Showing posts with label pacaran dengan bule. Show all posts
Showing posts with label pacaran dengan bule. Show all posts

Saturday, July 11, 2020

Tips Waktunya Berkencan di Eropa!|Fashion Style

Jadi au pair tidak selalu berurusan dengan kerjaan rumah tangga, anak, atau kursus bahasa. Ada kalanya saya juga butuh teman lawan jenis yang bisa diajak most important ke kaf?, bicara panjang lebar dari A sampe Z, sekalian menghabiskan malam akhir pekan. Berkencan di Eropa dan Indonesia tentunya berbeda. Bukan hanya dari orangnya, tapi juga dengan budaya berkencan yang cukup membuat saya kadang rindu "manisnya" kencan a la Indonesia.

1. It's not easy to meet but find

Tinggalkanlah ekspektasi betapa mudahnya bertemu dengan prince charming di Eropa seperti layaknya novel-novel romantis atau American teenage drama dalam kehidupan nyata. Sebagai seorang au pair yang jaringan pertemanannya terbatas, bertemu dengan para cowok asing yang berkualitas tentunya perlu sedikit usaha. Dari yang usaha sering-sering datang ke bar atau klub malam, ataupun menghabiskan banyak waktu kenalan dengan pria asing via aplikasi kencan seperti POF, Tinder, OK Cupid, Happn, dan sejenisnya.

Tapi berkenalan dengan para bule ini di bar ataupun klub malam pun tidaklah gampang. Di Denmark sendiri, seorang cowok harus benar-benar dalam keadaan mabuk dulu baru bisa mendekati cewek yang ada di bar. Saya pernah mendapat cerita dari seorang teman kencan yang mengatakan kalau kakaknya adalah cowok yang sangat pemalu. Dia tidak akan berani datang ke bar mendekati para wanita tanpa meneguk alkohol yang banyak terlebih dahulu. Saat seseorang dalam keadaan mabuk inilah, biasanya rasa percaya dirinya meningkat sehingga bisa lebih banyak bicara.

Sayangnya, siapa juga yang ingin berkenalan dengan cowok-cowok ganteng saat mereka lagi mabuk? Omongan mereka biasanya semakin aneh dengan muka yang sangat kusut. Sialnya, kalau sudah benar-benar sangat mabuk, keesokan harinya mungkin saja dia bisa lupa sempat berkenalan dengan kita.

Menemukan bule-bule ini sebenarnya tidak terlalu sulit kalau memang mau menghabiskan waktu yang cukup panjang di beberapa aplikasi kencan. Sungguh, mereka benar-benar eksis disini! Dari yang super ganteng, biasa saja, well-educated, hingga well-paid job. Kita juga bisa sedikit picky dengan siapa kita mau berkencan, tanpa harus bertemu dengan si pemabuk dulu. Sayangnya, kadang aplikasi seperti ini buang-buang waktu hingga terkesan sangat superficial alias dangkal. Para cowok ini pun juga biasanya bisa kasar, angkuh, dan sedikit rasis di percakapan online.

Kesempatan lainnya adalah menemukan orang-orang yang "tepat" lewat teman ataupun mendatangi tempat-tempat favorit. Menemukan teman kencan lewat kursus dansa, speed dating yang terorganisir dengan baik, ataupun gathering dengan orang-orang baru yang ada di aplikasi semacam Meetup sebenarnya lebih worth-it dan berwarna. Tapi perlu diperhatikan juga kalau Meetup sebenernya lebih bertujuan untuk bertemu orang baru di banyak event, bukan untuk cari pasangan. But, who knows?

2. Fase pra-kencan

Seorang teman asal Eropa Timur mengatakan kalau budaya kencan di tempat mereka sedikit berbeda dengan budaya di Eropa Barat, Utara, ataupun Selatan. Di Indonesia sendiri, pasangan baru bisa dikatakan berkencan kalau mereka sudah punya hubungan alias ada status. Jadi kalau cuma jalan ke mall berdua atau dinner romantis, kalau statusnya belum jadian, tetap saja diberi label "teman jalan" atau TTM.

Di Indonesia, biasanya cowok akan datang ke rumah menjemput sekalian kenalan dengan ortu. Cara semacam ini juga sebenarnya berlaku untuk beberapa pria yang ada di bagian Eropa manapun, kecuali bagian "kenalan dengan ortu". Tapi karena wanita di Eropa juga lebih mandiri dan penuh antisipasi, biasanya pasangan kencan akan bertemu langsung di satu tempat yang sudah ditentukan. Walaupun kencan pertama kebanyakan dilakukan di tempat umum, tapi banyak juga yang langsung datang ke rumah si wanita ataupun si cowok saat kencan pertama.

Three. Saat ketemu

Pertemuan akan terkesan penuh kejutan kalau pasangan berkenalan lewat aplikasi kencan. Dari yang mulai muka asli jauh berbeda dari foto, tinggi cowok yang di luar dugaan, ataupun gaya pasangan yang ternyata bukan tipe kita.

Saya sendiri sebenarnya banyak menemukan fakta yang juga sedikit berbeda dari yang ada di foto. Dari yang mulai lebih ganteng dari yang ada di foto, hingga berbohong soal tinggi badan yang sepertinya 5 cm kurang dari pengakuan profil. Tapi sekali lagi, jangan pernah berharap terlalu tinggi karena belum tentu mereka menilai kita sesempurna yang ada di foto ataupun texting. Intinya, tetap penuh senyum ramah dan sapa mereka saat bertemu.

Soal budaya sapa-menyapa ini sendiri juga sebenarnya cukup beragam. Di Belgia, biasanya saling sapa dengan cium pipi kanan dan kiri. Memang sedikit aneh dan sungkan di awal, tapi saya akhirnya tetap beradaptasi di negara orang. Di Denmark sendiri, budaya sapa dimulai dengan berpelukan dengan cepat dan tidak terlalu dekap. Berjabatan tangan dinilai terlalu formal dan bisa membuat teman kencan merasa kita terlalu menjaga jarak.

Kencan pertama di tempat umum biasanya dimulai dengan pertemuan di kedai kopi, kafé brunch, taman, bar, ataupun arena permainan. Yang paling umum dilakukan adalah coffee meeting sambil menyesap hangatnya kopi sekalian membahas topik-topik umum seperti sekolah, kegiatan di waktu senggang, hobi, ataupun soal pekerjaan. Banyak juga teman kencan yang biasanya mengajak minum bir atau cocktails di bar sekalian menikmati dentuman musik seru yang tetap cosy.

Kalau pertemuan dilakukan di apartemen pribadi, biasanya si host akan menyiapkan beberapa snack ataupun wine. Walaupun cukup beresiko, tapi banyak juga pasangan kencan yang terlalu malu jika bertemu di tempat umum. Bagi mereka, suasana privat seperti ini justru membuat rasa kepercayaan diri meningkat hingga tidak malu berbicara terbuka dengan teman kencan.

4. Bersikap jujur namun tetapopen minded is a must must must!

Topik kontroversial seperti masalah agama dan politik memang sebaiknya dihindari kalau memang belum kenal orang tersebut dengan baik. Hal semacam ini bisa jadi ajang adu debat menjaga pendapat. Orang Indonesia yang beragama, walaupun tidak pernah menjalankan perintah agamanya sekalipun, akan cukup tersinggung jika mendengar pengakuan sempit para atheis di Eropa.

Penduduk Eropa kebanyakan memang tidak percaya Tuhan dibandingkan penduduk Amerika. Bagi mereka, agama membuat manusia seperti terblok-blok dan terkekang. Walaupun begitu, sebenarnya mereka cukup berpikiran terbuka terhadap orang-orang beragama yang mau menjalankan perintah Tuhan--walaupun bagi mereka sungguh mustahil ada.

Saya sendiri sebenarnya cukup malas kalau sudah bawa-bawa agama, apalagi saat kencan pertama. Saya lebih banyak tutup mulut, bukan karena tidak tahu-menahu, tapi lebih menghindari adu debat. Lucunya, saya pernah berkencan dengan seseorang yang cukup apatis dengan agama apapun, hingga sangat jelas menghina sebuah kepercayaan. Oke, cukup.

So, kalau memang tidak minum alkohol, jujurlah sebelum bertemu. Biasanya ada beberapa pasangan yang mengajak minum-minum lucu di bar saat kencan. Walaupun sedikit aneh minum cokelat panas ataupun soda di bar, tapi setidaknya kita sudah jujur kalau alkohol memang bukan hal yang menjadi gaya hidup di Indonesia. Kalau pasangan memang menghargai hal ini, mereka biasanya akan tetap terbuka dan lebih mengajak kita ngopi cantik saja.

5. This is what we pay for equality in Europe

Persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan adalah hal yang sudah melekat keras sejak lama di Eropa Barat dan Utara. Para wanita tidak dibuat manja oleh kehadiran lelaki untuk sekedar mengangkut barang belanjaan, bekerja terlalu keras hingga larut malam, sampai membayar tagihan kencan!

Di Indonesia ataupun banyak negara di Asia, umumnya si cowok yang akan membayar penuh makanan yang dipesan. Hal ini juga dinilai sebagai lambang maskulinitas pria di Asia yang cukup malu kalau makanan mereka dibayar oleh wanita. Tidak hanya itu, cewek Asia juga dibuat manja dengan dibelikan barang ini-itu kapanpun mereka mau.

Bagi cowok suatu kebanggaan karena bisa memanjakan wanita walaupun mesti absen kongkow dengan teman sebulan. Bagi cewek, suatu hal yang romantis kalau pasangan bersedia melakukan hal tersebut. Mereka merasa tersanjung, dicintai, dan diperhatikan.

Di Eropa, well, siap-siap dengan budaya kencan yang berbeda. Para cowok umumnya bersedia membayar minuman saat kencan pertama, namun tidak untuk makan malam. You pay what you eat. Herannya, mereka juga tidak malu mengatakan ke kasir agar tagihan dibayar terpisah. Tapi tentunya tidak semua cowok Eropa seperti ini. Umumnya, mereka bersedia membayar semua makanan dan minuman hingga tiket konser atau nonton bioskop, saat kencan pertama. Bahkan ada juga yang bersedia membayar dinner romantis saat kencan kedua ataupun ketiga.

Ada cerita, kalau cowok-cowok di Denmark cukup "perhitungan" soal tagihan kencan ini. Mereka biasanya sedikit anti membayar makan malam yang mahal hingga berpikir untuk bayar sendiri-sendiri. Cerita dari teman, seorang temannya pernah ditagih oleh si pria untuk jangan lupa menransfer tagihan makan sejumlah 100 Krona setelah kencan pertama! Lucunya, cowok Denmark cukup direct untuk urusan keuangan. Mereka tidak malu mengakui sedang bokek, ataupun bertanya apakah kita bersedia membayari minuman di bar setelah semua dinner di restoran dia yang membayar.

6. What to be aware?

Berbeda dengan Indonesia yang biasanya kencan dilakukan dengan penuh rasa jaim, gengsi, dan malu, siap-siap dengan kejutan lain saat berkencan dengan pria asing di negara mereka! Para cowok biasanya tidak segan memegang tangan, menyentuh beberapa bagian tubuh, hingga memeluk. Kurang ajar? No! Hal ini sebenarnya merupakan bahasa tubuh yang mengatakan kalau mereka tertarik dengan kita. Kalau kita cukup terbuka dengan sinyal ini, biasanya mereka juga tidak malu untuk memberikan kecupan bahkan di tempat umum sekalipun.

Kalau memang tidak merasa nyaman berdekatan dengan mereka, cukup jaga jarak dan tetap jaga bahan pembicaraan senetral mungkin. Para pria biasanya cukup kuat mendapatkan sinyal "penolakan" tersebut dan sangat menghargai ketidaknyamanan kita dengan sentuhan.

Saat para cowok ini diajak berkencan di tempat pribadi, biasanya proses akan berlanjut ke hal yang lebih serius. Nonton movie, masak, ataupun minum-minum bersama cenderung mengarah ke ciuman yang lebih hangat ataupun hubungan badan. Kalau memang gaya kencan seperti ini jauh dari apa yang kita harapkan, hindari berkencan di tempat pribadi dan selalu waspada dengan tujuan para cowok. Tapi tentu saja isi otak cowok beda-beda. Banyak juga dari mereka yang mengundang datang sekedar untuk cicip masakan atau murni nonton film bersama tanpa ada aktifitas seksual.

Sewaktu di Belgia, karena "memiliki" rumah sendiri, saya pernah mengundang salah seorang cowok asli Belgia, Ken, datang jam 10 malam. Karena kesibukannya yang sangat susah diajak ketemuan di luar, akhirnya spontanitas saja saya mengundangnya ke rumah malam itu. Yang ada, kita hanya duduk di meja makan dan kebanyakan bicara soal pekerjaan Ken sebagai seorang guru musik. Dia juga tidak banyak komplain saat saya hanya bisa menyuguhi air keran. Selepas memainkan piano sambil bernyanyi di lantai atas, akhirnya jam 1 pagi Ken pamit pulang.

7. Enjoy the moment and say bye

Kencan biasanya berakhir dengan cium pipi kanan kiri, dekapan cepat yang lebih hangat, ataupun kecupan singkat di pipi atau bibir sebagai tanda perpisahan. Para cowok yang datang mengendarai mobil, biasanya juga tidak sungkan menawarkan angkutan ke rumah jika si cewek bersedia. Atau jika sama-sama naik transportasi umum, si cowok akan mengantar cewek menuju stasiun ataupun halte bus.

