Showing posts with label hidup di norway. Show all posts
Showing posts with label hidup di norway. Show all posts

Tuesday, June 2, 2020

Tips Repotnya Buka Akun Bank di Norwegia|Fashion Style

Akhirnya saya sampai juga disini! Setelah drama akun financial institution berakhir, saya bisa bernapas ordinary layaknya imigran yang sudah lama tinggal di Norwegia.

Baru sekali ini saya mengalami kendala punya akun bank di Eropa. Di Belgia, saya hanya perlu datang ke bank dua kali lalu seminggu kemudian langsung dapat kartu ATM. Begitu pula saat di Denmark, Louise hanya menelpon pihak Bank Nykredit, lalu saya dikirimkan berkas-berkas yang perlu ditandatangani dan dikirim ulang. Et voila.. sekitar 3 minggu kemudian, saya sudah punya kartu debit plus NemID.

Di Norwegia, jangan harap mendapatkan kemudahan sebagai pendatang. Norwegia memang sangat ketat mengawasi aliran dana penduduk aslinya, apalagi imigran. Sebagai pendatang yang ingin memiliki akun bank, pemerintah sedikit mempersulit dengan cara meminta banyak dokumen sebelum dianalisa keabsahannya. Dua bulan lalu, dua orang ekspatriat yang tinggal di Norwegia bahkan membuat riset sederhana di Facebook tentang sulitnya membuka akun financial institution disini.

Episode datang ke financial institution

Berawal dari postingan sebelumnya tentang Minggu-minggu Awal di Norwegia , saya tertarik membuka akun bank di Danske dan KLP karena dua bank ini gratis biaya administrasi tahunan. Iseng-iseng daftar di situs mereka, sekitar beberapa hari kemudian dua SMS masuk mengatakan kalau saya harus mengambil surat notifikasi dari Danske dan KLP di kantor pos.

Tidak tahu isi suratnya apa, tapi penerima wajib datang ke kantor pos membawa paspor. Iya, paspor. Bahkan sampai harus membawa paspor untuk menerima surat dari financial institution. Fungsinya sebagai identitas imigran, katanya.

Sepuluh kaliscanning, petugas kantor pos tampaknya kelelahan karena paspor saya ternyata tidak bisa dibaca. Sayangnya mereka tidak bisa memberikan saya surat tersebut tanpa scanned paspor di sistem, meskipun saya sudah punya residence permit. Dang! Saya akhirnya disuruh datang sendiri ke Danske Bank untuk pengecekan data.

Kantor Danske Bank di Oslo ada dua, satu di Majorstuen dan satu lagi di Aker Brygge.  Karena kantor cabang di Majorstuen lebih dekat dengan rumah, saya memilih kesini. Saat datang, saya disambut jutek oleh petugasnya. Tidak seperti di Indonesia yang ada mbak-mbak cantik rapih di meja customer service, disini saya hanya dilayani oleh mas-mas berwajah asimetris di meja resepsionis. Sialnya lagi, karena lupa membawa satu dokumen penting, saya terpaksa pulang.

Malas dengan muka jutek si mas-mas tadi, di hari yang sama saya mengambil dokumen dan memilih menuju kantor pusat di Aker Brygge. Untungnya saat datang, kantor lagi sepi. Saya langsung ditangani oleh customer service yang tua dan ternyata tidak ramah juga.

Sama halnya dengan petugas kantor pos, si ibu customer service berusaha scanning paspor saya berulang kali di mesin, tapi nihil. Beliau berkali-kali mengelap dan memperbaiki sisi depan halaman identitas paspor, namun tetap saja error.

"Maybe it is too glossy," katanya.

Duhh, Bu, lipgloss kali ahh glossy.

Si ibu akhirnya menyerah juga dan menyalahkan paspor saya. Katanya, karena paspor saya bukan e-paspor makanya mesin mereka tidak bisa membaca. Lha?!

"You know what, jalan satu-satunya adalah kamu ganti ke e-paspor. Semuanya akan mudah kalau kamu sudah ganti," tambah si ibu lagi.

Iya, mudah, kalau saya tinggal di samping kantor imigrasi yang menerbitkan e-paspor. Masalahnya, e-paspor baru diterbitkan di Jakarta saja. Ya masa, Bu, saya harus mahal-mahal kembali ke Indonesia demi e-paspor 600 ribu rupiah?

"I cannot. E-paspor itu versi baru, Bu. Bahkan KBRI sini pun masih mengeluarkan paspor biasa. So, what else you can do?"

Karena saya tidak bisa mengubah keadaan, si ibu akhirnya sepakat menerima aplikasi permohonan, lalu saya disuruh menunggu hingga aplikasi disetujui. Kabarnya, kartu debit akan dikirimkan sekitar 1 minggu kemudian, namun kenyataannya sampai sekarang saya belum juga menerima.

Ngomong-ngomong, karena bukan e-paspor, si ibu juga mengatakan kalau saya tidak bisa mengakses online banking. Untuk mengakses Nettbank, diperlukan BankID atau token atau kode yang memperbolehkan user masuk ke akun bank. Tanpa online banking, artinya saya tidak bisa mengecek saldo, riwayat transaksi, atau kirim uang. Rese kan?!

Saat di Danske Bank, saya juga sebenarnya bersebelahan dengan satu customer dari Pakistan. Sama seperti saya, si ibu customer service satu lagi juga menjelaskan ke doi kalau dia tidak bisa mengakses online banking karena paspornya tidak ada chip (e-paspor).

Oke, saya tinggalkan dulu kisah si Danske yang menyebalkan. Saran saya, jangan buka akun di Danske! Jangan!

Episode e-paspor

Karena penasaran dengan "e-paspor dan BankID" ini, saya hubungi pihak KLP Bank untuk mendapatkan konfirmasi. Mungkin saja gagal di Danske, tapi berhasil di KLP. Saya bicara via telepon dengan customer service-nya yang ternyata lebih ramah dan mau membantu.

"Oh no, that is actually true. Kamu harus punya e-paspor baru bisa dapat BankID."

"Lho, peraturan sejak kapan itu? Kenapa orang-orang sebelum saya bisa dapat BankID?"

"Iya, ini BankID-nya sendiri yang bekerja sama dengan beberapa financial institution untuk membuat regulasi baru seperti ini. Saya rasa peraturan ini pun masih sangat baru, sekitar 2 bulan lalu kalo tidak salah. Maaf ya, kami hanya financial institution berbasis on line, jadi kamu memang harus punya BankID untuk membuka akun di tempat kami."

"What do you think about other banks? Apa semua bank tidak bisa menerima paspor biasa? Apa mereka tidak bisa scanning semua paspor tanpa chip?"

"Saya juga kurang tahu, tapi coba kamu hubungi bank-bank besar yang customers-nya kebanyakan imigran seperti DNB. Situs mereka pun pakai bahasa Inggris, jadi mungkin mereka bisa memproses BankID kalau kamu buka akun disana."

Oke, terima kasih.Done, Norway!

Di rumah, saya jelaskan ke Ida tentang pengalaman hari itu. Ida hanya geleng-geleng kepala dengan kelakuan petugas Danske Bank yang menurut dia kurang profesional dan tidak ramah. Tahu saya kesulitan dengan sistem perbankan di Norwegia, Ida langsung menghubungi pihak Danske Bank dan meminta konfirmasi tentang kasus saya.

"They cannot say to you like that!" kata Ida geram, saat saya katakan kalau si ibu di Danske tidak bisa memberikan BankID hanya karena saya tidak punya e-paspor.

Setelah menghubungi pihak Danske Bank dan kecewa dengan jawaban petugasnya, Ida langsung menawarkan opsi jika saya mau buka akun di Nordea. Duh, Nordea paling mahal biaya tahunannya! Tapi karena keluarga ini memang semuanya pakai Nordea, saya akhirnya menyerah dengan Nordea dan berharap mereka bisa menawarkan solusi.

Asal kalian tahu, bank di Norwegia berbeda dengan bank di Indonesia yang kebanyakan hanya cari customer. Di Norwegia, buka akun bank bagi pendatang tidak gampang dan bahkan harus mengantri. Jadi aplikasi kita masuk, lalu harus mengantri lagi untuk disetujui. Waktu mengantri ini tentunya tergantung berapa banyak pemohon yang sudah mendahului kita. Normalnya bisa sampai 2 hingga 4 bulanan. Crazy, huh?!

Saya akui, Ida benar-benar tipe host mom yang sangat cekatan dan betul-betul ingin menolong. Karena termasuk elite customer di Nordea, Ida sampai memiliki konsultan keuangan pribadi di bank ini. Penasaran apakah kasus saya bisa ditangani, Ida langsung menelpon konsultan pribadinya dan meminta mereka memberikan solusi.

"They will help you, Nin. It is NOT necessary to have a chip in a passport just to get the BankID! Kamu daftar saja di Nordea. Nanti konsultan saya akan berusaha menaikkan aplikasi kamu ke paling atas agar kamu cepat bisa dapat kartu bank," kata Ida mantap.

Betul saja, karena jasa dan status sebagai "elite customer" Ida, saya langsung mendapatkan konfirmasi dari Nordea satu hari setelah mendaftar. Saya hanya perlu datang ke kantor pusat dan membawa dokumen seperti paspor, residence permit, surat konfirmasi personal number dari UDI, serta kontrak au pair.

