Showing posts with label Lofoten Island. Show all posts
Showing posts with label Lofoten Island. Show all posts

Sunday, May 17, 2020

Tips Road Trip Impian ke Pulau Lofoten, Norwegia|Fashion Style

Sudah lama sebetulnya saya merencanakan ingin road trip ke Pulau Lofoten. Dulu inginnya ke Norwegia Utara bersama Michi—yang belum tahu siapa itu Michi, baca cerita saya disini ! Lalu karena sadar rencana tersebut hanya angan-angan belaka, saya lempar lagi rencana ini ke teman-teman au pair Indonesia di Denmark. Seorang au pair sudah mengantongi SIM Eropa dan sering antar-jemput host kids-nya, jadi saya anggap bisa diandalkan untuk jadi sopir 😛. Rencana sudah dibuat cukup matang sampai menghitung harga ongkosnya juga. Lagi-lagi, rencana tinggalah rencana.

Tahun ini, saya akhirnya bisa mewujudkan trip impian lewat darat ke Lofoten! Beruntung, seorang cowok Norwegia, sebut saja Mumu, secara spontan menawari saya perjalanan ke Lofoten melihat midnight sun.Rencana ini juga akhirnya bukan hanya wacana, meskipun sudah direncanakan Desember tahun lalu. (Next time mungkin saya akan sedikit cerita siapa itu Mumu)

Mengapa Lofoten?

Popularitas Lofoten naik drastis beberapa tahun ke belakang sejak seorang fotografer memamerken jepretan fotonya di Instagram. Banyak orang akhirnya penasaran dimana pulau cantik itu berada, hingga di tahun 2017, lebih dari 1 juta pengunjung memadati pulau ini setiap tahun. Padahal penduduk asli Lofoten sendiri tidak lebih dari 25 ribu jiwa. Puncak keramaian turis biasanya dimulai akhir Juni hingga pertengahan Agustus tepat saat liburan sekolah. Kami cukup beruntung datang kesini di awal Juni sebelum libur sekolah musim panas. Sudah terlihat beberapa rombongan turis memang, terutama dari Jerman dan Amerika, namun kebanyakan para lansia yang berjalan sambil menggendong kamera mereka.

Dimulai dari Oslo, kami menyusuri beberapa kawasan Norwegia Utara, sebelum berlabuh di Lofoten. Saya juga tidak sendirian merancang trip kali ini karena Mumu berinisiatif mengganti rute untuk mengunjungi banyak tempat. Beruntungnya lagi, Mumu sudah beberapa kali mengunjungi Lofoten karena ini juga kampung halaman neneknya. Perjalanan jadinya lebih mudah karena selain sudah tahu beberapa tempat, sebagai native, Mumu tidak kesulitan membaca rute, menemukan rules, dan berkomunikasi dengan warga setempat.

Svolv?R

Trip kami dimulai dari Svolv?R menuju ke ujung selatan pulau. Dari Skutvik, kami naik feri selama 1 jam 50 menit menuju wilayah administrasi sekaligus ibukota Pulau Lofoten ini. Meskipun lebih jauh mengemudi ke utara, namun biaya feri dari Skutvik ke Lofoten lebih murah dan cepat ketimbang dari Bodø.

Svolv?R is an amazing place! Salah satu desa tercantik di Lofoten ini menawarkan pemandangan luar biasa pegunungan, pantai, serta kabin nelayan (Rorbua) khas berwarna merah atau oker sebagai ciri utama Pulau Lofoten. FYI, Pulau Lofoten dulunya adalah kampung nelayan terbesar di Norwegia. Tak heran mengapa akan ditemukan banyak sekali kabin berwarna merah di sisi perairan yang jadi daya tarik Lofoten hingga saat ini.

Selain tempatnya yang cantik, Svolv?R juga seringkali dipenuhi turis saat musim panas karena menyediakan banyak restoran internasional beratmosfir hangat ala pedesaan yang cukup modern. Herannya, meskipun Lofoten adalah desa nelayan, sulit sekali menemukan restoran seafood di Svolv?R.