Tidak semua teman kencan seseru di teks ataupun telepon. Kadang topik obrolan menjadi basi dan suasana sangat kaku saat ketemu. Kalau sudah seperti ini, jangan takut untuk mengakhiri pertemuan walaupun baru berlangsung 30 menit.

Intinya, berkencan dengan para bule di Eropa sebenarnya sangat seru. Selain dapat pengetahuan tentang tempat nongkrong dan makan enak, ataupun berita hip di kota mereka, kita juga bisa lebih jujur dan terbuka tentang hal-hal yang tidak disukai.

Tidak perlu sungkan dan jaim saat ditawari makan malam, tapi jangan juga memesan makanan yang terlalu mahal. Sikap sok manis dan pemalu tidaklah salah, tapi para cowok asing ini biasanya lebih menyukai cewek yang independen, aktif, dan memiliki selera humor yang tinggi.

Monday, July 6, 2020

Tips Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!|Fashion Style

"Semua cowok itu sama!"

No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya.

Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh.

Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa, orang-orang yang tinggal di kawasan utara Eropa biasanya hidup lebih makmur dan kaya. Manusia terganteng dan tercantik seantero Eropa pun masih melekat dengan imej cowok-cowok tinggi berambut pirang dan bermata biru di Swedia.

Sementara Norwegia, merupakan negara kaya dengan perpaduan kecantikan cewek-ceweknya yang bertubuh tinggi langsing. Denmark dengan penduduk terbahagia di dunia dengan gaya hidup yang santai. Sementara Finlandia, negara kelahiran Nokia dengan cowok-cowok maskulin yang pandai membangun rumah.

Lalu bagaimana kalau ternyata kita terlanjur punya hati dengan para makhluk kece ini? So, girls, you want to date Scandinavian guys?

Dating in Scandinavia

Faktanya, tidak ada kata "kencan" di kamus cowok-cowok Skandinavia. Saya mempelajari (duile, gaya!) berkencan dengan cowok-cowok Skandinavia termasuk complicated.

Di Swedia, terkenal budaya fika atau kebalikan kata dari kafi, yang bermakna kopi. Orang Swedia sangat suka ngopi-ngopi santai di kafe selepas jam kerja ataupun di akhir pekan. Bagi mereka, fika hanyalah coffee meeting kasual bersama teman ataupun kolega. Jangan geer atau pede dulu kalau ternyata si cowok mengajak seorang cewek fika-fika santai. Meskipun judulnya hanya "berdua", tapi sekali lagi, mereka tidak akan menganggap kegiatan ini sebagai proses kencan.

Lalu bagaimana kalau ternyata si cowok malah ada rasa dengan si cewek? Tanpa bermaksud mengekspresikan perasaannya secara berlebihan, si cowok biasanya lagi-lagi akan mengajak si cewek fika-fika santai. Bosan nge-fika, ujung-ujungnya mengajak nonton film di bioskop.

Intinya, sangat sulit menerjemahkan maksud si cowok dengan cara mengajak si cewek kesana kemari. Bagi mereka, kata "kencan" didefinisikan secara berbeda dengan pemahaman tradisional yang sudah ada. Kencan bagi mereka bukanlah soal si cowok mengajak si cewek jalan, diantar-jemput, diajak makan atau nonton, lalu dibayari pula. Kembali ke kalimat awal tadi, "faktanya, tidak ada kata "kencan" di kamus cowok-cowok Skandinavia."

Mereka kurang ekspresif

Sebagai cewek, kita pasti inginnya dimanja ataupun diperhatikan. Tapi, tahan keinginan itu saat tahu bagaimana dinginnya cowok-cowok Skandinavia terhadap pasangan. Kalau ingin membandingkan para cowok di bagian Eropa mana pun, para cowok Skandinavia adalah kaum yang sebenarnya sangat membosankan. Mereka seperti sangat kesulitan mengekspresikan rasa sayang ke pasangan.

Lupakan soal bagaimana hangat dan agresifnya cowok-cowok Portugal atau Spanyol. Lupakan bagaimana cowok-cowok Italia yang sangat pintar merayu. Lupakan juga cowok-cowok Prancis atau Belanda yang romantis dan niat mengejar seorang wanita. Ingatlah bahwa cowok-cowok Skandinavia adalah kaum yang berbeda!

Cowok Skandinavia terkenal sangat tidak ekspresif terhadap perasaan mereka. Walaupun pasti ada pengecualian, namun secara umum, mereka sangat sulit mengatakan "I love you" ke pasangan. Mereka juga tidak membeli perhatian wanita dengan cara membanjiri kata-kata I love you setiap hari. They have their own ways to get your attention. Cowok Finlandia terkenal sangat berhati-hati mengatakan kata "I love you". Bahkan, mereka hanya bisa mengucapkan kata-kata itu sekali seumur hidup saja. Their actions speak louder than words!

We are same

Hidup dengan persamaan derajat antara wanita dan pria sejak lama, membuat para cewek tidak dimanjakan dengan kehadiran cowok. Si cowok juga tidak akan lagi melihat cewek sebagai makhluk lemah, hingga tidak bisa mengangkat barang belanjaan yang berat dan banyak. Mereka diciptakan sama, dengan pendapatan sama, hingga hak dari pemerintah yang juga sama. Downside-nya, si cowok juga tidak akan membayari si cewek makan dan minum saat kencan. You pay what you eat.

Saya pernah berkencan beberapa kali dengan cowok Norwegia yang ternyata sangat royal. Si doi juga tidak segan membayari makan dan minum terus-menerus. Lucunya, saat saya berusaha menawari untuk membayar satu invoice di restoran, doi sepertinya tidak enakan. Sebenarnya, cowok-cowok Skandinavia masih terbilang royal saat kencan pertama, kedua, dan ketiga. Mereka masih bersedia membayari si cewek, apalagi kalau hanya minuman ringan seperti bir atau kopi.

Namun kalau sudah resmi pacaran, biasanya tagihan makan harus bayar sendiri-sendiri. Bukan lagi kewajiban si cowok untuk terus-terusan membayari si cewek ini itu. Cowok Skandinavia sangat strict soal bayar-membayari ini. Tidak masalah bagi mereka untuk membayari si cewek minum saat kencan, tapi tidak untuk makan malam. Mereka tidak ingin dianggap berlebihan membeli perhatian si cewek dengan cara terlalu royal saat kencan.

Mari berburu!

Selain tidak ekspresif, cowok-cowok Skandinavia juga bukanlah cowok agresif. Sangat sulit bagi mereka untuk mengajak kencan duluan. They take everything super duper slowly! Ada, ada saja yang bersedia mengajak kencan duluan, tapi kebanyakan malah diam di tempat.

Saya pernah mengobrol panjang lebar dengan seorang cowok Swedia via chat. Kalau bukan saya duluan yang mengajak fika, mungkin obrolan kami bisa saja berlanjut hingga tua. Kuncinya, jangan takut mengeluarkan sisi maskulin kita kalau memang sudah klik dengan si cowok. Menunggu si cowok punya inisiatif duluan? Basi!

Ibu saya pernah bilang, cewek baik-baik itu sebenarnya tidak mengejar cowok. Berburu itu tugasnya cowok. Tapi kalau si cowok berasal dari Skandinavia, ya si cewek yang harus berburu. Berburu disini bukan juga kita harus jadi cewek perkasa yang harus taking all the initiatives.

Intinya, kita harus maju duluan. Kalau memang sudah stuck di chat, ya ajaklah mereka jalan. Kalau memang kangen, ya mulailah chat duluan. Sudah berkencan berkali-kali tanpa ada kejelasan, then kiss him! Si cowok ini harus diberi sinyal kuat dulu, lalu biarkan mereka mencari arah. Duh!

Lalu bagaimana kalau ditolak? No, jarang terjadi. Bagaimana kalau nanti dicap cewek murahan gara-gara mengajak cowok jalan duluan? Tidak, mereka tidak akan berpikir seperti itu. Kita bisa tahu dia tertarik atau tidak lewat obrolan. Jarang juga saya dapati cerita cowok-cowok Skandinavia menolak cewek. Yang ada, mereka yang malah sering dapat sinyal penolakan.

Psstt.. Sebenarnya ada saja disaat dimana cowok Skandinavia berani mengambil inisiatif duluan untuk bertemu. Tapi sayang, niatnya biasanya bersamaan dengan keinginan berhubungan seks.

Betapa cemennya cowok-cowok ini

Kabar buruknya, siap-siap kecewa bagi para cewek asing yang terlanjur jatuh hati dengan para makhluk tampan Skandinavia. Mungkin cerita akan sedikit lain kalau kalian bertemu lewat on-line, lalu memutuskan untuk LDR.

Ingat rumus ini: tidak ekspresif tidak ada inisiatif = cemen! Iya, itulah gambaran rata-rata cowok Skandinavia. Saya merasa, para cowok Eropa Utara sedikit berhati-hati untuk jatuh cinta, apalagi dengan para cewek asing yang ada di negara mereka.

Saya sempat bertemu dengan cowok Swedia yang sudah sangat klik namun tinggal (HANYA!) sekitar 37 km dari tempat saya tinggal. Walaupun kita tinggal di dua negara yang berbeda——namun sangat dekat, dia seperti tidak ingin mengambil resiko untuk hubungan jarak jauh. Terlebih lagi saat tahu saya hanya tinggal sebentar di Denmark.

Pernah juga saya mengobrol dengan seorang cowok Denmark yang sedang serius mencari pacar. Doi bertanya, sampai kapan saya di Denmark. Belum juga menjawab, doi sudah menambahi, "kalau kamu cuma seminggu, dua minggu, ataupun cuma 2 tahun di Denmark, kayaknya kita harus prevent deh." *Yaileh* "Soalnya saya tidak bisa hanya menilai seseorang dalam waktu yang sangat singkat," tambahnya lagi.

Cowok Skandinavia juga sangat lamban menilai sebuah hubungan. Bagi mereka, rasa kepercayaan tidak hanya bisa dibangun lewat hubungan yang hanya berjalan sebulan, dua bulan. Terlebih lagi, mereka sangat takut untuk sakit hati karena jatuh cinta yang mendalam. Mereka takut sudah terlalu cinta dengan si cewek, namun mesti sakit hati karena si cewek harus kembali ke negara asalnya. Mereka juga tidak ingin mengambil resiko LDR, karena mereka tetap yakin, trust tidak bisa dibangun kalau tidak melihat dan menyentuh pasangan. Mereka seperti malas mengambil resiko untuk terbang ke negara asal si cewek yang jauh (dan mahal).

Begini kira-kira skenario saat saya membandingkan cowok di Eropa:

Cowok Belgia: Ketemuan yuk!

Saya: Males. Sudah mau pulang ke Indonesia nih.

Cowok Belgia: Kapan?

Saya: Sebelas hari lagi.

Cowok Belgia: Masih lama! Ayo ketemuan!

Cowok Denmark: Sampai kapan disini?

Saya: Tahun depan.

Cowok Denmark: Oh. *gagal pedekate*

They dress posh

Kalau menurut kamu cowok terkeren dan termodis di Eropa itu dipegang oleh Italia atau Prancis, kamu salah. Cobalah berjalan-jalan di Stockholm atau Kopenhagen. Deretan cowok-cowok berewokan, rambut rapi, bermuka misterius, memiliki gaya yang kurang lebih sama; simple yet stylish.

Orang-orang Skandinavia lebih suka memilih warna-warna gelap seperti hitam atau navy sebagai warna harian mereka. Musim panas akan sedikit ceria karena warna pakaian yang dipilih lebih functional yang menyerap panas, pun masih tergolong netral. Muka ganteng para cowok ini biasanya akan lebih misterius karena kacamata yang digunakan pun tergolong branded.

Karena termasuk bangsa terkaya di Eropa, kamu akan sangat jarang menemukan tas atau kemeja para cowok ini dibeli dari secondhand market. Nama-nama merk terkenal (dan mahal) seperti Tiger of Sweden, Samsøe Samsøe, Acne Studio, dan merk mahal lainnya adalah yang sering para cowok ini pilih. Intinya satu, they prefer quality over quantity.

Sisi menarik mereka

Jangan selalu terprovokasi dengan drama Asia ataupun Amerika yang mengibaratkan cowok sebagai pangeran berkuda putih. Cowok tidak harus selamanya menghadiahi cewek barang-barang mahal demi menyenangkan mereka. Cowok juga tidak harus selalu membayari cewek ini itu demi dianggap perkasa. Cowok juga tidak harus selamanya bisa membaca kode-kode cewek demi dianggap sensitif.

Iya memang, cowok-cowok Skandinavia membosankan dan membingungkan. Main kode-kodean dengan mereka, ataupun masih termakan rasa gengsi, sama saja kita yang buang-buang waktu. Tapi meskipun para cowok ini bisa dikatakan "pelit" saat kencan, namun mereka tipe pasangan yang cukup setia, lho. Mereka adalah tipe cowok yang fokus dengan satu orang saja saat menjalin hubungan.

Ketika sudah tinggal bersama dan berkeluarga pun, cowok Skandinavia bukanlah tipe cowok yang harus dimanjakan oleh campur tangan wanita di rumah. Pekerjaan rumah tangga, membayar tagihan ini itu, ataupun tugas mengurus anak, akan dibagi rata dengan wanita. Para cowok ini biasanya bisa memasak, cuci baju, beres-beres rumah, belanja, hingga mengurus anak sendiri di rumah. Adanya persamaan derajat antara pria dan wanita, mewajibkan si cowok juga turun tangan dalam urusan rumah tangga minimum 3 jam according to hari.