Info lagi, buka akun bank di Nordea juga tidak gampang dan lama. Sebelum konfirmasi dari pihak bank, pemohon harus membuat janji temu dulu dengan bank consultant. Setelah membuat janji temu, pemohon juga harus sabar menunggu hingga aplikasi mereka disetujui. Saya, satu minggu setelah mendaftar langsung dapat kartu debit! Sekali lagi, atas jasa nama besar dan status Ida di Nordea memang.

Episode BankID

Tapi jangan salah, drama baru juga berlanjut. Setelah menyerahkan semua dokumen penting ke kantor Nordea, saya diminta datang kembali karena ada masalah pada scanned paspor. Duh!

Betul, paspor saya lagi-lagi tidak bisa di-scan oleh staf Nordea yang muda dan cantik jelita itu. Anyway, para staf wanita di Nordea kantor pusat sungguh berbeda dengan di Danske. Di Nordea, beberapa mbak-mbaknya masih muda, aktif, cantik, plus ramah-ramah.

Karena bingung juga kenapa paspor saya susah dibaca, si mbak ini sampai meminta KTP Indonesia saya untuk di-scan. Padahal si mbak tau KTP saya masih edisi lama.

Lalu.... Lagi-lagi gagal!

Sama halnya dengan Danske, mbak Nordea ini juga menyarankan saya untuk ganti e-paspor agar mempermudah proses mendapatkan BankID. Tapi tentu saja, dengan nada yang lebih ramah.

Kembali ke rumah, saya mengadu lagi ke Ida. Sumpah, saya bukannya manja. Tapi saya sudah sangat kesal dengan sistem perbankan di Norwegia yang mengharuskan saya mondar-mandir tanpa kejelasan. Sama seperti saya, Ida yang juga memantau case ini dibuat super geram. Beliau lagi-lagi menghubungi konsultan pribadinya dan sedikit mengadu.

Beberapa hari kemudian, saya menerima email dari mbak Nordea yang mengatakan kalau mereka bisa membuatkan BankID. Nah!! Syaratnya, saya harus melampirkan surat keterangan dari Kedutaan Besar Indonesia di Norwegia tentang error production dan legalized copy paspor saya.

Ya sudah, saya turuti. Sekalian foremost ke kedubes dan lapor diri, saya minta surat keterangan tersebut dengan petugas KBRI Oslo. Enaknya, KBRI Oslo hanya 13 menit jalan kaki dari rumah. Jadi setelah surat selesai, saya bisa langsung datang kembali ke Nordea dan menyerahkan dokumen tersebut.

Empat hari kemudian, mbak Nordea yang dari awal melayani pembuatan akun saya mengirimkan electronic mail lain berisi notifikasi yang mengatakan kalau akhirnya BankID saya sudah aktif. Hoooore!!!

Intinya BankID menjadi hal yang superb penting karena sifatnya sangat private dan rahasia. Tahu token bank yang seperti kalkulator? Iya, token bank pin rahasia kita = BankID.

Cara mengakses online banking di Norwegia pun sedikit ribet. Di  Indonesia, Belgia, atau Denmark, saya hanya perlu username dan password saja. Di Norwegia, saya butuh personal ID, kode dari token (pincode untuk token), serta password pribadi Nettbank. Pfft!

Saya paham mengapa BankID fungsinya sangat penting di Norwegia. Ibarat tanda tangan, BankID adalah digital signature yang digunakan untuk mengakses jenis transaksi apapun berhubungan dengan keuangan kita di bank.

Yang saya tahu, pemohon tanpa e-paspor tahun-tahun sebelumnya tidak pernah punya masalah seperti ini. Mereka dengan sukses mendapatkan kartu debit dan BankID meskipun harus menunggu lama. Tapi tentu saja saya mendengar cerita buruk lain dari para imigran yang juga merasa dipersulit untuk mendapatkan BankID ini.

This is Norway 2018. Welcome!

Thursday, May 28, 2020

Tips Biaya Hidup (baca: Belanja) di Norwegia|Fashion Style

Bagi orang Indonesia, biaya hidup di negara-negara Skandinavia memang terkenal sangat tinggi. Tapi kalau sudah tinggal, hidup, dan bekerja disini, kamu mulai berhenti membandingkan harga dengan di Indonesia karena para pekerja di tiga negara ini mendapatkan upah tinggi yang juga sepadan dengan biaya hidup besar tersebut.

Saya beruntung bisa tinggal selama 2 tahun di Denmark yang biaya hidupnya pernah saya rincikan disini . Setelah hampir 8 bulan pindah ke Oslo, Norwegia, saya kadang masih suka membandingkan harga barang-barang di Oslo dan Kopenhagen. Biaya hidup di Norwegia dinilai salah satu dari yang tertinggi di Eropa dan dunia, sementara Oslo, masuk ke daftar salah satu negara termahal untuk ditinggali.

Saya akui, uang saku  sebagai au pair di Norwegia memang lebih tinggi dibandingkan di Denmark dulu. Tapi pajak serta biaya hidup di Oslo yang tinggi juga membuat saya kewalahan mengatur keuangan . I am (indeed) stop comparing the price, but I can't stop spending money outside!

Bagi yang baru tiba di Norwegia atau sedang dalam persiapan pindah, berikut saya berikan gambaran biaya hidup di negara super cantik ini.

*1 Euro = nine,forty two NOK

Biaya Kuliah

Meskipun biaya hidupnya sangat tinggi, tapi Norwegia adalah salah satu negara yang tidak membebankan biaya masuk kuliah bagi mahasiswa lokal dan internasional. Beberapa kampus terkenal yang masih free tution fee diantaranya adalah University of Oslo (UiO), Norwegian University of Science and Technology (NTNU), Oslo Metropolitan University (OsloMet—dulu HiOA), University of Nordland (dulu Bodø University College), Oslo School of Architecture and Design (AHO), serta Oslo National Academy of the Arts (KHiO).

Tapi walaupun free of charge biaya masuk kuliah, beberapa kampus tetap mewajibkan biaya semester sebesar 600-900 NOK. Kampus swasta lain seperti BI Norwegian Business School juga masih menerapkan uang kuliah penuh bagi semua mahasiswanya.

Biaya Sewa Rumah

Karena tinggal dengan host family, beruntung saya tidak merasakan (atau mungkin belum) betapa mahalanya biaya sewa kamar atau apartemen di Oslo. Teman saya yang tinggal di Trondheim mengatakan kalau student housing di kotanya jauh lebih murah daripada di Oslo. No wonder, biaya sewa di ibukota mana pun juga akan lebih mahal dibandingkan kota-kota lainnya.

Untuk mencari student housing di sekitaran Oslo silakan baca di situs SiOatau kampus UiBdi Bergen. Mahasiswa internasional sudah diberikan jaminan mendapatkan kamar fully furnished, namun harus segera register 5-12 bulan sebelum kuliah mulai karena sistemnya mengantri. Harga sewa kamar di student housing Oslo harganya di atas 2800 NOK untuk unfurnished dan di atas 3000 NOK per bulan untuk fully furnished. Bagi yang lebih nyaman memiliki dapur pribadi, harus siap merogoh kocek di atas 5500 NOK.

Coba cek juga Finn.no yang sering dipakai orang lokal untuk melihat-lihat barang secondhand dan peluang sewa apartemen. Situs lainnya yang bisa dicoba adalah Hybel.no . Sebagai gambaran, sewa apartemen 2 kamarfully furnished dimulai di angka 10.000 NOK di luar Oslo, sementara 12.000 NOK di sekitaran Oslo. Sharing rooms di satu apartemen biasanya berkisar antara 5000-8000 NOK per bulan tergantung lokasi dan jumlah kamar.

Bahan Makanan

Satu hal yang paling sering pendatang keluhkan adalah harga bahan makanan di Norwegia yang super duper mahal. Norwegia tidak masuk bagian EU, sehingga bahan makanan selain seafood, harus diimpor dari negara tetangga. Karena pajak impor yang mencapai 14% inilah jadi alasan harga bahan makanan di toko jadi super mahal.

Untuk mengakali mahalnya biaya ini, banyak orang Norwegia asli ataupun pendatang berbondong-bondong ke kota Swedia terdekat untuk borong bahan makanan. Dari Oslo Busterminalen, ada bus yang setiap hari mengangkut penumpang ke Svinesund Shopping Center. Sementara dari Trondheim, ada juga bus menuju Coop Extra di Storlien yang berangkat 6 kali per minggu. Bagi pelajar yang tinggal di Gløshaugen dan Moholt, bus gratis juga disediakan setiap Kamis jam setengah 5 sore. Baca detailnya disini .

Harga alkohol, rokok, dan daging memang lebih murah dibandingkan di Norwegia. Sementara harga ikan atau seafood segar tidak terlalu jauh bedanya. Untuk harga roti, susu, ataupun sayuran juga tidak terlalu berbeda jauh dengan toko pendatang di Grønland, Oslo.

Sebenarnya jauh-jauh datang ke Swedia bisa dicoba di hari Minggu mengingat hampir semua supermarket di Norwegia akan tutup di hari itu, kecuali toko bunga serta toserba seperti Narvessen, Coop Market, Joker, Mix, atau 7-Eleven. Tapi kalau memang tidak merokok dan minum alkohol, beli bahan makanan dari grocery store lokal sebetulnya tidak terlalu rugi juga.

