Showing posts with label enak jadi au pair. Show all posts
Showing posts with label enak jadi au pair. Show all posts

Thursday, June 25, 2020

Tips Enaknya Jadi Au Pair|Fashion Style

Kalau kamu belum tahu au pair itu apa, sebaiknya kamu baca dan mengerti dulu baik-baik konteks au pair itu sendiri. Bagi yang masih juga skeptis saat tahu au pair disamakan dengan babu, think! Think again!

Meskipun banyak sekali cerita tentang au pair yang terpaksa bekerja overtime ataupun kedapatan keluarga angkat yang mean, tapi keluarga angkat itu ibarat perusahaan. Tidak semua perusahaan memperlakukan karyawannya dengan baik. Tapi, kalau memang bernasib mendapatkan perusahaan oke, fasilitas dan perlakuan mewah pun tidak jarang akan didapatkan.

Di postingan sebelumnya, saya pernah memberikan alasan mengapa kamu harus menjadi au pair setidaknya selama satu tahun. Selain mendapat kesempatan jalan-jalan keluar negeri dan belajar budaya baru, beberapa keuntungan berikut ini bisa kamu dapatkan langsung dari keluarga angkat.

1. Kamar dan fasilitas rumah yang cutting-edge

Walaupun tidak bisa dipukul rata, tapi kebanyakan keluarga yang mendatangkan au pair ke rumah mereka termasuk orang kaya. Bayangkan, satu keluarga harus mendatangkan seorang gadis asing ke rumah mereka, dibelikan tiket pesawat, dibayari kursus ini itu, belum lagi asuransi dan lainnya. Meskipun banyak yang menganggap memiliki au pair lebih murah dari mempekerjakan nanny, tapi si keluarga setidaknya harus mengeluarkan uang lebih juga setiap bulannya untuk kebutuhan primer si au pair.

Para keluarga kaya ini tidak jarang memiliki rumah mewah dengan fasilitas modern yang mengagumkan. Mereka biasanya menyediakan televisi, radio, hingga Netflix bagi si au pair agar merasa homey. Fasilitas lain seperti kamar mandi pribadi, ruang gym, laptop pinjaman, ataupun kompor listrik pun biasanya bisa au pair rasakan selama menjadi keluarga di rumah mereka.

2. Eat what you want

Kalau bernasib baik mendapatkan keluarga royal dan tidak pelit, biasanya au pair juga bebas makan apapun yang sudah disediakan keluarga angkat. Untuk mencukupi gizi dan kebutuhan si au pair, banyak keluarga yang peduli dengan makanan favorit au pair mereka, termasuk vegan ataupun Halal.

Seorang au pair yang saya kenal, bahkan dipercaya memegang langsung kartu kredit si keluarga angkatnya agar bebas membeli sendiri makanan yang dia mau di grocery store. Beberapa au pair yang saya kenal pun disediakan lemari es sendiri untuk menyimpan makanan favoritnya semisal salmon, soda, ataupun jenis-jenis snack yang selalu dia makan. Karena tahu salmon adalah barang mahal, lucunya si au pair ini sedikit memanfaatkan kesempatan untuk dibelikan salmon setiap minggunya.

3. Liburan yang mewah

Liburan dengan keluarga angkat itu ibarat blessing in disguise. Di satu sisi, keluarga angkat tidak keberatan membayar tiket pesawat si au pair, disewakan kamar hotel pribadi, bahkan diajak keliling kesana kemari GRATIS! Di sisi lain, liburan dengan keluarga angkat itu sungguh tidak bebas. Meskipun judulnya liburan, tapi sejatinya yang liburan itu malah si keluarga. Faktanya, au pair masih belum bisa bebas tugas mengasuh anak-anak saat liburan.

Sekali lagi, liburan dengan keluarga angkat memang bisa sangat menyenangkan tapi juga terkekang. Lebih dari itu, sebenarnya banyak juga pengalaman tak terlupakan yang au pair bisa dapatkan. Selain jalan-jalan kesana kemari gratis dan menginap di hotel mahal, au pair juga diikutsertakan ke aktifitas keluarga seru seperti snorkelling, sky diving, menunggang kuda, ataupun ski.

Seorang teman mantan au pair pernah diajak liburan gratis dengan jet pribadi keluarga angkatnya, lho! Beberapa teman au pair lain sering diajak bolak-balik UK, Hollywood, summer cottage,pulau-pulau cantik, ataupun hotel mewah, karena keluarga angkat mereka memang sering pergi ke tempat tersebut.