Jika sedang dekat dengan cowok Skandinavia, sekali lagi, ketahuilah kalau mereka tidak akan pernah mencoba untuk menarik perhatian dengan cara yang klasik. Cobalah untuk tidak tersinggung ataupun berasumsi mereka tidak tertarik dengan kita, hanya karena mereka tidak membawakan se-bouquet mawar merah, tidak pernah membukakan pintu, tidak membayari tiket nonton, ataupun tidak pernah mengantar pulang setelah kencan.

Sebaliknya, mereka akan selalu menghargai kita dan tidak akan pernah menganggap kita buruk dalam banyak hal hanya karena kita seorang cewek. He’d never assume that you won’t be able to get over that puddle of water without his help!

Wednesday, July 1, 2020

Tips Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa|Fashion Style

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;)

Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka.

Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head!

Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan.

Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagian dari stereotipe itu.So, ladies, you want to know more? Enjoy!

The monotonous northerners

Kalau kamu memang mengidolakan cowok-cowok berotot, bertato-tapi-kyut, berambut pirang, bermata biru, dan stylish, liriklah para cowok di bagian utara Eropa. Para cowok ini kebanyakan pandai di bidang teknologi dan desain. They're undoubtedly uber creative and charming!

Sayangnya, cowok-cowok Nordik terkenal super garing saat merayu lawan jenis. Mereka tipikal cowok membosankan yang tidak akan bisa jadi sosok gentleman a la drama idaman cewek. Jangan heran kalau kebanyakan dari mereka jarang sekali SMS atau textingan. Mereka sebenarnya adalah cowok mandiri yang akan memberi kita space yang begitu luas dan tidak akan pernah mencecar pertanyaan songong semacam "lagi apa?" atau "sudah makan belom?" setiap hari.

Karena persamaan hak dan derajat antara pria dan wanita di negara mereka, para cowok Nordik juga tidak membeli perhatian wanita dengan makan malam romantis, bunga, ataupun banjiran ungkapan cinta. Mereka juga cukup berhati-hati melangkah dan memutuskan apakah suatu hubungan itu hanya sebatas kencan, friend with benefits, atau serious relationship.

Tapi karena persamaan derajat ini, para cowok Nordik biasanya sudah terbiasa membantu urusan rumah tangga semisal mencuci piring, memasak, hingga mengurus anak. Mereka memang bukan tipe gentleman yang kita cari, tapi mungkin justru mereka lah, para cowok mandiri yang kita butuhkan. They will take care of you, be honest, and respect you to the fullest.

Lucunya, tak jarang lho, para cowok Nordik merasa jiwa gentleman mereka terkubur sehingga mencari pasangan di wilayah lain. Mereka menganggap, para cewek Eropa Utara terlalu sulit dimengerti, banyak ekspektasi, dan sok mandiri.

Warriors from the West

Bukan pengagum cowok-cowok pirang? Mungkin kamu akan jatuh cinta dengan sosok feminin-maskulin cowok Prancis, talkative Germans, dan the hot brunette Belgian and Dutch guys!

Saya juga suka cowok-cowok berambut brunette yang super kece dan ganteng seperti Michael Fassbender ataupun Clément Sibony. They are so damn hot, huh? Ehe.

Cowok-cowok Eropa Barat biasanya sangat mumpuni di bidang teknologi dan sains. Jangan heran kalau kebanyakan para cowok ini hanya sibuk dengan gadget canggih dan buku-buku pintar mereka. Tidak seperti cowok Nordik yang sedikit dingin dan tertutup, para cowok di Eropa Barat biasanya lebih terbuka, adventurous, dan menyenangkan.

Saat para cowok Barat sudah berhasil mendekati cewek, mereka adalah tipe pejantan tangguh yang akan mengejar si cewek dimana pun kapan pun. Mereka juga tidak malu menunjukkan sisi maskulin dengan menawarkan tumpangan, membayari makan, ataupun mengunjungi negara asal si cewek kalau memang sedang LDR.

Meskipunhumourless dan pemalu di awal, tapi cowok Eropa Barat termasuk salah satu the greatest lovers. Lucunya, banyak juga anggapan, cowok-cowok ini super perhitungan dengan uang mereka. They could count every single thing they've (not yet) spent.

Casanovas stay within the south

Saya mengelompokkan para cowok Spanyol, Portugal, dan Italia sebagai Casanova. Apa yang menarik dari mereka? Macho, tukang gombal, ahli menebar kata-kata cinta, dan tentu saja, ganteng alami! Cek deretan pemain bola dari Spanyol dan Portugal kalau belum juga percaya! ;)

Entah kenapa, imej cowok-cowok playboy tetap saja menempel ke para makhluk Adam ini. Mereka memang terkenal jenaka, sangat terbuka, bersahabat, dan ramah terhadap orang baru. Tidak seperti cowok-cowok Eropa Barat, para Casanova juga pede saat mendekati para cewek. They're so confident and have a ball!

Karena terlatih untuk menghargai dan memperlakukan cewek dengan baik, para Casanova biasanya tahu bagaimana bersikap layaknya gentleman. Mereka terkenal agresif dalam menunjukkan rasa cinta terhadap pasangan, bersedia membayari makan saat kencan, dan tidak malu memberikan bunga meskipun belum jadian.

Tapi, jangan harap mendapatkan posisi pertama di hati para Casanova ini. Nyatanya, mereka tetap menempatkan ibu mereka di urutan pertama. Karena harga sewa yang mahal di negara mereka, banyak juga para cowok yang masih tinggal dengan orang tua meskipun di atas usia 25 tahun. Hal ini juga yang membuat para cowok ini sangat dekat dengan keluarga mereka.

Saat para cowok Nordik bersikap hati-hati dan jujur dengan perkataan mereka, para Casanova justru bisa saja terlalu lebay dan membual. You have to make sure that you ARE the one.

In the center of cuteness

Salahkan saya lagi jika harus memasukkan deretan cowok Balkan dan negara-negara Eropa Tengah seperti Republik Ceko, Slovenia, atau Kroasia, di daftar ini. Sangat sulit membagi-bagi wilayah Eropa secara geografis.

Kalau kamu ingin melihat perpaduan hidung Timur Tengah, kulit Eropa Utara, dan keseksian Eropa Barat, kamu harus berlabuh di hati para cowok Balkan!They are so good looking creatures!

Saya pernah bertemu dengan seorang cowok Bosnia muslim yang saat itu sedang membenari lampu di rumah keluarga Denmark ini. Mukanya putih bersih bersipu merah karena hawa dingin. Badannya tinggi tegap, senyumnya manis, dan wanginya—alamak—jadimelting!

Eh serius, ini cowok pakai parfum merk apa ya? Saat dia lewat, seruangan dipenuhi wangi si dia. Di dinding bekas dia bersandar pun, masih ketempelan parfumnya! *Ini penting tapi lupakan ya.*

Cowok-cowok Albania, Austria, Republik Ceko, atau Kroasia memang tidak se-macho para cowok Eropa Selatan, tapi mereka adalah para cowok yang akan membuat para cewek meleleh karena terlalu cute.

Selain memiliki muka perpaduan dari wilayah Eropa di sekitarnya, para cowok Eropa Tengah juga sangat pemalu, lho. Anehnya, mereka tidak akan malu mabuk dan sok jadi lelaki saat bersama teman. Namun, mendadak jadi sok misterius tapi sebenarnya malu ketika berhadapan dengan lawan jenis.

Meskipun para cowok ini bisa jadi sangat cerewet, terbuka, dan senang bercanda, tapi entah kenapa mereka kebanyakan lebih memilih pasangan dari kultur yang sama. Yah!

The humblest easterners

Apakah cowok-cowok dari timur Eropa belum terdeteksi radar? Then it has to be! Faktanya, mereka adalah para true gentleman dibandingkan cowok Eropa mana pun!

Oke, secara penampilan, cowok-cowok Eropa Timur memang tidak se-stylish cowok Eropa Utara. Tapi jangan salah, cowok-cowok ini juga kebanyakan mengerti teknologi dan sains. Banyak cowok dari Romania, Latvia, Polandia, atau Lithuania yang saya temui bekerja di bidang IT bahkan arsitektur.

Tapi karena sering mendapatkan imej negatif soal bangsa gipsy yang hobi mencuri, penduduk Eropa Timur banyak dinilai sebelah mata oleh penduduk Eropa lain. Makanya, para cowok Eropa Timur yang saya temui, biasanya akan lebih banyak berkicau tentang pekerjaan dan sekolah. Mereka tidak ingin dicap bodoh oleh bangsa lain, jadi topik soal hot job dan cool university adalah yang sering dibicarakan.

Pada umumnya, cowok-cowok Eropa Timur sangat rendah hati, tidak terlalu peduli dengan tren terbaru, dan cukup hati-hati saat mendekati cewek. Mereka tidak akan pernah seagresif para Casanova ataupun seniat cowok dari Barat. Tapi nyatanya, mereka tetap bisa menunjukkan sisi maskulin dan menjadi gentleman yang seperti para cewek inginkan.

Kalau cowok-cowok Eropa lain masih ingin memikirkan karir dan masa depan, para cowok Timur justru tidak takut pada komitmen dan pernikahan. Lucunya, entah kenapa saya merasa cowok-cowok Eropa Timur kadang terlalu jujur terhadap perasaan mereka ke lawan jenis. Tidak terlalu misterius dan terkesan mudah ditebak, layaknya cara pendekatan cowok-cowok Indonesia.

Dibandingkan wilayah Eropa lain, para cowok Timur juga termasuk yang paling religius. Meskipun tidak ingin mengaku sebagai orang yang keluar masuk gereja tiap minggu, tapi sedari kecil mereka sudah ditanamkan untuk mempercayai sesuatu Yang Besar di alam ini. Superb!

Nah, kalian sendiri, lebih suka cowok Eropa bagian mana? ;)

Tuesday, June 30, 2020

Tips Bebasnya Bermesraan di Tempat Umum|Fashion Style

Beberapa minggu yang lalu, saya sempat menemani seorang cowok Korea-Amerika yang datang ke Kopenhagen karena urusan pekerjaan. Karena hanya datang beberapa hari saja, si cowok bermaksud minta temani minum-minum sekalian ngobrol.

Kopenhagen adalah kota kedua yang dia kunjungi setelah London. Setelah ngerumpi seru, saya tahu kalau si cowok sebenarnya bukan orang yang maniak jalan-jalan seperti saya. Kalau bukan karena urusan pekerjaan, si dia lebih senang menetap saja di Philadelphia dan minum-minum bersama temannya.

Karena tidak terlalu suka jalan-jalan dan eksplor tempat baru, cowok ini juga terlalu "everyday" alias menganggap Eropa terlalu aneh.

"Di Amerika, kalau kamu sendirian di bar, biasanya akan ada saja yang mengajak ngobrol dari kanan kiri. Sangat mudah cari kenalan ataupun sekedar teman ngerumpi. Di Denmark, semuanya terkesan individualis dan tertutup," komentarnya.

Welcome to Denmark!

"Tadi saya ke toilet, melewati sepasang muda mudi di sofa sana. It's so weird! Mereka ciuman tanpa henti. Pas saya selesai dan lewat, ciumannya juga masih lanjut," katanya lagi ketika kami sedang berada di sebuah bar fancy favorit saya.

Saya nyengir, "iya, memang begitu (di Denmark). Tidak akan ada yang peduli apa yang kamu lakukan, asalkan jangan berhubungan seks saja disini."

"What? Aneh! Itu tidak sopan, you know? Di Amerika, kalau kamu ingin melakukan yang seperti itu, mending di tempat tertutup. Ada sih yang ciuman di tempat umum, tapi kebanyakan anak-anak ABG yang lagi kasmaran lah. Pokoknya PDA (Public Display Affection) itu terlalu kekanakkan. Mungkin kalau kamu melihat di tv, kayaknya semua film ada bumbu ciuman dan seksnya. Tapi faktanya, seks masih tabu di Amerika."

Si cowok ini berkali-kali mengecap Denmark negara aneh karena sungguh berbeda dari Amerika. Budaya rekan kerja, sistem sosial, hingga betapa bebasnya capcipcup di tempat umum.

Welcome to Scandinavia!

Saya akui, negara-negara Skandinavia (dan Nordik) termasuk yang sangat terbuka terhadap nudity dan seks. Di negara ini, seks bukan lagi hal yang dianggap tabu. Banyak buku dan siaran tv yang secara langsung menunjukkan tentang nudism.

Saya pernah melihat salah satu buku Emilia, host kid saya, tentang proses bagaimana bayi dibuat hingga masa persalinan. Di buku tersebut pun terpampang jelas bagaimana si ilustrator menggambarkan alat kelamin, hubungan ranjang, hingga keadaan bayi keluar dari itunya si ibu.

Karena keliberalan inilah, banyak juga anak-anak ABG yang tidak malu menceritakan tentang cerita seks mereka dengan orang tua. Hubungan seks juga seringkali jadi percobaan dulu sebelum ingin dibawa kemana sebuah hubungan. Banyak anak muda yang berkenalan dengan lawan jenis di bar, tidur dan berhubungan, lalu lihat saja besok paginya. Kalau tidak ada sex compatibility antara mereka, bye! Kalau ternyata ada, pertemuan baru berlanjut di kafe sekalian ngopi-ngopi seru.

Makanya jangan heran dan jijik kalau menemukan banyak pasangan yang tidak malu mengumbar kemesraan di dalam kereta, bar yang penuh orang, tengah jalan, hingga bus kota. Intinya, di negara yang sungguh berbeda dari negara kita, cukup tunjukkan rasa respek saja terhadap mereka. Jangan terus-terusan dipandangi, apalagi diberikan pandangan sinis. Sekali lagi, urusi saja urusan kita sendiri.