Untuk harga diskonan yang lebih murah, bisa cek di Bunnpris, Coop Prix, Extra, REMA one thousand, atau Kiwi. Biasanya mereka punya merek sendiri yang lebih murah yaitu First Price atau Eldorado. Herannya, karena harga produk merek tersebut lebih murah dari harga pasaran, beberapa teman bule saya ada yang anti beli. Padahal saya tidak bisa bedakan rasa daging First Price atau daging merek mahal lain setelah dimasak.

Beberapa supermarket lain juga tersebar di Norwegia, seperti SPAR, Coop Mega, EuroSpar, Jacob's, atau MENY. Entah mengapa MENY jadi yang termahal, padahal barangnya kebanyakan sama saja dengan isi grocery store lainnya. Kalau kebetulan ada, coba juga cek Coop Obs! Di kota kamu tinggal karena ini adalah hypermarket yang hampir menjual semua produk apapun.

Di beberapa kota di Norwegia sering juga mengadakan farmer's market di hari-hari tertentu. Coba buka Bondens Market untuk melihat kapan mereka akan membuka pasar lagi di banyak kota. Di pasar ini kita bisa bertemu dengan petani lokal yang menjual bahan makanan unik dan lebih fresh dari supermarket. Toko milik pendatang Timur Tengah yang ada di Grønland, Oslo, juga bisa dimampiri untuk mendapatkan daging halal serta sayuran murah meriah.

Saya pernah iseng-iseng belanja untuk kebutuhan sendiri selama seminggu, uang yang saya habiskan sekitar 250-500 NOK. Tentu saja semua tergantung kebutuhan dan selera masing-masing. Saya tidak minum kopi, teh, ataupun susu, jadinya sedikit menghemat untuk tidak membeli bahan makanan tersebut.

Transportasi Umum

Di Denmark, banyak orang bisa menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi karena bisa diakali dengan naik sepeda keliling kota. Enak memang, mengingat jalanannyaflat dan super nyaman bagi pengendara sepeda. Di Norwegia, jalanan kebanyakan berbukit dan akan sangat menjengkelkan bersepeda saat musim dingin. Mau tidak mau, sebagian besar orang harus punya mobil pribadi atau kartu transportasi untuk mobilitas setiap hari.

Sistem transportasi umum di Norwegia terkenal sangat baik dan memiliki jaringan yang luas seperti bus, tram, metro, kapal feri, kereta, hingga pesawat terbang. Ada banyak sekali perusahaan tranportasi di Norwegia yang mengelola transportasi lokal maupun jarak jauh. Karena transportasi umum dikelola oleh banyak perusahaan ini, kita harus membeli tiket yang berbeda setiap akan mengunjungi kotanya.

Inilah daftar nama perusahaan transportasi umum yang ada di Norwegia:

1. Oslo dan Akershus - Ruter AS

2. Hordaland (Bergen) - Skyss

3. Vestfold (Tønsberg) - Vestfold Kollektivtrafikk (VKT)

4. Aust-Agder (Arendal) dan Vest-Agder (Kristiansand) - Agder Kollektivtrafikk (AKT)

5. Buskerud (Drammen) - Brakar

6. Finnmark (Vadsø) - Snelandia

7. Hedmark (Hamar) - Hedmar trafikk

8. Møre og Romsdal (Molde/Ålesund) - Fram

9. Nordland (Bodø) - Nordland county municipality

10. Oppland (Lillehammer) - Opplandstrafikk

11. Sogn of Fjordane (Flåm) - Kringom

12. Nord-Trøndelag (Steinkjer) dan Sør-Trøndelag (Trondheim) - AtB

13. Telemark (Gaustatoppen) - Farte

14. Troms (Tromsø) - Troms fylkestrafikk

15. Østfold (Sarpsborg) - Østfold Kolektivtrafikk

16. Rogaland (Stavanger) - Kolumbus AS

Karena host family saya punya 3 rumah dengan daerah yang berbeda di Norwegia, saya harus mengunduh 3 aplikasi dari perusahaan transportasi yang berbeda pula. Tiket di Bergen tidak bisa dibeli dari aplikasi Ruter AS, harus dibeli dari Skyss. Begitu pula yang lainnya. Nama kota di dalam kurung adalah kota administratif. Jadi sebelum membeli tiket tujuan, pastikan dulu dimana kamu tinggal di peta berikut.

Tiket bisa dibeli di toserba seperti 7-Eleven, Narvessen, Mix, Deli de Luca, atau mesin tiket yang ada di stasiun metro. Tapi kalau kebetulan memiliki debit/credit card, tiket juga bisa dibeli lewat aplikasi ponsel yang bisa diunduh di Apple Store atau Google Play. Tiket ini berlaku untuk moda transportasi bus, metro, dan feri ke Oslofjord. Sementara untuk naik kereta, tiket dibeli di NSB  ke semua daerah di Norwegia.

Harga transportasi umum di Norwegia pun tidak sama setiap daerahnya, namun tidak jauh berbeda dari yang ada di Oslo. Berikut harga tiket transportasi umum yang ada di Oslo yang dikelola Ruter AS di tahun 2018 (biaya setiap tahun naik):

Kalau tidak sering menggunakan transportasi umum, bisa juga memesan kartu Pay-as-you-go yang bisa diisi ulang dan tarif akan dipotong secara normal. Oslo sebetulnya tidak terlalu besar dan harga tiket hanya berdasarkan mobilitas di sekitaran Oslo saja. Kalau kita berniat jalan-jalan keluar Oslo, akan ada tambahan biaya sesuai dengan zona wilayah (lihat gambar bawah).

Ketahuan tidak membeli tiket saat ada pemeriksaan, terancam denda 950 NOK jika bayar di tempat hingga 1150 NOK jika bayarnya belakangan.

Biaya Telepon

Selain biaya transportasi umum yang mahal, biaya internet dan abonemen smartphone adalah yang termahal selanjutnya. Di Denmark dulu, saya bisa up and running sampai 20 GB per bulan dengan hanya 119 DKK saja (~150 NOK). Jangan harap di Norwegia mendapatkan paket data yang sama dengan harga semurah itu. Untuk langganan paket telepon dan internet 3 GB saja, saya harus membayar 349 NOK per bulan.

Ada empat perusahaan operator terbesar di Norwegia yaitu Telenor, NetCom, Tele2, dan Ice.net. Telenor adalah yang termahal, menurut saya. Di luar nama itu, ada banyak nama lainnya seperti Telia, MyCall, atau Lycanmobile yang juga cocok digunakan sebagai pre-paid card.

Silakan cek harga abonemen lewat Telefonabonement.no untuk mengetahui operator mana yang sedang mengadakan promo dan menawarkan paket data serta telepon termurah. Pilihan saya waktu itu jatuh ke MyCall, Talkmore, serta Komplett mobil yang menawarkan harga hanya 299 NOK per bulan sudah termasuk telepon dan SMS gratis, serta paket internet hingga 6 GB.

Hiburan

Orang Norwegia sangat beruntung tinggal di negara dengan alam super indah serta kualitas udara bersih dan segar. Ketimbang menghabiskan waktu di mall atau bioskop saat akhir pekan, kebanyakan orang Norwegia akan lari ke hytta atau kabin pribadi yang letaknya di luar kota besar. Mereka sangat menyukai prinsip friluftsliv yang menyatu dengan alam dan sebisa mungkin menghabiskan banyak waktu di luar dengan cara hiking, hunting, piknik, ataupun berenang di danau saat musim panas.

Kalau memiliki gaya hidup seperti orang Norwegia yang cinta alam, kamu tidak perlu mall ataupun lantai disko untuk rileks saat weekend. Cukup hiking ke hutan terdekat, you would be livelier. Unduh aplikasi Outtt di ponsel untuk melihat lokasi outdoor adventure terdekat yang bisa dicoba saat free time. Bisa juga buka situs DNT yang memuat informasi seputar aktifitas luar ruangan di sekitar Norwegia, serta menyediakan kabin di hutan-hutan yang disewakan dengan gratis ataupun berbayar.

Sejujurnya, saya cukup kaget melihat banyak bar di Oslo yang sepi sekali di Jumat atau Sabtu malam. Beda halnya dengan Kopenhagen atau Antwerp yang selalu sesak oleh anak muda, kehidupan malam di Oslo jauh dari kata 'asik'. Tapi kalau pun ingin menghabiskan waktu di kota, pilihan lainnya adalah pergi ke taman yang gratis, museum, ataupun bioskop.

Bioskop di Oslo menurut saya keren-keren dan berbeda. Dari yang mulai boleh bawa makanan dan wine sendiri ke studio, 4DX, Supreme, sampai bioskop dengan studio terluas berkursi VIP! Untuk cek film terbaru silakan buka nfkino . Harga tiket nonton pun beragam dari yang paling murah 125 NOK sampai 270 NOK.

Yang suka nonton konser atau pertunjukkan seperti balet dan opera, juga bisa cek di situs Visit Oslo untuk mengetahui event apa yang akan digelar dalam waktu terdekat. Pilihan lainnya bisa dengan menjadi sukarelawan yang sering dibutuhkan saat festival dengan kesempatan menonton gratis dan bisa bertemu banyak orang baru.

Makan-makan dan nongkrong

Tidak seperti negara tetangganya, Denmark, yang paling juara soal food scene, Norwegia malah sebaliknya. Saya tidak menemukan makanan khas Norwegia yang spesial selain brunost atau keju cokelatnya yang amis dan heavier. Karena sebagian populasi orang Norwegia tinggal di hutan, masakan khas Natal pun tidak jauh-jauh dari burung hutan, rusa, kijang, ataupun babi liar.

