Showing posts with label kencan dengan bule. Show all posts
Showing posts with label kencan dengan bule. Show all posts

Saturday, July 11, 2020

Tips Waktunya Berkencan di Eropa!|Fashion Style

Jadi au pair tidak selalu berurusan dengan kerjaan rumah tangga, anak, atau kursus bahasa. Ada kalanya saya juga butuh teman lawan jenis yang bisa diajak most important ke kaf?, bicara panjang lebar dari A sampe Z, sekalian menghabiskan malam akhir pekan. Berkencan di Eropa dan Indonesia tentunya berbeda. Bukan hanya dari orangnya, tapi juga dengan budaya berkencan yang cukup membuat saya kadang rindu "manisnya" kencan a la Indonesia.

1. It's not easy to meet but find

Tinggalkanlah ekspektasi betapa mudahnya bertemu dengan prince charming di Eropa seperti layaknya novel-novel romantis atau American teenage drama dalam kehidupan nyata. Sebagai seorang au pair yang jaringan pertemanannya terbatas, bertemu dengan para cowok asing yang berkualitas tentunya perlu sedikit usaha. Dari yang usaha sering-sering datang ke bar atau klub malam, ataupun menghabiskan banyak waktu kenalan dengan pria asing via aplikasi kencan seperti POF, Tinder, OK Cupid, Happn, dan sejenisnya.

Tapi berkenalan dengan para bule ini di bar ataupun klub malam pun tidaklah gampang. Di Denmark sendiri, seorang cowok harus benar-benar dalam keadaan mabuk dulu baru bisa mendekati cewek yang ada di bar. Saya pernah mendapat cerita dari seorang teman kencan yang mengatakan kalau kakaknya adalah cowok yang sangat pemalu. Dia tidak akan berani datang ke bar mendekati para wanita tanpa meneguk alkohol yang banyak terlebih dahulu. Saat seseorang dalam keadaan mabuk inilah, biasanya rasa percaya dirinya meningkat sehingga bisa lebih banyak bicara.

Sayangnya, siapa juga yang ingin berkenalan dengan cowok-cowok ganteng saat mereka lagi mabuk? Omongan mereka biasanya semakin aneh dengan muka yang sangat kusut. Sialnya, kalau sudah benar-benar sangat mabuk, keesokan harinya mungkin saja dia bisa lupa sempat berkenalan dengan kita.

Menemukan bule-bule ini sebenarnya tidak terlalu sulit kalau memang mau menghabiskan waktu yang cukup panjang di beberapa aplikasi kencan. Sungguh, mereka benar-benar eksis disini! Dari yang super ganteng, biasa saja, well-educated, hingga well-paid job. Kita juga bisa sedikit picky dengan siapa kita mau berkencan, tanpa harus bertemu dengan si pemabuk dulu. Sayangnya, kadang aplikasi seperti ini buang-buang waktu hingga terkesan sangat superficial alias dangkal. Para cowok ini pun juga biasanya bisa kasar, angkuh, dan sedikit rasis di percakapan online.

Kesempatan lainnya adalah menemukan orang-orang yang "tepat" lewat teman ataupun mendatangi tempat-tempat favorit. Menemukan teman kencan lewat kursus dansa, speed dating yang terorganisir dengan baik, ataupun gathering dengan orang-orang baru yang ada di aplikasi semacam Meetup sebenarnya lebih worth-it dan berwarna. Tapi perlu diperhatikan juga kalau Meetup sebenernya lebih bertujuan untuk bertemu orang baru di banyak event, bukan untuk cari pasangan. But, who knows?

2. Fase pra-kencan

Seorang teman asal Eropa Timur mengatakan kalau budaya kencan di tempat mereka sedikit berbeda dengan budaya di Eropa Barat, Utara, ataupun Selatan. Di Indonesia sendiri, pasangan baru bisa dikatakan berkencan kalau mereka sudah punya hubungan alias ada status. Jadi kalau cuma jalan ke mall berdua atau dinner romantis, kalau statusnya belum jadian, tetap saja diberi label "teman jalan" atau TTM.

Di Indonesia, biasanya cowok akan datang ke rumah menjemput sekalian kenalan dengan ortu. Cara semacam ini juga sebenarnya berlaku untuk beberapa pria yang ada di bagian Eropa manapun, kecuali bagian "kenalan dengan ortu". Tapi karena wanita di Eropa juga lebih mandiri dan penuh antisipasi, biasanya pasangan kencan akan bertemu langsung di satu tempat yang sudah ditentukan. Walaupun kencan pertama kebanyakan dilakukan di tempat umum, tapi banyak juga yang langsung datang ke rumah si wanita ataupun si cowok saat kencan pertama.

Three. Saat ketemu

Pertemuan akan terkesan penuh kejutan kalau pasangan berkenalan lewat aplikasi kencan. Dari yang mulai muka asli jauh berbeda dari foto, tinggi cowok yang di luar dugaan, ataupun gaya pasangan yang ternyata bukan tipe kita.

Saya sendiri sebenarnya banyak menemukan fakta yang juga sedikit berbeda dari yang ada di foto. Dari yang mulai lebih ganteng dari yang ada di foto, hingga berbohong soal tinggi badan yang sepertinya 5 cm kurang dari pengakuan profil. Tapi sekali lagi, jangan pernah berharap terlalu tinggi karena belum tentu mereka menilai kita sesempurna yang ada di foto ataupun texting. Intinya, tetap penuh senyum ramah dan sapa mereka saat bertemu.

Soal budaya sapa-menyapa ini sendiri juga sebenarnya cukup beragam. Di Belgia, biasanya saling sapa dengan cium pipi kanan dan kiri. Memang sedikit aneh dan sungkan di awal, tapi saya akhirnya tetap beradaptasi di negara orang. Di Denmark sendiri, budaya sapa dimulai dengan berpelukan dengan cepat dan tidak terlalu dekap. Berjabatan tangan dinilai terlalu formal dan bisa membuat teman kencan merasa kita terlalu menjaga jarak.

Kencan pertama di tempat umum biasanya dimulai dengan pertemuan di kedai kopi, kafé brunch, taman, bar, ataupun arena permainan. Yang paling umum dilakukan adalah coffee meeting sambil menyesap hangatnya kopi sekalian membahas topik-topik umum seperti sekolah, kegiatan di waktu senggang, hobi, ataupun soal pekerjaan. Banyak juga teman kencan yang biasanya mengajak minum bir atau cocktails di bar sekalian menikmati dentuman musik seru yang tetap cosy.

Kalau pertemuan dilakukan di apartemen pribadi, biasanya si host akan menyiapkan beberapa snack ataupun wine. Walaupun cukup beresiko, tapi banyak juga pasangan kencan yang terlalu malu jika bertemu di tempat umum. Bagi mereka, suasana privat seperti ini justru membuat rasa kepercayaan diri meningkat hingga tidak malu berbicara terbuka dengan teman kencan.

4. Bersikap jujur namun tetapopen minded is a must must must!

Topik kontroversial seperti masalah agama dan politik memang sebaiknya dihindari kalau memang belum kenal orang tersebut dengan baik. Hal semacam ini bisa jadi ajang adu debat menjaga pendapat. Orang Indonesia yang beragama, walaupun tidak pernah menjalankan perintah agamanya sekalipun, akan cukup tersinggung jika mendengar pengakuan sempit para atheis di Eropa.

Penduduk Eropa kebanyakan memang tidak percaya Tuhan dibandingkan penduduk Amerika. Bagi mereka, agama membuat manusia seperti terblok-blok dan terkekang. Walaupun begitu, sebenarnya mereka cukup berpikiran terbuka terhadap orang-orang beragama yang mau menjalankan perintah Tuhan--walaupun bagi mereka sungguh mustahil ada.

Saya sendiri sebenarnya cukup malas kalau sudah bawa-bawa agama, apalagi saat kencan pertama. Saya lebih banyak tutup mulut, bukan karena tidak tahu-menahu, tapi lebih menghindari adu debat. Lucunya, saya pernah berkencan dengan seseorang yang cukup apatis dengan agama apapun, hingga sangat jelas menghina sebuah kepercayaan. Oke, cukup.

So, kalau memang tidak minum alkohol, jujurlah sebelum bertemu. Biasanya ada beberapa pasangan yang mengajak minum-minum lucu di bar saat kencan. Walaupun sedikit aneh minum cokelat panas ataupun soda di bar, tapi setidaknya kita sudah jujur kalau alkohol memang bukan hal yang menjadi gaya hidup di Indonesia. Kalau pasangan memang menghargai hal ini, mereka biasanya akan tetap terbuka dan lebih mengajak kita ngopi cantik saja.

5. This is what we pay for equality in Europe

Persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan adalah hal yang sudah melekat keras sejak lama di Eropa Barat dan Utara. Para wanita tidak dibuat manja oleh kehadiran lelaki untuk sekedar mengangkut barang belanjaan, bekerja terlalu keras hingga larut malam, sampai membayar tagihan kencan!

Di Indonesia ataupun banyak negara di Asia, umumnya si cowok yang akan membayar penuh makanan yang dipesan. Hal ini juga dinilai sebagai lambang maskulinitas pria di Asia yang cukup malu kalau makanan mereka dibayar oleh wanita. Tidak hanya itu, cewek Asia juga dibuat manja dengan dibelikan barang ini-itu kapanpun mereka mau.

Bagi cowok suatu kebanggaan karena bisa memanjakan wanita walaupun mesti absen kongkow dengan teman sebulan. Bagi cewek, suatu hal yang romantis kalau pasangan bersedia melakukan hal tersebut. Mereka merasa tersanjung, dicintai, dan diperhatikan.

Di Eropa, well, siap-siap dengan budaya kencan yang berbeda. Para cowok umumnya bersedia membayar minuman saat kencan pertama, namun tidak untuk makan malam. You pay what you eat. Herannya, mereka juga tidak malu mengatakan ke kasir agar tagihan dibayar terpisah. Tapi tentunya tidak semua cowok Eropa seperti ini. Umumnya, mereka bersedia membayar semua makanan dan minuman hingga tiket konser atau nonton bioskop, saat kencan pertama. Bahkan ada juga yang bersedia membayar dinner romantis saat kencan kedua ataupun ketiga.

Ada cerita, kalau cowok-cowok di Denmark cukup "perhitungan" soal tagihan kencan ini. Mereka biasanya sedikit anti membayar makan malam yang mahal hingga berpikir untuk bayar sendiri-sendiri. Cerita dari teman, seorang temannya pernah ditagih oleh si pria untuk jangan lupa menransfer tagihan makan sejumlah 100 Krona setelah kencan pertama! Lucunya, cowok Denmark cukup direct untuk urusan keuangan. Mereka tidak malu mengakui sedang bokek, ataupun bertanya apakah kita bersedia membayari minuman di bar setelah semua dinner di restoran dia yang membayar.

6. What to be aware?

Berbeda dengan Indonesia yang biasanya kencan dilakukan dengan penuh rasa jaim, gengsi, dan malu, siap-siap dengan kejutan lain saat berkencan dengan pria asing di negara mereka! Para cowok biasanya tidak segan memegang tangan, menyentuh beberapa bagian tubuh, hingga memeluk. Kurang ajar? No! Hal ini sebenarnya merupakan bahasa tubuh yang mengatakan kalau mereka tertarik dengan kita. Kalau kita cukup terbuka dengan sinyal ini, biasanya mereka juga tidak malu untuk memberikan kecupan bahkan di tempat umum sekalipun.

Kalau memang tidak merasa nyaman berdekatan dengan mereka, cukup jaga jarak dan tetap jaga bahan pembicaraan senetral mungkin. Para pria biasanya cukup kuat mendapatkan sinyal "penolakan" tersebut dan sangat menghargai ketidaknyamanan kita dengan sentuhan.

Saat para cowok ini diajak berkencan di tempat pribadi, biasanya proses akan berlanjut ke hal yang lebih serius. Nonton movie, masak, ataupun minum-minum bersama cenderung mengarah ke ciuman yang lebih hangat ataupun hubungan badan. Kalau memang gaya kencan seperti ini jauh dari apa yang kita harapkan, hindari berkencan di tempat pribadi dan selalu waspada dengan tujuan para cowok. Tapi tentu saja isi otak cowok beda-beda. Banyak juga dari mereka yang mengundang datang sekedar untuk cicip masakan atau murni nonton film bersama tanpa ada aktifitas seksual.

Sewaktu di Belgia, karena "memiliki" rumah sendiri, saya pernah mengundang salah seorang cowok asli Belgia, Ken, datang jam 10 malam. Karena kesibukannya yang sangat susah diajak ketemuan di luar, akhirnya spontanitas saja saya mengundangnya ke rumah malam itu. Yang ada, kita hanya duduk di meja makan dan kebanyakan bicara soal pekerjaan Ken sebagai seorang guru musik. Dia juga tidak banyak komplain saat saya hanya bisa menyuguhi air keran. Selepas memainkan piano sambil bernyanyi di lantai atas, akhirnya jam 1 pagi Ken pamit pulang.