...and after all, this what travel teaches us, immersing the differences.

Photo: The Jane

Saturday, June 27, 2020

Tips Memahami Keheningan Cowok Finlandia dalam Tiga Bahasa|Fashion Style

Yuk, curcol soal cowok-cowok Eropa lagi! :p

Seriusan, dari sekian kali berkencan dengan para cowok Eropa, hanya cowok dari bangsa satu ini yang membuat saya pusing bukan main. Finlandia, negara bagian utara Eropa yang masuk ke dalam wilayah Nordik meskipun letaknya lebih dekat dengan Rusia dan Eropa Timur.

Ketertarikan saya dengan Finlandia sebenarnya bermula sejak kuliah. Tidak jarang, dosen saya menyebut-nyebut sistem edukasi Finlandia yang terbaik seluruh dunia hingga sering dijadikan tempat untuk studi banding. Karena hal inilah, di awal semester 6 saya nekad belajar bahasa Finlandia secara otodidak!

Hijrah ke Belgia dan Denmark, membuat saya lupa kalau pernah belajar bahasa Finlandia. Hingga suatu ketika, perkenalan saya dengan seorang cowok asli Finlandia pun muncul.

"Hauska tutustua! (Senang berkenalan dengan kamu!)" kata saya saat tahu dia berasal dari Finlandia.

"Wow! Kamu bisa bahasa Finlandia?" katanya takjub sambil tepuk tangan.

"Ei (Tidak). Cuma ingat minun nimeni on Nin (nama saya Nin)."

"M ä  oon Jan (saya Jan)," kata seorang  cowok imut yang sering bolak-balik Finlandia-Denmark dan sudah mapan di usianya yang baru 24 tahun saat itu.

Jan, you are a sweet bastard, seriously! Gara-gara cowok ini, saya jadi tergila-gila dengan cowok Finlandia dan negaranya. Gara-gara cowok ini juga, saya akhirnya belajar tentang Finlandia lebih jauh. Tapi, gara-gara dia juga saya merasa di-PHP!

Ladies, cowok Finlandia yang kalian kenal via internet akan sungguh berbeda jika bertemu secara langsung di benua mereka. They are super confusing! If you do not know how they are.

No small speak, please!

Awal mula berkenalan dengan Jan, saya dan dia sebenarnya lebih banyak bicara through texting. Sama seperti tipe cowok pada umumnya, Jan juga senang mengobrol, berbagi gambar dan suara, hingga kadang suka gombal di WhatsApp.

Tapi karena saya tidak tahu anehnya cowok Finlandia, beberapa minggu kemudian ada yang berubah dari cowok ini. Tiap kali ingin mengobrol, pasti saya duluan yang memulai. Gaya bicaranya pun sudah mulai hemat, tidak lagi boros seperti awal-awal dulu.

Frustasi, bingung, pusing, lalu selalu berasumsi dan menanyakan entah apa yang terjadi dengan cowok ini, saya akhirnya mantap berkesimpulan kalau Jan memang tidak suka dengan saya. Tidak seperti cowok lainnya, yang kalau tertarik dengan cewek pasti penuh dengan rasa penasaran, Jan malah sebaliknya.

Hingga akhirnya, saya mempelajari satu hal baru tentang orang-orang Finlandia; mereka tidak suka basa-basi! Gara-gara rasa frustasi terhadap sinyal Jan, saya akhirnya ikut mempelajari karakter orang Finlandia lewat Finnish Nightmares . I am suddenly falling in love with the character, Matti!

Matti adalah karakter komik yang diciptakan oleh Karolina Korhonen yang memiliki sifat dasar orang-orang Finlandia yang introvert, menyukai ketenangan, Personal area, sopan, dan tidak suka berbasa-basi.

Dari Finnish Nightmares, secara tidak langsung saya jadi paham karakter orang-orang Finlandia yang memang mirip Jan. Ibarat kata, orang-orang Finlandia itu seperti komputer yang hanya bisa menjawab pertanyaan tanpa bertanya balik. Pfft.

How they reply your text?

Natal tahun lalu, saya memang sengaja memotret pohon Natal di rumah dan mengirimkan ucapan selamat Natal ke beberapa kontak di WhatsApp. Termasuk para cowok-cowok Eropa yang masih berhubungan dengan saya via texting.

MERRY CHRISTMAS, (insert nama yang dikirimi pesan)!

Beginilah cara mereka membalas pesan saya:

Lihat cara seorang cowok Finlandia membalas pesan saya? Double pfft? Iya!

Saat mengirim pesan ke doi, saya memang sengaja menuliskan Selamat Natal ke dalam bahasa Finlandia. Lalu dibalas "begitu saja" oleh doi, kiitos samoin (sama-sama ya).

Drunken grasp

Ladies, kalau kalian memang sempat terlanjur jatuh hati dengan para cowok Finlandia, jangan dulu mudah berasumsi kalau mereka tidak tertarik dengan kita ya. Cowok Finlandia memang tidak ekspresif, pemalu, dan irit bicara.

Bagi mereka, diam itu emas. Ini benar-benar kenyataan, lho, bukan hanya pepatah. Daripada tidak ada kata-kata baik yang bisa diucapkan, cowok Finlandia yang fasih berbahasa Swedia dan Inggris pun lebih baik tidak bicara satu kata pun.

Meskipun terlahir ganteng dan menawan, cowok Finlandia juga termasuk tidak percaya diri. Makanya kebanyakan cowok Finlandia pembawaannya misterius dan cool, but so insecure and craving for love inside.

So, how to make Finns talk? Give them vodka! Yessh, orang-orang Finlandia juga terkenal dengan alkohol dan raja mabuk. Katanya, alkohol dapat membantu mereka lebih percaya diri saat mendekati lawan jenis. Alkohol juga yang membuat mereka lebih terbuka dan nyaman diajak bicara. But, I do not know if it's always good to have a first date in the bar.

Master of friend area

Sudah dekat dengan cowok Finlandia, sudah diajak jalan, tapi tiba-tiba dia menghilang dan semakin membingungkan?! How come??!!

Cowok Finlandia memang sangat berhati-hati untuk jatuh cinta, terutama dengan gadis-gadis asing yang mereka temui saat travelling. Meskipun si cewek cantik jelita bak malaikat, tapi kalau ternyata si doski tinggal di Antartika, cowok Finlandia berani saja bye.

Meskipun benci dengan cuaca dingin tanpa henti, tapi cowok Finlandia juga sangat cinta dengan negara mereka. Sangat sulit sekali mengajak si cowok pindah ke negara lain jika kalian memang sedang berada di proses ingin melangsungkan pernikahan. Mereka sangat girang bisa jalan-jalan dan tinggal di negara lain, tapi tidak untuk waktu yang lama. No matter where, they always call Finland a home.

Jadi kalau sudah tahu akan LDR ataupun hubungan tidak akan berlanjut hanya karena jarak, cowok Finlandia lebih baik kabur dan meninggalkan si cewek. Saya pernah mengobrol dengan cowok Finlandia yang tinggal di Tampere dan gebetan doi yang ada di Helsinki.

"It's only two hours driving, right?" tanya saya menguatkan niatnya untuk tetap mengejar si cewek.

"Yes, it is. Tapi susah. Dia tinggal di asrama kampus. Sementara saya juga susah untuk mengambil cuti di hari kerja. It is just so difficult for us."

Jadi sebelum memastikan si doi benar-benar menginginkan komitmen, sebaiknya lupakan saja keinginan untuk pacaran kalau kalian memang tinggal di tempat yang berjauhan. Kecuali, si doi memang tipe pejuang dan petualang yang rela menerobos hutan, badai, dan angin kencang demi bertemu dengan sang tercinta.

Honesty

Katanya, orang-orang Finlandia adalah bangsa paling jujur sedunia. Karena irit bicara, orang-orang Finlandia juga tidak kebanyakan gombal dan berkata-kata manis demi memanjakan pasangan. Selain sulit sekali mengatakan kata I LOVE YOU, mereka lebih suka menyatakan rasa sayang lewat perbuatan ketimbang perkataan.

Orang-orang Finlandia juga menghargai kejujuran, makanya omongan mereka kebanyakan memang benarnya. Jadi, jangan berasumsi kalau mereka hanya gombal saat mengatakan kita cute, cantik, ataupun pintar. Sulit sekali, lho, bagi mereka untuk memuji seseorang dari dalam hati, apalagi untuk si gebetan yang sedang mereka taksir. Take their words more, but actions the most :)

Finnish vs Finnish-Swedish

Walaupun orang-orang asli Swedia hanya kurang dari 10% yang menempati Finlandia, namun kedua bangsa ini masih susah sekali berdamai hingga sekarang.  Orang Finlandia asli yang kebanyakan petani ataupun tukang kayu, sering dipandang down oleh orang keturunan Swedia yang lebih kaya dan sering membawa mobil mewah kemana-mana.

Dari gaya cowok-cowoknya, sebenarnya cowok asli Finlandia lebih maskulin ketimbang keturunan Swedia. Cowok Finlandia dianggap lebih macho karena pandai membuat rumah dan bekerja di hutan. Sementara, cowok keturunan Swedia dianggap lebih flamboyan karena terlalu stylish dan selalu bangga dengan bahasa Swedia mereka.

Kalau dilihat dari fitur muka dan gayanya pun, cowok keturunan Swedia lebih kebanyakan seperti para manusia Skandinavia umumnya; so stylish, blonde, and hot. Sementara cowok Finlandia, saya merasa mereka memiliki muka yang khas dan sedikit mirip-mirip di bagian mata dan hidung; perfectly fit, strong, cute, and very casual.

How to realize if they like you?

Kalian tahu pembalap asal Finlandia, Kimi Raikkonen? Coba saja cek di Youtube bagaimana ekspresi dan reaksi Kimi saat diwawancara. It seems like he hates all the questions! Haha.

Sama seperti cowok Finlandia lainnya, Kimi juga termasuk yang tidak ekspresif. Saat marah, bahagia, ataupun sedih, ekspresi Kimi hanya bisa datar. Ketidakespresifan cowok Finlandia ditambah lagi betapa iritnya mereka bicara, membuat kita para cewek bingung menerjemahkan sinyal cinta mereka. Does he like me? Does he care with me?

So, ladies, I am no longer a Finnish-guy-expert, but possibilities are these symptoms might be close to his behavior while he is inquisitive about you!

1. He is replying your text. Kalau kalian memang rajin textingan dan meskipun si cewek duluan yang selalu texting duluan, tapi selama si cowok masih rajin membalas, it is a clear sign that he likes you. Titik.

2. Dia jujur saat memberikan pujian. Meskipun sulit untuk mengungkapkan rasa suka, tapi cowok Finlandia selalu berusaha untuk memberikan sinyal positif ke si cewek meskipun sedikit.

3. Cowok Finlandia juga terkenal sweet, lho! Saat kamu datang atau pulang dari travelling, mereka tidak segan untuk menjemput ke bandara dan menawarkan menginap di tempat mereka. It happened to me once.

4. Karena memiliki rasa percaya diri yang rendah, cowok Finlandia juga sebenarnya sangat open menjalin hubungan dengan gadis asing asalkan si cewek mau diajak pindah ke negara mereka. Bagi mereka, cewek-cewek asing lebih ramah dan terbuka ketimbang cewek asli Finlandia.

5. You need to be a leader! Jangan takut texting duluan, mengajak jalan duluan, mencium duluan, ataupun menanyakan tentang perasaan si cowok duluan. But, please, don't freak him out! :D

Cowok Finlandia memang sedikit aneh, membingungkan, dan sedikit bicara, tapi bisa jadi merekalah tipe cowok independen dan macho yang kamu cari. Tapi sekali lagi, sebelum berpikiran aneh-aneh terhadap mereka, cobalah untuk lebih dulu mengerti dan belajar budaya Finlandia yang tidak seekspresif dan terbuka orang Indonesia. Moi moi!

Tuesday, June 23, 2020

Tips Bunny, Si Cowok Denmark Penakluk Hati|Fashion Style

Saya sebenarnya bersumpah untuk tidak berkencan dengan cowok manapun lagi. Alasannya simpel, saya akan meninggalkan Denmark dalam waktu dekat. Lagipula, berkencan itu melelahkan. I'm fed up already!

Aplikasi dating semacam Tinder sudah saya hapus sejak tahun lalu. Meskipun sering buka tutup OKCupid, tapi hanya situs kencan satu ini yang masih saya pertahankan. Saat bosan melanda, sering iseng saya buka walaupun tujuannya hanya untuk mengecek siapa yang mengunjungi profil saja.

Suatu hari, saat mengecek profil, satu foto menarik perhatian saya. Bukan soal tampangnya, tapi matanya. Bukan warna biru seperti kebanyakan orang Denmark lainnya, tapi abu-abu muda yang sangat cantik dan berbeda.

"Nice eyes. You're welcome," kata saya mengawali sekalian mengakhiri obrolan.

Jujur saja, tidak sekali ini saya mengirim pesan duluan ke cowok-cowok di situs kencan. Kalau profil atau foto mereka menarik, biasanya saya tidak malu memuji duluan. Tujuannya bukan breaking the ice, tapi benar-benar murni memuji. Meskipun ujung-ujungnya kadang hanya dibalas, "Thank you."

Benar saja, si cowok bermata abu-abu ini lalu membalas pesan saya. Tidak hanya ucapan terima kasih, tapi berusaha untuk mencari topik obrolan agar berlanjut. Satu, dua, tiga pesan pendek, lalu seterusnya selalu dibalas pesan panjang.