Saya sebetulnya kurang suka jajan di luar karena setelahnya pasti sedikit menyesal. Pernah saya mencoba restoran yang katanya terenak, tapi rasanya biasa saja malah terkesan overpriced. Tapi kalau memang bosan makan di rumah namun ingin mencoba menu restoran yang afforadable di Oslo, coba buka situs ini sebagai guide.

Tempat makan murah di Norwegia biasanya merupakan menu-menu Asia, India, ataupun Turki yang justru kaya rasa. Harganya berkisar 89-one hundred ninety NOK in step with porsi. Restoran Asia di Oslo pun menurut saya sedikit aneh. Nama restorannya Korea, tapi menunya digabung dengan makanan Thailand dan Cina.

Ada lagi Deli de Luca sejenis 7-Eleven yang menjual makanan dingin dan bisa dipanaskan. Harganya pun cukup murah sekitar 70-100 NOK. Meskipun bukan kafe, tapi kita bisa duduk di dalam. Di restoran IKEA Furuset juga menyediakan warm meal seperti meatball khas-nya seharga 79 NOK saja per porsi. Ada bus gratis menuju IKEA tak jauh dari Oslo S yang beroperasi satu kali per jam.

Soal ngebar jangan ditanya. Harga alkohol di Norwegia itu mahal sekali. Jadi daripada minum-minum di bar, lebih baik beli minuman di supermarket lalu party saja di rumah.

Pengeluaran pribadi sehari-hari

Belanja baju atau sepatu di Norwegia bisa jadi sangat menyebalkan karena selain pilihan mereknya tidak sebanyak dua negara Skandinavia lainnya, harganya juga kadang sengaja lebih dimahalkan. Bisa juga coba beli online, tapi bisa jadi akan membayar tambahan pajak lebih saat barang sampai ke Norwegia.

Norwegia tidak masuk bagian EU, makanya akan ada pajak impor setiap kali kita belanja lebih dari 350 NOK di luar negeri. Sebelum membeli barang dan terayu dengan harga murahnya, cek juga toll and shipping regulations di situs tersebut karena banyak situs belanja online di Eropatidak menanggung biaya pajak impor ke Norwegia.

Untuk mengakali belanja online dari Spanyol atau Italia yang kelihatan murah, cek toko secondhand yang ada di Norwegia untuk mendapatkan lebih banyak pilihan. Saat musim panas, biasanya diadakan pasar seni setiap minggu di Blå, Oslo. Daerah yang terkenal dengan toko secondhand-nya terletak di daerah Grünerløkka. Intip disini untuk melihat toko barang bekas wajib kunjung kalau kamu tinggal di Oslo, atau disini kalau kamu tinggal di Bergen.

Hampir di semua kota besar di Norwegia juga tersedia Fretex , toko barang bekas berkualitas yang sering disinggahi orang untuk mencari barang-barang dapur ataupun mebel. Cara lainnya adalah belanja online di situs barang bekas terbesar, Finn.no , yang kadang berisi iklan giveaway dari orang-orang yang memberikan barang-barangnya secara gratis.

Malas belanja barang bekas, intip juga toko favorit saya berdesain Denmark super simpel dan lucu-lucu dengan harga super terjangkau di Søstrene Grene atau Flying Tiger Copenhagen . Kebutuhan mandi dan mempercantik diri habis? Langsung mampir ke Normal untuk harga yang lebih kompetitif! Bisa juga cek Blush atau BliVakker yang gratis ongkos kirim kalau memang ingin mencari produk perawatan yang tidak ada di luaran.

Beberapa kali dalam sebulan biasanya satu atau dua toko di Norwegia akan tutup permanen sehingga mengadakan stort konkurssalg atau diskon besar-besaran sampai 90%! Di distrik tempat saya tinggal, dalam waktu 8 bulan ke belakang sudah ada 2 toko yang tutup. Lumayan juga karena bisa membeli baju, sepatu, perabotan, atau mebel dari merek terkenal dengan harga super miring. Cek info terbarunya disini .

Travelling

Norwegia itu adalah negara yang panjang dan jangan harap bisa merasakan hidup di Norwegia sebenarnya jika hanya tinggal di Oslo. Untuk jalan-jalan ke daerah lain ke Norwegia, kita bisa menggunakan kereta, bus, pesawat terbang, ataupun mobil pribadi.

Untuk bisa merasakan rute scenic antara Oslo dan Bergen dengan naik kereta, silakan cek situs NSB , perusahaan kereta lokal yang melayani seluruh kawasan Norwegia. Mereka menawarkan minipris yang bisa lebih murah jika dipesan dari jauh hari. Kadang NSB juga suka melakukan promo tiket dengan harga termurah 199 NOK untuk rute terpilih, salah satunya Oslo S - Bergen.

Malas naik kereta, kita bisa menuju wilayah atas Norwegia menggunakan maskapai low cost lokal, Norwegian . Mereka juga suka menawarkan harga promo dari/dan ke banyak kota di Norwegia sampai 299 NOK saja one way. Unduh juga aplikasi Northern Lights di ponsel untuk mengetahui seberapa kuatnya aurora borealis akan bersinar di wilayah paling utara.

Bagi kamu yang masih berusia di bawah 26 tahun ataupun masih berstatus pelajar, jalan-jalan ke Skandinavia bisa jadi sangat menguntungkan karena banyak diskon travelling. Untuk pemesanan tiket kereta dari NSB, pelajar mendapatkan potongan diskon 25% dari harga reguler untuk rute jauh. Maskapai Norwegian dan SAS juga memberikan tiket diskon bagi anak muda berusia 18-25 tahun yang memesan tiket langsung dari situs resmi mereka.

Untuk menuju ke Oslo Gardemoen Airport dari city center dan arah sebaliknya, kita bisa membeli tiket kereta reguler dari NSB seharga 101 NOK sekali jalan. Atau kalau memang ingin sedikit lebih cepat sampai, bisa gunakan Flytoget yang tiketnya lebih mahal, 190 NOK sekali jalan atau 95 NOK untuk harga pelajar.

Meskipun sewa mobil di Norwegia sangat mahal, ada beberapa opsi on the road seperti Nabobil ataupun Sammevei . Nabobil adalah aplikasi berbasis sewa mobil dari tetangga atau orang di kawasan terdekat. Sementara Sammevei lebih mirip Blablacar yang sistemnya car pooling. Silakan unduh aplikasinya di ponsel untuk mengoperasikan.

Tertarik mencoba minicruise dari Norwegia ke Denmark dan Jerman, bisa gunakan DFDS Seaways (Oslo - Kopenhagen) yang kadang mengadakan promo di musim dingin hanya 1 NOK saja per orang sekali jalan, atau Stenaline  (Oslo - Frederikshavn) dan Colorline  (rute ke Jerman). Kalau ingin minicruise usahakan jangan sendirian karena berjam-jam di atas kapal bisa jadi sangat membosankan.

Monday, May 18, 2020

Tips 'May 17th' di Pulau Pribadi |Fashion Style

Bulan Mei adalah Norwegian's month karena setiap tanggal 17, akan ada perayaan terbesar di setiap sudut Norwegia untuk merayakan hari nasional mereka. Setelah penandatanganan konstitusi negara oleh Majelis Eidsvoll pada tahun 1814, secara resmi Norwegia merdeka dan independen dari kekuasaan Swedia selepas Perang Napoleon.

Untuk menghormati semangat patriotik ini, semua orang Norwegia tumpah ruah ke jalanan dan merayakan pesta nasional secara meriah baik berkelompok ataupun personal. Orang-orang biasanya berdandan sangat formal memakai kostum tradisional "Bunad", lalu bersuka cita di jalanan sambil menikmati parade anak-anak, mengibarkan bendera, dan menikmati marching band.

Sudah dua tahun ini saya absen menyaksikan May 17th di Oslo karena harus kerja. Host family saya memang tidak terlalu nyaman dengan keramaian sehingga tiap tahun memutuskan untuk tidak pernah ada di Oslo saat perayaan berlangsung. Alih-alih bersuka cita bersama semua penduduk Oslo, tahun ini saya harus ikut mereka lagi ke pulau pribadi tak jauh dari Bergen.

Mendengar kata-kata 'pulau pribadi' mungkin akan sedikit berlebihan karena kita akan berpikir soal pulau dan mansion mewah yang jauh dari pusat kota. Saya dulu juga berpikir seperti itu. Mungkin karena terlalu sering nonton film Hollywood yang terlalu glamor dan lebay dalam memamerkan harta.

Tapi tidak untuk pulau pribadinya orang Norwegia. Di pulau-pulau kecil biasanya sudah dibangun kabin musim panas atau rumah liburan yang sering diiklankan untuk dijual kembali. Kabin-kabinnya pun sangat khas Norwegia dengan material kayu yang vintage. Uniknya, kebanyakan kabin ini sudah ada sejak abad ke-16.

Bangunan di pulau milik keluarga saya ini sebetulnya sudah dibeli sejak lama oleh keluarga host mom untuk ditempati secara turun-temurun. Bangunannya sangat menarik karena sudah ada sejak abad ke-17. Pulau ini dulunya ditemukan oleh seorang pelayar Belanda yang menjadikan tempat ini terkenal dan dijadikan sentra perdagangan penduduk sekitar. Makanya kata teman saya, interiornya mirip rumah nenek-nenek. Tak usah heran, orang Eropa memang paling bisa menjaga bangunan tua tanpa harus merobohkannya.