Kabelv?G

Tidak seperti tetangganya, banyak turis yang seringkali mengabaikan tempat ini. Satu-satunya tempat cantik di Kabelv?G yang kami singgahi adalah Pantai Rørvik. Beruntung karena bukan peak season, berjalan mengitari pantai jadi sangat tenang karena hanya tiga atau lima turis saja yang mampir untuk berfoto, lalu pergi.

Pasirnya putih bersih dan airnya biru jernih bergradasi. Cocok sekali untuk bersantai sekaligus berenang kalau airnya tidak terlalu dingin. Di sisi pantai juga disediakan selang air bersih untuk membilas dan minum.

Henningsv?R

Kata Mumu, Henningsv?R adalah desa yang wajib dikunjungi kalau datang ke Lofoten. Sama seperti Svolv?R, kebanyakan turis biasanya akan memadati desa ini saat musim panas. Pilihan tempat makan dan hiking paths menjadikan daya tarik lain bagi pengunjung.

Selain kabin nelayan yang berwarna merah, satu hal lagi yang pasti akan kita temui di pulau ini, jemuran ikan kod yang diasinkan. Mirip jemuran ikan asin di Indonesia, tapi di Norwegia ikannya digantung di kayu-kayu yang tinggi. Saya sebetulnya sudah melihat piramida jemuran ikan yang dikeringkan di Svolv?R, tapi di Henningsv?R ternyata jumlahnya lebih banyak. Jemuran ikan kod yang tergantung tak jauh dari pesisir pantai tidak hanya badan utuh, tapi juga jemuran kepalanya ikut diasinkan.

Sebelum memasuki pusat desa, kami juga melewati danau berwarna hijau permata yang cantiknya bukan essential! Mata betul-betul dimanjakan oleh segarnya air laut dengan latar belakang bukit bebatuan di sepanjang pulau.

Stamsund

Dari Henningsv?R, kami melipir ke Stamsund, desa neneknya Mumu. He was definitely going back to his childhood. Kami sekalian mampir ke rumah tinggal neneknya yang beberapa tahun lalu sudah dijual. Meskipun tak banyak yang bisa dilihat, tapi makan siang di restoran favorit Mumu di Stamsund semakin membuat kami malas berpindah.

Disini juga saya menemani Mumu memancing di laut lepas sampai dapat 4 ikan Batubara untuk lauk makan malam. It was so fun! Baru 1 menit melempar umpan, Mumu sudah berhasil menjerat ikan berukuran sedang.

Eggum

Kalau winter ada aurora borealis yang biasanya sering 'diburu' pendatang di Lofoten, maka summer ada midnight sun. Karena masuk lingkar arktik, wilayah Norwegia Utara selalu terang benderang karena matahari bersinar selama 24 jam saat musim panas. Sunset biasanya akan dimulai pukul 12 lalu bersinar kembali jam 1 pagi.

Untuk menyaksikan midnight sun, Eggum adalah salah satu tempat terbaik yang sering juga dijadikan camping spot. Sayangnya karena saat itu angin terlalu kencang dan menjadikan malam makin dingin, maka kami batalkan melihat midnight sun disini. Kata Mumu, midnight sun sama kerennya dengan aurora borealis karena matahari hanya menggantung di langit tanpa tenggelam. Pergerakkan matahari yang turun sebentar lalu naik lagi merupakan fenomena alam luar biasa untuk diabadikan.

Leknes

Kami sebetulnya tidak memasukkan Leknes ke daftar kunjungan di Lofoten. Tadinya ingin hiking sepanjang 2 km menuju Pantai Kvalvika sekalian mendirikan tenda, namun celakanya paha Mumu teriris pisau cukup dalam saat pendakian. Mau tidak mau kami harus turun dan menuju rumah sakit terdekat untuk menjahit luka Mumu.