"It's too bad I cannot meet you this weekend. Saya mau liburan dulu ke Austria nih," kata saya saat doi mengajak ketemuan.

"Ah, that's okay. I will meet you when you're back then!"

Sampai akhirnya satu minggu berlalu, saya dan dia masih saja balas-balasan pesan lewat OKCupid setiap hari. Doi juga kadang jadi tempat sampah berbagi uneg-uneg saat saya sudah muak di Paris .

"I'm flying back home tonight! Semoga bisa ketemu besok ya," kata saya mengakhiri obrolan sebelum pesawat lepas landas.

*

Sabtu sore, saya dan dia janjian ketemuan di stasiun metro Frederiksberg. Stasiun ini memang sangat dekat dengan taman yang akan jadi tempat kencan pertama kami. Yang saya suka saat berkencan dengan orang lokal adalah mereka biasanya tahu tempat-tempat mana saja yang tidak terdeteksi oleh turis. Makanya saat doi menyarankan dating di Landbohøjskolens, saya dengan mantap langsung mengiyakan.

Bagi saya, kencan pertama serasa bertemu teman baru. Pun saat bertemu dengan doi, sudah tidak ada lagi rasa gugup. Saya mengembangkan senyuman saat baru tiba di stasiun dan melihat cowok kurus tinggi langsing berjalan menghampiri saya. It's him!

"Finally!" kata saya lalu memeluknya.

Bunny, panggilan saya ke dia, memakai kemeja hitam saat itu. So typical Danish! Rambutnya cokelat tua berbelah pinggir, berewokan seperti cowok-cowok zaman sekarang, tapi tetap cute dengan mata abu-abunya.

Doi memang tipe cowok Denmark yang mudah ditebak, sopan, namun sangat hangat. Karena tidak ingin terlihat kaku, Bunny juga tidak berhenti mengeluarkan jokes sepanjang perjalanan di taman. Sangat mirip dengan gaya obrolan kami yang jarang serius di texting. Karena saat itu Bunny juga lagi sibuk mengerjakan tugas akhir masternya, topik obrolan pun kadang nyangkut ke tesis dia.

"I'm boring. I know," katanya rendah diri saat menyadari saya mulai menguap mendengar doi menjelaskan tentang si tugas akhir.

Kencan saya dan Bunny hari itu berlangsung cukup lama. Tidak hanya di taman Landbohøjskolens, saya dan dia juga mampir ke kedai es krim sekalian mengitari daerah Frederiksberg. Rute kali itu, taman, es krim, lalu taman lagi.

"Do you want to sit above my jacket?" tanya Bunny seraya menggelar jaket hitamnya di atas rerumputan.

"No. That's fine. I can just sit on the grass."

"Well, saya kira saya bisa jadi gentleman karena menawari jaket," katanya sambil tidak berhenti menatap mata saya.

Jleebbb...There's something on him.Sesuatu yang membuat saya ingin mengenal dia lebih jauh. Tapi karena terlalu geer ditatap begitu terus, saya langsung melirik jam tangan.

"Sudah jam setengah 8. Kamu mau cari makan buat dinner kah?"

"Hmm.. Sebenernya belum lapar. But, if you think you are, let's go grab some food!"

Kebingungan ingin makan apa, ujung-ujungnya saya dan dia mampir ke kedai pizza. Tidak ingin menghabiskan waktu hanya di dalam ruangan, kami pun membawa si pizza ke taman lain yang masih berada di daerah yang sama.

Kami memilih duduk di perairan, yang sialnya, berdekatan dengan bebek-bebek yang lagi mondar-mandir santai. Karena mencium aroma pizza, sekawanan bebek berjalan ke arah kami. Cukup mengganggu, karena harus makan sekalian mencegah para bebek agar tidak mematuk makanan kami.

"Well, we have friends to eat with now," kata Bunny sambil mengunyah sandwich pilihan dia.

Sudah jam 9 malam. Hari sudah mulai gelap, tapi saya dan dia masih duduk kaku di tempat yang sama. Obrolan pun masih terus berlanjut dari soal si bebek, orang-orang yang lewat, hingga apa yang mesti kita lakukan setelah dinner ini.

"Let's take a walk a bit!" saran Bunny.

It seemed like we never wanted to go home. Bunny membuat kencan hari itu begitu santai namun tetap romantis. Meskipun sempat grogi juga karena sering ditatap, tapi jokes-nya selalu membuat saya tertawa kecil. Hingga 10 menit kemudian, saya kebelet ingin ke toilet.

"Ehmmm... Kita mesti jalan balik ke belakang kalo kamu ingin pip.."

"No!" kata saya menginterupsi. "That's impossible! Saya bener-bener sudah kebelet. Lagian sudah jam setengah 10 ini. Kamu yakin kalau toiletnya masih buka?"

"Well, I'm not that sure."

"Itu!" kata saya seraya menunjuk daerah pepohonan seperti hutan mini di tengah taman. "Saya mesti kencing di semak-semak itu."

Tanpa babibu, Bunny langsung saja menuntun saya menuju semak-semak dan sedikit berkeliling mencari posisi yang pas agar tidak terlihat oleh orang yang masih berlalu-lalang.

"Oke, kayaknya saya juga mau pipis nih," katanya sambil membelakangi saya.

Saya yang masih sedikit canggung, akhirnya terpaksa menunggu si Bunny kencing dulu lalu menyuruhnya menjauh. Gila! Kencan apa-apaan ini?!

"It was quite challenging and fun, you know?! Kencing di semak-semak. Haha!" kata si Bunny sambil tertawa kecil.

"Iya. Di kencan pertama pula. What a shame!"

"But, do you think we're gonna meet again?" tanya Bunny saat kami sudah dekat dengan gerbang taman.

"I don't know. It's not only about me, but also you. Kamu mau ketemu saya lagi kah?"

"Of course!"

Sunday, June 21, 2020

Tips Kencan Terbaik dengan Cowok Korea |Fashion Style

Selama jadi serial dater di Belgia dan Denmark, hampir semua cowok yang saya ajak jalan adalah para bule berhidung mancung dan berkulit putih pucat. Pernah satu kali, saya berkenalan dengan cowok Vietnam yang lahir dan besar di Hungaria, lalu diajak berkencan ke satu pub di Lyngby. Sayangnya, meskipun sama-sama Asia, saya merasa tidak nyaman karena si doi kebanyakan hanya bicara tentang dirinya sendiri. Boring!Blacklist dari kencan kedua!

Awal tahun tadi, saya yang masih aktif buka-tutup OKCupid mendapatkan satu pesan dari cowok berakun mainstream "Asian_Guy". Sudah namanya terlalu norak, fotonya pun hanya satu. Benar-benar tidak menarik perhatian. Fotonya juga tidak saya buka dengan jelas.

Tapi karena pesannya cukup jenaka dan berbeda, saya niat juga bertukar pesan dengan dia. Cowok asli Korea yang sudah lama tinggal di Amerika tersebut ternyata sedang berada di Kopenhagen karena urusan bisnis. Alih-alih mengajak kenalan, si cowok yang bernama Sung-kyung itu malah minta rekomendasi saya tempat makan dan minum yang oke di Kopenhagen. Lha, memangnya saya tourist information?

"Kamu betul-betul hanya minta rekomendasi atau ada unsur kencan di balik pertanyaan itu?", tanya saya yang berharap akan diajak kencan. Uhukk. Murahan.

"Minta rekomendasi. Soalnya saya bingung dengan sistem kerja di Denmark. Pulang kantor, orang benar-benar langsung pulang. Saya ajak nongkrong dulu, mereka tidak mau. I have no friends to talk or just drink with after working."

"Yaudahlah, saya temani! Rabu malam ya," tawar saya yang sebenarnya ikut kasihan dengan si doi.

Sebenarnya malas juga ucuk-ucuk datang ke Kopenhagen di hari kerja, apalagi malam. Tapi karena memang di hari itu saya ada kelas desain di kota, makanya masih ada waktu sebentar menemani si Korea minum-minum.

Dari setelan fotonya yang formal dan juga lingkup kerjanya yang terlalu profesional, saya mengajak Sung-kyung minum-minum ke bar koktail favorit saya, Bar 7, yang fancy dan tidak jauh dari hotel dia menginap di pusat kota. Karena memang janjian di Rabu malam, banyak sofa kosong yang bisa bebas dipilih. Coba kalau datang kesini saat akhir pekan, duh, berdiri saja susah.

Sekitar 10 menit menunggu, saya melihat seorang cowok yang celingak-celinguk dari luar bar mencari pintu masuk. Agar tidak terlihat terlalu memperhatikan, saya langsung baca menu dan pura-pura tidak tahu saat dia masuk.

"Uhmm, sorry, are you Nin?" tanya Sung-kyung mendekati sofa saya. Sangat mudah memang menebak saya yang mana, karena hanya saya sendiri yang berparas Asia di bar saat itu.

"Oh, hello, hi. Yes, I am Nin," kata saya sambil menjabat tangannya.

Iya, jabat tangan. Terkesan terlalu kaku dan profesional kan? Body language Sung-kyung menunjukkan jarak yang memang hanya sebatas jabatan tangan saat bertemu orang baru. Oke.

Sung-kyung duduk berhadapan dengan saya di sofa depan tanpa melepas jaketnya terlebih dahulu. Matanya hanya segaris tanpa lipatan, mirip orang Korea asli. Badannya tinggi tegap, meskipun sedikit berisi. Rambut halusnya dibiarkan tak tersentuh gel sehingga membuat poni-poni kecil jatuh menutupi dahinya. Suer, Sung-kyung terlihat super imut dan jauh dari ekspektasi saya.

"Are you really 31?" tanya saya menyangsikan keimutan muka dan gayanya yang masih seperti abege.

"I am. Tapi tidak cuma kamu yang bingung, saya malah dibilang seperti anak umur 17 tahun waktu perkenalan diri di kantor. Huhu."

Oke. Saya hanya punya waktu satu jam setengah menemani Sung-kyung minum. Obrolan yang tadinya kaku, akhirnya mulai mencair saat kami mulai sedikit terbuka tentang kehidupan pribadi. Sung-kyung pun sempat mengomentari tentang gaya kerja orang di kantornya serta bebasnya bermesraan di Denmark . So cute!

Yang saya suka juga, karena Sung-kyung sudah lama sekali tinggal di Amerika, jadi aksen Amerikanya begitu kental dan sangat enak didengar. Suaranya pun renyah tapi tegas.

Entah kenapa, meskipun baru kenal Sung-kyung 3 hari, tapi dia sudah bisa menggambarkan sifat cowok Korea yang memang sedikit mirip dengan yang ada di drama. Selain super perhatian dan lucu, Sung-kyung juga tidak rela membiarkan saya membayar bon minum. Doi pun sampai berulang kali minta maaf kalau sudah mengganggu waktu saya menemani dia minum-minum.

Aaahhh ~

Wednesday-winter night in Copenhagen, it's so melting and warm.

Kamis malam adalah malam kedua saya menemani Sung-kyung minum-minum di kota. Rencana kami selanjutnya adalah menuju bar lain tak jauh dari Bar 7. Tapi karena Denmark sedang diguyur salju dari sore, akhirnya kami batalkan rencana itu. Sung-kyung menawarkan opsi lain untuk minum-minum di bar hotel tempat dia menginap saja.

Bayangkan, sampai jam 10 malam, salju tak kunjung reda hingga menutupi hampir semua ruas jalan di pinggir kota. Saya juga seperti maju mundur akan datang atau tidak. Tapi demi minuman gratis, saya pun langsung pasang jaket, lalu meluncur bersepeda ke stasiun kereta menuju Kopenhagen. Astaga, murahan.

Sung-kyung sudah menunggu di lobi saat saya datang. Karena sudah cukup terbuka di kencan pertama, Sung-kyung tidak segan membantu membawakan jaket saya saat kami pindah sofa. Doi pun sengaja mengunduh banyak permainan untuk drinking games malam itu.

"Come on! Tujuan kita malam ini kan minimal tipsy," katanya memberi semangat gila.

Kalau dihitung-hitung, kami mungkin sudah memesan lebih dari 10 gelas koktail dari bar hotel. Semuanya dia yang bayar.

Tidak hanya sampai disitu. Takut kelaparan di tengah malam, saya dan dia belanja dulu ke supermarket 24 jam yang super dekat dengan hotelnya. Layaknya emak-emak, Sung-kyung juga  menyuruh memilih semua makanan dan minuman yang saya suka untuk dibawa ke hotel. Lagi-lagi semuanya dia yang bayar. Tapi ujung-ujungnya saya cuma memilih satu kaleng cider saja. Sementara dia, kembali mengisi keranjang belanjaan dengan bir kalengan dan ciki-cikian.

"Cuma satu? Ambil deh dua!" katanya saat melihat saya memasukkan satu kaleng cider ke keranjang.

Duh, baiknya, Bang.

Saat mulai lelah karenatipsy, Sung-kyung mengajak istirahat di kamarnya sekalian menunggu pagi. Dengan sopan juga, dia membiarkan saya melemparkan badan ke kasur twin di sebelahnya. Tidak seperti para bule yang dengan leluasa buka baju di kamar, doi malah permisi ke toilet saat mengganti celana dan baju. Doi juga sampai sengaja menawari saya baju dan celana santai, serta dengan anehnya, memberikan sikat gigi baru untuk saya pakai malam itu.

"I know, it's weird," katanya.