Bangunan di pulau ini ada 3, bangunan utama berwarna putih, kamar tamu yang berwarna merah, dan rorbua atau kabin nelayan di depan. Satu lagi kabin kecil untuk mesin kapal dan satu sel mini mirip rumah Hobbit yang dulunya digunakan untuk memasukkan tahanan kriminal sebelum dijebloskan ke penjara di kota. Sounds hystorical, doesn't it?!

Kembali ke acara May 17th keluarga saya, tahun ini lebih sepi dari tahun kemarin karena tamu yang datang hanya 1 keluarga kecil. Tahun lalu lebih ramai karena teman-teman host mom lengkap memakai Bunad, baik yang laki-laki, wanita, dan anak-anak. Meskipun hanya dihadiri 1 keluarga, namun perayaan tetap berjalan seperti biasanya dengan mengadakan parade kereta, bernyanyi bersama, lalu mengibarkan bendera di puncak tertinggi pulau.

Perayaan biasanya diawali dengan minumchampagne di pagi hari, lalu menikmati sajian khas seperti telur dadar dan salmon. Karena kali ini acaranya di pulau sendiri, jadinya suasana memang terasa lebih akrab dan syahdu tanpa huru-hara seperti jalanan ibukota. Semua orang bebas melakukan kegiatan apapun setelahnya, dari berperahu sampai berendam sebentar di laguna kecil di sisi pulau.

Karena May 17th adalah acara penting bagi orang Norwegia, tidak ada salahnya berbusana sedikit konservatif saat perayaan berlangsung. Memang tidak ada aturan resmi kita harus memakai apa. Namun lebih baik menghindari baju-baju mini nan ketat atau jins, karena orang-orang Norwegianya sendiri terlihat sangat rapi.

Tahun ini adalah tahun terakhir saya jadi au pair keluarga ini dan tentu saja kesempatan menikmati tiap sudut pulau tidak akan saya lewatkan. Apalagi foto-foto saya tahun kemarin semuanya hilang.

Sejak jadi au pair keluarga mereka, saya akui bahwa nasib saya lebih beruntung dari orang Norwegianya sendiri. Diajak naik kapal menuju Bergen, dibawa ikut ke pulau pribadi, sampai menginap di bangunan tua yang sudah ada sejak lama. Semuanya tentu saja gratis!

Enak kan jadi au pair kalau kebetulan dapat keluarga yang loyal? I am literally working while travelling!

Selamat tinggal, Pulau Pribadi! Kesempatan merayakan May 17th selama dua tahun ini begitu mengesankan dan betul-betul membawa pengalaman sangat menakjubkan bagi saya.

Selamat ulang tahun, Norwegia! Hiipp, hippp, huurrraahh!

Saturday, May 16, 2020

Tips Road Trip ke Norwegia Utara, Seberapa Mahal?|Fashion Style

Dulu, karena kampung halaman ayah saya ada di Malang, sementara kami sekeluarga tinggal di Palembang, 5-7 tahun sekali pasti menyempatkan mudik ke Pulau Jawa. Karena harga tiket pesawat yang sangat mahal, road trip adalah pilihan terakhir yang bisa keluarga saya lakukan meskipun harus berlama-lama di jalan.

Sampai di Norwegia, saya makin rindu road trip. Apalagi salah satu cara terbaik berkeliling tempat cantik di Norwegia hanyalah menggunakan mobil. Selain tidak perlu takut ketinggalan jadwal transportasi umum, berkendara sendiri membuat fleksibilitas dan mobilitas tinggi. Bisa berhenti beristirahat dan bebas mampir ke banyak hidden gems yang tak terjamah jika harus naik kereta atau pesawat.

Sayangnya saya tak punya SIM lokal ataupun internasional untuk menyetir disini. Sudah mengajak beberapa teman au pair yang punya SIM ikut road trip, tapi rencana hanyalah tinggal wacana. Awal Juni lalu akhirnya saya ditawari Mumu, seorang cowok Norwegia, yang secara spontan mengajak untuk road trip ke Pulau Lofoten , kampung halaman neneknya. Ohh finally, dream came true!

Road trip kali ini kami memakai mobil Mumu yang nanti semua biayanya akan dibagi 2, kecuali biaya servis mobil. Kalau ada yang tertarik sewa mobil di Norwegia, silakan cek situsnya SIXT , pusat penyewaan mobil yang menurut saya paling murah. Untuk satu mobil kecil berisi 4 orang bermesin manual, harganya sekitar 750 NOK per hari. It's more than enough ketimbang harus menyewa mobil besar bermesin automatic.

WHERE WE DROVE

Meskipun tujuan utama adalah mengunjungi Pulau Lofoten, tapi di tengah jalan biasanya ada saja penambahan atau pengurangan rute yang dari awal sudah direncanakan. That's how it is; we were so flexible to the opened options!

Untuk menuju Pulau Lofoten, kami menyebrang melewati pelabuhan Skutvik dan Moskenes untuk kembali ke Bod?. Tiket feri dari Skutvik lebih murah dibandingkan dari Bod?, tapi juga harus siap berkendara sedikit lama ke utara.

Berbeda dengan alam di Norwegia Selatan, vegetasi di Utara biasanya ditandai dengan pepohonan yang lebih pendek dan tidak terlalu lebat. Bunga katun dan bunga berwarna kuning tumbuh liar di sepanjang perjalanan menambah kesan syahdu. I couldn't stop wowing!

Pegunungan yang kokoh serta fyord yang cantik tak lepas mengiringi pandangan kami. Sepanjang perjalanan juga camper van ikut berlalu lalang dan mengingatkan saya dengan film-film Amerika lawas. Kadang-kadang, ada juga camper van retro berwarna biru muda keluaran Volkswagen lewat and it seemed getting back to the old days!

Di perjalanan menuju Utara, sejujurnya saya baru sadar kalau sedang berada di Norwegia. Oh wow, I am in Norway! How lucky I am! Inilah gambaran Norwegia saat musim panas yang selama ini ada di kepala saya; hijau, sederhana, tenang, dan damai. Apalagi saat melewati pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk kota besar, saya dan Mumu berkali-kali bertanya pada diri sendiri, "could I live like them?" Jauh dari internet dan segala kehidupan modern. Yes, could we?

WHERE WE STAYED

Salah satu keuntungan berkeliling Norwegia dengan cara road trip adalah kita bisa menyewa kamar lebih murah yang jauh dari pusat kota untuk menghindari biaya hotel yang mahal.

Kabin

Norwegia sangat terkenal dengan kabin kayunya yang biasa digunakan saat musim panas atau dingin. Tidak hanya milik pribadi, banyak kabin-kabin mini mirip kontrakan tersedia di camping spot bagi pengendara mobil yang ingin menginap dalam waktu singkat. Kabin-kabin ini juga banyak macamnya, dari yang punya dapur dan toilet di dalam ataupun mesti sharing dengan tamu lainnya.

Karena malas saling berbagi fasilitas dengan orang lain, kami selalu menyewa satu kabin yang memiliki toilet dan dapur sendiri. Harga yang ditawarkan pun bervariasi dimulai dari three hundred-an NOK in step with malam untuk kabin tanpa dapur dan lavatory. Tamu yang menginap juga harus menjaga kebersihan kabin dan wajib membawa sarung dan sprei sendiri, serta dilarang merokok.

Kabin nelayan (Rorbua)

Di Lofoten, jangan sampai absen mencoba tinggal di kabin nelayan atau yang biasa disebut rorbua. Sebetulnya kabin nelayan ini bentuknya hampir sama dengan rumah panggung di Indonesia. Bahkan dulu rumah keluarga saya di Palembang juga bentuknya mirip rumah panggung. Rorbua ini juga sama saja, dulunya hanya berupa rumah panggung tradisional bercat merah atau oker milik para nelayan yang berada di dekat perairan.

Bedanya, sekarang rorbua dijadikan daya tarik kuat bagi pengunjung yang ingin merasakan sisi tradisional Norwegia yang sudah dimodernisasi. Beberapa perabotan masih berupa kayu yang sederhana, namun peralatan dapur dan toiletnya sudah sangat bersih dan modern. Harga menyewa rorbua per malam juga tidak murah, apalagi di tempat yang sudah terkenal oleh turis. Kami menyewa salah satu rorbua terbaik di Svolvær, Svinøya Rorbuer , seharga sekitar 1500-an NOK per malam.

Bed and Breakfast

Di beberapa tempat yang sedikit dekat dengan kota besar, pilihan kami jatuh ke B&B ketimbang AirBnB. Fasilitas B&B ini sebetulnya lebih di atas sedikit dari hostel, tapi kebersihannya hampir sama dengan hotel. Harga kamar yang ditawarkan pun cukup terjangkau dimulai dari 500-an NOK per malam. Sarapan yang disediakan juga tergantung kebijakan hotel; ada yang sudah dikemas di dalam kantong kertas, ada juga yang sampai menyediakan buffet. Sangat lumayan untuk transit pendek.

Camping in the wild

Tidak semua orang yang road trip di Norwegia berniat membayar mahal hanya untuk satu kamar. Banyak juga yang membawa tenda dan sleeping bag sendiri, lalu mencari spot terbaik di pegunungan, dekat danau, hutan, ataupun di pantai untuk mendirikan tenda. Asiknya, hampir semua tempat di Norwegia disediakan gratis untuk mendirikan tenda, asal bukan di sekitar lahan atau perumahan warga. Feel close to the nature, huh?