7. Enjoy the moment and say bye

Kencan biasanya berakhir dengan cium pipi kanan kiri, dekapan cepat yang lebih hangat, ataupun kecupan singkat di pipi atau bibir sebagai tanda perpisahan. Para cowok yang datang mengendarai mobil, biasanya juga tidak sungkan menawarkan angkutan ke rumah jika si cewek bersedia. Atau jika sama-sama naik transportasi umum, si cowok akan mengantar cewek menuju stasiun ataupun halte bus.

Tidak semua teman kencan seseru di teks ataupun telepon. Kadang topik obrolan menjadi basi dan suasana sangat kaku saat ketemu. Kalau sudah seperti ini, jangan takut untuk mengakhiri pertemuan walaupun baru berlangsung 30 menit.

Intinya, berkencan dengan para bule di Eropa sebenarnya sangat seru. Selain dapat pengetahuan tentang tempat nongkrong dan makan enak, ataupun berita hip di kota mereka, kita juga bisa lebih jujur dan terbuka tentang hal-hal yang tidak disukai.

Tidak perlu sungkan dan jaim saat ditawari makan malam, tapi jangan juga memesan makanan yang terlalu mahal. Sikap sok manis dan pemalu tidaklah salah, tapi para cowok asing ini biasanya lebih menyukai cewek yang independen, aktif, dan memiliki selera humor yang tinggi.

Friday, July 10, 2020

Tips Hangatnya Malmø dan Cowok Swedia|Fashion Style

Saya memang tidak banyak cerita soal kencan-kencan singkat saya di Eropa . Tapi entah kenapa proses ketemuan sekali ini sedikit lucu, malu (walaupun saya cukup tidak tahu malu), dan berbeda dari kencan sebelum-sebelumnya.

Martin adalah cowok Swedia pertama yang saya temui baru-baru ini. Karena sudah kenal sejak 4 bulan yang lalu dan hanya bicara lewat WhatsApp, saya paksa saja dia ketemuan karena sudah capek mesti berkomunikasi via teks terus-terusan. Kami berkenalan dari salah satu online dating yang lagi dan masih hip di Eropa——you know it, Tinder! Tapi karena sudah mengobrol terlalu lama dan panjang, jadinya kita lebih mirip seperti teman baru. Meski titelnya tetap "kencan pertama", tapi saya katakan ke Martin kalau anggap saja ketemuan kali ini lebih seperti reunian. Walaupun sedikit aneh reunian dengan orang yang belum pernah ketemu sebelumnya, akhirnya Martin setuju-setuju saja.

Setelah mengatur waktu ketemuan yang cukup sulit, kita akhirnya sepakat ketemuan di Malmø. Sebenarnya Martin tinggal di Helsingborg dan saya sendiri lebih dekat ke Kopenhagen. Tapi agar sama-sama adil, kami mencari alternatif kota lain di luar Helsingborg maupun Kopenhagen.

Karena sudah sering berkiriman foto dan suara, bayangan wajah Martin rasanya begitu hapal di ingatan saya. Muka dan gaya cueknya mirip Kristoff yang ada di film Frozen. Saya juga sebenarnya tipe manusia visual yang cepat sekali mengenali seseorang dengan hanya melihat fotonya beberapa kali. Soal mirip atau tidaknya dengan foto, tetap saja visualisasi saya selalu tepat.

Hari itu adalah kunjungan pertama saya ke Malmø. Kereta saya tiba lebih cepat dari keretanya Martin. Berbeda dengan kencan sebelumnya, kali ini justru saya yang datang lebih cepat, padahal biasanya selalu datang telat.

Cuaca sangat bagus di Malmø. Matahari bersinar terik walaupun angin masih cukup dingin berhembus. Saya duduk di taman menunggu Martin datang. Hanya ada satu bangku panjang kosong di taman saat itu. Walaupun belum libur, tapi karena saat itu sudah Jumat sore, sepertinya memang banyak orang yang ingin menikmati hangatnya cuaca di luar. Sambil menunggu, saya hanya melihat sekeliling sekalian sesekali melirik ponsel.

"Dua puluh menit lagi," kata Martin di WhatsApp terakhir kali.

Lima menit berselang, saya melihat seorang cowok keren dan ganteng dari sisi kanan berjalan ke arah saya membawa bunga. Mukanya memang kurang jelas karena dihiasi kacamata hitam, tapi aura kemisteriusan dan hangat cukup tertangkap lewat senyum kecilnya. Sedikit aneh memang karena harusnya Martin datang dari stasiun yang ada di sisi depan saya.

"Woooooow," kata saya saat itu dengan pedenya.

Apa itu bener Martin? Kenapa dia bawa bunga segala? Gila, ini pertama kalinya seorang cowok membawa bunga di kencan pertama! Tapi tunggu, kenapa gayanya keren sekali?

"Why are you coming from there?", tanya saya cuek dan penasaran ketika cowok itu mulai mendekat ke bangku.

Si cowok keren ini melepaskan earphone, "hah? sorry?"

Entah kenapa perasaan saya sedikit bingung saat itu. "No. No. Sorry," kata saya masih cengengesan.

"Ah, no. It's okay," katanya sambil meletakkan bunga dan duduk di samping saya.

Oh well, ini bukan bahan candaan. Kenapa juga Martin pura-pura tidak kenal? Apa ini bagian dari taktik dia? Iya, si Martin kan memang lucu dan suka bercanda di WhatsApp. Tapi...

Saya melirik cowok keren ini dan memperhatikan gayanya. Sadar kalau sedang diperhatikan, dia ikut melirik saya, "sorry?"

"No. Sorry," kata saya sambil menggeleng dan tetap nyengir kuda.

Pikiran saya jadi campur aduk. Sekali lagi saya perhatikan gaya cowok yang duduk di samping ini. Gayanya memang sungguh keren dan bukan Martin sekali! Oke, saya memang belum pernah ketemu Martin. Tapi iya, terakhir kali saat membahas soal gaya cowok-cowok Swedia yang modis, Martin sedikit tidak setuju dengan pernyataan saya. Menurutnya, cowok-cowok Swedia tidak semuanya keren. Untuk dia sendiri, setelan macam jeans dan hoodie adalah favoritnya.

Sekali lagi saya perhatikan si cowok. Karena rambutnya tertutup topi, saya tidak bisa tahu apa dia benar pakai poni seperti yang ada di foto. Cowok ini rambutnya sedikit pendek, tapi bisa jadi Martin potong rambut dulu kan sebelum ketemu saya? Cowok ini juga sedikit berjenggot tipis dan lebih maskulin, si Martin kan lebih ke muka abege.

Saya berhenti melirik dan pura-pura memandang sekeliling taman. Entah kenapa saya masih berharap kalau cowok ini Martin. Tapi kalaupun memang dia, saya juga kesal dengan sikapnya yang masa bodoh. Kami hanya berdiam diri duduk di taman hingga lima menit kemudian saya mengecek pesan baru dari.....MARTIN SEBENARNYA! O-ooww!

"Where are you now? Are you going to the North or South? I'm out to the South now," kata Martin di WhatsApp.

Karena tidak tahu malu dan demi memecahkan keheningan, akhirnya saya menegur cowok keren yang masih autis dengan musiknya ini.

"Excuse me," kata saya.

Si cowok melepaskan earphone-nya."

"...do you know whether this place is South or North of the station?"

"To be honest, I'm not living in Malmö. I'm living in Stockholm, but I think this is the North," katanya dengan selipan aksen Swedia yang lembut.

"Ah, okay. Thank you," kata saya dengan muka kaku.

"I'm pretty sure it is," tambahnya lagi.

"Anyway, I'm so sorry, you're really really really like my friend. That's why I'm a bit confused why did you come from that side. You supposed to come from that station."

"Oh, it's totally fine. It could be happen sometimes. I'm (insert: namanya) anyway," katanya sambil mengulurkan tangan.

Saya menjabat tangan si cowok keren ini, "Nin."

Sejujurnya saya tidak terlalu mendengar namanya karena terlalu dibawa perasaan terpesona. Lebay memang! Tapi serius, ini pertama kalinya cowok Skandinavia yang terkenal super dingin menyapa dan berkenalan duluan dengan stranger. Di Denmark sendiri, orang-orang hanya sibuk menatap ponsel mereka dan terlalu tenggelam dalam keheningan. Saya kira percakapan akan berakhir ketika saya berterimakasih, namun ternyata cowok ini sangat bersahabat dan hangat ingin melajutkan obrolan. Persis dengan suasana Malmø hari itu.

"So, you're living in Stockholm?" tanya saya setelah dia menanyakan tujuan saya datang ke Malmø.

"No. Actually, I'm living a bit north of Stockholm. But I'm studying in Stockholm now."

"Oh, what are you studying then?"

Akhirnya kami sedikit bercerita tentang kuliah dan pekerjaan. Cowok umur 27 tahun ini baru mulai mengambil kuliah S1-nya di jurusan Teknik Komputer karena terlalu asik bekerja dan mengumpulkan uang. Dia juga sempat cerita soal temannya yang terpaksa jadi dokter gara-gara salah jurusan seperti saya. Sepuluh menit yang cukup seru memang, hingga dia harus mengangkat telepon dari seseorang.

Setelah menutup telepon, si cowok beranjak dan mengambil bouquet bunganya. "Well, it's really nice having a talk with you. I hope you find your friend soon. Have a nice day. Bye bye."

"Thank you. You too. Hej hej!"

Saya memerhatikan cowok ini sekali lagi dari belakang. Dia membopong tas besar yang sepertinya baru habis berolahraga. Lucu memang ketika menganggap dia Martin. Mana mungkin Martin membawa tas besar saat kencan—ya, reunian. Sempat terbesit di benak untuk apa dia menunggu di taman, hingga akhirnya saya tahu, dia datang menemui pacarnya. Mereka bertemu tepat di tengah taman dan berciuman. Ahh!

Setelah harus dibuat berputar dari bagian selatan stasiun ke bagian utara, tempat saya berada, akhirnya saya bertemu juga dengan Martin. Tebakan kali ini memang tepat! Seorang cowok jangkung, memakai hoodie, dengan muka dan gaya seperti Kristoff, yang dari kejauhan memanglah Martin. Well, sebenarnya beruntung juga si cowok keren tadi pergi duluan. Saya mungkin akan sedikit bodoh kalau saja mereka benar bertemu karena sebenarnya muka Martin dan cowok itu benar-benar tidak mirip!

"If you know Swedes typically, we're actually careless and cold as other Scandinavian peeps. When we talk to our friends, we're handling our phones together. You could see in queue or in the supermarket where people really don't care about what happens around them. Obviously I can see they have their own paths and it's like "this is my own world",jawab Martin ketika saya tanya bagaimana kehidupan sosial di negaranya.

"Tapi kenapa cowok tadi dan kamu berbeda?"

"Karena mungkin kami tidak termasuk tipikal orang Swedia. Oh, mungkin bisa saja karena kami lebih senang bicara dengan orang-orang internasional. After all, we are Swedes though."

Tentang Martin:

Persis dengan cowok keren yang saya temui sebelumnya, walaupun tidak sekeren dia, tapi Martin sama hangat dan humble-nya. I think I'm falling for Swedes admittedly!

Monday, July 6, 2020

Tips Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!|Fashion Style

"Semua cowok itu sama!"

No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya.

Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh.

Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa, orang-orang yang tinggal di kawasan utara Eropa biasanya hidup lebih makmur dan kaya. Manusia terganteng dan tercantik seantero Eropa pun masih melekat dengan imej cowok-cowok tinggi berambut pirang dan bermata biru di Swedia.

Sementara Norwegia, merupakan negara kaya dengan perpaduan kecantikan cewek-ceweknya yang bertubuh tinggi langsing. Denmark dengan penduduk terbahagia di dunia dengan gaya hidup yang santai. Sementara Finlandia, negara kelahiran Nokia dengan cowok-cowok maskulin yang pandai membangun rumah.

Lalu bagaimana kalau ternyata kita terlanjur punya hati dengan para makhluk kece ini? So, girls, you want to date Scandinavian guys?

Dating in Scandinavia

Faktanya, tidak ada kata "kencan" di kamus cowok-cowok Skandinavia. Saya mempelajari (duile, gaya!) berkencan dengan cowok-cowok Skandinavia termasuk complicated.

Di Swedia, terkenal budaya fika atau kebalikan kata dari kafi, yang bermakna kopi. Orang Swedia sangat suka ngopi-ngopi santai di kafe selepas jam kerja ataupun di akhir pekan. Bagi mereka, fika hanyalah coffee meeting kasual bersama teman ataupun kolega. Jangan geer atau pede dulu kalau ternyata si cowok mengajak seorang cewek fika-fika santai. Meskipun judulnya hanya "berdua", tapi sekali lagi, mereka tidak akan menganggap kegiatan ini sebagai proses kencan.

Lalu bagaimana kalau ternyata si cowok malah ada rasa dengan si cewek? Tanpa bermaksud mengekspresikan perasaannya secara berlebihan, si cowok biasanya lagi-lagi akan mengajak si cewek fika-fika santai. Bosan nge-fika, ujung-ujungnya mengajak nonton film di bioskop.

Intinya, sangat sulit menerjemahkan maksud si cowok dengan cara mengajak si cewek kesana kemari. Bagi mereka, kata "kencan" didefinisikan secara berbeda dengan pemahaman tradisional yang sudah ada. Kencan bagi mereka bukanlah soal si cowok mengajak si cewek jalan, diantar-jemput, diajak makan atau nonton, lalu dibayari pula. Kembali ke kalimat awal tadi, "faktanya, tidak ada kata "kencan" di kamus cowok-cowok Skandinavia."