Sepulang dari rumah sakit jam 2.30 pagi, kami sepakat menuju Pantai Haukland untuk bermalam di dalam mobil saja. Saat libur musim panas, tempat ini katanya penuh ramai oleh turis yang berkunjung atau beristirahat mendirikan tenda dan memarkir campervan. Terusan pantai ini adalah Uttakleiv yang sama populernya dan selalu penuh oleh turis.

Meski tidak jadi melihat keindahan Pantai Kvalvika yang bersembunyi di balik bukit, namun Haukland tidak kalah kerennya. Garis pantainya cukup panjang untuk berjalan-jalan sehingga katanya juga, pantai ini mirip seperti yang ada di Seychelles.

Reine

Foto-foto Lofoten yang ada di net kemungkinan besar diambil di Reine dengan latar belakang gunung tinggi menjulang dengan kabin nelayannya di sisi gunung. Desa di wilayah selatan Lofoten ini juga jadi salah satu destinasi terbaik dan terfavorit saya. Reine menggabungkan dua kawasan; rumah untuk orang lokal dan kabin nelayan yang selalu disewakan bagi turis. Karena sangat dekat dengan Moskenes, banyak juga para pendatang yang berlabuh dari Bod? Memulai petualangannya di Lofoten dari sini.

?

Di alfabet Norwegia, ? adalah huruf terakhir dan juga desa paling ujung di Pulau Lofoten. Tidak banyak yang bisa dilakukan di tempat ini selain hiking dan memancing. Karena sedang tidak berangin, saya dan Mumu sepakat memancing lagi di sisi laut. Baru 15 menit memancing, Mumu sudah menjerat 4 ikan Batubara yang ternyata lebih besar dari di Stamsund!

"It is easier to fish in the ocean karena ikannya lebih banyak dari air tawar," katanya.

Tak heran mengapa pesona Pulau Lofoten begitu tenar bagi para turis, internasional maupun lokal. Sepanjang jalan saya melihat bukit dan gunung kokoh dikelilingi laut yang menenangkan perasaan. Bunga katun dan kuning nan lembut menambah kesan damai di sekeliling pulau. Saya yang biasanya hanya melihat hutan berpohon besar di Norwegia Selatan, merasa beruntung bisa merasakan vegetasi lain di Utara.

Inilah Norwegia yang selama ini saya bayangkan saat musim panas; desa yang hijau dikelilingi bangunan berwarna-warni yang menambah kesan ceria. Kebanyakan rumah yang bermaterial kayu seperti rumah nenek-nenek semakin membawa memori zaman dulu. Sederhana namun syahdu. (Cek postingan ini untuk tahu berapa saya dan Mumu menghabiskan uang selama liburan!)

Saturday, May 16, 2020

Tips Road Trip ke Norwegia Utara, Seberapa Mahal?|Fashion Style

Dulu, karena kampung halaman ayah saya ada di Malang, sementara kami sekeluarga tinggal di Palembang, 5-7 tahun sekali pasti menyempatkan mudik ke Pulau Jawa. Karena harga tiket pesawat yang sangat mahal, road trip adalah pilihan terakhir yang bisa keluarga saya lakukan meskipun harus berlama-lama di jalan.

Sampai di Norwegia, saya makin rindu road trip. Apalagi salah satu cara terbaik berkeliling tempat cantik di Norwegia hanyalah menggunakan mobil. Selain tidak perlu takut ketinggalan jadwal transportasi umum, berkendara sendiri membuat fleksibilitas dan mobilitas tinggi. Bisa berhenti beristirahat dan bebas mampir ke banyak hidden gems yang tak terjamah jika harus naik kereta atau pesawat.

Sayangnya saya tak punya SIM lokal ataupun internasional untuk menyetir disini. Sudah mengajak beberapa teman au pair yang punya SIM ikut road trip, tapi rencana hanyalah tinggal wacana. Awal Juni lalu akhirnya saya ditawari Mumu, seorang cowok Norwegia, yang secara spontan mengajak untuk road trip ke Pulau Lofoten , kampung halaman neneknya. Ohh finally, dream came true!