Ini yang saya suka dengan cowok seperti dia, super inisiatif! Tanpa harus bertanya atau disuruh dulu, kelakuannya kadang sulit diprediksi. Selain sangat gesit memesan minuman, Sung-kyung juga tidak malu membawakan tas, memegangi gelas saya, hingga benar-benar peduli dengan hal-hal kecil, seperti menggantung blus saya dengan rapih ke lemari padahal blus tersebut sengaja saya letakkan di lantai.

Dengan posisi tiduran di lain kasur, kami mengobrol lagi tentang si doi yang katanya lebih suka Cina ketimbang kampung halamannya di Korea. Cewek-cewek Korea terlalu kurus katanya. Orang-orang disana juga terlalu obsesif dengan fashion, muka yang sempurna, serta badan-badan super ramping yang faktanya sama sekali tidak menarik perhatian.

"Di Amerika, saya biasanya pakai baju ukuran M-L. Di Korea, banyak baju tidak muat untuk saya. Kalaupun muat, ukurannya XL atau XXL. Bayangkan!"

Duh, kasihan si abang buntet.

Lucunya, saat saya suruh bicara bahasa Korea, Sung-kyung langsung menutup wajahnya dengan selimut lalu berbisik dengan aksen Korea yang super cute.

"Sorry, I am so shy saying something in Korean."

Aahhh ~ ^.^

Sung-kyung juga mengatakan kalau saya adalah cewek Indonesia pertama yang dia kencani. "Most of the time, I only date Korean girls," katanya.

"Tapi nih ya, menurut kamu, kalau seandainya kamu tinggal di Kopenhagen, do you think we could be together?" tanya saya mengharap. Maaf, efek tipsy.

"Maybe. It could be possible, though quite tough. But my parents hate non-Koreans."

Doi cerita kalau orang Korea di Amerika sebisa mungkin menikah dengan sesama orang Korea juga untuk mempertahankan tradisi dan kultur. Bagi orang Korea, kalaupun harus dengan kebangsaan lain, kemungkinan untuk berpacaran ataupun menikah hanya untuk orang-orang top three; Korea, Jepang, dan Cina. Jadi mereka menganggap, orang-orang yang muka dan kebudayaannya satu rumpun mereka sajalah yang pantas mendampingi hidup ke depannya.

Apa, maksudnya tidak ada possibility begitu? :b

Meskipun hanya jalan dan mengobrol selama beberapa hari dengan cowok Korea-Amerika ini, tapi saya merasa bahwa kencan terbaik cuma dengan si doi. Sung-kyung yang sangat sopan, masih membawa unsur ketimuran, inisiatif, perhatian, dan juga super lucu, membuat saya lupa tentang betapa magisnya pesona bule.

He knows well how to treat and respect Asian girls, or am I just infatuated?

Saturday, June 20, 2020

Tips Ketika Para Au Pair Mencari Cinta |Fashion Style

Sebelum memutuskan jadi au pair di tahun 2014, ide saya tentang au pair hanyalah bisa travelling keliling Eropa selain membantu pekerjaan keluarga angkat di rumah. Saya tidak pernah menyadari bahwa beberapa bulan sebelum habis kontrak di Belgia, saya merasakan excitement lain yang ternyata bisa berbuah pengalaman selama tinggal di luar negeri.

Dulu sewaktu tinggal di Belgia, saya termasuk anak yang kurang aktif. Motivasi awal yang tinggi untuk belajar bahasa akhirnya harus terabaikan saat ada konflik batin dengan keluarga angkat.

Teman saya di Belgia tidak banyak dan semuanya au pair Indonesia. Awalnya, persoalan yang selalu dibahas kalau sedang kumpul hanyalah tentang tugas rumahan dan hari libur. Hingga akhirnya seorang teman menggebu-gebu bercerita kalau dia sedang asik textingan dengan banyak cowok Belgia di Tinder dan OKCupid.

Jujur saja, saya tidak pernah tertarik dengan aplikasi kencan online. Di Indonesia, aplikasi tersebut sangat sedikit sekali yang menggunakan.  Masih ada anggapan, orang yang pakai aplikasi semacam itu dinilai tidak laku dan sulit mendapatkan pasangan hingga harus mencari pacar virtual. Tapi saat itu saya sedang di Eropa, tempat dimana para individunya tidak sesosial orang Indonesia. Sulit sekali bisa berkenalan dengan orang baru tanpa harus kenalan lewat internet.

Iseng-iseng mencoba, saya akhirnya tertantang membuat profil di OKCupid. Saya hanya penasaran dengan ide dan konsep yang situs kencan ini tawarkan. Satu bulan membuat profil, saling bertukar pesan dengan beberapa cowok, lalu saya hapus akun tersebut. Membosankan. Cowok-cowoknya pun terkesan sok tau dan kaku.

"Coba saja pakai Tinder. Lebih simpel kok," saran seorang teman.

Sampai detik ini, Tinder masih laku keras di Eropa dan penggunanya pun masih banyak. Menjadi sangat normal para jomblowan/wati bertemu dari aplikasi ini, berkencan, lalu tak jarang memutuskan jadian. Sayangnya, Tinder sering pula berubah fungsi menjadi tempat mencari partner seks semata.

Saya awalnya tidak suka dengan konsep swipe right swipe left di Tinder. Kok, para cowok-cowok itu seperti barang di katalog yang bisa kita tolak ataupun suka dengan hanya bermodalkan ujung jari. Padahal yang kita lihat hanyalah foto dan tulisan super singkat di profil mereka. Jatuhnya seperti hanya menilai seseorang berdasarkan foto saja. Makanya, it's somewhat tough to make your profile bolder on Tinder!

Tapi meskipun begitu, setelah banyak desakan dari teman, saya coba juga aplikasi ini sekitar satu bulanan. Dari Tinder, saya memulai kencan pertama dengan cowok Belgia imut bernama Sibren. Gara-gara aplikasi ini juga, para au pair Indonesia yang saya kenal jadi autis geser kanan geser kiri setiap waktu. Bahkan Tinder kadang jadi ajang kompetisi sebanyakan matched hingga beratus-ratus.

Belum lagi soal curhatan mereka yang matched dengan cowok-cowok super kece, tapi tidak juga dikirimi pesan. Atau, beberapa kali juga para au pair ini hepinya bukan main ketika akhirnya diajak kencan dengan cowok lucu yang mereka temukan di Tinder.

Trust me, dating white guys in Europe is a feat! Mengapa? Karena kadang tidak menyangka bahwa ada cowok bule muda, lucu, keren, bisa suka dan mengajak jalan. Ada perasaan menyenangkan setiap kali saling sapa, chatting, hingga memutuskan berkencan dengan orang baru. Cowok-cowok di Belgia yang pernah saya kencani rata-rata sudah mapan dan punya mobil di usia yang masih muda. Makanya kencan pun bisa sangat eksklusif karena diantar jemput lalu diajak ke bar atau tempat makan.

Karena main Tinder bisa jadi candu dan merasa "laku", tak jarang juga misi para cewek hanyalah sekedar kencan-kencan lucu ataupun one night stand. Tak cocok dengan satu, bisa pilih-pilih lagi di Tinder. Pangsa market Tinder memang sangat menguntungkan untuk si cewek ketimbang cowok. Namun jangan salah, banyak juga cowok ganteng bertubuh atletis yang tidak mencari keseriusan tapi teman tidur saja. Tapi cowok sopan dan benar-benar niat mencari teman jalan atau pasangan pun juga banyak kok.

Waktu daftar di aplikasi kencan, tujuan saya memang bukan untuk cari pacar, tapi pengalaman dan teman jalan. Kalau ada yang mengatakan saya cantik dan seksi karena banyak sekali teman kencan, itu salah besar. Sudah kodratnya, cewek menang banyak kalau eksis di aplikasi online. Cukup diam saja, sudah banyak Like. Lagipula, berkencan dengan cowok beda negara ini merupakan pengalaman baru yang cukup seru.

Saya pun tidak terlalu pilah-pilih asalkan fotonya normal dan profilnya jelas. Karena memang tujuannya cari teman jalan dan pengalaman, saya sudah pernah kencan dengan cowok terjelek (versi teman saya) hingga terganteng dan super mapan. Kadang capek sendiri karena kebanyakan kencan kesana kemari tanpa tujuan yang jelas.

Namun, banyak juga teman saya yang menemukan pasangan hingga jodohnya lewat aplikasi online. Menemukan orang yang tepat pun tidak bisa hanya ketemu satu orang, lalu cocok. Teman-teman au pair kadang harus gonta-ganti teman jalan dulu baru bisa menemukan yang benar-benar klik.

Jika ada yang tanya, sesulit itu kah dapat kenalan cowok di dunia nyata tanpa harus daftar di aplikasi kencan dulu? Jawabannya, iya! Sewaktu tinggal di Denmark, saya memutuskan menjadi orang yang super aktif dan sosial. Tapi tetap saja, tidak mudah kenalan dengan orang baru dan langsung cocok. Jangankan cari pacar, cari teman saja susah. Sempat juga beberapa kali kenalan dengan cowok di festival ataupun acara, tapi tidak ada status lebih dari kenalan.

Yang saya tahu, hampir semua au pair Indonesia di Eropa berkenalan dengan para cowok lewat aplikasi atau situs kencan online. Why not, it's easy. Lagipula orang Eropa kebanyakan dingin dan cuek kalau ketemu langsung. Mereka baru akan terbuka kalau kita sudah kenal dan setidaknya bertukar informasi. Ada sih yang kenalan langsung di dunia nyata, tapi sangat sedikit. Itu pun biasanya tidak jauh berkenalan di bar ataupun klub malam. Too lame, right?

Meskipun begitu, saya ikut bahagia saat tahu teman sesama au pair ada yang sampai menemukan pasangan via online. Tapi kadang sedih juga kalau gara-gara pacar ini, si teman jadi anti-sosial. Kegiatan yang tadinya hang out dan nongkrong setiap weekend dengan teman, harus berubah menjadi kunjungan ke rumah pacar. Niatnya tadi bisa menambah teman baru dan bersosialisasi saat masa au pair, kadang jadi menarik diri karena sudah ada pacar yang menemani.

Padahal tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan tinggal di luar negeri. Namun sayangnya, karena sedang dimabuk cinta dengan si pacar beda negara, para au pair seperti kehilangan kesempatan menikmati host country dan travelling ke negara lainnya. Rutenya hanya rumah host family - rumah pacar - rumah host family - rumah pacar.

Tidak ada yang salah memang jika mereka bahagia. Apalagi kalau si pacar termasuk orang yang sosial dan punya banyak teman. Kita mungkin bisa ikut kumpul-kumpul dengan gengnya saat days off.

Namun, yakin ingin memutuskan pacaran? Bukankah masa kontrak au pair hanya berkisar 12 hingga 24 bulan? Sudah siapkah pacaran lalu tiba-tiba harus kembali ke negara asal? Apakah siap juga untuk memilih LDR menyambung tali kasih? Ataukah jalani saja hubungan ini sampai ada kata putus?

Apapun pilihan si au pair, kebanyakan dari mereka juga sebenarnya mencari keseriusan. Dari rasa serius terhadap pasangan ini lah, banyak au pair mengejar cintanya agar bisa tinggal di Eropa bersama si pacar. Namun lagi-lagi, tidak gampang. Pacaran bukan hanya mengejar green card ataupun kesenangan, tapi mesti bersiap juga untuk drama, sakit hati, dan kekecewaan. Girls, modern dating is tough, especially if you are living overseas.

Ada yang tertarik mencari cinta di Eropa?

Tuesday, June 16, 2020

Tips Cari Pacar atau Suami?|Fashion Style

Baru-baru ini saya (lagi-lagi) dicurhati masalah cowok. Seriously! Bolak-balik masalahnya hanya seputar si cowok ini atau si itu yang ketemu di Tinder.

"They're so overwhelming!" kata si cewek Indonesia.

Tentu saja sangat membingungkan, karena si cewek berkencan dengan 5 cowok sekaligus yang statusnya hanya teman jalan atau teman tapi mesra. Si cewek bingung dan bertanya ke saya, bagaimana tahu kalau si bule serius atau tidak. Mengapa sampai detik ini belum ada yang memutuskan jadian.

Why oh why?

Ya mana saya tahu. Saya kan bukan bule expert plus saya juga mana tahu isi hati si para gebetan itu. Saya merasa si cewek terlalu naif. There is no special thing about bule, girls! Mereka juga cowok biasa layaknya cowok-cowok di Indonesia.

Bedanya, mereka mengutarakan perasaan sayang dan suka dengan cara yang berbeda. Mereka melihat hubungan sebagai sesuatu yang serius, mengikat, dan butuh komitmen. Tidak heran banyak yang takut serius dan memutuskan untuk mencari partner seks semata. No strings attached,kan? Toh sama-sama suka juga.

Tapi ada baiknya, sebelum memutuskan untuk menggunakan online dating, tanya dulu dengan diri sendiri, "what am I  looking for?"

Beberapa poin berikut mungkin bisa dijadikan referensi mengenal si cowok lebih dekat. Sekali lagi, saya hanya bicara berdasarkan pengalaman dan tentu saja tidak semuanya bisa digeneralisasi.

1. Umur

Saran dari seorang teman, kalau memang ingin mencari yang serius dibawa ke pelaminan, sebisa mungkin jauhi umur-umur tanggung di bawah 30 tahun. Cowok-cowok usia 20-an biasanya masih suka having fun dan terlalu takut terikat komitmen semacam pernikahan. Kecuali kalian memang sudah pacaran dan kenal satu sama lain sebelumnya,otherwise, skip!