4. Hadiah tak diharapkan

Percayalah, keluarga angkat yang baik akan selalu menghadiahi pengalaman yang seru dan menarik bagi au pair mereka. Saat di Belgia, saya beruntung mendapatkan kesempatan once in a lifetime naik helikopter yang diterbangkan dan mendarat langsung di halaman rumah keluarga angkat saya.

Seorang au pair pernah bekerja di rumah keluarga yang ibunya seorang pengrajin perhiasan. Saat si au pair ini bertunangan, si ibu bersedia membuatkan cincin pernikahan yang berkomposisi berlian. Ada lagi mantan au pair yang saya kenal, tiba-tiba mendapatkan hadiah Natal berupa pc beserta CD-power langsung. Ada juga seorang au pair yang ingin pergi liburan, diberi uang jajan lebih oleh si keluarga angkat.

Sekali lagi, seorang au pair tidak akan pernah tahu dan berharap lebih pada keluarga angkat mereka. Tapi kalau memang kebetulan mendapatkan keluarga kaya dan baik hati, berbagai hadiah pun bisa didapatkan bertubi-tubi.

5. You can also drive

Banyak keluarga angkat yang biasanya membutuhkan au pair dengan surat izin mengemudi, agar bisa mengantar-jemput anak-anak mereka dari berbagai aktifitas. Mengemudi mobil bisa jadi sangat membosankan dan menjemukan, apalagi ini bagian dari tugas.

Eiits, tapi kalau berkesempatan mencoba mobil mewah si keluarga angkat, siapa yang tidak mau coba? Meskipun titelnya, pinjaman keluarga angkat, kapan lagi bisa mengemudi mobil sport BMW keluaran terbaru di jalanan Eropa?! Fasten your seat belt!

Saturday, May 23, 2020

Tips Malasnya 'Business Trip' dengan Host Family|Fashion Style

Salah satu perks of being an au pair itu adalah bisa jalan-jalan gratis alias "dinas" atau "business trip" ke luar dan dalam negeri dengan keluarga angkat. Pengalamannya tentu saja banyak, bisa diajak melihat tempat-tempat anti mainstream yang mungkin tidak akan pernah kita singgahi kalau harus travelling sendiri, tiket PP gratis, serta ikut kecipratan fasilitas hotel mewah kalau memang beruntung mendapatkan keluarga Eropa yang kaya raya. Kadang kalau keluarganya baik, uang saku saat liburan pun ikut ditambah.

Contohnya saja Vicky, eks au pair Denmark, yang sempat dibawa "dinas" ke Dubai selama 7 hari menemani host family. Kegiatan sehari-harinya hanya berjemur seksi di pantai atau hotel berbintang karena mengikuti gaya liburan keluarganya yang santai.

Ada lagi Anggi, eks au pair Belgia, yang beruntung tinggal bersama keluarga Belanda kaya raya yang sering diajak travelling menggunakan jet pribadi. Dari penginapan dan makan sehari-hari di restoran semuanya ditanggung tanpa takut kelaparan. Tidak suka makanan restoran, boleh pesan menu di hotel yang juga masuk ke bill keluarga. Kegiatan dinas juga tidak hanya menemani host kids di pantai Spanyol, tapi juga ber-ski di Austria. Lucky? Iya.

Dari dulu sebetulnya saya paling tidak berminat diajak liburan oleh keluarga angkat. Daripada liburan masih harus bertemu mereka, saya lebih memilih doing nothing at home atau hang out di kota dengan teman dekat. Di Norwegia, entah harus bersyukur atau terus mengeluh karena dinas keluar Oslo sudah jadi jadwal saya setiap bulan. Yep, you read it right! Setiap bulan jalan-jalan dan tidak pernah mantap di Oslo!

Selain host family saya  punya 3 rumah di Norwegia yang harus didatangi tiap akhir pekan, mereka juga memiliki pulau pribadi dan villa di Prancis yang rutin dikunjungi setiap tahun. Karena keluarga saya ini juga experienced skiers yang harus selalu naik gunung untuk berski ria, mau tidak mau saya selalu diajak kerja pindah-pindah.

BUT!! Tidak semua perjalanan dinas ke tempat-tempat jaw-dropping selalu menyenangkan. None of these (lucky) au pairs told you exactly how did they feel!

1. Working more

Meskipun mungkin terhindar dari rutinitas harian semisal laundry dan memasak karena semuanya jadi servis hotel, namun tidak untuk babysitting. Kebanyakan orang tua biasanya hanya ingin menikmati liburan tanpa harus 24/7 bersama anak, makanya au pair ikut dibawa. Tak heran, kadang au pair sampai harus tidur sekamar dengan balita hanya karena orang tuanya masih sibuk clubbing.