Mereka kurang ekspresif

Sebagai cewek, kita pasti inginnya dimanja ataupun diperhatikan. Tapi, tahan keinginan itu saat tahu bagaimana dinginnya cowok-cowok Skandinavia terhadap pasangan. Kalau ingin membandingkan para cowok di bagian Eropa mana pun, para cowok Skandinavia adalah kaum yang sebenarnya sangat membosankan. Mereka seperti sangat kesulitan mengekspresikan rasa sayang ke pasangan.

Lupakan soal bagaimana hangat dan agresifnya cowok-cowok Portugal atau Spanyol. Lupakan bagaimana cowok-cowok Italia yang sangat pintar merayu. Lupakan juga cowok-cowok Prancis atau Belanda yang romantis dan niat mengejar seorang wanita. Ingatlah bahwa cowok-cowok Skandinavia adalah kaum yang berbeda!

Cowok Skandinavia terkenal sangat tidak ekspresif terhadap perasaan mereka. Walaupun pasti ada pengecualian, namun secara umum, mereka sangat sulit mengatakan "I love you" ke pasangan. Mereka juga tidak membeli perhatian wanita dengan cara membanjiri kata-kata I love you setiap hari. They have their own ways to get your attention. Cowok Finlandia terkenal sangat berhati-hati mengatakan kata "I love you". Bahkan, mereka hanya bisa mengucapkan kata-kata itu sekali seumur hidup saja. Their actions speak louder than words!

We are same

Hidup dengan persamaan derajat antara wanita dan pria sejak lama, membuat para cewek tidak dimanjakan dengan kehadiran cowok. Si cowok juga tidak akan lagi melihat cewek sebagai makhluk lemah, hingga tidak bisa mengangkat barang belanjaan yang berat dan banyak. Mereka diciptakan sama, dengan pendapatan sama, hingga hak dari pemerintah yang juga sama. Downside-nya, si cowok juga tidak akan membayari si cewek makan dan minum saat kencan. You pay what you eat.

Saya pernah berkencan beberapa kali dengan cowok Norwegia yang ternyata sangat royal. Si doi juga tidak segan membayari makan dan minum terus-menerus. Lucunya, saat saya berusaha menawari untuk membayar satu invoice di restoran, doi sepertinya tidak enakan. Sebenarnya, cowok-cowok Skandinavia masih terbilang royal saat kencan pertama, kedua, dan ketiga. Mereka masih bersedia membayari si cewek, apalagi kalau hanya minuman ringan seperti bir atau kopi.

Namun kalau sudah resmi pacaran, biasanya tagihan makan harus bayar sendiri-sendiri. Bukan lagi kewajiban si cowok untuk terus-terusan membayari si cewek ini itu. Cowok Skandinavia sangat strict soal bayar-membayari ini. Tidak masalah bagi mereka untuk membayari si cewek minum saat kencan, tapi tidak untuk makan malam. Mereka tidak ingin dianggap berlebihan membeli perhatian si cewek dengan cara terlalu royal saat kencan.

Mari berburu!

Selain tidak ekspresif, cowok-cowok Skandinavia juga bukanlah cowok agresif. Sangat sulit bagi mereka untuk mengajak kencan duluan. They take everything super duper slowly! Ada, ada saja yang bersedia mengajak kencan duluan, tapi kebanyakan malah diam di tempat.

Saya pernah mengobrol panjang lebar dengan seorang cowok Swedia via chat. Kalau bukan saya duluan yang mengajak fika, mungkin obrolan kami bisa saja berlanjut hingga tua. Kuncinya, jangan takut mengeluarkan sisi maskulin kita kalau memang sudah klik dengan si cowok. Menunggu si cowok punya inisiatif duluan? Basi!

Ibu saya pernah bilang, cewek baik-baik itu sebenarnya tidak mengejar cowok. Berburu itu tugasnya cowok. Tapi kalau si cowok berasal dari Skandinavia, ya si cewek yang harus berburu. Berburu disini bukan juga kita harus jadi cewek perkasa yang harus taking all the initiatives.

Intinya, kita harus maju duluan. Kalau memang sudah stuck di chat, ya ajaklah mereka jalan. Kalau memang kangen, ya mulailah chat duluan. Sudah berkencan berkali-kali tanpa ada kejelasan, then kiss him! Si cowok ini harus diberi sinyal kuat dulu, lalu biarkan mereka mencari arah. Duh!

Lalu bagaimana kalau ditolak? No, jarang terjadi. Bagaimana kalau nanti dicap cewek murahan gara-gara mengajak cowok jalan duluan? Tidak, mereka tidak akan berpikir seperti itu. Kita bisa tahu dia tertarik atau tidak lewat obrolan. Jarang juga saya dapati cerita cowok-cowok Skandinavia menolak cewek. Yang ada, mereka yang malah sering dapat sinyal penolakan.

Psstt.. Sebenarnya ada saja disaat dimana cowok Skandinavia berani mengambil inisiatif duluan untuk bertemu. Tapi sayang, niatnya biasanya bersamaan dengan keinginan berhubungan seks.

Betapa cemennya cowok-cowok ini

Kabar buruknya, siap-siap kecewa bagi para cewek asing yang terlanjur jatuh hati dengan para makhluk tampan Skandinavia. Mungkin cerita akan sedikit lain kalau kalian bertemu lewat on-line, lalu memutuskan untuk LDR.

Ingat rumus ini: tidak ekspresif tidak ada inisiatif = cemen! Iya, itulah gambaran rata-rata cowok Skandinavia. Saya merasa, para cowok Eropa Utara sedikit berhati-hati untuk jatuh cinta, apalagi dengan para cewek asing yang ada di negara mereka.

Saya sempat bertemu dengan cowok Swedia yang sudah sangat klik namun tinggal (HANYA!) sekitar 37 km dari tempat saya tinggal. Walaupun kita tinggal di dua negara yang berbeda——namun sangat dekat, dia seperti tidak ingin mengambil resiko untuk hubungan jarak jauh. Terlebih lagi saat tahu saya hanya tinggal sebentar di Denmark.

Pernah juga saya mengobrol dengan seorang cowok Denmark yang sedang serius mencari pacar. Doi bertanya, sampai kapan saya di Denmark. Belum juga menjawab, doi sudah menambahi, "kalau kamu cuma seminggu, dua minggu, ataupun cuma 2 tahun di Denmark, kayaknya kita harus prevent deh." *Yaileh* "Soalnya saya tidak bisa hanya menilai seseorang dalam waktu yang sangat singkat," tambahnya lagi.

Cowok Skandinavia juga sangat lamban menilai sebuah hubungan. Bagi mereka, rasa kepercayaan tidak hanya bisa dibangun lewat hubungan yang hanya berjalan sebulan, dua bulan. Terlebih lagi, mereka sangat takut untuk sakit hati karena jatuh cinta yang mendalam. Mereka takut sudah terlalu cinta dengan si cewek, namun mesti sakit hati karena si cewek harus kembali ke negara asalnya. Mereka juga tidak ingin mengambil resiko LDR, karena mereka tetap yakin, trust tidak bisa dibangun kalau tidak melihat dan menyentuh pasangan. Mereka seperti malas mengambil resiko untuk terbang ke negara asal si cewek yang jauh (dan mahal).

Begini kira-kira skenario saat saya membandingkan cowok di Eropa:

Cowok Belgia: Ketemuan yuk!

Saya: Males. Sudah mau pulang ke Indonesia nih.

Cowok Belgia: Kapan?

Saya: Sebelas hari lagi.

Cowok Belgia: Masih lama! Ayo ketemuan!

Cowok Denmark: Sampai kapan disini?

Saya: Tahun depan.

Cowok Denmark: Oh. *gagal pedekate*

They dress posh

Kalau menurut kamu cowok terkeren dan termodis di Eropa itu dipegang oleh Italia atau Prancis, kamu salah. Cobalah berjalan-jalan di Stockholm atau Kopenhagen. Deretan cowok-cowok berewokan, rambut rapi, bermuka misterius, memiliki gaya yang kurang lebih sama; simple yet stylish.

Orang-orang Skandinavia lebih suka memilih warna-warna gelap seperti hitam atau navy sebagai warna harian mereka. Musim panas akan sedikit ceria karena warna pakaian yang dipilih lebih functional yang menyerap panas, pun masih tergolong netral. Muka ganteng para cowok ini biasanya akan lebih misterius karena kacamata yang digunakan pun tergolong branded.

Karena termasuk bangsa terkaya di Eropa, kamu akan sangat jarang menemukan tas atau kemeja para cowok ini dibeli dari secondhand market. Nama-nama merk terkenal (dan mahal) seperti Tiger of Sweden, Samsøe Samsøe, Acne Studio, dan merk mahal lainnya adalah yang sering para cowok ini pilih. Intinya satu, they prefer quality over quantity.

Sisi menarik mereka

Jangan selalu terprovokasi dengan drama Asia ataupun Amerika yang mengibaratkan cowok sebagai pangeran berkuda putih. Cowok tidak harus selamanya menghadiahi cewek barang-barang mahal demi menyenangkan mereka. Cowok juga tidak harus selalu membayari cewek ini itu demi dianggap perkasa. Cowok juga tidak harus selamanya bisa membaca kode-kode cewek demi dianggap sensitif.

Iya memang, cowok-cowok Skandinavia membosankan dan membingungkan. Main kode-kodean dengan mereka, ataupun masih termakan rasa gengsi, sama saja kita yang buang-buang waktu. Tapi meskipun para cowok ini bisa dikatakan "pelit" saat kencan, namun mereka tipe pasangan yang cukup setia, lho. Mereka adalah tipe cowok yang fokus dengan satu orang saja saat menjalin hubungan.

Ketika sudah tinggal bersama dan berkeluarga pun, cowok Skandinavia bukanlah tipe cowok yang harus dimanjakan oleh campur tangan wanita di rumah. Pekerjaan rumah tangga, membayar tagihan ini itu, ataupun tugas mengurus anak, akan dibagi rata dengan wanita. Para cowok ini biasanya bisa memasak, cuci baju, beres-beres rumah, belanja, hingga mengurus anak sendiri di rumah. Adanya persamaan derajat antara pria dan wanita, mewajibkan si cowok juga turun tangan dalam urusan rumah tangga minimum 3 jam according to hari.

Jika sedang dekat dengan cowok Skandinavia, sekali lagi, ketahuilah kalau mereka tidak akan pernah mencoba untuk menarik perhatian dengan cara yang klasik. Cobalah untuk tidak tersinggung ataupun berasumsi mereka tidak tertarik dengan kita, hanya karena mereka tidak membawakan se-bouquet mawar merah, tidak pernah membukakan pintu, tidak membayari tiket nonton, ataupun tidak pernah mengantar pulang setelah kencan.

Sebaliknya, mereka akan selalu menghargai kita dan tidak akan pernah menganggap kita buruk dalam banyak hal hanya karena kita seorang cewek. He’d never assume that you won’t be able to get over that puddle of water without his help!

Wednesday, July 1, 2020

Tips Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa|Fashion Style

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;)

Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka.

Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head!

Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan.

Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagian dari stereotipe itu.So, ladies, you want to know more? Enjoy!

The monotonous northerners

Kalau kamu memang mengidolakan cowok-cowok berotot, bertato-tapi-kyut, berambut pirang, bermata biru, dan stylish, liriklah para cowok di bagian utara Eropa. Para cowok ini kebanyakan pandai di bidang teknologi dan desain. They're undoubtedly uber creative and charming!

Sayangnya, cowok-cowok Nordik terkenal super garing saat merayu lawan jenis. Mereka tipikal cowok membosankan yang tidak akan bisa jadi sosok gentleman a la drama idaman cewek. Jangan heran kalau kebanyakan dari mereka jarang sekali SMS atau textingan. Mereka sebenarnya adalah cowok mandiri yang akan memberi kita space yang begitu luas dan tidak akan pernah mencecar pertanyaan songong semacam "lagi apa?" atau "sudah makan belom?" setiap hari.

Karena persamaan hak dan derajat antara pria dan wanita di negara mereka, para cowok Nordik juga tidak membeli perhatian wanita dengan makan malam romantis, bunga, ataupun banjiran ungkapan cinta. Mereka juga cukup berhati-hati melangkah dan memutuskan apakah suatu hubungan itu hanya sebatas kencan, friend with benefits, atau serious relationship.

Tapi karena persamaan derajat ini, para cowok Nordik biasanya sudah terbiasa membantu urusan rumah tangga semisal mencuci piring, memasak, hingga mengurus anak. Mereka memang bukan tipe gentleman yang kita cari, tapi mungkin justru mereka lah, para cowok mandiri yang kita butuhkan. They will take care of you, be honest, and respect you to the fullest.

Lucunya, tak jarang lho, para cowok Nordik merasa jiwa gentleman mereka terkubur sehingga mencari pasangan di wilayah lain. Mereka menganggap, para cewek Eropa Utara terlalu sulit dimengerti, banyak ekspektasi, dan sok mandiri.

Warriors from the West

Bukan pengagum cowok-cowok pirang? Mungkin kamu akan jatuh cinta dengan sosok feminin-maskulin cowok Prancis, talkative Germans, dan the hot brunette Belgian and Dutch guys!