Having fun disini maksudnya masih terlalu labil, belum dewasa, masih suka party, ganja, dan mabuk-mabukan. Umur memang bukan jaminan, tapi biasanya cowok dewasa di atas 35 tahun (atau masuk 28 tahun) sudah tahu mabuk yang bertanggungjawab itu seperti apa.

2. Status

Kalau kamu Asian girl's minded yang berpikir cowok harus membayar semua bill saat jalan, sebaiknya jangan pacaran dengan pelajar ataupun pegawai baru. Girls, cowok bukanlah mesin ATM yang bisa kita harapkan uangnya setiap saat. Meskipun mereka berpenghasilan, tapi kontribusi kamu juga akan sangat dihargai.

Kebanyakan pria dewasa di atas 40 tahunan dengan pekerjaan mantap biasanya lebih stabil perekonomiannya. Tapi sekali pun kamu berharap cowok yang harusnya lebih banyak keluar uang, jangan pula jadi gold digger yang ingin si bule menanggung pengeluaran mu setiap saat. Be independent, please! Bule juga banyak yang pas-pasan.

3. Cari yang rela berkorban

Teman saya tanya, ciri-ciri bule baik dan tidak baik itu seperti apa. Yang tidak baik, hobinya hanya foya-foya, hobi jajan selangkangan, pake ganja, doyan mabuk-mabukan, dan memperlakukan kamu dengan kasar. So simple kan?

Kalau statusnya masih gebetan, kamu bisa nilai dari keseriusan dia meluangkan waktunya untuk kamu. Jangan terlalu terbawa perasaan dan kemakan omongan bule dulu. Mereka bisa saja membual.

Cowok baik dan serius (berapa pun umurnya), biasanya akan membalas pesan kamu dengan rajin. Cowok yang hanya ingin memanfaatkan, biasanya hanya membalas pesan di jam-jam horor saat doi horny atau butuh teman chatting saja. Cowok yang tidak serius, hanya menjadikan kamu "sampingan" yang bisa diajak jalan ataupun texting saat dia bosan.

You know the pattern! Cowok serius pasti akan lebih banyak berkorban karena doi tahu kamu patut untuk diperjuangkan. Berkorban ini bukan hanya dari segi material ya, tapi juga waktu dan moral. Satu lagi, mereka akan menghargai kamu dan tidak akan mengirim pesan aneh-aneh semacam naked pictures!

4. Ask!

Girls, jangan harapkan cowok bule memperlakukan kamu seperti halnya kamu ingin diperlakukan oleh cowok Indonesia.

Cowok Indonesia termasuk pribadi yang manis dan cute saat mendekati gebetan. Para cowok ini pun akan langsung mengatakan cinta dan sayang, kalau memang mengharapkan kamu jadi pacar.

Bagi bule, pacaran itu long process setelah kalian sudah nyaman dan saling kenal satu sama lain. Saking kasatnya kata-kata jadian ini, kita bahkan kesulitan menerka apakah kita dan doi sekarang pacaran atau sebatas teman tapi mesra.

Makanya, jangan takut untuk bertanya. Tanya saja ke doi tentang hubungan yang selama ini kalian jalani. Mereka tidak akan bertanya, "maukah kamu jadi pacar ku?", seperti yang kamu harapkan. Yang ada, kalau sudah saling nyaman, sering bertemu, ciuman, rasa sayang akan makin besar dan doi hanya mengatakan, "let it flow", yang bisa jadi tandanya sudah jadian.

Sama halnya kalau kamu ingin tahu apakah doi ada keinginan untuk menikah atau tidak, ya sebaiknya ditanyakan. Jangan sampai sudah pacaran lama, ternyata doi hanya berniat living together tanpa harus menikah.

Banyak juga pasangan di luar sana yang si cewek merasa sudah jadian, tapi dari pihak si cowok masih ragu. Entah kenapa, cowok bule adalah pihak yang selalu merasa belum yakin tentang suatu hubungan.

So, please, ASK! Communication is a key!

5. Be serious to your profile

Kalau kamu pajang foto-foto seksi di situs kencan, jangan harap ada cowok yang akan serius. Tahu kan, sekarang aplikasi kencan banyak berpindah peran jadi ladang mencari accomplice seks saja?

Makanya pasang foto berpakaian pantas, isi profil dengan lengkap, dan kalau perlu, tulis kata-kata "Looking for a serious relationship only!". Mungkin kamu memang tidak banyak mendapatkan Like, tapi setidaknya, kamu menghindari para bule yang hanya ingin having fun dan takut dengan komitmen. Just be straightforward dengan apa yang kamu cari.

Ngomong-ngomong, kamu tidak harus cari pacar atau suami via online dating kok. Banyak juga teman saya yang memanfaatkan aplikasi ini untuk mencari teman jalan saat merekatravelling. Then it works! But be aware, banyak juga cowok creepy yang hanya ingin selakangan!

Monday, June 1, 2020

Tips Haruskah Bule?|Fashion Style

Minggu lalu seorang teman au pair cerita ke saya tentang teman-teman Indonesianya yang super nosy. Intinya mereka iri karena si teman saya ini punya pacar bule, bisa ke Eropa karena program au pair, dan Instagramnya dipenuhi foto-foto keren di banyak negara. Pokoknya tipe-tipe sohib bermuka dua yang iri saat temannya sukses lebih dulu.

Kalau ingat cerita si teman au pair ini, saya jadi bersyukur karena teman-teman saya di Palembang tidak ada satu pun yang nosy begitu. Mereka rata-rata sudah menikah tak lama dari lulus kuliah dan fokus dengan kehidupan sendiri-sendiri. Pun yang belum menikah, kebanyakan sudah punya pacar. Apa yang mesti dicemburui dari saya yang bisa berkencan dengan cowok bule , misalnya?

Ngomong-ngomong soal bule, saya sama sekali tidak pernah merasa lucky juga bisa berkencan dengan para cowok kulit putih ini. I have no option, but I have a chance. That's all!

Kalau mau bicara tipe—tsaahh—saya sebetulnya masih suka dengan cowok bermuka oriental. Saya lahir di tahun 90-an saat era Jimmy Lin, Aaron Kwok, atau Andy Lau lagi hits. Ya ala-ala cowok berambut halus berbelah tengah dan bermuka kyut yang selalu menghiasi layar kaca dari siang sampai malam.

Karena juga tinggal di kawasan pecinan, saya merasa selalu diikuti bayang-bayang para artis tersebut. Ke tukang salon, ada poster Jimmy Lin. Ke pasar, di dindingnya ada gambar Andy Lau. Lewat depan rumah Om Apeng, lagunya siapa entahlah berbahasa Mandarin selalu dipasang.

Masuk tahun 2000-an, Meteor Garden tiba-tibabooming dan semua cewek sepertinya mengidolakan F4. Tak terkecuali saya dan teman-teman SD yang mulai genit. Idola saya saat itu si Koko Hua Zhe Lei yang pendiam dan misterius. Muka-muka F4 pun ada dimana-mana saking terkenalnya. Ke rumah sepupu, poster Jerry Yan sebesar pintu kamar terpajang. Ke sekolah, tukang jualan belakang SD semarak berjualan pernak-pernik F4. Ke toko, lagu-lagu Meteor Garden dan F4 berulang kali diputar. Duh!

Saat SMP, technology-generation manga dan dorama Jepang mulai mengimbangi drama Taiwan. Saya pun ikut membayangkan cowok-cowok ganteng di dalam komik yang mukanya hanya hitam putih. Tak lama kemudian, muncul juga Takashi Kashiwabara dan Hideaki Takizawa yang memberikan ide betapa kyutnya para cowok Jepang di dunia nyata.

Tahun 2005, teman-teman SMA saya mulai seru membahas drama Korea dengan aktor-aktor bermata sipit berwujud pangeran. Sebut saja Rain, Jae Hee, Ju Ji-hoon atau yang terakhir kali Super Junior. Setelah masuk kuliah, saya mulai meninggalkan para pangeran karena demam Korea mewabah dan sudah terlalu mainstream. Saya sampai bosan sendiri mendengar K-Pop dimana-mana. Plus, selera cewek-cewek Indonesia mulai tidak realistis berkiblat ke para cowok kaya, romantis, dan nan tampan yang ada di drama Korea.

Tidak ada nama Westlife, Zac Efron, Justin Timberlake, apalagi Justin Bieber yang pernah saya kagumi. Nope. No white guys. Bahkan saat zamannya telenovela Amigos x siempre (2000), saya absen mengidolakan si Pedro a.k.a Martin Ricca yang sering jadi imajinasi teman-teman sebaya saya.

Jujur saja, tipe cowok saya dulu memang mengikuti tren para aktor Asia yang saling berganti masa menghiasi tv. Kalau mau dirunut pun, gebetan dan mantan pacar saya juga mukanya rata-rata oriental dengan karakter misterius.

Lalu kenapa sekarang gebetannya bule semua?

Lha, karena saya tinggal di Eropa! Kanan kiri warnanya putih, bermata biru, berambut kuning. Ingin cari yang mukanya oriental, di Skandinavia ini kok susah ya? Apalagi yang mukanya totok Indonesia. Sekalinya ada, kalau bukan bapak orang, ya suami orang. Kalaupun ada yang sepantaran, sudah punya pacar atau tidak cocok saja.

Jadi kalau kamu tanya kenapa rata-rata au pair Indonesia di Eropa bisa punya pacar bule , sebetulnya hanya karena mereka punya kesempatan bertemu. Bisa tahu juga mana yang benaran tampan dan mana yang biasa saja. Tak seperti di Indonesia yang semua bule dipukul rata ganteng semua. Si bule itu pun harusnya lucky bisa mendapatkan cewek Indonesia yang pinter masak, independent, jenaka, dan soft-spoken!

Saya tidak punya pilihan kalau mau bicara tipe. Meskipun, kadang rindu juga cowok-cowok Asia yangmanner-nya masih sama dengan Indonesia. Kencan terbaik saya di Eropa pun sebetulnya bersama cowok Korea-Amerika yang saat itu sedangbusiness trip di Kopenhagen. Dari humor sampai basa-basi super nyambung.

Ya kembali lagi, terserah kamu inginnya punya pacar asli Indonesia, Korea, Uzbekistan, Swedia, atau Kanada. Hanya saja, don't worship white guys that much! They're not exclusive at all. Mereka juga banyak yang miskin, kampungan, bodoh, bau badan, dan sombong. Tinggalkan juga kesan negatif kalau yang pacaran dengan bule hanya melihat visa dan harta. Some do. But most of them are just falling in love!

Sunday, May 31, 2020

Tips Bunny, Bukan Cowok Impresif|Fashion Style

Jumat malam, ceritanya saya sedang ngidam makan Kebab. Entah apa alasannya, saya terbayang-bayang daging domba empuk dan enak dibungkus dengan roti dan salad. Tahu Bunny hampir selalu available, saya menghubungi doi yang unsurprisingly memang sedang free. Friday night, jauh-jauh ke Kopenhagen cuma cari Kebab.

Karena rumahnya Bunny tak jauh dari Nørrebro, kami sepakat mencari kedai Kebab yang masih buka hingga tengah malam di sekitar situ. Banyak sebetulnya. Apalagi distrik ini termasuk daerah ghetto yang paling banyak imigran Muslim. Kedai Kebab dan supermarket halal dimana-mana. Tapi sekali ini saya minta tolong Bunny menemukan tempat terenak, bukan kedai 'abal-abal'.

Entah kalian ya, tapi menurut saya Kebab di Denmark paling enak. Apalagi kedai yang ada di Lyngby, legendaris sekali! Kenapa saya katakan enak, karena saya pernah mencoba yang 'asli' di Turki tapi hambar. Di Jerman, hanya menang besar tapi biasa aja. Di Oslo, apalagi! Mahal tapi mengecewakan.

Kebab di Denmark rasanya berbeda. Kalau kalian bisa memilih kedai terbaik, dagingnya lebih empuk dan berasa. Rotinya juga homemade dan saladnya selalu segar. Plus, tambahan yang tidak saya temukan dimana pun—bahkan di negara asalnya, sambal mangkok yang selalu tersedia di meja makan! Kalau tidak ada, tanyakan ke kasir karena biasanya disimpan di kulkas. Sambalnya merah dan berminyak, tapi lumayan pedas dan bisa menambah cita rasa si Kebab.

Pulang dari makan Kebab, saya mampir ke rumahnya Bunny menumpang tidur. Sengaja memang ingin menginap, karena besoknya juga libur.

Saat itu doi masih menyewa tempat di Bispebjerg. Hanya berupa studio mini yang super sederhana.  Tapi namanya juga lelaki ya, studionya berantakan minta ampun! Saat saya datang kesana, piring kotor masih di wastafel, baju kotor dan baju bersih tidak ada bedanya, lantainya berdebu, plus kasurnya acak-acakan.

Ini cowok gengsinya dimana?? Bersihkan dulu kek ini kamar sebelum saya mampir. Vakum dulu kek lantainya.

Meskipun terlihat berantakan, tapi Bunny sebetulnya tipe cowok yang rapih dalam berpakaian. Pertama kali ketemu saat kencan pertama pun, doi tetap memakai kemeja hitam panjang saat musim panas. Di beberapa kencan berikutnya, doi juga tidak pernah pakai pakaian jenis lain selain kemeja. Lalu saya baru tahu kalau hampir ninety% isi lemarinya memang kemeja.