Road trip kali ini kami memakai mobil Mumu yang nanti semua biayanya akan dibagi 2, kecuali biaya servis mobil. Kalau ada yang tertarik sewa mobil di Norwegia, silakan cek situsnya SIXT , pusat penyewaan mobil yang menurut saya paling murah. Untuk satu mobil kecil berisi 4 orang bermesin manual, harganya sekitar 750 NOK per hari. It's more than enough ketimbang harus menyewa mobil besar bermesin automatic.

WHERE WE DROVE

Meskipun tujuan utama adalah mengunjungi Pulau Lofoten, tapi di tengah jalan biasanya ada saja penambahan atau pengurangan rute yang dari awal sudah direncanakan. That's how it is; we were so flexible to the opened options!

Untuk menuju Pulau Lofoten, kami menyebrang melewati pelabuhan Skutvik dan Moskenes untuk kembali ke Bod?. Tiket feri dari Skutvik lebih murah dibandingkan dari Bod?, tapi juga harus siap berkendara sedikit lama ke utara.

Berbeda dengan alam di Norwegia Selatan, vegetasi di Utara biasanya ditandai dengan pepohonan yang lebih pendek dan tidak terlalu lebat. Bunga katun dan bunga berwarna kuning tumbuh liar di sepanjang perjalanan menambah kesan syahdu. I couldn't stop wowing!

Pegunungan yang kokoh serta fyord yang cantik tak lepas mengiringi pandangan kami. Sepanjang perjalanan juga camper van ikut berlalu lalang dan mengingatkan saya dengan film-film Amerika lawas. Kadang-kadang, ada juga camper van retro berwarna biru muda keluaran Volkswagen lewat and it seemed getting back to the old days!

Di perjalanan menuju Utara, sejujurnya saya baru sadar kalau sedang berada di Norwegia. Oh wow, I am in Norway! How lucky I am! Inilah gambaran Norwegia saat musim panas yang selama ini ada di kepala saya; hijau, sederhana, tenang, dan damai. Apalagi saat melewati pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk kota besar, saya dan Mumu berkali-kali bertanya pada diri sendiri, "could I live like them?" Jauh dari internet dan segala kehidupan modern. Yes, could we?

WHERE WE STAYED

Salah satu keuntungan berkeliling Norwegia dengan cara road trip adalah kita bisa menyewa kamar lebih murah yang jauh dari pusat kota untuk menghindari biaya hotel yang mahal.

Kabin

Norwegia sangat terkenal dengan kabin kayunya yang biasa digunakan saat musim panas atau dingin. Tidak hanya milik pribadi, banyak kabin-kabin mini mirip kontrakan tersedia di camping spot bagi pengendara mobil yang ingin menginap dalam waktu singkat. Kabin-kabin ini juga banyak macamnya, dari yang punya dapur dan toilet di dalam ataupun mesti sharing dengan tamu lainnya.

Karena malas saling berbagi fasilitas dengan orang lain, kami selalu menyewa satu kabin yang memiliki toilet dan dapur sendiri. Harga yang ditawarkan pun bervariasi dimulai dari three hundred-an NOK in step with malam untuk kabin tanpa dapur dan lavatory. Tamu yang menginap juga harus menjaga kebersihan kabin dan wajib membawa sarung dan sprei sendiri, serta dilarang merokok.

Kabin nelayan (Rorbua)

Di Lofoten, jangan sampai absen mencoba tinggal di kabin nelayan atau yang biasa disebut rorbua. Sebetulnya kabin nelayan ini bentuknya hampir sama dengan rumah panggung di Indonesia. Bahkan dulu rumah keluarga saya di Palembang juga bentuknya mirip rumah panggung. Rorbua ini juga sama saja, dulunya hanya berupa rumah panggung tradisional bercat merah atau oker milik para nelayan yang berada di dekat perairan.