Saya juga suka cowok-cowok berambut brunette yang super kece dan ganteng seperti Michael Fassbender ataupun Clément Sibony. They are so damn hot, huh? Ehe.

Cowok-cowok Eropa Barat biasanya sangat mumpuni di bidang teknologi dan sains. Jangan heran kalau kebanyakan para cowok ini hanya sibuk dengan gadget canggih dan buku-buku pintar mereka. Tidak seperti cowok Nordik yang sedikit dingin dan tertutup, para cowok di Eropa Barat biasanya lebih terbuka, adventurous, dan menyenangkan.

Saat para cowok Barat sudah berhasil mendekati cewek, mereka adalah tipe pejantan tangguh yang akan mengejar si cewek dimana pun kapan pun. Mereka juga tidak malu menunjukkan sisi maskulin dengan menawarkan tumpangan, membayari makan, ataupun mengunjungi negara asal si cewek kalau memang sedang LDR.

Meskipunhumourless dan pemalu di awal, tapi cowok Eropa Barat termasuk salah satu the greatest lovers. Lucunya, banyak juga anggapan, cowok-cowok ini super perhitungan dengan uang mereka. They could count every single thing they've (not yet) spent.

Casanovas stay within the south

Saya mengelompokkan para cowok Spanyol, Portugal, dan Italia sebagai Casanova. Apa yang menarik dari mereka? Macho, tukang gombal, ahli menebar kata-kata cinta, dan tentu saja, ganteng alami! Cek deretan pemain bola dari Spanyol dan Portugal kalau belum juga percaya! ;)

Entah kenapa, imej cowok-cowok playboy tetap saja menempel ke para makhluk Adam ini. Mereka memang terkenal jenaka, sangat terbuka, bersahabat, dan ramah terhadap orang baru. Tidak seperti cowok-cowok Eropa Barat, para Casanova juga pede saat mendekati para cewek. They're so confident and have a ball!

Karena terlatih untuk menghargai dan memperlakukan cewek dengan baik, para Casanova biasanya tahu bagaimana bersikap layaknya gentleman. Mereka terkenal agresif dalam menunjukkan rasa cinta terhadap pasangan, bersedia membayari makan saat kencan, dan tidak malu memberikan bunga meskipun belum jadian.

Tapi, jangan harap mendapatkan posisi pertama di hati para Casanova ini. Nyatanya, mereka tetap menempatkan ibu mereka di urutan pertama. Karena harga sewa yang mahal di negara mereka, banyak juga para cowok yang masih tinggal dengan orang tua meskipun di atas usia 25 tahun. Hal ini juga yang membuat para cowok ini sangat dekat dengan keluarga mereka.

Saat para cowok Nordik bersikap hati-hati dan jujur dengan perkataan mereka, para Casanova justru bisa saja terlalu lebay dan membual. You have to make sure that you ARE the one.

In the center of cuteness

Salahkan saya lagi jika harus memasukkan deretan cowok Balkan dan negara-negara Eropa Tengah seperti Republik Ceko, Slovenia, atau Kroasia, di daftar ini. Sangat sulit membagi-bagi wilayah Eropa secara geografis.

Kalau kamu ingin melihat perpaduan hidung Timur Tengah, kulit Eropa Utara, dan keseksian Eropa Barat, kamu harus berlabuh di hati para cowok Balkan!They are so good looking creatures!

Saya pernah bertemu dengan seorang cowok Bosnia muslim yang saat itu sedang membenari lampu di rumah keluarga Denmark ini. Mukanya putih bersih bersipu merah karena hawa dingin. Badannya tinggi tegap, senyumnya manis, dan wanginya—alamak—jadimelting!

Eh serius, ini cowok pakai parfum merk apa ya? Saat dia lewat, seruangan dipenuhi wangi si dia. Di dinding bekas dia bersandar pun, masih ketempelan parfumnya! *Ini penting tapi lupakan ya.*

Cowok-cowok Albania, Austria, Republik Ceko, atau Kroasia memang tidak se-macho para cowok Eropa Selatan, tapi mereka adalah para cowok yang akan membuat para cewek meleleh karena terlalu cute.

Selain memiliki muka perpaduan dari wilayah Eropa di sekitarnya, para cowok Eropa Tengah juga sangat pemalu, lho. Anehnya, mereka tidak akan malu mabuk dan sok jadi lelaki saat bersama teman. Namun, mendadak jadi sok misterius tapi sebenarnya malu ketika berhadapan dengan lawan jenis.

Meskipun para cowok ini bisa jadi sangat cerewet, terbuka, dan senang bercanda, tapi entah kenapa mereka kebanyakan lebih memilih pasangan dari kultur yang sama. Yah!

The humblest easterners

Apakah cowok-cowok dari timur Eropa belum terdeteksi radar? Then it has to be! Faktanya, mereka adalah para true gentleman dibandingkan cowok Eropa mana pun!

Oke, secara penampilan, cowok-cowok Eropa Timur memang tidak se-stylish cowok Eropa Utara. Tapi jangan salah, cowok-cowok ini juga kebanyakan mengerti teknologi dan sains. Banyak cowok dari Romania, Latvia, Polandia, atau Lithuania yang saya temui bekerja di bidang IT bahkan arsitektur.

Tapi karena sering mendapatkan imej negatif soal bangsa gipsy yang hobi mencuri, penduduk Eropa Timur banyak dinilai sebelah mata oleh penduduk Eropa lain. Makanya, para cowok Eropa Timur yang saya temui, biasanya akan lebih banyak berkicau tentang pekerjaan dan sekolah. Mereka tidak ingin dicap bodoh oleh bangsa lain, jadi topik soal hot job dan cool university adalah yang sering dibicarakan.

Pada umumnya, cowok-cowok Eropa Timur sangat rendah hati, tidak terlalu peduli dengan tren terbaru, dan cukup hati-hati saat mendekati cewek. Mereka tidak akan pernah seagresif para Casanova ataupun seniat cowok dari Barat. Tapi nyatanya, mereka tetap bisa menunjukkan sisi maskulin dan menjadi gentleman yang seperti para cewek inginkan.

Kalau cowok-cowok Eropa lain masih ingin memikirkan karir dan masa depan, para cowok Timur justru tidak takut pada komitmen dan pernikahan. Lucunya, entah kenapa saya merasa cowok-cowok Eropa Timur kadang terlalu jujur terhadap perasaan mereka ke lawan jenis. Tidak terlalu misterius dan terkesan mudah ditebak, layaknya cara pendekatan cowok-cowok Indonesia.

Dibandingkan wilayah Eropa lain, para cowok Timur juga termasuk yang paling religius. Meskipun tidak ingin mengaku sebagai orang yang keluar masuk gereja tiap minggu, tapi sedari kecil mereka sudah ditanamkan untuk mempercayai sesuatu Yang Besar di alam ini. Superb!

Nah, kalian sendiri, lebih suka cowok Eropa bagian mana? ;)

Tuesday, June 23, 2020

Tips Bunny, Si Cowok Denmark Penakluk Hati|Fashion Style

Saya sebenarnya bersumpah untuk tidak berkencan dengan cowok manapun lagi. Alasannya simpel, saya akan meninggalkan Denmark dalam waktu dekat. Lagipula, berkencan itu melelahkan. I'm fed up already!

Aplikasi dating semacam Tinder sudah saya hapus sejak tahun lalu. Meskipun sering buka tutup OKCupid, tapi hanya situs kencan satu ini yang masih saya pertahankan. Saat bosan melanda, sering iseng saya buka walaupun tujuannya hanya untuk mengecek siapa yang mengunjungi profil saja.

Suatu hari, saat mengecek profil, satu foto menarik perhatian saya. Bukan soal tampangnya, tapi matanya. Bukan warna biru seperti kebanyakan orang Denmark lainnya, tapi abu-abu muda yang sangat cantik dan berbeda.

"Nice eyes. You're welcome," kata saya mengawali sekalian mengakhiri obrolan.

Jujur saja, tidak sekali ini saya mengirim pesan duluan ke cowok-cowok di situs kencan. Kalau profil atau foto mereka menarik, biasanya saya tidak malu memuji duluan. Tujuannya bukan breaking the ice, tapi benar-benar murni memuji. Meskipun ujung-ujungnya kadang hanya dibalas, "Thank you."

Benar saja, si cowok bermata abu-abu ini lalu membalas pesan saya. Tidak hanya ucapan terima kasih, tapi berusaha untuk mencari topik obrolan agar berlanjut. Satu, dua, tiga pesan pendek, lalu seterusnya selalu dibalas pesan panjang.

"It's too bad I cannot meet you this weekend. Saya mau liburan dulu ke Austria nih," kata saya saat doi mengajak ketemuan.

"Ah, that's okay. I will meet you when you're back then!"

Sampai akhirnya satu minggu berlalu, saya dan dia masih saja balas-balasan pesan lewat OKCupid setiap hari. Doi juga kadang jadi tempat sampah berbagi uneg-uneg saat saya sudah muak di Paris .

"I'm flying back home tonight! Semoga bisa ketemu besok ya," kata saya mengakhiri obrolan sebelum pesawat lepas landas.

*

Sabtu sore, saya dan dia janjian ketemuan di stasiun metro Frederiksberg. Stasiun ini memang sangat dekat dengan taman yang akan jadi tempat kencan pertama kami. Yang saya suka saat berkencan dengan orang lokal adalah mereka biasanya tahu tempat-tempat mana saja yang tidak terdeteksi oleh turis. Makanya saat doi menyarankan dating di Landbohøjskolens, saya dengan mantap langsung mengiyakan.

Bagi saya, kencan pertama serasa bertemu teman baru. Pun saat bertemu dengan doi, sudah tidak ada lagi rasa gugup. Saya mengembangkan senyuman saat baru tiba di stasiun dan melihat cowok kurus tinggi langsing berjalan menghampiri saya. It's him!

"Finally!" kata saya lalu memeluknya.

Bunny, panggilan saya ke dia, memakai kemeja hitam saat itu. So typical Danish! Rambutnya cokelat tua berbelah pinggir, berewokan seperti cowok-cowok zaman sekarang, tapi tetap cute dengan mata abu-abunya.

Doi memang tipe cowok Denmark yang mudah ditebak, sopan, namun sangat hangat. Karena tidak ingin terlihat kaku, Bunny juga tidak berhenti mengeluarkan jokes sepanjang perjalanan di taman. Sangat mirip dengan gaya obrolan kami yang jarang serius di texting. Karena saat itu Bunny juga lagi sibuk mengerjakan tugas akhir masternya, topik obrolan pun kadang nyangkut ke tesis dia.

"I'm boring. I know," katanya rendah diri saat menyadari saya mulai menguap mendengar doi menjelaskan tentang si tugas akhir.

Kencan saya dan Bunny hari itu berlangsung cukup lama. Tidak hanya di taman Landbohøjskolens, saya dan dia juga mampir ke kedai es krim sekalian mengitari daerah Frederiksberg. Rute kali itu, taman, es krim, lalu taman lagi.

"Do you want to sit above my jacket?" tanya Bunny seraya menggelar jaket hitamnya di atas rerumputan.

"No. That's fine. I can just sit on the grass."

"Well, saya kira saya bisa jadi gentleman karena menawari jaket," katanya sambil tidak berhenti menatap mata saya.

Jleebbb...There's something on him.Sesuatu yang membuat saya ingin mengenal dia lebih jauh. Tapi karena terlalu geer ditatap begitu terus, saya langsung melirik jam tangan.

"Sudah jam setengah 8. Kamu mau cari makan buat dinner kah?"

"Hmm.. Sebenernya belum lapar. But, if you think you are, let's go grab some food!"

Kebingungan ingin makan apa, ujung-ujungnya saya dan dia mampir ke kedai pizza. Tidak ingin menghabiskan waktu hanya di dalam ruangan, kami pun membawa si pizza ke taman lain yang masih berada di daerah yang sama.

Kami memilih duduk di perairan, yang sialnya, berdekatan dengan bebek-bebek yang lagi mondar-mandir santai. Karena mencium aroma pizza, sekawanan bebek berjalan ke arah kami. Cukup mengganggu, karena harus makan sekalian mencegah para bebek agar tidak mematuk makanan kami.

"Well, we have friends to eat with now," kata Bunny sambil mengunyah sandwich pilihan dia.

Sudah jam 9 malam. Hari sudah mulai gelap, tapi saya dan dia masih duduk kaku di tempat yang sama. Obrolan pun masih terus berlanjut dari soal si bebek, orang-orang yang lewat, hingga apa yang mesti kita lakukan setelah dinner ini.

"Let's take a walk a bit!" saran Bunny.

It seemed like we never wanted to go home. Bunny membuat kencan hari itu begitu santai namun tetap romantis. Meskipun sempat grogi juga karena sering ditatap, tapi jokes-nya selalu membuat saya tertawa kecil. Hingga 10 menit kemudian, saya kebelet ingin ke toilet.

"Ehmmm... Kita mesti jalan balik ke belakang kalo kamu ingin pip.."

"No!" kata saya menginterupsi. "That's impossible! Saya bener-bener sudah kebelet. Lagian sudah jam setengah 10 ini. Kamu yakin kalau toiletnya masih buka?"