Tidak seperti para cowok lainnya yang punya banyak jenis pakaian dari kaos oblong sampai jas, Bunny hanya punya kemeja. Titik. Sepuluh persen isi lemarinya juga hanya baju-baju musim dingin berwarna hitam. Those are what he likes. Tapi jangan salah, meskipun rumah si Bunny hanya studio sederhana, tapi doi kalau belanja memang beli kualitas. Isi lemarinya pun meskipun diskonan, harganya masih di atas 1000 DKK.

Jam 2 pagi, saya pamit tidur. Meskipun Bunny hanya punya satu ranjang ukuran dobel, tapi doi cukup respek tetap pakai kaos dan kolor saat saya disana.

"I am used to sleeping naked," katanya.

"Please not tonight. Ngomong-ngomong, kamu punya bantal lain tidak ya? Kenapa cuma satu?" tanya saya sambil celingak-celinguk mengecek tiap sudut ranjangnya.

"I only have one."

. . .

"So how could your ex sleep before, if you only have one pillow?!"

"Hmmm.. dulu mantan saya tidur di coat tebal itu sih," katanya sambil menunjuk mantel tebal tergantung di dekat pintu. "You can have that if you want. It's thick and useful as a pillow. I will take it for you."

What an initiative!Saya dikasih lipatan mantel. What a host and date! Bunny terlihat santai dan pede sekali hanya memberi si teman kencan mantel untuk dijadikan bantal. Bunny kok sengsara sekali ya? Itu mantan pacarnya cuma dikasih bantal saat tinggal bareng, kok ya betah-betah saja?

"Well, you can have mine," katanya setengah tidak ikhlas melihat saya yang tiba-tiba manyun.

To be honest, saya tidak tertarik tidur di bantal Bunny. Saya hargai sikap gentleman-nya yang mau meminjami saya si bantal kesayangan. Tapi bantalnya seperti tidak berbentuk lagi. Lembut-lembut minta dibuang yang kapuknya sudah mulai menyatu ke bagian kanan dan kiri saja.

Kesal dan tidak tahu harus bagaimana, akhirnya saya menyerah tidak tidur pakai bantal malam itu. Mantel tebal si Bunny tidak nyaman dijadikan bantal karena wol-nya bikin gatal.

Esok-esoknya, saya sampai harus beli bantal murahan sendiri di Netto kalau ingin menginap di tempat Bunny. Itu cowok ya, hidupnya apa adanya sekali. Why don't try to impress me once in his lifetime?!

Anyway, sekarang si Bunny sudah pindah ke tempat yang sedikiiiit lebih besar dari studio lamanya. Sedihnya, baru 5 bulan tinggal disitu doi seperti tidak bahagia karena si apartemen dekat sekali dengan jalan raya. Katanya dia sampai harus pasang earplugs dan masker mata sebelum tidur agar terhindar dari polusi suara setiap malam. Bunny is not a spoiled guy as long as it's quite cheap and close to his workplace. Karena dia tahu, cari apartemen di Kopenhagen susahnya bukan main apalagi di tengah kota.

Would you like to date this kind of Scandinavian guy , girls?

Saturday, May 30, 2020

Tips Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?|Fashion Style

(PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI, HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING-AN ATAU VIDEO CALL-AN ITU ADALAH PENIPU!! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!)

Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan.

Saya sebetulnya hanya berkesempatan kencan beberapa kali dengan para cowok internasional saat tinggal di Eropa. Terutama di Denmark, saat saya jadi serial dater dan suka bersosialisasi karena tidak tahan hanya diam di rumah. Karena cowok-cowok yang tinggal di Kopenhagen sangat beragam, saya tidak hanya jalan dengan cowok lokal tapi juga dari negara lainnya.

Pengalaman saya berkencan dengan para cowok ini pun tidak hanya dimulai dari online dating, tapi kadang ketemu langsung di festival atau acara lain. Tentunya ada beda kalau kamu ketemu si cowok lewat aplikasi kencan versus in real life. Tapi online dating di Eropa itu hanya wadahnya saja, empat hari kemudian biasanya sudah ketemu.

Perlu dimaklumi juga kalau teman kencan saya kebanyakan cowok-cowok usia 20-30an. Paling tua yang pernah saya kencani berusia 31 tahun. Jadi kalau kamu tanya saya bagaimana karakter cowok bule di atas 40-an, jawaban saya abu-abu. Yang saya tahu, kebanyakan pria (bukan cowok lagi nih) di atas 40-an sudah cukup dewasa, mapan, dan siap untuk diajak serius. Anyway, serius disini tidak harus ke jenjang pernikahan ya. Bisa jadi dia siap membangun future bersama kamu dengan atau tanpa menikah, atau ingin atau tidak punya anak.

Sebagai gambaran, cowok yang saya kencani kebanyakan hanya teman jalan tanpa mencari keseriusan. Karena merasa masih muda dan finansialnya belum stabil, kebanyakan cowok di usia 20-an masih ingin having fun dan takut berkomitmen. Masuk usia 27 tahun biasanya si cowok mulai berpikir untuk menabung demi memiliki apartemen atau mobil pribadi. Tapi tetap, pikiran untuk menikah atau memiliki anak masih jauh. Meskipun, ada juga beberapa yang sudah siap membangun rumah tangga dan tidak sabar ingin punya anak.

Kembali ke pengalaman saya yang sering menerima surel dari pembaca, ternyata hampir semua cewek di Indonesia memulai perkenalan dengan para cowok Eropa lewat dunia maya. Ada juga yang ketemu di tempat kerja atau saat si bule liburan ke Indonesia. Saya sering kali ditanya, apakah si cowok worth-it diperjuangkan, bagaimana karakter si cowok dari negara ini-itu, kenapa si cowok tidak membalas pesan, atau apa saran yang harus diberikan.

Sejujurnya, saya tidak pernah berniat mencari pacar bule lewat dunia maya sewaktu di Indonesia. Saya memang pernah mengobrol dengan beberapa cowok bule, tapi itu juga ketemunya dari situs belajar bahasa. Malasnya dari situs seperti ini, bule-bulenya kadang sombong dan malah berpindah lapak jadi tempat mencari gebetan. Meh!

Satu lagi, dulu saya takut berkenalan dengan bule via online karena merasa semua bule otaknya mesum dan hanya pamer batang saja. Pernah suatu kali, saya iseng-iseng buka Omegle untuk cari teman memperlancar bahasa, yang dibahas ujung-ujungnya masalah seks. Buka Omegle video, yang keluar batang semua. Done!

Jadi untuk cewek-cewek Indonesia yang bertanya, "how to read this or that guy?", saya juga bingung. Saya bukan peramal yang bisa membaca status hubungan kalian seperti apa. Kamulah yang lebih tahu apakah hubungan tersebut bisa dibawa ke arah yang lebih serius atau tidak. Saya juga belum pernah ada di posisi kalian yang hanya berkomunikasi lewat teks selama beberapa minggu, lalu tiba-tiba memutuskan LDR tanpa bertemu orangnya langsung.

Tapi, berikut hal yang bisa saya sarankan bagi kalian yang kenalan lewat dunia maya tanpa kejelasan kapan bisa ketemuan.

1. Kamu tidak akan pernah tahu keseriusan seseorang hanya lewat texting. It's okay kalau kalian berdua sama-sama fun dan nyaman saling bertukar teks, gambar, atau suara. Tapi sekali lagi, semua itu bisa dibuat-buat hanya untuk kesenangan belaka. Kamu tidak akan pernah tahu apa si cowok itu sudah punya istri, pacar, atau hanya menjadikan kamu teman texting saja. Kamu juga pasti sulit menebak karakter asli si cowok meskipun sudah memantau kegiatannya sehari-hari via Snapchat. Sebelum terlalu jauh berkirim pesan, coba cek profilnya disitus kencan. Cowok yang serius mencari pasangan biasanya menuliskan deskripsi profil mereka lebih jelas, panjang, dan detail.

Oh ya, saya pernah mendengar  cerita dari satu cowok Eropa yang sengaja datang ke Asia Tenggara untuk liburan sekalian mencari teman tidur. Jadi doi sengaja membuat profil di situs kencan dan berpura-pura ingin kenalan dan ketemuan. Si cowok ini tahu, kalau mukanya sangat laku di Asia dan  mudah saja merayu cewek-cewek lugu. Tanpa harus dia yang maju duluan, pesan di profilnya sudah muncul ratusan. Tetap hati-hati kalau sampai diajak ketemuan oleh cowok model begini!

2. Don't get carried away! Bahasa Indonesianya, jangan baperan! Mau dia cowok Italia, Jerman, Estonia, atau Austria, kamu tidak harus terbang melayang dulu saat si cowok bilang suka. Suka itu maknanya luas sekali dan belum tentu artinya lagi nembak kamu. Cowok Eropa berbeda dengan cowok Indonesia yang harus pakai 'persetujuan' atau validasi dulu sebelum menjadikan kamu pacar. Mereka lebih suka meresmikan suatu hubungan lewat tindakan ketimbang omongan. Maksud 'suka'-nya disitu bisa jadi 'suka mengobrol dengan kamu', 'suka karakter kamu yang energik', 'suka selera humor kamu', atau suka apapun itu.

3. Don't treat them as your Indonesian guy! Cowok bule itu tidak pernah pakai modus, kode-kodean, atau basa-basi saat bicara dengan lawan jenis. Mereka tipikal orang yangstraight forward dan speak their minds. Jangan tanya hal tidak penting seperti, "lagi apa?", "sudah makan atau belum?", atau pertanyaan basi lainnya khas pasangan Indonesia. Seriously, mereka akan mengecap kamu sebagai cewek nosy yang lebih mirip ibu-ibu. Kamu juga harus tahu kalau cowok bule itu kurang nyaman dengan cewek yang trying too hard menjadi sosok ibu-ibu yang sok mengingatkan atau terlalu perhatian.

4. Please be aware! Selain kamu masih menerka tentang keseriusan seseorang di dunia maya, kamu juga tidak akan pernah tahu apakah cowok ini asli apa palsu. Zaman sekarang foto-foto bisa asal comot dari Google atau sosial media orang lain. Meskipun mukanya ganteng, tetap waspada kalau permintaannya sudah menjurus ke pinjam uang atau gambar-gambar telanjang.

The major reason they ask you to send them nudes is because it's thrilling! It's exciting, it's secretive, it's intimatewhat's not to love about nudes? Tapi, kalo kamu merasa ingin dihargai, kamu pantas bilang tidak! It’s up to you anyway. Seorang teman ada yang biasa saling bertukar nude pictures atau video yang bisa membuat keduanya terangsang. Si cowok ini dari Belanda dan keduanya belum pernah sama sekali ketemu. Mereka saling chat murni hanya karena kepuasan biologis semata. But, that’s how they are having fun. Ya, silakan saja!

5. Prepare yourself to be ghosted. Masalah utama dari online dating adalah banyak orang bisa menghilang secara tiba-tiba setelah kencan pertama, setelah satu sama lain nyaman, atau tanpa sebab apapun kita tidak pernah mendengar kabar mereka lagi. Menyebalkan sekali karena kita kadang sudah merasa klik dan cocok.

Well, semua orang bisa berubah pikiran dan tiba-tiba bosan. Cowok bule yang tadinya setiap hari chatting-an lalu menghilang, bisa jadi karena rasa ketertarikannya ke kamu mulai pudar. Mungkin juga karena doi bosan melihat layar ponsel setiap hari tanpa bisa merasakan eksistensi kamu. Bisa juga karena doi sibuk kerja, lambat laun lupa juga harus membalas pesan. Kalau sampai ini terjadi, sebaiknya langsung cut off dan lupakan saja. Move on, girls!

6. Yang terakhir adalah kamu harus mengundang dia ke Indonesia. Mungkin ceritanya kalian sudah lama kenal, sudah nyaman texting-an, sering telponan, saling tanya kabar dan aktifitas, lalu apalagi yang ditunggu kalau tidak segera ketemuan? Kalau si cowok ini betul-betul serius ingin mengenal kamu, doi pasti meluangkan waktunya untuk singgah ke Indonesia. Kecuali cowok ini statusnya masih pelajar yang uang sakunya tak seberapa ya.

Masalah ketemuan ini pun tidak semudah hanya mengundang dia datang. Ongkos pulang pergi dari Eropa ke Indonesia tentulah tidak murah. Belum lagi kalau si cowok ini susah mengambil jatah libur dari kantor. Tapi kalau memang menemukan cowok serius, uang dan waktu pasti bisa diatur. Saya punya teman asli Belgia yang rela pulang pergi Belgia-Indonesia 2 kali setahun hanya untuk bertemu dan mengenal lebih jauh si gebetan (sekarang pacar). Apalagi itu namanya kalau bukan pengorbanan, keseriusan, dan cinta?

Saran saya yang lain, kalau memang tertarik dengan si cowok, jangan lupa pelajari juga budaya orang-orang di negara mereka agar tidak kaget dengan kemisteriusan cowok Finlandia , misalnya. Atau coba juga untuk memahami karakteristik cowok-cowok Eropa Utara yang tidak agresif dan inginnya kamu duluan yang maju.

You can be falling in love with someone who you've never met indeed.Kamu boleh saja memutuskan untuk pacaran jarak jauh meskipun belum pernah ketemuan. Selagi sama-sama nyaman, ya silakan tetap berhubungan tanpa harus menaruh ekspektasi berlebih tentang masa depan. Berdoa saja suatu hari kalian bisa dipertemukan dan dialah pasangan yang kamu cari. (Baca juga postingan saya tentangonline dating yang menyebalkan!)

Tapi ngomong-ngomong, apa sih yang membuat kalian sebegitu niatnya cari pasangan orang asing?