Di beberapa pantai dan hutan bahkan disediakan kamar mandi umum untuk bisa digunakan  pengunjung yang berniat bermalam di sekitar area tersebut. Camping spot di seluruh Norwegia juga memperbolehkan pengunjung untuk mendirikan tenda sendiri di dalam spot dan menarik komisi sekitar 100-200 NOK per malam. Enaknya, pengunjung juga bisa menggunakan kamar mandi 24 jam penuh. Baca cerita saya camping di gletser Svartisen disini !

This is the cheapest and most fun way to stay over. Tapi saya dan Mumu kadang malas mendirikan tenda ketika temperatur Norwegia masih 2 derajat saat musim panas. Pilihan lainnya adalah dengan cara tidur di dalam mobil dan menutupi kaca-kaca dengan sprei atau selimut gelap yang kami bawa. Saran saya, jauhi mendirikan tenda di pinggir jalan raya untuk menghindari klakson iseng saat malam hari.

WHAT WE ATE

Please don't find a way to get cheap food in Norway! Makan-makan termurah yang bisa kami lakukan saat road trip adalah belanja dulu ke supermarket, lalu masak di kamar kabin yang punya dapur sendiri. Selebihnya, kami tetap harus makan di luar sebagai variasi. Meskipun Mumu sudah lengkap membawa kulkas mini ke mobil, tapi tidak semua bahan makanan bisa awet dan tetap segar. Apalagi kami tidak berkendara selama 24 jam penuh dalam satu hari. Cara termurah lainnya yang bisa dicoba adalah dengan membeli sandwich atau sosis di pom bensin seharga 45-80 NOK. Well, tetap harus menyerah makan junk food sesekali kalau berminat.

Kami berdua sebetulnya tidak terlalu suka junk food dan lebih memilih membeli turmat. Turmat ini adalah produk asli Norwegia Utara yang dikeringkan serta dikemas dalam wadah kedap udara tanpa menghilangkan rasa aslinya. It's sooooo easy to be prepared karena hanya perlu air panas saja. Mirip mie instan yang diseduh, tapi ini versi lebih sehatnya.

Turmat bisa dibeli di toko-toko peralatan olahraga semisal Sport1 atau XXL. Olahan makanannya pun sangat banyak, dari bubur oatmeal, kari ayam, chilli con carno, beef stew, hingga sup sapi! Harganya berkisar dari 69-99 NOK per bungkus. Kalau bertanya soal kualitas makanan, tentu saja berbeda dari fresh dishes. Tapi soal rasa, semuanya enak-enak dan tidak hambar layaknya makanan instan lainnya. Try our favorite ones; pasta bolognese and chicken tika masala!

Somehow, homemade food and turmat would be boring, lalu akhirnya kami tetap harus datang ke restoran. Di Lofoten, harga makanan di restoran berbeda untuk musim panas dan musim dingin. Karena banyak turis datang saat musim panas, maka harga makanan pun dinaikkan sampai lebih dari 100 NOK per porsi. Untuk satu porsi makan malam sederhana di restoran tradisional Norwegia, harga standarnya dimulai dari 350 NOK. Sementara kalau tak terlalu picky ingin mencoba burger dan pizza, harganya masih standar seperti restoran fast food lainnya. But, seriously? Cheese burger in Lofoten?!

HOW MUCH WE SPENT

Here we go! Bisa dikatakan, kami berdua bukan tipikal budget traveler yang harus rela menanggalkan kenyamanan hanya demi bisa menikmati perjalanan. Jadi inilah total pengeluaran kami selama 10 hari road trip ke Norwegia Utara!

Murah? Mahal? Normal?

Yang pasti biaya di atas belum termasuk tiket masuk exhibition,dan museum yang kami kunjungi. Selain itu karena pakai mobil pribadi, tentu saja Mumu harus mengeluarkan uang lebih untuk servis mobil 2 kali. Biaya ini juga mungkin tak jauh beda jika ingin menyewa mobil sendiri. Belum lagi di tengah jalan kami harus beli ketel, termos, serta selimut yang lupa dibawa dari rumah.

Bagi kami, biaya di atas lebih dari ekspektasi normal. Harusnya bisa menghabiskan maksimal 10.000 NOK saja, tapi ternyata lebih besar! BUT, we did definitely enjoy the Northern Norway so much! Perjalanan ke Utara dengan harga sebesar itu tentu saja sangat worth-it, apalagi bagi saya yang hanya traveler musiman ini.

So, would you spend (more) money for a scenic road trip?

Thursday, May 14, 2020

Tips Mencoba Hyttetur: Rekreasi Tradisional ke Kabin A la Orang Norwegia |Fashion Style

Yang saya suka tinggal di Norwegia, meskipun negaranya sudah modern dan kaya raya, namun orang lokalnya tak pernah melupakan sisi tradisional mereka. Gaya hidupfriluftsliv yang berarti outdoor life atau menyatu dengan alam, membuat orang Norwegia sangat mencintai, merawat, serta menikmati alam mereka yang luar biasa indah dengan semaksimal mungkin.

Salah satu kebiasaan alami orang Norwegia adalah melakukan hyttetur atau cabin tour sepanjang tahun. Kalau orang lain biasanya ingin menghabiskan akhir pekan di mol atau keluar negeri demi weekend break, orang Norwegia justru melipir dari hiruk pikuk kota menuju hutan atau gunung yang tenang bersama keluarga atau handai taulan. Di tempat yang jauh dari kebisingan ini, mereka akan tinggal di kabin kayu sederhana hanya untuk rehat dari modernisasi sekalian bercengkrama dengan alam. Kalau di Indonesia, hyttetur mirip perjalanan dari Jakarta atau Bandung menuju villa di puncak. Bedanya di Norwegia, kegiatan ini tak hanya milik orang Oslo, tapi sudah jadi kultur lokal.

FYI, orang-orang yang memiliki finansial berlebih biasanya menjadikan kabin sebagai rumah kedua. Tak heran mengapa memiliki kabin sendiri di Norwegia ibarat mimpi bagi sebagian orang. Apalagi membangun kabin from the scratch butuh persiapan keuangan yang matang mengingat harga tanah di Norwegia semakin mahal. Makanya kebanyakan keluarga yang memiliki kabin in the middle of nowhere dan jauh dari kota besar memang keluarga menengah ke atas.

Sebetulnya saya sudah sering ikut host family hyttetur ke kabin di Hemsedal . Tapi karena judulnya 'dinas', saya kurang menikmati semua aktifitas disana. Suatu hari, seorang kenalan Indonesia yang juga au pair di Islandia, Tirta, berniat datang ke Norwegia hanya untuk mengunjungi saya. (Aduh, serasa artis!) Tirta sudah bosan dengan vegetasi alam Islandia yang flat dan tak berhutan. "Aku kangen ingin lihat hutan dan pohon!" katanya saat itu.

Jadi, daripada saya hanya mengajak Tirta jalan-jalan di sekitar Oslo (yang membosankan ini), saya ajukan ide nge-trip ke kabin ala orang Norwegia bersama Mumu yang ternyata disetujui dengan excited! Rencananya kami akan pakai mobil Mumu, doi juga yang menyetir, lalu nanti semua pengeluaran dibagi bersama. Saya juga akhirnya diberi kabar bahwa Tirta datang tak sendirian, tapi bersama Smári, si pacar. More people merrier, makanya saya ajukan usulan trip ini ke teman lainnya. Dari yang tadinya ada 5 orang yang juga excited diajak, ending-nya (tetap saja), hanya saya, Mumu, Tirta, dan Smári yang berangkat.

Mencari kabin sepenjuru Norwegia sebetulnya tak terlalu sulit karena selain milik pribadi, banyak juga kabin yang disewakan untuk umum. Tapi, mencari kabin tradisional yang sering digunakan orang Norwegia untuk hyttetur punya syarat tertentu. Umumnya kabin yang disewakan terletak di pegunungan, hutan, dekat laut, atau pinggir jalan, nyaris in the middle of nowhere. Kabin ini juga tidak termasuk bangunan temporary yang disewakan di area camping site.

Untuk merasakan atmosfir cozy dan dekat dengan alam, saya sarankan menyewa kabin dari situs inatur atau DNT yang menyediakan banyak opsi untuk satu atau dua malam. Yang saya suka juga, kedua situs ini menyediakan banyak kabin tradisional di daerah hidden gems yang tak terlalu populer dan memang cocok untuk hyttetur.

Perlu dilihat juga detail setiap kabin karena banyak kabin di Norwegia disewakan dengan harga murah, namun tanpa listrik, air, dan toilet. Zaman dahulu orang-orang lokal hanya menggunakan penerangan dari lilin, air dari hasil lelehan salju, dan toilet kompos yang berada di luar atau disebut utedo. Sampai sekarang jenis kabin seperti ini masih banyak jumlahnya meskipun beberapa pemilik juga merenovasi ulang agar lebih modern.

Karena malas dengan segala aspek tradisionalitas yang masih eksis, saya dan Mumu sepakat untuk menyewa satu kabin selama 2 malam yang memiliki kamar mandi, toilet air, dan listrik. Mencarinya pun lumayan sulit karena kami juga tak mau bepergian terlampau jauh lebih dari 3 jam. Untuk yang akan berangkat dari Oslo, coba cari kabin di sekitar daerah Buskerud, Akershus, Østfold, atau Telemark, agar tak terlalu lama menyetir.