Bedanya, sekarang rorbua dijadikan daya tarik kuat bagi pengunjung yang ingin merasakan sisi tradisional Norwegia yang sudah dimodernisasi. Beberapa perabotan masih berupa kayu yang sederhana, namun peralatan dapur dan toiletnya sudah sangat bersih dan modern. Harga menyewa rorbua per malam juga tidak murah, apalagi di tempat yang sudah terkenal oleh turis. Kami menyewa salah satu rorbua terbaik di Svolvær, Svinøya Rorbuer , seharga sekitar 1500-an NOK per malam.

Bed and Breakfast

Di beberapa tempat yang sedikit dekat dengan kota besar, pilihan kami jatuh ke B&B ketimbang AirBnB. Fasilitas B&B ini sebetulnya lebih di atas sedikit dari hostel, tapi kebersihannya hampir sama dengan hotel. Harga kamar yang ditawarkan pun cukup terjangkau dimulai dari 500-an NOK per malam. Sarapan yang disediakan juga tergantung kebijakan hotel; ada yang sudah dikemas di dalam kantong kertas, ada juga yang sampai menyediakan buffet. Sangat lumayan untuk transit pendek.

Camping in the wild

Tidak semua orang yang road trip di Norwegia berniat membayar mahal hanya untuk satu kamar. Banyak juga yang membawa tenda dan sleeping bag sendiri, lalu mencari spot terbaik di pegunungan, dekat danau, hutan, ataupun di pantai untuk mendirikan tenda. Asiknya, hampir semua tempat di Norwegia disediakan gratis untuk mendirikan tenda, asal bukan di sekitar lahan atau perumahan warga. Feel close to the nature, huh?

Di beberapa pantai dan hutan bahkan disediakan kamar mandi umum untuk bisa digunakan  pengunjung yang berniat bermalam di sekitar area tersebut. Camping spot di seluruh Norwegia juga memperbolehkan pengunjung untuk mendirikan tenda sendiri di dalam spot dan menarik komisi sekitar 100-200 NOK per malam. Enaknya, pengunjung juga bisa menggunakan kamar mandi 24 jam penuh. Baca cerita saya camping di gletser Svartisen disini !

This is the cheapest and most fun way to stay over. Tapi saya dan Mumu kadang malas mendirikan tenda ketika temperatur Norwegia masih 2 derajat saat musim panas. Pilihan lainnya adalah dengan cara tidur di dalam mobil dan menutupi kaca-kaca dengan sprei atau selimut gelap yang kami bawa. Saran saya, jauhi mendirikan tenda di pinggir jalan raya untuk menghindari klakson iseng saat malam hari.

WHAT WE ATE

Please don't find a way to get cheap food in Norway! Makan-makan termurah yang bisa kami lakukan saat road trip adalah belanja dulu ke supermarket, lalu masak di kamar kabin yang punya dapur sendiri. Selebihnya, kami tetap harus makan di luar sebagai variasi. Meskipun Mumu sudah lengkap membawa kulkas mini ke mobil, tapi tidak semua bahan makanan bisa awet dan tetap segar. Apalagi kami tidak berkendara selama 24 jam penuh dalam satu hari. Cara termurah lainnya yang bisa dicoba adalah dengan membeli sandwich atau sosis di pom bensin seharga 45-80 NOK. Well, tetap harus menyerah makan junk food sesekali kalau berminat.

Kami berdua sebetulnya tidak terlalu suka junk food dan lebih memilih membeli turmat. Turmat ini adalah produk asli Norwegia Utara yang dikeringkan serta dikemas dalam wadah kedap udara tanpa menghilangkan rasa aslinya. It's sooooo easy to be prepared karena hanya perlu air panas saja. Mirip mie instan yang diseduh, tapi ini versi lebih sehatnya.

Turmat bisa dibeli di toko-toko peralatan olahraga semisal Sport1 atau XXL. Olahan makanannya pun sangat banyak, dari bubur oatmeal, kari ayam, chilli con carno, beef stew, hingga sup sapi! Harganya berkisar dari 69-99 NOK per bungkus. Kalau bertanya soal kualitas makanan, tentu saja berbeda dari fresh dishes. Tapi soal rasa, semuanya enak-enak dan tidak hambar layaknya makanan instan lainnya. Try our favorite ones; pasta bolognese and chicken tika masala!