"Well, I'm not that sure."

"Itu!" kata saya seraya menunjuk daerah pepohonan seperti hutan mini di tengah taman. "Saya mesti kencing di semak-semak itu."

Tanpa babibu, Bunny langsung saja menuntun saya menuju semak-semak dan sedikit berkeliling mencari posisi yang pas agar tidak terlihat oleh orang yang masih berlalu-lalang.

"Oke, kayaknya saya juga mau pipis nih," katanya sambil membelakangi saya.

Saya yang masih sedikit canggung, akhirnya terpaksa menunggu si Bunny kencing dulu lalu menyuruhnya menjauh. Gila! Kencan apa-apaan ini?!

"It was quite challenging and fun, you know?! Kencing di semak-semak. Haha!" kata si Bunny sambil tertawa kecil.

"Iya. Di kencan pertama pula. What a shame!"

"But, do you think we're gonna meet again?" tanya Bunny saat kami sudah dekat dengan gerbang taman.

"I don't know. It's not only about me, but also you. Kamu mau ketemu saya lagi kah?"

"Of course!"

Tips Kamu Masak, Saya Minum Wine|Fashion Style

Hari ini kencan ketigasaya dengan Bunny. Setelah sebelumnya doi dipaksa harus masak makan malam, hari ini saya juga sedikit memaksa Bunny untuk masak sesuatu kalau ingin rumahnya dikunjungi lagi.

Sebenarnya saya sudah sedikit paham degree masak Bunny. Karena tidak suka masak, sekalinya masak, lama sekali! Di kencan kedua lalu, Bunny dengan rela membuka kembali buku masakan Jamie Oliver yang katanya sudah bertahun-tahun tidak dibuka. Untuk spaghetti bolognese yang simpelnya bukan important, doi membutuhkan waktu dua jam! Padahal kalau saya yang masak, 15 menit kelar!

"Kamu yakin mau masak lagi?" tanya saya sekali lagi masih tidak yakin.

"Iya. I love cooking you something."

"Ah males, it would be long again."

"I'll try to find something simple," katanya masih niat.

Cowok Eropa memang paling suka mengundang cewek ke rumah dengan embel-embel makan malam menu masakan si cowok. Selain hemat, kadang gaya kencan seperti ini dirasa lebih romantis dan sweet. Tak jarang lho, cowok-cowok Eropa punya skill masak di atas rata-rata.

Tapi meskipun si Bunny bukan cowok yang pinter masak, tapi niat dia patut saya acungi jempol. Dari siang, si doi kabarnya sudah belanja ke supermarket demi melengkapi bahan masakan.

"I make cream soup," katanya via WhatsApp.

"Wihh, enak tuh sepertinya. I love soup!"

"I hope it's gonna be delicious, though I'm not that so proud of what I have made. Sepertinya tidak terlalu sesuai ekspektasi."

"That's fine. You've tried your best! Saya sampai setengah jam lagi. Ada titipan?"

"Bisa minta tolong bawa baguette? Lupa beli tadi. Pas kamu datang, supnya sudah jadi."

Empat puluh menit kemudian, saya menghubungi Bunny untuk menjemput ke lantai dasar. Maklum, bel kamarnya lagi rusak, jadi mau tidak mau doi harus turun juga ke bawah.

"Is it done?" tanya saya sambil membututinya ke ruangan.

"Uhmmm.. in ten minutes."

"Belum jadi juga? Sudah jam setengah eight ini. Huhu."

"Easy. Cuma sebentar kok." Bunny membuka pintu kulkas, "look! I have bought wine as you requested; fresh and a bit sweet."

Saya juga membuka tas, "look! Two bottles of expensive wine from Brian!"

"Whaaat?? So, we have THREE? Are we gonna be drunk tonight?!"

Saya menaikkan bahu, "maybe."

Karena tahu akan makan malam di rumahnya lagi, saya memang minta Bunny untuk menyediakan sebotol wine. Tamu tidak tahu diri ya. Memang. Tapi karena si Bunny tidak ada pembuka botol wine, saya akhirnya terpaksa meminjam ke Louise.

"Kamu minum wine?" tanya Brian kaget ketika Louise malah bertanya balik padanya tentang keberadaan pembuka wine di rumah.

"Kadang, kalau lagi hang out dengan teman."

"Kalau kamu mau, bawa saja wine di basement," kata Brian sambil menyuruh saya mengikutinya ke ruang penyimpanan wine.

Saya tahu betul, host family saya di Denmark ini persediaan wine-nya berbotol-botol tapi tidak pernah diminum. Jangankan alkohol, Louise dan Brian pun tidak pernah terlihat minum kopi ataupun teh. Favorit mereka hanya satu, Pepsi atau Coca Cola zero sugar.

"Berapa orang yang mau minum-minum?" tanya Brian lagi.

"Lima orang. Cewek semua," jawab saya bohong.

"Ini, bawa saja dua botol. Dua-duanya sama-sama enak dan mahal. I think your friends would like them."

"Do you want to try my cheap wine first?" Bunny mengambil gelas dan menunggu reaksi saya. "Sambil menunggu supnya, kamu boleh minum duluan."

"Yes, please!"

Info tambahan:

Di kencan keempat, lagi-lagi Bunny membuatkan saya makan malam kari domba resepnya Jamie Oliver. Karena dari belanja hingga masak saya temani, tanpa mau dibantu sedikit pun di dapur, tak tanggung-tanggung saya harus menunggu selama tiga jam sampai masakannya benar-benar selesai! Oh Bunny....

Sunday, June 21, 2020

Tips Kencan Terbaik dengan Cowok Korea |Fashion Style

Selama jadi serial dater di Belgia dan Denmark, hampir semua cowok yang saya ajak jalan adalah para bule berhidung mancung dan berkulit putih pucat. Pernah satu kali, saya berkenalan dengan cowok Vietnam yang lahir dan besar di Hungaria, lalu diajak berkencan ke satu pub di Lyngby. Sayangnya, meskipun sama-sama Asia, saya merasa tidak nyaman karena si doi kebanyakan hanya bicara tentang dirinya sendiri. Boring!Blacklist dari kencan kedua!

Awal tahun tadi, saya yang masih aktif buka-tutup OKCupid mendapatkan satu pesan dari cowok berakun mainstream "Asian_Guy". Sudah namanya terlalu norak, fotonya pun hanya satu. Benar-benar tidak menarik perhatian. Fotonya juga tidak saya buka dengan jelas.

Tapi karena pesannya cukup jenaka dan berbeda, saya niat juga bertukar pesan dengan dia. Cowok asli Korea yang sudah lama tinggal di Amerika tersebut ternyata sedang berada di Kopenhagen karena urusan bisnis. Alih-alih mengajak kenalan, si cowok yang bernama Sung-kyung itu malah minta rekomendasi saya tempat makan dan minum yang oke di Kopenhagen. Lha, memangnya saya tourist information?

"Kamu betul-betul hanya minta rekomendasi atau ada unsur kencan di balik pertanyaan itu?", tanya saya yang berharap akan diajak kencan. Uhukk. Murahan.

"Minta rekomendasi. Soalnya saya bingung dengan sistem kerja di Denmark. Pulang kantor, orang benar-benar langsung pulang. Saya ajak nongkrong dulu, mereka tidak mau. I have no friends to talk or just drink with after working."

"Yaudahlah, saya temani! Rabu malam ya," tawar saya yang sebenarnya ikut kasihan dengan si doi.

Sebenarnya malas juga ucuk-ucuk datang ke Kopenhagen di hari kerja, apalagi malam. Tapi karena memang di hari itu saya ada kelas desain di kota, makanya masih ada waktu sebentar menemani si Korea minum-minum.

Dari setelan fotonya yang formal dan juga lingkup kerjanya yang terlalu profesional, saya mengajak Sung-kyung minum-minum ke bar koktail favorit saya, Bar 7, yang fancy dan tidak jauh dari hotel dia menginap di pusat kota. Karena memang janjian di Rabu malam, banyak sofa kosong yang bisa bebas dipilih. Coba kalau datang kesini saat akhir pekan, duh, berdiri saja susah.

Sekitar 10 menit menunggu, saya melihat seorang cowok yang celingak-celinguk dari luar bar mencari pintu masuk. Agar tidak terlihat terlalu memperhatikan, saya langsung baca menu dan pura-pura tidak tahu saat dia masuk.

"Uhmm, sorry, are you Nin?" tanya Sung-kyung mendekati sofa saya. Sangat mudah memang menebak saya yang mana, karena hanya saya sendiri yang berparas Asia di bar saat itu.

"Oh, hello, hi. Yes, I am Nin," kata saya sambil menjabat tangannya.

Iya, jabat tangan. Terkesan terlalu kaku dan profesional kan? Body language Sung-kyung menunjukkan jarak yang memang hanya sebatas jabatan tangan saat bertemu orang baru. Oke.

Sung-kyung duduk berhadapan dengan saya di sofa depan tanpa melepas jaketnya terlebih dahulu. Matanya hanya segaris tanpa lipatan, mirip orang Korea asli. Badannya tinggi tegap, meskipun sedikit berisi. Rambut halusnya dibiarkan tak tersentuh gel sehingga membuat poni-poni kecil jatuh menutupi dahinya. Suer, Sung-kyung terlihat super imut dan jauh dari ekspektasi saya.

"Are you really 31?" tanya saya menyangsikan keimutan muka dan gayanya yang masih seperti abege.

"I am. Tapi tidak cuma kamu yang bingung, saya malah dibilang seperti anak umur 17 tahun waktu perkenalan diri di kantor. Huhu."

Oke. Saya hanya punya waktu satu jam setengah menemani Sung-kyung minum. Obrolan yang tadinya kaku, akhirnya mulai mencair saat kami mulai sedikit terbuka tentang kehidupan pribadi. Sung-kyung pun sempat mengomentari tentang gaya kerja orang di kantornya serta bebasnya bermesraan di Denmark . So cute!

Yang saya suka juga, karena Sung-kyung sudah lama sekali tinggal di Amerika, jadi aksen Amerikanya begitu kental dan sangat enak didengar. Suaranya pun renyah tapi tegas.

Entah kenapa, meskipun baru kenal Sung-kyung 3 hari, tapi dia sudah bisa menggambarkan sifat cowok Korea yang memang sedikit mirip dengan yang ada di drama. Selain super perhatian dan lucu, Sung-kyung juga tidak rela membiarkan saya membayar bon minum. Doi pun sampai berulang kali minta maaf kalau sudah mengganggu waktu saya menemani dia minum-minum.

Aaahhh ~

Wednesday-winter night in Copenhagen, it's so melting and warm.

Kamis malam adalah malam kedua saya menemani Sung-kyung minum-minum di kota. Rencana kami selanjutnya adalah menuju bar lain tak jauh dari Bar 7. Tapi karena Denmark sedang diguyur salju dari sore, akhirnya kami batalkan rencana itu. Sung-kyung menawarkan opsi lain untuk minum-minum di bar hotel tempat dia menginap saja.

Bayangkan, sampai jam 10 malam, salju tak kunjung reda hingga menutupi hampir semua ruas jalan di pinggir kota. Saya juga seperti maju mundur akan datang atau tidak. Tapi demi minuman gratis, saya pun langsung pasang jaket, lalu meluncur bersepeda ke stasiun kereta menuju Kopenhagen. Astaga, murahan.

Sung-kyung sudah menunggu di lobi saat saya datang. Karena sudah cukup terbuka di kencan pertama, Sung-kyung tidak segan membantu membawakan jaket saya saat kami pindah sofa. Doi pun sengaja mengunduh banyak permainan untuk drinking games malam itu.

"Come on! Tujuan kita malam ini kan minimal tipsy," katanya memberi semangat gila.

Kalau dihitung-hitung, kami mungkin sudah memesan lebih dari 10 gelas koktail dari bar hotel. Semuanya dia yang bayar.

Tidak hanya sampai disitu. Takut kelaparan di tengah malam, saya dan dia belanja dulu ke supermarket 24 jam yang super dekat dengan hotelnya. Layaknya emak-emak, Sung-kyung juga  menyuruh memilih semua makanan dan minuman yang saya suka untuk dibawa ke hotel. Lagi-lagi semuanya dia yang bayar. Tapi ujung-ujungnya saya cuma memilih satu kaleng cider saja. Sementara dia, kembali mengisi keranjang belanjaan dengan bir kalengan dan ciki-cikian.

"Cuma satu? Ambil deh dua!" katanya saat melihat saya memasukkan satu kaleng cider ke keranjang.

Duh, baiknya, Bang.

Saat mulai lelah karenatipsy, Sung-kyung mengajak istirahat di kamarnya sekalian menunggu pagi. Dengan sopan juga, dia membiarkan saya melemparkan badan ke kasur twin di sebelahnya. Tidak seperti para bule yang dengan leluasa buka baju di kamar, doi malah permisi ke toilet saat mengganti celana dan baju. Doi juga sampai sengaja menawari saya baju dan celana santai, serta dengan anehnya, memberikan sikat gigi baru untuk saya pakai malam itu.

"I know, it's weird," katanya.