Selain itu, pencarian makin menyempit karena kami juga mencari kabin yang bisa check-out lebih siang. We just didn't want to wake up early on Sunday morning for checking-out. That's all! Banyak maunya memang.

Setelah proses pencarian, saya menemukan satu kabin lengkap yang bisa check-out sampai jam 3 sore! Letaknya di Nissedal, sekitar 3 jam-an naik mobil dari Oslo. Harganya NOK 990 per malam dan bisa sharing kalau kebetulan bawa teman banyak. Fasilitasnya lengkap seperti rumah biasa. Dapurnya sudah tersedia semua peralatan masak dan makan, kompor, dan oven.

Kabin ini adalah model nyaris sempurna yang masih menerapkan sisi tradisional Norwegia tanpa perlu membuat kami repot harus menimba atau bawa air dari luar dulu. Asiknya lagi, letaknya tepat di sisi danau yang memang jadi preferensi saya sejak awal! Perahu kecil juga disediakan bagi tamu yang ingin mengarungi danau dengan cara mendayung. Isn't it romantic and intimate? Kami berempat mencoba perahu sampai ke tengah danau dan mendapati tak ada bunyi sedikit pun disana. Oohh, our souls, tenteramnya.

Selain punya 2 kamar tidur yang muat sampai 6 orang di kabin utama, ada juga annex atau kabin kecil tambahan berisi tempat tidur yang muat 4 orang. Tambah seru kalau kebetulan bawa teman banyak dan ingin sharing cost! Apalagi kabinnya juga sederhana, tanpa tv, dan Wi-Fi. Tempat ini sesungguhnya adalah tempat ideal untuk menarik diri dari dunia maya dan hiruk pikuk dunia luar karena sering kali memang hilang sinyal. Asik kan bisa leluasa mengobrol tanpa gangguan ponsel?!

Yang perlu diingat, hyttetur bagi orang Norwegia adalah kesempatan me-recharge kebersamaan dengan orang terdekat sambil bertukar cerita. Setiap hari hanya makan tidur di kabin pasti akan membosankan. Makanya jangan lupa membawa kartu main, wine atau bir untuk teman mengobrol, dan memanfaatkan alam yang ada di sekitar kabin. Bersiap juga kalau ternyata sedang hujan dan tak banyak yang bisa dilakukan di luar!

Pilihlah kabin di sekitar pegunungan jika tertarik hiking dan berburu, atau kabin di dekat perairan jika ingin memancing di musim panas. Di musim dingin, orang-orang Norwegia lari ke ski resort atau kabin di daerah pegunungan untuk main ski, atau menyepi sebentar ke hutan kalau ingin cross country skiing. Manfaatkan juga fasilitas kabin yang tersedia seperti kapal atau alat pancing karena biasanya disediakan juga oleh pemilik kabin. Yang pasti, sepanjang tahun adalah waktu yang tepat mencoba hyttetur karena atmosfir yang terasa sama epiknya.

"Woke up like this" - Tirta

Karena sudah sering mondar-mandir hyttetur dengan orang Norwegianya asli, saya sangat menyarankan trip ke kabin ini bagi kalian yang sedang tinggal atau ingin ke Norwegia! Seriously saying, you won't get 'anything' by visiting Oslo only. Norwegia tak hanya fjord dan desa nelayannya, tapi juga hutan yang rindang serta gunungnya yang picturesque!

Kalau mampir ke Norwegia dalam waktu sedikit panjang, coba sekalian kombinasikan perjalanan dengan trip ke kabin. Tapi, perjalanan ini juga butuh persiapan karena kabin bukanlah sekedar tempat persinggahan. Rencanakan dari jauh hari, ingin mencoba aktifitas apa selain menginap di kabin, serta preferensi kabin seperti apa yang diinginkan. Kunci nge-trip di Norwegia; more people merrier, karena sesungguhnya tak ada trip yang murah tanpa sharing cost!

Tips lain dari saya:

  1. Pilihlah kabin yang sesuai dengan budget dan preferensi! Baca semua detail dengan teliti dan cek apakah kabin tersebut punya toilet di luar (utedo) atau di dalam (WC). Toilet di luar bisa jadi letaknya sekitar 20-50 meter dari kabin dan hanya 'dibilas' dengan serbuk kayu. Beberapa kabin juga tak punya listrik sehingga satu-satunya penerangan hanya berupa lilin atau pemanas dari tenaga matahari. Satu lagi, kebanyakan kabin juga tak punya air sehingga kita harus membawa air minum sendiri dari luar, ambil di danau, pompa sungai, atau air lelehan salju.
  2. Selalu cek prakiraan cuaca sebelum mulai perjalanan! Cuaca di Norwegia sering kali berubah dan tak menentu. Selalu siap baju hangat, sepatu yang nyaman, serta jaket hujan meskipun matahari di luar terang benderang.
  3. Jaga kebersihan kabin dengan memvakum lantai sebelum check-out serta membersihkan toilet jika masih ada noda. Cabin is not a hotel where you could litter and somebody picks it up! Buang segala sampah yang kita tinggalkan dan jangan merokok di area berkayu!

Tertarik mencoba hyttetur di Norwegia? You should, because it's worth to try!

Tips Tentang Jurusan Kuliah dan Mengapa|Fashion Style

Selain berstatus sebagai au pair di Norwegia, saya baru saja tercatat sebagai mahasiswi S-2 di Universitas Oslo untuk program studi Entrepreneurship. Bagi yang terpikir dengan program studi ini, pasti mengira saya kuliah bisnis, padahal S-1 saya kemarin dari Fisika.

Di Universitas Oslo, Entrepreneurship justru bukan masuk Departemen Ekonomi dan Bisnis, melainkan Departemen Informatika, di bawah naungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Program studi ini unik karena menjembatani ilmu pengetahuan alam dan bisnis yang diharapkan mahasiswanya bisa berinovasi memulai dan mengembangkanstartup baru yang berhubungan dengan sains dan teknologi. Makanya tak heran kalau saingan masuk program ini cukup banyak karena pendaftar yang diterima mencakup semua lulusan sains, dari ilmu kedokteran sampai ilmu teknik.

Saya beruntung diterima di program studi ini karena memang sangat tertarik dengan kurikulum kuliahnya. Selain teori, mahasiswa juga diwajibkan untuk lebih banyak kerja kelompok sebagai nilai tambah dan mengikuti program magang di tahun kedua. Bagi saya yang suka kerja di dalam tim, berpikir ide baru, tertarik dengan teknologi, serta bosan dengan kuliah yang hanya bersifat teori, program ini seperti wadah yang memang saya cari. Apalagi sebetulnya saya memang sudah terpikir untuk membuka bisnis di Palembang, lama sebelum saya diterima masuk di kampus ini. Hanya saja, saya sadar bahwa bakat marketing saya sangatlah tidak bagus, mirip seperti ibu saya yang maju mundur kalau berdagang.

Melihat latar belakang keluarga saya, sebetulnya kami bukanlah keluarga pebisnis. Dari semua anggota keluarga, hanya saya yang sampai kuliah masuk ke jurusan IPA. Semua saudara saya mengambil jurusan Hukum dengan niat mengikuti jejak mendiang ayah sebagai praktisi hukum. Hingga akhirnya adik saya mendapatkan beasiswa ke Cina dan pindah ke jurusan Hotel Management.

Darah pedagang sebetulnya datang dari keluarga ibu. Sudah lama nenek dan kakek saya berurbanisasi ke Palembang, membeli tanah, membuka lahan untuk ditanami sayuran, lalu hasil panennya dititipkan ke warung-warung kecil. Karena ketertarikan dengan transaksi jual beli inilah, dari umur 11 tahun saya sudah “punya” warung sendiri yang dimodali orang tua. Barang dagangan pun hingga saat itu berubah-ubah dari jualan makanan, hiasan rambut kupu-kupu, stiker, isi kertas binder, kerajin tangan dari kain flanel yang saya buat sendiri, kosmetik, hingga baju bekas. Sayangnya, tak ada yang bertahan lama karena saya tak bisa promosi dan ogah-ogahan.

Kalau mau jujur, sebetulnya sampai sekarang saya masih bermimpi ingin masuk sekolah desain dan jadi desainer. Bakat seni ini lahirnya dari keluarga ayah saya. Sewaktu tinggal di Denmark, saya seperti menemukan tempat sempurna karena berada di surganya para desainer ternama. Tak banyak yang tahu kan kalau Denmark sangat terkenal dengan desain perabotnya yang berkarakteristik, minimalis, dan elegan serta arsitektur bangunannya yang keren? Coba google daftar karya Bjarke Ingels atau Finn Juhl! Dari sini, saya mulai sering datang ke Meetup para desainer, ikut kelas desain , dan terinspirasi belajar desain UX (User Experience) karena pekerjaan jadi desainer UX lagi hot di era digital ini. Banyak pengalaman dan motivasi yang saya dapatkan sampai terpikir untuk belajar UX secara otodidak. Sayangnya, saya bukan tipikal orang yang bisa belajar sendiri tanpa bantuan mentor dan teman sekelas. I'd lose the conservative atmosphere, makanya sampai sekarang belum berani bayar kursus online.