Somehow, homemade food and turmat would be boring, lalu akhirnya kami tetap harus datang ke restoran. Di Lofoten, harga makanan di restoran berbeda untuk musim panas dan musim dingin. Karena banyak turis datang saat musim panas, maka harga makanan pun dinaikkan sampai lebih dari 100 NOK per porsi. Untuk satu porsi makan malam sederhana di restoran tradisional Norwegia, harga standarnya dimulai dari 350 NOK. Sementara kalau tak terlalu picky ingin mencoba burger dan pizza, harganya masih standar seperti restoran fast food lainnya. But, seriously? Cheese burger in Lofoten?!

HOW MUCH WE SPENT

Here we go! Bisa dikatakan, kami berdua bukan tipikal budget traveler yang harus rela menanggalkan kenyamanan hanya demi bisa menikmati perjalanan. Jadi inilah total pengeluaran kami selama 10 hari road trip ke Norwegia Utara!

Murah? Mahal? Normal?

Yang pasti biaya di atas belum termasuk tiket masuk exhibition,dan museum yang kami kunjungi. Selain itu karena pakai mobil pribadi, tentu saja Mumu harus mengeluarkan uang lebih untuk servis mobil 2 kali. Biaya ini juga mungkin tak jauh beda jika ingin menyewa mobil sendiri. Belum lagi di tengah jalan kami harus beli ketel, termos, serta selimut yang lupa dibawa dari rumah.

Bagi kami, biaya di atas lebih dari ekspektasi normal. Harusnya bisa menghabiskan maksimal 10.000 NOK saja, tapi ternyata lebih besar! BUT, we did definitely enjoy the Northern Norway so much! Perjalanan ke Utara dengan harga sebesar itu tentu saja sangat worth-it, apalagi bagi saya yang hanya traveler musiman ini.

So, would you spend (more) money for a scenic road trip?

Saturday, May 2, 2020

Tips Ke Norwegia, Wajib Coba Menginap di Rorbu, Kabin Nelayan!|Fashion Style

Kalau selama ini kamu hanya tahu Norwegia karena keindahan alam di sisi Timur dan Baratnya yang luar biasa, cobalah sekalian mampir ke Norwegia Utara. Tidak sama seperti kawasan lain yang penuh pepohonan, fjord, dan taman nasional, kawasan di Utara lebih terkenal sebagai daerah perairan dan ladang-ladang kecil yang menawarkan pemandangan sama spektakulernya! Bahkan menurut saya, lebih indah dan 'hangat' dari Norwegia Selatan. I cannot tell you how much I miss to be back to the North, terutama ke Lofoten!

The modest feeling in Lofoten Island membuat saya dan Mumu selalu rindu ingin kembali. Selain karena kesederhaannya, ada pengalaman menarik lain yang bisa kamu coba selama mengunjungi desa nelayan ini; menginap di kabin nelayan! Rorbu atau kabin nelayan, berasal dari kata-kata "ro" yang berarti mendayung, dan "bu" berarti rumah kecil berhubungan erat dengan kata "bo" yang juga berarti tinggal. Dulunya, banyak nelayan yang mengjangkau sisi pantai hanya dengan memakai perahu dayung hingga akhirnya di abad ke-19 perahu bermotor pun mulai diperkenalkan.

Rorbu sendiri sebetulnya hanyalah kabin musiman yang dipakai oleh para nelayan selama musim panen ikan. Bangunan ini berupa rumah tinggal sementara yang berisi dua ruangan, satu sebagai tempat penyimpanan alat dan ikan hasil tangkapan serta satu ruangan lagi adalah ruang tamu merangkap ruang tidur. Rorbu dibangun dengan tiang-tiang kayu layaknya rumah panggung di pinggir laut, yang memungkinkan para nelayan menaruh perahu mereka tepat di samping bangunan.

