga tak mustahil tanpa perlu apply visa lagi! Tahu sendiri kan betapa repotnya apply visa Schengen dengan menyertakan bukti tabungan ini itu, sebelum akhirnya diperbolehkan masuk ke salah satu negara mereka.

6. Bahasa asingnya berlaku di banyak negara

Kalau tertarik belajar bahasa Inggris di level advanced, tentu saja negara terbaik yang bisa kamu pilih untuk homestay adalah negara-negara yang bahasa ibunya adalah bahasa Inggris. Meskipun, untuk jadi au pair di negara ini sendiri pun ada syarat minimum bahasa Inggris yang mesti kamu penuhi. Di Australia contohnya, karena au pair bukanlah sebuah program khusus, lebih seperti pekerjaan alternatif dibalik WHV (Working Holiday Visa), maka kamu setidaknya harus mengantongi minimum skor bahasa Inggris untuk level General lebih dulu. Jadinya, tak harus kursus bahasa Inggris di Australia pun tak masalah.

Di Eropa, banyak bahasa berasal dari akar yang sama dan keuntungannya, kamu bisa tetap memakai bahasa tersebut di negara lain. Contohnya, bahasa Prancis yang kamu pelajari di Prancis tetap bisa dipakai di Belgia, Luxembourg, dan Swiss. Sama halnya jika kamu fasih berbahasa Jerman, jangan takut untuk tak terpakai saat travelling ke Austria, Swiss, dan sisi selatan Belgia yang berdekatan langsung dengan Jerman. Bahkan untuk bahasa seaneh Finlandia pun, kamu tetap bisa gunakan sedikit-sedikit di Estonia, atau pelajari bahasa Swedia yang juga bahasa resmi kedua di negara tersebut. Yang pasti, ada skill baru yang mempercantik CV mu jika mampu menguasai salah satu bahasa asing lain selain Inggris.

7. Pindah negara lebih mudah

Hampir semua au pair Indonesia yang saya kenal merasa ketagihan jadi au pair dan punya keinginan untuk mencoba negara lain di tahun-tahun berikutnya. Saya juga yakin bahwa kenyamanan dan kebebasan di negara orang punya magnet tersendiri yang membuat banyak au pair malas kembali kempung halaman. Salah satu perk-nya tinggal di Eropa, kamu punya banyak kesempatan lompat-lompat negara tanpa perlu repot-repot lagi apply visa baru dari Indonesia. Banyak negara juga memungkinkan calon au pair untuk datang langsung ke negara tersebut sambil menunggu selesainya izin tinggal. Yang pasti, cara ini dinilai lebih mudah dan murah. (Cek disini bagi yang belum tahu apa beda 'visa' dan 'izin tinggal!')

Tambahan lainnya, karena punya au pair butuh biaya yang mahal, banyak sekali host family mencari au pair yang sudah berada di wilayah Eropa saja. Mengapa, biasanya mereka malas menunggu proses visa dan izin tinggal yang cukup lama dari Asia. Kedua, mereka enggan membayar uang tiket pesawat mu yang mahal itu (meskipun jatuhnya fifty:fifty). Yang ketiga, host family ini ada niat ketemu langsung terlebih dahulu sebelum tertarik mengundang mu jadi au pair di rumah mereka.

Satu hal lagi yang tak saya bahas di atas adalah program pertukaran budaya akan begitu terasa karena tiap negara di Eropa punya budaya dan tradisi yang berbeda. Meskipun Belgia dan Belanda adalah negara identik dengan bahasa yang sama, namun mereka punya kultur dan pola pikir yang cukup berbeda satu sama lain.

Tentu saja Inggris, Irlandia, Italia, dan Spanyol itu bagian kawasan Eropa (dan Schengen) yang juga memiliki kualifikasi au pair. Sayangnya, regulasinya untuk orang Indonesia tidak ada dan kita tak memungkinkan apply visa au pair ke sana, kecuali pakai visa pelajar. Di sini, tujuan kita utamanya adalah belajar, sementara au pair sendiri hanyalah pekerjaan sampingan. Bayangkan kalau kita tiba-tiba punya masalah dan ditendang dari rumah host family, kepada siapa kita harus laporan dan berapa banyak keluarga yang saat itu betul-betul butuh au pair sebagai pengganti?

Saya juga tidak melarang kalian ke Turki, Jepang, atau dimana pun negara Asianya. Hanya saja sama halnya dengan Inggris atau Italia, saya melihat tidak ada regulasi khusus soal au pair ini. Bahkan di Jepang, au pair ini sama halnya seperti Australia, hanya dibalut visa liburan dan bekerja yang jatuhnya seperti pekerjaan sampingan sekalian tinggal bersama host family. Tak sampai di situ, saya juga merasa bahwa kebanyakan orang Asia masih berpikir bahwa keberadaan au pair itu sama saja dengan pembantu rumah tangga. Jangankan di benua Asia, banyak imigran yang sudah tinggal dan besar lama di Eropa pun pikirannya kadang masih kolot dan manja sejak adanya au pair. (Baca postingan saya di sini tentang keluarga imigran yang harus kamu pertimbangkan kembali!)

Saran saya, kalau kalian tidak ada tujuan khusus untuk jadi au pair , maka carilah host family dari negara-negara di Eropa yang peraturan dan visanya jelas bagi pemegang paspor Indonesia. Kecuali memang ada niat spesifik untuk tinggal lama dan cari kesempatan kerja lebih realistis, mungkin bisa coba ke Amerika atau Australia yang job market-nya lebih luas. Yang ingin lebih dekat dengan Eropa, namun tetap ingin merasakan suasana Muslim, cobalah Turki yang memiliki masjid dan makanan halal dimana-mana. Lalu jika kamu memang nekad ingin ke Inggris, siapkan bukti tabungan finansial dan cobalah untuk berhati-hati karena banyak sekali penipu di internet. Minusnya memilih negara-negara ini, kamu tetap mesti siap-siap apply visa Schengen kalau berniat liburan ke Eropa ;)

Rekomendasi bacaan untuk kamu lainnya: Rangkuman jadi au pair from A-Z

I desire you an awesome luck for your choice!