Ini yang saya suka dengan cowok seperti dia, super inisiatif! Tanpa harus bertanya atau disuruh dulu, kelakuannya kadang sulit diprediksi. Selain sangat gesit memesan minuman, Sung-kyung juga tidak malu membawakan tas, memegangi gelas saya, hingga benar-benar peduli dengan hal-hal kecil, seperti menggantung blus saya dengan rapih ke lemari padahal blus tersebut sengaja saya letakkan di lantai.

Dengan posisi tiduran di lain kasur, kami mengobrol lagi tentang si doi yang katanya lebih suka Cina ketimbang kampung halamannya di Korea. Cewek-cewek Korea terlalu kurus katanya. Orang-orang disana juga terlalu obsesif dengan fashion, muka yang sempurna, serta badan-badan super ramping yang faktanya sama sekali tidak menarik perhatian.

"Di Amerika, saya biasanya pakai baju ukuran M-L. Di Korea, banyak baju tidak muat untuk saya. Kalaupun muat, ukurannya XL atau XXL. Bayangkan!"

Duh, kasihan si abang buntet.

Lucunya, saat saya suruh bicara bahasa Korea, Sung-kyung langsung menutup wajahnya dengan selimut lalu berbisik dengan aksen Korea yang super cute.

"Sorry, I am so shy saying something in Korean."

Aahhh ~ ^.^

Sung-kyung juga mengatakan kalau saya adalah cewek Indonesia pertama yang dia kencani. "Most of the time, I only date Korean girls," katanya.

"Tapi nih ya, menurut kamu, kalau seandainya kamu tinggal di Kopenhagen, do you think we could be together?" tanya saya mengharap. Maaf, efek tipsy.

"Maybe. It could be possible, though quite tough. But my parents hate non-Koreans."

Doi cerita kalau orang Korea di Amerika sebisa mungkin menikah dengan sesama orang Korea juga untuk mempertahankan tradisi dan kultur. Bagi orang Korea, kalaupun harus dengan kebangsaan lain, kemungkinan untuk berpacaran ataupun menikah hanya untuk orang-orang top three; Korea, Jepang, dan Cina. Jadi mereka menganggap, orang-orang yang muka dan kebudayaannya satu rumpun mereka sajalah yang pantas mendampingi hidup ke depannya.

Apa, maksudnya tidak ada possibility begitu? :b

Meskipun hanya jalan dan mengobrol selama beberapa hari dengan cowok Korea-Amerika ini, tapi saya merasa bahwa kencan terbaik cuma dengan si doi. Sung-kyung yang sangat sopan, masih membawa unsur ketimuran, inisiatif, perhatian, dan juga super lucu, membuat saya lupa tentang betapa magisnya pesona bule.

He knows well how to treat and respect Asian girls, or am I just infatuated?

Saturday, June 20, 2020

Tips Ketika Para Au Pair Mencari Cinta |Fashion Style

Sebelum memutuskan jadi au pair di tahun 2014, ide saya tentang au pair hanyalah bisa travelling keliling Eropa selain membantu pekerjaan keluarga angkat di rumah. Saya tidak pernah menyadari bahwa beberapa bulan sebelum habis kontrak di Belgia, saya merasakan excitement lain yang ternyata bisa berbuah pengalaman selama tinggal di luar negeri.

Dulu sewaktu tinggal di Belgia, saya termasuk anak yang kurang aktif. Motivasi awal yang tinggi untuk belajar bahasa akhirnya harus terabaikan saat ada konflik batin dengan keluarga angkat.

Teman saya di Belgia tidak banyak dan semuanya au pair Indonesia. Awalnya, persoalan yang selalu dibahas kalau sedang kumpul hanyalah tentang tugas rumahan dan hari libur. Hingga akhirnya seorang teman menggebu-gebu bercerita kalau dia sedang asik textingan dengan banyak cowok Belgia di Tinder dan OKCupid.

Jujur saja, saya tidak pernah tertarik dengan aplikasi kencan online. Di Indonesia, aplikasi tersebut sangat sedikit sekali yang menggunakan.  Masih ada anggapan, orang yang pakai aplikasi semacam itu dinilai tidak laku dan sulit mendapatkan pasangan hingga harus mencari pacar virtual. Tapi saat itu saya sedang di Eropa, tempat dimana para individunya tidak sesosial orang Indonesia. Sulit sekali bisa berkenalan dengan orang baru tanpa harus kenalan lewat internet.

Iseng-iseng mencoba, saya akhirnya tertantang membuat profil di OKCupid. Saya hanya penasaran dengan ide dan konsep yang situs kencan ini tawarkan. Satu bulan membuat profil, saling bertukar pesan dengan beberapa cowok, lalu saya hapus akun tersebut. Membosankan. Cowok-cowoknya pun terkesan sok tau dan kaku.

"Coba saja pakai Tinder. Lebih simpel kok," saran seorang teman.

Sampai detik ini, Tinder masih laku keras di Eropa dan penggunanya pun masih banyak. Menjadi sangat normal para jomblowan/wati bertemu dari aplikasi ini, berkencan, lalu tak jarang memutuskan jadian. Sayangnya, Tinder sering pula berubah fungsi menjadi tempat mencari partner seks semata.

Saya awalnya tidak suka dengan konsep swipe right swipe left di Tinder. Kok, para cowok-cowok itu seperti barang di katalog yang bisa kita tolak ataupun suka dengan hanya bermodalkan ujung jari. Padahal yang kita lihat hanyalah foto dan tulisan super singkat di profil mereka. Jatuhnya seperti hanya menilai seseorang berdasarkan foto saja. Makanya, it's somewhat tough to make your profile bolder on Tinder!

Tapi meskipun begitu, setelah banyak desakan dari teman, saya coba juga aplikasi ini sekitar satu bulanan. Dari Tinder, saya memulai kencan pertama dengan cowok Belgia imut bernama Sibren. Gara-gara aplikasi ini juga, para au pair Indonesia yang saya kenal jadi autis geser kanan geser kiri setiap waktu. Bahkan Tinder kadang jadi ajang kompetisi sebanyakan matched hingga beratus-ratus.

Belum lagi soal curhatan mereka yang matched dengan cowok-cowok super kece, tapi tidak juga dikirimi pesan. Atau, beberapa kali juga para au pair ini hepinya bukan main ketika akhirnya diajak kencan dengan cowok lucu yang mereka temukan di Tinder.

Trust me, dating white guys in Europe is a feat! Mengapa? Karena kadang tidak menyangka bahwa ada cowok bule muda, lucu, keren, bisa suka dan mengajak jalan. Ada perasaan menyenangkan setiap kali saling sapa, chatting, hingga memutuskan berkencan dengan orang baru. Cowok-cowok di Belgia yang pernah saya kencani rata-rata sudah mapan dan punya mobil di usia yang masih muda. Makanya kencan pun bisa sangat eksklusif karena diantar jemput lalu diajak ke bar atau tempat makan.

Karena main Tinder bisa jadi candu dan merasa "laku", tak jarang juga misi para cewek hanyalah sekedar kencan-kencan lucu ataupun one night stand. Tak cocok dengan satu, bisa pilih-pilih lagi di Tinder. Pangsa market Tinder memang sangat menguntungkan untuk si cewek ketimbang cowok. Namun jangan salah, banyak juga cowok ganteng bertubuh atletis yang tidak mencari keseriusan tapi teman tidur saja. Tapi cowok sopan dan benar-benar niat mencari teman jalan atau pasangan pun juga banyak kok.

Waktu daftar di aplikasi kencan, tujuan saya memang bukan untuk cari pacar, tapi pengalaman dan teman jalan. Kalau ada yang mengatakan saya cantik dan seksi karena banyak sekali teman kencan, itu salah besar. Sudah kodratnya, cewek menang banyak kalau eksis di aplikasi online. Cukup diam saja, sudah banyak Like. Lagipula, berkencan dengan cowok beda negara ini merupakan pengalaman baru yang cukup seru.

Saya pun tidak terlalu pilah-pilih asalkan fotonya normal dan profilnya jelas. Karena memang tujuannya cari teman jalan dan pengalaman, saya sudah pernah kencan dengan cowok terjelek (versi teman saya) hingga terganteng dan super mapan. Kadang capek sendiri karena kebanyakan kencan kesana kemari tanpa tujuan yang jelas.

Namun, banyak juga teman saya yang menemukan pasangan hingga jodohnya lewat aplikasi online. Menemukan orang yang tepat pun tidak bisa hanya ketemu satu orang, lalu cocok. Teman-teman au pair kadang harus gonta-ganti teman jalan dulu baru bisa menemukan yang benar-benar klik.

Jika ada yang tanya, sesulit itu kah dapat kenalan cowok di dunia nyata tanpa harus daftar di aplikasi kencan dulu? Jawabannya, iya! Sewaktu tinggal di Denmark, saya memutuskan menjadi orang yang super aktif dan sosial. Tapi tetap saja, tidak mudah kenalan dengan orang baru dan langsung cocok. Jangankan cari pacar, cari teman saja susah. Sempat juga beberapa kali kenalan dengan cowok di festival ataupun acara, tapi tidak ada status lebih dari kenalan.

Yang saya tahu, hampir semua au pair Indonesia di Eropa berkenalan dengan para cowok lewat aplikasi atau situs kencan online. Why not, it's easy. Lagipula orang Eropa kebanyakan dingin dan cuek kalau ketemu langsung. Mereka baru akan terbuka kalau kita sudah kenal dan setidaknya bertukar informasi. Ada sih yang kenalan langsung di dunia nyata, tapi sangat sedikit. Itu pun biasanya tidak jauh berkenalan di bar ataupun klub malam. Too lame, right?

Meskipun begitu, saya ikut bahagia saat tahu teman sesama au pair ada yang sampai menemukan pasangan via online. Tapi kadang sedih juga kalau gara-gara pacar ini, si teman jadi anti-sosial. Kegiatan yang tadinya hang out dan nongkrong setiap weekend dengan teman, harus berubah menjadi kunjungan ke rumah pacar. Niatnya tadi bisa menambah teman baru dan bersosialisasi saat masa au pair, kadang jadi menarik diri karena sudah ada pacar yang menemani.

Padahal tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan tinggal di luar negeri. Namun sayangnya, karena sedang dimabuk cinta dengan si pacar beda negara, para au pair seperti kehilangan kesempatan menikmati host country dan travelling ke negara lainnya. Rutenya hanya rumah host family - rumah pacar - rumah host family - rumah pacar.

Tidak ada yang salah memang jika mereka bahagia. Apalagi kalau si pacar termasuk orang yang sosial dan punya banyak teman. Kita mungkin bisa ikut kumpul-kumpul dengan gengnya saat days off.

Namun, yakin ingin memutuskan pacaran? Bukankah masa kontrak au pair hanya berkisar 12 hingga 24 bulan? Sudah siapkah pacaran lalu tiba-tiba harus kembali ke negara asal? Apakah siap juga untuk memilih LDR menyambung tali kasih? Ataukah jalani saja hubungan ini sampai ada kata putus?

Apapun pilihan si au pair, kebanyakan dari mereka juga sebenarnya mencari keseriusan. Dari rasa serius terhadap pasangan ini lah, banyak au pair mengejar cintanya agar bisa tinggal di Eropa bersama si pacar. Namun lagi-lagi, tidak gampang. Pacaran bukan hanya mengejar green card ataupun kesenangan, tapi mesti bersiap juga untuk drama, sakit hati, dan kekecewaan. Girls, modern dating is tough, especially if you are living overseas.

Ada yang tertarik mencari cinta di Eropa?

Friday, June 19, 2020

Tips Ide Kencan Seru: Camping di Hutan|Fashion Style

Sejak di Belgia dulu, saya dan beberapa orang teman pernah berencana camping saat musim panas di Ardennes. Ardennes, wilayah kecil di selatannya Belgia menjadi salah satu tempat paling populer selama musim panas karena keindahan hutan dan alamnya yang sedikit berbeda dari wilayah utara Belgia. Sayang sekali, saya harus segera pulang ke Indonesia di awal musim semi.

Musim panas tahun kedua di Denmark, ide camping masih berada di top list what-to-do. Ingin mengajak beberapa teman, tapi sepertinya mereka masih sibuk kerja. Tidak ingin rugi menghabiskan musim panas hanya di kota, saya memasukkan camping sebagai ide kencan berikutnya bersama Bunny .

Sedikit kaget ternyata doi sangat antusias dengan ide kencan outdoor yang saya ajukan. Kami memang baru kenal sekitar satu bulan, tapi karena doi orangnya sopan dan terbuka dengan ide baru, saya pun cukup senang ada teman camping. Ibaratnya, cukup aman untuk mempercayai doi sebagai teman berpetualang di alam bebas.

Di Denmark terdapat banyak tempat yang sebenarnya bisa dijadikan lokasi camping,mulai dari lokasi berbayar hingga gratisan. Dari hutan, tebing, hingga pantai. Mencari tempat gratisan juga tidak sulit karena bisa langsung diakses di website Balai Konservasi Sumber Daya Alam Denmark . Karena Bunny lebih mengenal negaranya, mencari spotcamping adalah tugas doi.

Berbekal tenda pinjaman mini milik Brian, saya dan Bunny mantap akan camping di akhir pekan. Tugas membawa peralatan pun dibagi rata. Saya kebagian membawa bahan makanan, alat makan plastik, dan tenda. Sementara Bunny yang akan membawa duvet, bantal, hingga peralatan untuk memanggang.