2. No holiday for you

Judulnya memang "liburan", tapi itu sebetulnya liburan host family. Bagi sebagian au pair, liburan dengan host family bisa berarti kerja rodi! Keluarga yang masih punya anak kecil biasanya paling butuh bantuan ekstra saat liburan. Makanya agenda kita ikut mereka pun bukanlah berfoto-foto ria memakai outfit ceria hanya untuk dipamerkan di sosial media, tapi tetap harus dorong stroller dan ganti popok balita. Tentu saja ada kalanya si keluarga ini memberikan kita waktu luang menikmati kota dan jalan sebentar ke taman, tapi sesungguhnya rutinitas kita tidaklah berbeda dari tugas harian yang hanya pindah tempat saja. This is how "business trip" works, bukan?

3. Terbatasnya privasi

Namanya juga "sudah dianggap seperti keluarga sendiri", jadi kadang tidak ada lagi batas privasi antara kita dan keluarga. Kembali ke poin pertama, kadang au pair harus tidur sekamar bersama host kids hanya karena orang tua mereka ingin punya kamar sendiri dan child-free saat liburan. Ada lagi au pair yang merasa canggung karena harus ikut makan 3 kali sehari dengan host family di restoran, padahal kadang inginnya lari ke Mekdi.

Four. Susah keluar

Enak kalau diajak dinas ke daerah tak jauh dari keramaian ataupun akses ke transportasi umumnya gampang. Setidaknya kita bisa melarikan diri sebentar ke pusat kota hanya untuk cuci mata ataupun ngopi santai tanpa harus selalu berkutat dengan host kids. Faktanya, tidak semua keluarga kaya raya suka dengan kota-kota besar seperti Paris dan Barcelona.

Keluarga saya termasuk tipe orang yang menyukai daerah tenang, pinggiran, dan sangat dekat dengan alam. Bagi mereka memang menyenangkan karena tak harus berdesakkan dengan turis, namun bagi saya, seperti penjara. Saya sering kali diajak ke villa pribadi mereka di atas perbukitan Prancis Selatan yang luar biasa megah, otentik, serta punya kolam renang dan lapangan tenis sendiri. Kanan kiri hanya hutan dan bukit yang sungguh cantik. Tempat ini juga jadi venue resepsi pernikahan host parents saya yang mengundang hampir 80 orang. Awalnya saya tidak berhenti mengagumi tempat ini, lama-lama muak juga.

Ingin ke pusat kota, harus jalan kaki turun bukit sekitar satu jam dulu atau mau tidak mau harus menggunakan kendaraan pribadi. Miskin hiburan untuk anak muda. Belum lagi transportasi umumnya sangat jarang dan membutuhkan waktu 40 menit lagi untuk sampai ke kota yang lebih besar. Saya suka hiking, tapi kalau harus selalu menjelajah tempat ini sendiri, saya bosan.

Five. Menunggu pulang

Keluarga Eropa yang kaya raya itu liburannya tidak sebentar karena mereka memang menikmati semaksimal mungkin atmosfir daerah yang berbeda jauh dari kota asal. Paling cepat semingguan, paling lama bisa satu bulanan. Hari pertama sampai ketiga mungkin para au pair ini masih semangat selfie, foto kanan kiri, dan penasaran ingin menjajakkan kaki kesana-sini. Esok-esoknya, hari terasa sangat lama karena mulai merindukan teman atau pacar.

Mau bagaimana lagi, yang liburan memang si keluarga dan kita hanya kecipratan asiknya saja. In the end, kita hanyalah sendiri menikmati fasilitas mewah dan kecantikan kota yang tersajikan di depan mata. Kalau sudah seperti ini, yang ditunggu hanyalah hari kepulangan.

Bagi kalian para au pair, kalau memang ditawari host family liburan bersama, coba saja tanyakan dulu prosedur kerjanya bagaimana sebelum mengiyakan. Apakah ini murni liburan gratis, berbayar, ataukah kita masih perlu kerja disana? Tidak semua keluarga akan menyewa hotel berbintang, karena beberapa juga lebih memilih villa atau rumah tinggal.

Menurut saya, liburan atau dinas dengan keluaga yang anaknya sudah cukup besar akan lebih menguntungkan. Kegiatan kita bukan babysitting, tapi lebih beraktifitas bersama. Seperti contohnya teman saya, Mira, au pair Denmark, yang beruntung diajak ber-ski ke Norwegia sampai dihadiahi pakaian ski lengkap oleh keluarga angkatnya. Seru memang! Tapi sayangnya, perasaan kesepian seperti orang asing tidak akan sepenuhnya bisa hilang meskipun kita sedang telentang cantik di Amalfi ataupun menyesap kopi hangat di Rio de Janeiro.