Pindah ke Norwegia, saya sadar betul bahwa tempat ini bukanlah lapak yang bagus bagi para desainer. Napas industri Norwegia masih dikendalikan secara penuh oleh minyak, gas bumi, dan perikanan. Tapi sejak tahun 2015, Norwegia perlahan ingin menumbuhkan citra baru sebagai negara maju yang melek teknologi dan inovasi dalam bisnis. Tak heran mengapa negara ini sangat optimis untuk menjadi pasarfintech terbesar sedunia beberapa tahun ke depan. Meskipun belum banyak perusahaan startup yang menjamur, tapi para investor semakin loyal mengucurkan dana bagi para perusahaan startup ternama untuk mengembangkan bisnisnya. Menariknya lagi, Norwegia juga terus menumbuhkan awareness terhadap kesehatan bumi untuk selalu berinovasi menelurkan produk yang ramah lingkungan.

Dari situlah makanya saya berpikir untuk mengambil program studi yang berkorelasi dengan perkembangan industri di sini. Dulu saya sempat disarankan oleh seorang cewek Moldova untuk jauh-jauh dari program studi ini karena lulusannya sudah membludak. "Too many people took Entrepeneurship program sampai tidak ada lapak pekerjaannya," katanya. I was just like, "seriously?!" Ngomong-ngomong, cewek Moldova ini juga yang dulunya sedikit skeptis dengan peluang saya diterima di kampus Norwegia .

Padahal untuk diterima kuliah Master di program ini pendaftar harus menyertakan CV dan surat motivasi sebagai syarat tambahan. Saya yang 5 tahun absen dari Indonesia dan hanya "bekerja" sebagai au pair di Eropa, dibuat bingung apa yang harus ditulis. What have I done?! Belum lagi surat motivasi ini harus memaparkan prestasi dan pengalaman saya saat bekerja di dalam tim. Komisi penerimaan mahasiswa baru ingin melihat prestasi kita saat harus bekerja dengan banyak orang yang berbeda sudut pandang karena memang nantinya kita lebih banyak kerja kelompok di luar kelas.

Untungnya waktu kuliah saya aktif terlibat organisasi mahasiswa yang dilimpahkan tugas sebagai kepala divisi dan ketua penyelenggara acara. Selain itu, saya juga menjelaskan bahwa program au pair yang sedang saya jalani ini berguna sekali membuka peluang masuk ke dunia internasional—yang mana sangat dibutuhkan dalam industri bisnis. Karena kesempatan ini juga, saya bisa sekalian ikut kegiatan sukarelawan di beragam festival internasional yang diharuskan bekerja dalam tim untuk menyukseskan acara.

Dari segi akademik dan nilai, saya memang mahasiswi pas-pasan karena dulunya merasa salah jurusan. Tapi karena banyaknya kegiatan non-akademik yang saya ikuti, hal ini bisa jadi poin plus yang berguna untuk mendukung isi CV dan surat motivasi. Untuk kalian yang sekarang masih terpaku jadi mahasiswa atau au pair “biasa”, sebaiknya perbanyak pengalaman dan ilmu di luar rutinitas untuk menambah poin pengembangan diri . Karena buktinya, kampus di Eropa pun menyukai pelajar yang well-rounded tak cukup hanya dari nilai akademik.

Monday, May 11, 2020

Tips Autumn Vibes di Norwegia|Fashion Style

Selepas kontrak dengan host family di Denmark , saya pikir 2017 adalah tahun terakhir merasakan musim gugur di Eropa. Namun ternyata saya salah, masih ada 4 tahun berikutnya lagi menikmati musim paling berwarna sepanjang tahun ini, karena saya memutuskan jadi au pair lagi dan lanjut kuliah di Norwegia . FYI, musim gugur adalah musim terfavorit saya dan ada beberapa alasan yang kamu juga harus menyukainya !

Beberapa tahun terakhir ini musim panas di Eropa sedang tidak bersahabat alias abnormal. Norwegia contohnya, dari yang biasanya stabil di angka 25 derajat paling tinggi, bisa tembus hingga  28-31 derajat sampai satu minggu penuh. Di bagian Barat Eropa lebih sadis, berminggu-minggu di angka 33-40 derajat! Orang tua profesor saya yang asli orang Italia sampai hijrah dulu ke Norwegia istirahat dari panasnya musim panas di Barat.

Musim gugur bisa jadi dirindukan karena transisi dari panasnya musim panas sebelum berperang melawan salju di akhir tahun.But hey, it's autumn again in Norway!

Tidak seperti tahun lalu saat daun-daun sudah mulai berguguran di awal Oktober, tahun ini sepertinya sedikit lambat di Norwegia. Tipikal musim gugur, hujan biasanya terus turun sepanjang hari membuat temperatur lembab dan lebih dingin. Meskipun begitu, pergantian warna dedaunan yang apik di sepanjang hutan membuat Norwegia menjadi salah satu negara yang tepat menikmati musim gugur di Eropa.

Musim gugur di sini juga mengawali semester baru bagi anak sekolahan, musim berburu burung liar dan mengumpulkan jamur-jamur di hutan, serta saatnya mengeluarkan pakaian hangat lagi! Apel di pepohonan juga sudah mulai memerah dan waktunya membuatapple cake.

Berbeda dengan Denmark yang identik dengan sup labu, di Norwegia lebih identik dengan sup jamur. Anak-anak kecil maupun orang dewasa biasanya pergi ke hutan untuk 'memanen' jamur liar, Kantereller, yang berwarna kekuningan. Padahal jamur ini juga tersebar di Denmark, tapi mungkin karena tak banyak hutan di Denmark, makanya berburu Kantereller lebih sering dilakukan oleh orang Norwegia.

Meskipun jamur liar ini tersebar dimana-mana, tetap disarankan untuk riset lebih dahulu jenis jamurnya seperti apa atau pergi bersama orang lokal untuk memberi tahu mana jamur yang tepat. Banyak sekali jenis jamur beracun di hutan yang kalau sampai termakan akibatnya bisa sangat deadly. Di awal musim gugur tahun ini, sudah ada 5 orang masuk rumah sakit karena mengkonsumsi jamur beracun.

FYI, Kantereller ini harganya juga mahal kalau sudah dijual di supermarket. Jadi kalau ada kesempatan 'memanen' langsung dari hutan, silakan ambil sebanyak-banyaknya. Orang-orang Norwegia biasanya mengeringkannya terlebih dahulu sebelum diolah menjadi sup jamur. Beberapa orang juga membuat mushroom sauce sebagai teman makan steak.

Seperti tahun sebelumnya, tahun ini saya berkesempatan lagi ikut host family berburu ke gunung. Sebetulnya saya tidak ikut memegang senapan, tapi lebih ke post-hunting. Sedihnya lagi, perburuan kali ini bisa jadi momen terakhir saya di Hemsedal karena host family akan pindah ke Swiss . Tak semua orang Norwegia jago hunting, lho, karena berburu pun harus punya izin memiliki senapan.

Walaupun sedikit sedih, tapi akhirnya saya bisa mencicipi blueberry liar langsung dari hutan! Dibandingkan blueberry yang dijual di supermarket, blueberry liar ini bentuknya lebih kecil. Organik, karena langsung dipetik dari alam. Karena warnanya juga lebih pekat, kebanyakan makan blueberry bisa membuat lidah jadi biru. Sama seperti Kantareller, kalau berkesempatan menemukan blueberry di hutan, jangan lupa petik yang banyak dan bawa pulang. Lumayan, bisa dijadikan selai atau teman makan oatmeal.

Di Oslo sendiri, kita bisa jalan-jalan ke hutan di daerah Holmenkollen atau menikmati dedaunan yang mulai menguning di sepanjang jalan. Bagi yang tertarik menjadikan musim gugur di Oslo jadi objek foto, saya sarankan datang ke Frognerparken untuk 'bermain' dengan tumpukan dedaunan kering, National Library kalau tertarik melihat dedaunan merah yang menjalar di sepanjang bangunan, Oslomarka kalau ingin mencicipi blueberry liar di hutan, ataupun berjalan santai di Damstredet menikmati rumah-rumah antik khas Norwegia ala abad ke-19.

Datang ke Eropa saat musim gugur dan berniat memberi oleh-oleh ke kerabat di Indonesia tanpa perlu merogoh kocek? Ambilah dedaunan yang mulai berguguran tapi batangnya masih segar dan warnanya masih cerah. Lalu simpan di dalam lembaran buku untuk mempertahankan bentuk aslinya. Jika disimpan 2-3 minggu berikutnya tanpa terkena sinar matahari, warna dan bentuk asli daun akan tetap terlihat cantik. Kalau mau, kita juga bisa menuliskan nama kota serta tahun musim tersebut di atas daun, lalu menuliskan pesan kecil bagi teman atau keluarga sebagai hadiah. Isn't it more personal and authentic? Dedaunan ini juga bisa dipajang atau dijadikan pembatas buku, lho!

Autumn in Europe is definitely amazing! Setiap tempat di Eropa tentu saja punya pemandangan unik tersendiri yang bisa dinikmati sepanjang musim gugur. Tapi karena musim ini memang sangat identik dengan dedaunan yang berwarna-warni, area yang banyak hutan dan pepohonan mapelnya masih menjadi tempat terbaik menikmati musim gugur, Norwegia salah satunya.

Musim gugur juga erat kaitannya dengan kenyamanan dan perasaan mellow. Cokelat hangat, selimut lembut, sweater wol, serta mild temperature yang membuat kita malas keluar rumah. Satu lagi, Oktober juga sangat identik dengan Oktoberfest atau pesta bir serta Halloween! Just be ready to get hammered and 'trick or treat?'!