Sempat nyasar ke perumahan penduduk, saya dan Bunny sampai ke lokasi camping yang ternyata adalah lapangan kecil dikelilingi pepohonan. Karena hujan yang terus mengguyur dan lamanya waktu tempuh, kami baru sampai jam 8 malam.

Tanpa persiapan peralatan camping yang benar, kami hanya mengandalkan lampu senter dari ponsel saja. Suasana sekitar begitu gelap dan sepi. Belum lagi keadaan rumput yang masih basah karena hujan. Kabar baiknya, di Denmark tidak ada hewan liar dan berbahaya, makanya saya cukup berani gelap-gelapan di hutan saat itu.

Saat melihat tempat panggangan yang sudah disediakan, Bunny langsung bersigap menyalakan api. Dengan sangat serius, cowok Denmark ini berusaha memadukan spiritus, arang, hingga ranting kayu hanya untuk mendapatkan sedikit cercahan. Saya, meskipun pernah tergabung sebagai anggota Pramuka, hanya jadi penonton sesekali membantu.

Setelah semua urusan api dan tenda selesai, kami mulai menyiapkan bahan makanan siap panggang yang terdiri dari daun bawang, kentang, wortel, sosis sapi, serta ayam yang telah dibumbui. Bagian terserunya tentu saja saat memanggang makanan diiringi suara nyanyian di perut. Everybody was starving!

Sempat panik gara-gara hujan turun cukup deras di tengah malam dan takut kebasahan, nyatanya kami tetap bisa tidur dengan baik. Pagi-pagi buta, sekitar jam 5-an, kuping saya mulai tergganggu dengan bisingnya suara pesawat hingga tidur pun tak nyenyak lagi.

Tak kaget, lokasi camping kami saat itu memang sangat berdekatan dengan Bandara Kastrup. Namun tak menyangka juga kalau pesawat yang terbang rendah bisa sangat menganggu.

Bosan dengan suara bising pesawat yang makin mengaung saat hari mulai terang, saya bangun dan langsung membuka tenda.

Uh lala ~

Good morning, sunshine!

Udara segar nan lembab masuk menyegarkan wajah. Mata pun dibuat segar dengan hijaunya pepohonan dan rumput di sekitar yang semalam absen warna aslinya.

Kaki saya masih membeku. Dari semalam saya merasa kedinginan karena selimut yang dibawa Bunny tidak mampu menahan hawa dingin. Jangan salah, meskipun saat itu musim panas, tapi suhu malam di Denmark bisa turun lagi jadi 15-17 derajat Celsius. Lalu Bunny, masih tidur nyenyak dengan cover hangat pribadinya.

Saat sarapan, kami sekalian main tebak-tebakan pesawat dari maskapai mana yang sedang terbang di udara. Kencan juga semakin romantis karena Bunny mengajak mengitari hutan dulu sebelum pulang. Doi pun sekali lagi, sangat kooperatif dan helpful melipat kembali tenda hingga membersihkan sampah makanan dari sisa semalam.

Setelah camping date pertama ini, entah kenapa saya dan Bunny malah semakin antusias merencanakan kencan selanjutnya. Bukannya menyeramkan tinggal berdua saja di hutan yang gelap, kami malah menikmati kebisuan dan suasana hutan Denmark saat musim panas. Dengan keahlian Bunny yang bisa menyalakan api unggun, saya ikut merasa aman punya camping mate yang multi-talented seperti doi. Ehehe.

Dua minggu kemudian, sebelum saya pulang ke Indonesia, kami merencanakan kembali ide camping date. Kali kedua ini, kami tetap memilih hutan yang tidak jauh dari sempat saya tinggal. Karena sudah tahu situasi dan kondisi sebelumnya, saya dan Bunny juga lebih optimal mempersiapkan peralatan seperti membawa sleeping bag, senter, bantal, korek api, panggangan sekali pakai, dan alumunium foil yang berguna saat memanggang.

Menurut saya, camping bisa jadi ide kencan seru yang bisa dicoba bersama pacar ataupun gebetan yang cukup kita kenal. It would bring something new in your dating scene. Karena dari sini juga, akan sedikit ketahuan sifat asli si pasangan apakah mereka termasuk orang yang kooperatif atau hanya hobi mengeluh.

Camping memang tidak gratis, karena kita juga mesti siap dengan peralatan dan bahan makanan yang sebenarnya lebih banyak menguras biaya, pun tidak banyak. Yang paling penting dari semua persiapan, camping tidak akan berjalan tanpa kehadiran tenda.

Saya cukup beruntung karena bisa meminjam tenda milik Brian yang katanya sudah hampir 3 tahun disimpan di gudang. Tenda ini pun tidak besar, berukuran 210 x 110 cm yang hanya cukup untuk orang dua saja. Katanya, dulu Brian memang sengaja membeli tenda ini untuk Emilia, host kid saya. Kalaupun ingin membeli tenda murah meriah, coba cari di Bilka atau Føtex dengan harga 199 DKK.

Overall, saya bahagia akhirnya bisa camping di Eropa saat musim panas. Kegiatan outdoor seperti ini tetap saya ingin coba saat di Norwegia nanti. No doubt, alam Norwegia lebih menarik dan indah ketimbang Denmark.So, see you in the next camping!

Kalian sendiri bagaimana, lebih prefer ber-camping ria dengan pacar atau teman?

Peringatan!!

Camping berdua di alam bebas bisa sangat berbahaya jika kalian memang tidak terlatih menghadapi resiko atau kecelakaan yang akan ditimbulkan. Just because we do it, doesn't mean you have to do so.

Wednesday, June 17, 2020

Tips Cupcake Kaos Kaki Untuk Bunny|Fashion Style

Saya sebenarnya sudah gatal memberikan Bunny kaos kaki. Beberapa kali, saya memergoki doi yang ternyata memakai kaos kaki berwarna gelap tapi tidak selaras. Yang kanan pakai hitam, yang kiri pakai biru dongker.

"Iya, saya sering kesulitan menemukan pasangannya karena hampir semua kaos kaki saya warnanya gelap. They are dark, but have different.. how do you call it? Tone? Jadi kalau penerangan sedang tidak bagus, saya asal ambil saja yang warnanya sama. Tapi pas sudah terang, baru ketahuan kalau mereka beda."

Hmm.

He is so Danish. Jarang sekali saya menemukan pakaian atau barang-barang Bunny di luar warna hitam, cokelat tua, atau biru tua. Kalaupun bermotif, warnanya pasti tidak ngejreng. Kebetulan masih summer sale, saya menemukan kaos kaki motif lucu-lucu dari Happy Socks yang masih gratis ongkir ke seluruh Eropa. Tanpa mengurangi rasa hormat saya ke so-Danish-an Bunny, saya memilih kaos kaki bermotif dengan warna pastel.

And it is time for crafting! Tidak ingin membungkus kaos kaki hanya dengan kertas kado, saya menemukan inspirasi wrapping gift di Chica Circleyang juga bisa dicoba untuk membungkus baju bayi ataupun handuk kecil.

Bahan yang disiapkan:

  • Kertas karton ukuran HVS
  • Kertas kado atau motif ukuran HVS
  • Papercup motif
  • Dua pasang kaos kaki; seukuran mata kaki dan panjang
  • Lem
  • Selotip

Cara membuat kaos kaki berbentuk cupcake ini pun sangat gampang dan bisa dilihat caranya di Cupcake Onesies Gift Idea .

Karena cupcake yang diberikan hanya dua biji, saya membuat sendiri kotak kecil sebagai wadah. Membuatnya pun sangat mudah hanya dengan bermodalkan kertas karton, kertas bermotif, lem, selotip, dan gunting. Lagipula saya berpikir, kalau kotaknya terlalu bagus dan harus beli, toh juga langsung dibuang oleh si Bunny. Tapi bagi yang tidak mau repot dan ingin memberikan cupcake lebih banyak, boleh cari kotak di pasaran yang bentuknya lebih cantik.

Anyway, sebenarnya papercup untuk muffin atau cupcake di rumah Louise cukup banyak, tapi yang jenis kertasnya tipis. Karena kaos kaki setelah digulung sedikit besar, papercup yang tipis tidak terlalu cantik "menggenggam" si kaos kaki. Jadinya saya memilih papercup yang kertasnya lebih tebal dan sudah berbentuk mangkuk.

Setelah semua selesai, kado tinggal dibungkus dengan plastik dan pita sebagai pemanis. Oh ya, karena di Denmark rata-rata pemberi hadiah harus menyertakan kartu ucapan, saya juga mengisi kartu ucapan yang akan diberikan ke Bunny. Ehh... voila!

"Thank you so much, Nin. Lucu sekali kaos kakinya. Ini bakalan jadi kaos kaki ter-colorful yang pernah saya punya. Additionally, they are also easier to find since I always miss the other pair (of the dark ones)," kata Bunny saat membuka kado.

Kalian sendiri bagaimana, pernah memberi hadiah unik ke pasangan? Or, do you enjoy crafting?

Tuesday, June 16, 2020

Tips Cari Pacar atau Suami?|Fashion Style

Baru-baru ini saya (lagi-lagi) dicurhati masalah cowok. Seriously! Bolak-balik masalahnya hanya seputar si cowok ini atau si itu yang ketemu di Tinder.

"They're so overwhelming!" kata si cewek Indonesia.

Tentu saja sangat membingungkan, karena si cewek berkencan dengan 5 cowok sekaligus yang statusnya hanya teman jalan atau teman tapi mesra. Si cewek bingung dan bertanya ke saya, bagaimana tahu kalau si bule serius atau tidak. Mengapa sampai detik ini belum ada yang memutuskan jadian.

Why oh why?

Ya mana saya tahu. Saya kan bukan bule expert plus saya juga mana tahu isi hati si para gebetan itu. Saya merasa si cewek terlalu naif. There is no special thing about bule, girls! Mereka juga cowok biasa layaknya cowok-cowok di Indonesia.

Bedanya, mereka mengutarakan perasaan sayang dan suka dengan cara yang berbeda. Mereka melihat hubungan sebagai sesuatu yang serius, mengikat, dan butuh komitmen. Tidak heran banyak yang takut serius dan memutuskan untuk mencari partner seks semata. No strings attached,kan? Toh sama-sama suka juga.

Tapi ada baiknya, sebelum memutuskan untuk menggunakan online dating, tanya dulu dengan diri sendiri, "what am I  looking for?"

Beberapa poin berikut mungkin bisa dijadikan referensi mengenal si cowok lebih dekat. Sekali lagi, saya hanya bicara berdasarkan pengalaman dan tentu saja tidak semuanya bisa digeneralisasi.

1. Umur

Saran dari seorang teman, kalau memang ingin mencari yang serius dibawa ke pelaminan, sebisa mungkin jauhi umur-umur tanggung di bawah 30 tahun. Cowok-cowok usia 20-an biasanya masih suka having fun dan terlalu takut terikat komitmen semacam pernikahan. Kecuali kalian memang sudah pacaran dan kenal satu sama lain sebelumnya,otherwise, skip!

Having fun disini maksudnya masih terlalu labil, belum dewasa, masih suka party, ganja, dan mabuk-mabukan. Umur memang bukan jaminan, tapi biasanya cowok dewasa di atas 35 tahun (atau masuk 28 tahun) sudah tahu mabuk yang bertanggungjawab itu seperti apa.

2. Status

Kalau kamu Asian girl's minded yang berpikir cowok harus membayar semua bill saat jalan, sebaiknya jangan pacaran dengan pelajar ataupun pegawai baru. Girls, cowok bukanlah mesin ATM yang bisa kita harapkan uangnya setiap saat. Meskipun mereka berpenghasilan, tapi kontribusi kamu juga akan sangat dihargai.

Kebanyakan pria dewasa di atas 40 tahunan dengan pekerjaan mantap biasanya lebih stabil perekonomiannya. Tapi sekali pun kamu berharap cowok yang harusnya lebih banyak keluar uang, jangan pula jadi gold digger yang ingin si bule menanggung pengeluaran mu setiap saat. Be independent, please! Bule juga banyak yang pas-pasan.

3. Cari yang rela berkorban

Teman saya tanya, ciri-ciri bule baik dan tidak baik itu seperti apa. Yang tidak baik, hobinya hanya foya-foya, hobi jajan selangkangan, pake ganja, doyan mabuk-mabukan, dan memperlakukan kamu dengan kasar. So simple kan?

Kalau statusnya masih gebetan, kamu bisa nilai dari keseriusan dia meluangkan waktunya untuk kamu. Jangan terlalu terbawa perasaan dan kemakan omongan bule dulu. Mereka bisa saja membual.

Cowok baik dan serius (berapa pun umurnya), biasanya akan membalas pesan kamu dengan rajin. Cowok yang hanya ingin memanfaatkan, biasanya hanya membalas pesan di jam-jam horor saat doi horny atau butuh teman chatting saja. Cowok yang tidak serius, hanya menjadikan kamu "sampingan" yang bisa diajak jalan ataupun texting saat dia bosan.

You know the pattern! Cowok serius pasti akan lebih banyak berkorban karena doi tahu kamu patut untuk diperjuangkan. Berkorban ini bukan hanya dari segi material ya, tapi juga waktu dan moral. Satu lagi, mereka akan menghargai kamu dan tidak akan mengirim pesan aneh-aneh semacam naked pictures!