Karena naiknya jumlah turis yang mengunjungi Pulau Lofoten setiap tahun, industri pariwisata di tempat ini pun menjadi salah satu komoditas lokal. Banyak desa di kawasan Lofoten disulap menjadi lebih 'modern' dengan rorbu dan bangunan pengolahan ikan, yang bercat warna merah mendominasi pulau. Kalau kalian bertanya-tanya mengapa banyak bangunan dicat dengan warna merah, itu dikarenakan dulunya cat merah dari minyak ikan inilah yang paling murah meriah. Sekarang, warna okre atau kuning tua pun semakin sering digunakan.

Banyak kabin dibangun masih berdekatan dengan rak-rak ikan kod yang dikeringkan sebagai bagian dari atmosfir alami, contohnya foto pembuka postingan. Sekarang, rorbu sudah menjadi penamaan yang digunakan ke seluruh jenis kabin atau rumah-rumah pinggir laut yang berada di luar Lofoten. Meskipun, sejarah otentik dari rorbu sendiri berhubungan erat dengan Lofoten. Beberapa bangunan di sini masih asli, meskipun interiornya sudah direnovasi sesuai dengan kenyamanan para turis.

Dulu, tak ada toilet di dalam bangunan karena kalau pun harus buang air, nelayan bisa langsung pergi ke perairan. Sekarang sudah banyak rorbu yang dibangun dengan fasilitas sangat nyaman dengan ukuran standar sederhana hingga high-end. Kamar mandi di dalam, dapur lengkap, ranjang yang nyaman, sampai koneksi WiFi.

Meski yang kita lihat hanya berupa bangunan kayu sederhana, namun menginap di rorbu juga tak murah! I know, this is Norway, tidak ada yang murah di tempat ini. But more for me, this is more than just "Norway". Karena menurut saya, yang mahal justru adalah pengalaman dan atmosfirnya yang tidak bisa kita temukan di tempat lain. Banyak rorbu bahkan sengaja dibangun di lokasi paling scenic demi menciptakan pemandangan mewah, berdekatan dengan restoran seafood yang enak, ataupun menambahkan fasilitas yang lebih mirip boutique hotel agar lebih elegan.

Sewaktu mengunjungi Lofoten, saya dan Mumu menyewa satu rorbu di kawasan Svolvær yang juga adalah salah satu rorbu paling direkomendasikan banyak orang, Svinøya Rorbuer . Fasilitasnya meliputi kamar mandi dalam, ruang tamu, dan dapur berperlengkapan lengkap. Tahun lalu harga yang kami bayar per malam sekitar NOK 1100 (€110), namun terakhir kali saya lihat harga termurah sekitar NOK 1600. Karena berada di daerah perkompleksan rorbu, jangan sedih jika terpaksa harus mendapat kabin di daerah daratan yang sedikit jauh dari perairan. Beberapa kabin memang sengaja disewakan dengan harga lebih mahal dengan fasilitas balkon yang langsung menghadap lautan.

Yang paling menarik dari rorbu ini menurut saya adalah restoran pribadi yang sekalian beroperasi di dekat kabin, Børsen Spiseri . Bukan iklan, tapi katanya ini adalah salah satu restoran terbaik di Lofoten! Saya dan Mumu awalnya tak tertarik, namun karena melihat menunya yang sangat menantang, paus dan pipi sapi, kami walk-in untuk mencoba. Sayangnya zonk, karena untuk mendapat satu meja di sini, kita harus booking dari jauh-jauh hari! Restoran cepat saji seperti burger dan pizza juga tersedia di sini, tapi bagi kami, datang jauh-jauh ke Lofoten tapi tetap makan pizza, useless!