4. Ask!

Girls, jangan harapkan cowok bule memperlakukan kamu seperti halnya kamu ingin diperlakukan oleh cowok Indonesia.

Cowok Indonesia termasuk pribadi yang manis dan cute saat mendekati gebetan. Para cowok ini pun akan langsung mengatakan cinta dan sayang, kalau memang mengharapkan kamu jadi pacar.

Bagi bule, pacaran itu long process setelah kalian sudah nyaman dan saling kenal satu sama lain. Saking kasatnya kata-kata jadian ini, kita bahkan kesulitan menerka apakah kita dan doi sekarang pacaran atau sebatas teman tapi mesra.

Makanya, jangan takut untuk bertanya. Tanya saja ke doi tentang hubungan yang selama ini kalian jalani. Mereka tidak akan bertanya, "maukah kamu jadi pacar ku?", seperti yang kamu harapkan. Yang ada, kalau sudah saling nyaman, sering bertemu, ciuman, rasa sayang akan makin besar dan doi hanya mengatakan, "let it flow", yang bisa jadi tandanya sudah jadian.

Sama halnya kalau kamu ingin tahu apakah doi ada keinginan untuk menikah atau tidak, ya sebaiknya ditanyakan. Jangan sampai sudah pacaran lama, ternyata doi hanya berniat living together tanpa harus menikah.

Banyak juga pasangan di luar sana yang si cewek merasa sudah jadian, tapi dari pihak si cowok masih ragu. Entah kenapa, cowok bule adalah pihak yang selalu merasa belum yakin tentang suatu hubungan.

So, please, ASK! Communication is a key!

5. Be serious to your profile

Kalau kamu pajang foto-foto seksi di situs kencan, jangan harap ada cowok yang akan serius. Tahu kan, sekarang aplikasi kencan banyak berpindah peran jadi ladang mencari accomplice seks saja?

Makanya pasang foto berpakaian pantas, isi profil dengan lengkap, dan kalau perlu, tulis kata-kata "Looking for a serious relationship only!". Mungkin kamu memang tidak banyak mendapatkan Like, tapi setidaknya, kamu menghindari para bule yang hanya ingin having fun dan takut dengan komitmen. Just be straightforward dengan apa yang kamu cari.

Ngomong-ngomong, kamu tidak harus cari pacar atau suami via online dating kok. Banyak juga teman saya yang memanfaatkan aplikasi ini untuk mencari teman jalan saat merekatravelling. Then it works! But be aware, banyak juga cowok creepy yang hanya ingin selakangan!

Saturday, May 30, 2020

Tips Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?|Fashion Style

(PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI, HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING-AN ATAU VIDEO CALL-AN ITU ADALAH PENIPU!! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!)

Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan.

Saya sebetulnya hanya berkesempatan kencan beberapa kali dengan para cowok internasional saat tinggal di Eropa. Terutama di Denmark, saat saya jadi serial dater dan suka bersosialisasi karena tidak tahan hanya diam di rumah. Karena cowok-cowok yang tinggal di Kopenhagen sangat beragam, saya tidak hanya jalan dengan cowok lokal tapi juga dari negara lainnya.

Pengalaman saya berkencan dengan para cowok ini pun tidak hanya dimulai dari online dating, tapi kadang ketemu langsung di festival atau acara lain. Tentunya ada beda kalau kamu ketemu si cowok lewat aplikasi kencan versus in real life. Tapi online dating di Eropa itu hanya wadahnya saja, empat hari kemudian biasanya sudah ketemu.

Perlu dimaklumi juga kalau teman kencan saya kebanyakan cowok-cowok usia 20-30an. Paling tua yang pernah saya kencani berusia 31 tahun. Jadi kalau kamu tanya saya bagaimana karakter cowok bule di atas 40-an, jawaban saya abu-abu. Yang saya tahu, kebanyakan pria (bukan cowok lagi nih) di atas 40-an sudah cukup dewasa, mapan, dan siap untuk diajak serius. Anyway, serius disini tidak harus ke jenjang pernikahan ya. Bisa jadi dia siap membangun future bersama kamu dengan atau tanpa menikah, atau ingin atau tidak punya anak.

Sebagai gambaran, cowok yang saya kencani kebanyakan hanya teman jalan tanpa mencari keseriusan. Karena merasa masih muda dan finansialnya belum stabil, kebanyakan cowok di usia 20-an masih ingin having fun dan takut berkomitmen. Masuk usia 27 tahun biasanya si cowok mulai berpikir untuk menabung demi memiliki apartemen atau mobil pribadi. Tapi tetap, pikiran untuk menikah atau memiliki anak masih jauh. Meskipun, ada juga beberapa yang sudah siap membangun rumah tangga dan tidak sabar ingin punya anak.

Kembali ke pengalaman saya yang sering menerima surel dari pembaca, ternyata hampir semua cewek di Indonesia memulai perkenalan dengan para cowok Eropa lewat dunia maya. Ada juga yang ketemu di tempat kerja atau saat si bule liburan ke Indonesia. Saya sering kali ditanya, apakah si cowok worth-it diperjuangkan, bagaimana karakter si cowok dari negara ini-itu, kenapa si cowok tidak membalas pesan, atau apa saran yang harus diberikan.

Sejujurnya, saya tidak pernah berniat mencari pacar bule lewat dunia maya sewaktu di Indonesia. Saya memang pernah mengobrol dengan beberapa cowok bule, tapi itu juga ketemunya dari situs belajar bahasa. Malasnya dari situs seperti ini, bule-bulenya kadang sombong dan malah berpindah lapak jadi tempat mencari gebetan. Meh!

Satu lagi, dulu saya takut berkenalan dengan bule via online karena merasa semua bule otaknya mesum dan hanya pamer batang saja. Pernah suatu kali, saya iseng-iseng buka Omegle untuk cari teman memperlancar bahasa, yang dibahas ujung-ujungnya masalah seks. Buka Omegle video, yang keluar batang semua. Done!

Jadi untuk cewek-cewek Indonesia yang bertanya, "how to read this or that guy?", saya juga bingung. Saya bukan peramal yang bisa membaca status hubungan kalian seperti apa. Kamulah yang lebih tahu apakah hubungan tersebut bisa dibawa ke arah yang lebih serius atau tidak. Saya juga belum pernah ada di posisi kalian yang hanya berkomunikasi lewat teks selama beberapa minggu, lalu tiba-tiba memutuskan LDR tanpa bertemu orangnya langsung.

Tapi, berikut hal yang bisa saya sarankan bagi kalian yang kenalan lewat dunia maya tanpa kejelasan kapan bisa ketemuan.

1. Kamu tidak akan pernah tahu keseriusan seseorang hanya lewat texting. It's okay kalau kalian berdua sama-sama fun dan nyaman saling bertukar teks, gambar, atau suara. Tapi sekali lagi, semua itu bisa dibuat-buat hanya untuk kesenangan belaka. Kamu tidak akan pernah tahu apa si cowok itu sudah punya istri, pacar, atau hanya menjadikan kamu teman texting saja. Kamu juga pasti sulit menebak karakter asli si cowok meskipun sudah memantau kegiatannya sehari-hari via Snapchat. Sebelum terlalu jauh berkirim pesan, coba cek profilnya disitus kencan. Cowok yang serius mencari pasangan biasanya menuliskan deskripsi profil mereka lebih jelas, panjang, dan detail.

Oh ya, saya pernah mendengar  cerita dari satu cowok Eropa yang sengaja datang ke Asia Tenggara untuk liburan sekalian mencari teman tidur. Jadi doi sengaja membuat profil di situs kencan dan berpura-pura ingin kenalan dan ketemuan. Si cowok ini tahu, kalau mukanya sangat laku di Asia dan  mudah saja merayu cewek-cewek lugu. Tanpa harus dia yang maju duluan, pesan di profilnya sudah muncul ratusan. Tetap hati-hati kalau sampai diajak ketemuan oleh cowok model begini!

2. Don't get carried away! Bahasa Indonesianya, jangan baperan! Mau dia cowok Italia, Jerman, Estonia, atau Austria, kamu tidak harus terbang melayang dulu saat si cowok bilang suka. Suka itu maknanya luas sekali dan belum tentu artinya lagi nembak kamu. Cowok Eropa berbeda dengan cowok Indonesia yang harus pakai 'persetujuan' atau validasi dulu sebelum menjadikan kamu pacar. Mereka lebih suka meresmikan suatu hubungan lewat tindakan ketimbang omongan. Maksud 'suka'-nya disitu bisa jadi 'suka mengobrol dengan kamu', 'suka karakter kamu yang energik', 'suka selera humor kamu', atau suka apapun itu.

3. Don't treat them as your Indonesian guy! Cowok bule itu tidak pernah pakai modus, kode-kodean, atau basa-basi saat bicara dengan lawan jenis. Mereka tipikal orang yangstraight forward dan speak their minds. Jangan tanya hal tidak penting seperti, "lagi apa?", "sudah makan atau belum?", atau pertanyaan basi lainnya khas pasangan Indonesia. Seriously, mereka akan mengecap kamu sebagai cewek nosy yang lebih mirip ibu-ibu. Kamu juga harus tahu kalau cowok bule itu kurang nyaman dengan cewek yang trying too hard menjadi sosok ibu-ibu yang sok mengingatkan atau terlalu perhatian.

4. Please be aware! Selain kamu masih menerka tentang keseriusan seseorang di dunia maya, kamu juga tidak akan pernah tahu apakah cowok ini asli apa palsu. Zaman sekarang foto-foto bisa asal comot dari Google atau sosial media orang lain. Meskipun mukanya ganteng, tetap waspada kalau permintaannya sudah menjurus ke pinjam uang atau gambar-gambar telanjang.

The major reason they ask you to send them nudes is because it's thrilling! It's exciting, it's secretive, it's intimatewhat's not to love about nudes? Tapi, kalo kamu merasa ingin dihargai, kamu pantas bilang tidak! It’s up to you anyway. Seorang teman ada yang biasa saling bertukar nude pictures atau video yang bisa membuat keduanya terangsang. Si cowok ini dari Belanda dan keduanya belum pernah sama sekali ketemu. Mereka saling chat murni hanya karena kepuasan biologis semata. But, that’s how they are having fun. Ya, silakan saja!

5. Prepare yourself to be ghosted. Masalah utama dari online dating adalah banyak orang bisa menghilang secara tiba-tiba setelah kencan pertama, setelah satu sama lain nyaman, atau tanpa sebab apapun kita tidak pernah mendengar kabar mereka lagi. Menyebalkan sekali karena kita kadang sudah merasa klik dan cocok.

Well, semua orang bisa berubah pikiran dan tiba-tiba bosan. Cowok bule yang tadinya setiap hari chatting-an lalu menghilang, bisa jadi karena rasa ketertarikannya ke kamu mulai pudar. Mungkin juga karena doi bosan melihat layar ponsel setiap hari tanpa bisa merasakan eksistensi kamu. Bisa juga karena doi sibuk kerja, lambat laun lupa juga harus membalas pesan. Kalau sampai ini terjadi, sebaiknya langsung cut off dan lupakan saja. Move on, girls!

6. Yang terakhir adalah kamu harus mengundang dia ke Indonesia. Mungkin ceritanya kalian sudah lama kenal, sudah nyaman texting-an, sering telponan, saling tanya kabar dan aktifitas, lalu apalagi yang ditunggu kalau tidak segera ketemuan? Kalau si cowok ini betul-betul serius ingin mengenal kamu, doi pasti meluangkan waktunya untuk singgah ke Indonesia. Kecuali cowok ini statusnya masih pelajar yang uang sakunya tak seberapa ya.

Masalah ketemuan ini pun tidak semudah hanya mengundang dia datang. Ongkos pulang pergi dari Eropa ke Indonesia tentulah tidak murah. Belum lagi kalau si cowok ini susah mengambil jatah libur dari kantor. Tapi kalau memang menemukan cowok serius, uang dan waktu pasti bisa diatur. Saya punya teman asli Belgia yang rela pulang pergi Belgia-Indonesia 2 kali setahun hanya untuk bertemu dan mengenal lebih jauh si gebetan (sekarang pacar). Apalagi itu namanya kalau bukan pengorbanan, keseriusan, dan cinta?

Saran saya yang lain, kalau memang tertarik dengan si cowok, jangan lupa pelajari juga budaya orang-orang di negara mereka agar tidak kaget dengan kemisteriusan cowok Finlandia , misalnya. Atau coba juga untuk memahami karakteristik cowok-cowok Eropa Utara yang tidak agresif dan inginnya kamu duluan yang maju.

You can be falling in love with someone who you've never met indeed.Kamu boleh saja memutuskan untuk pacaran jarak jauh meskipun belum pernah ketemuan. Selagi sama-sama nyaman, ya silakan tetap berhubungan tanpa harus menaruh ekspektasi berlebih tentang masa depan. Berdoa saja suatu hari kalian bisa dipertemukan dan dialah pasangan yang kamu cari. (Baca juga postingan saya tentangonline dating yang menyebalkan!)

Tapi ngomong-ngomong, apa sih yang membuat kalian sebegitu niatnya cari pasangan orang asing?