Beberapa rorbu yang direkomendasikan lainnya di Lofoten:

  • Sakrisøy Rorbuer di daerah Reine, lebih dekat menuju pelabuhan ke Bodø. Harga terakhir yang saya lihat di akhir musim panas, paling murah sekitar NOK 1800 untuk 2 orang.
  • Eliassen Rorbuer yang juga masih di wilayah Reine,menawarkan harga paling murah di atas NOK 2500 akhir musim panas dengan letak kabin yang berada di sisi laut.
  • Maybua  dengan pemandangan langsung menghadap laut dan pegunungan, bisa kamu pilih jika ingin patungan karena harga satu kabin dengan kapasitas 4 orang sekitar NOK 3000.

Rorbu otentik lainnya di luar Lofoten:

  • Dønna Rorbuer di daerah Helgeland, yang berada di Norwegia Tengah, merupakan penginapan sederhana dengan konsep rorbu yang berisi banyak kamar. Harga paling murah adalah NOK 1200 untuk satu kamar berkapasitas 2 orang.
  • Rorbuferie i Bud berada di kawasan Møre og Romsdal yang ada di sisi barat Norwegia. Karena letaknya juga berada di desa nelayan, atmosfir otentik bisa kamu rasakan di sini.

Ngomong-ngomong, ada banyak sekali penyebutan nama dalam bahasa Norwegia untuk satu hal yang cukup identik. Contohnya rorbu ini, kadang sering bercampur dengan sjøhus (rumah di sisi laut), gjestehavn (penginapan di pelabuhan), dan hytte (kabin). Di Lofoten sendiri kadang turis sering dibuat bingung apa yang membedakan banyak bangunan bercat merah kalau semuanya sama-sama berada di sisi lautan.

Alright! Rorbu, seperti yang saja jelaskan di atas merupakan rumah kecil dengan fasilitas sangat sederhana. Biasanya hanya berupa kamar dan dapur, meskipun banyak yang sudah dilengkapi kamar mandi dalam. Rorbu dibangun di sisi perairan dengan tiang-tiang kayu layaknya rumah panggung. Sementara sjøhus yang sama-sama berada di pinggir laut biasanya punya fasilitas lebih lengkap layaknya rumah tinggal, lebih modern dan kadang dibangun dengan tambahan beton atau batu.

Lalu gjestehavn, tidak berupa kabin kecil namun bangunan penginapan lebih besar yang memiliki banyak kamar. Jadi yang disewa bukan bangunannya, tapi per kamar. Meskipun dibangun dari kayu dan sama-sama berada di sisi laut, namun karena cukup besar, bangunannya lebih menjorok ke daratan daripada perairan. Sementara hytte lebih berfungsi sebagai rumah liburan, walaupun catnya sama-sama merah. Jadi kalau kamu tertarik menyewa rorbu suatu hari, pastikan tempat yang kamu tuju bukanlah hytte biasa.

Sejujurnya saja, rorbu sendiri bukan pengalaman baru bagi saya yang berasal dari Palembang. Meskipun tinggal di sisi Ilir, namun di sisi Ulu kota ini terkenal dengan daerah para nelayan ikan yang tinggal di kawasan Sungai Musi dengan rumah panggung kayu. Banyak juga warga yang masih mengolah ikan secara manual sekalian mengeringkan ikan asin di atap-atap rumah. Rumah-rumah panggung ini juga seringkali jadi objek foto dan pemandangan bagi pengunjung di kawasan Benteng Kuto Besak. Tak kalah menarik, sampai sekarang pun kamar mandi masih nihil layaknya rorbu di Norwegia jaman dulu. Bedanya, rorbu di Norwegia bisa disulap jadi rumah penginapan dan daya tarik, sementara di Palembang rumah panggung ini masih digunakan sebagai tempat tinggal warga.

But again, if you have a chance to visit Northern Norway someday, be sure to book a fisherman's cabin! Ada pengalaman berbeda yang akan kalian dapatkan di sini karena semuanya begitu terasa sederhana dan hangat. You'd understand, before being this rich, Norway was just a poor country under Danish & Swedish kingdom, with populations of farmers and fishermen. (Yang penasaran soal pengalaman saya dan Mumu road trip sampai Norwegia Utara, buka postingan ini! )