Showing posts with label camping. Show all posts
Showing posts with label camping. Show all posts

Friday, June 19, 2020

Tips Ide Kencan Seru: Camping di Hutan|Fashion Style

Sejak di Belgia dulu, saya dan beberapa orang teman pernah berencana camping saat musim panas di Ardennes. Ardennes, wilayah kecil di selatannya Belgia menjadi salah satu tempat paling populer selama musim panas karena keindahan hutan dan alamnya yang sedikit berbeda dari wilayah utara Belgia. Sayang sekali, saya harus segera pulang ke Indonesia di awal musim semi.

Musim panas tahun kedua di Denmark, ide camping masih berada di top list what-to-do. Ingin mengajak beberapa teman, tapi sepertinya mereka masih sibuk kerja. Tidak ingin rugi menghabiskan musim panas hanya di kota, saya memasukkan camping sebagai ide kencan berikutnya bersama Bunny .

Sedikit kaget ternyata doi sangat antusias dengan ide kencan outdoor yang saya ajukan. Kami memang baru kenal sekitar satu bulan, tapi karena doi orangnya sopan dan terbuka dengan ide baru, saya pun cukup senang ada teman camping. Ibaratnya, cukup aman untuk mempercayai doi sebagai teman berpetualang di alam bebas.

Di Denmark terdapat banyak tempat yang sebenarnya bisa dijadikan lokasi camping,mulai dari lokasi berbayar hingga gratisan. Dari hutan, tebing, hingga pantai. Mencari tempat gratisan juga tidak sulit karena bisa langsung diakses di website Balai Konservasi Sumber Daya Alam Denmark . Karena Bunny lebih mengenal negaranya, mencari spotcamping adalah tugas doi.

Berbekal tenda pinjaman mini milik Brian, saya dan Bunny mantap akan camping di akhir pekan. Tugas membawa peralatan pun dibagi rata. Saya kebagian membawa bahan makanan, alat makan plastik, dan tenda. Sementara Bunny yang akan membawa duvet, bantal, hingga peralatan untuk memanggang.

Sempat nyasar ke perumahan penduduk, saya dan Bunny sampai ke lokasi camping yang ternyata adalah lapangan kecil dikelilingi pepohonan. Karena hujan yang terus mengguyur dan lamanya waktu tempuh, kami baru sampai jam 8 malam.

Tanpa persiapan peralatan camping yang benar, kami hanya mengandalkan lampu senter dari ponsel saja. Suasana sekitar begitu gelap dan sepi. Belum lagi keadaan rumput yang masih basah karena hujan. Kabar baiknya, di Denmark tidak ada hewan liar dan berbahaya, makanya saya cukup berani gelap-gelapan di hutan saat itu.

Saat melihat tempat panggangan yang sudah disediakan, Bunny langsung bersigap menyalakan api. Dengan sangat serius, cowok Denmark ini berusaha memadukan spiritus, arang, hingga ranting kayu hanya untuk mendapatkan sedikit cercahan. Saya, meskipun pernah tergabung sebagai anggota Pramuka, hanya jadi penonton sesekali membantu.

Setelah semua urusan api dan tenda selesai, kami mulai menyiapkan bahan makanan siap panggang yang terdiri dari daun bawang, kentang, wortel, sosis sapi, serta ayam yang telah dibumbui. Bagian terserunya tentu saja saat memanggang makanan diiringi suara nyanyian di perut. Everybody was starving!

Sempat panik gara-gara hujan turun cukup deras di tengah malam dan takut kebasahan, nyatanya kami tetap bisa tidur dengan baik. Pagi-pagi buta, sekitar jam 5-an, kuping saya mulai tergganggu dengan bisingnya suara pesawat hingga tidur pun tak nyenyak lagi.

Tak kaget, lokasi camping kami saat itu memang sangat berdekatan dengan Bandara Kastrup. Namun tak menyangka juga kalau pesawat yang terbang rendah bisa sangat menganggu.

Bosan dengan suara bising pesawat yang makin mengaung saat hari mulai terang, saya bangun dan langsung membuka tenda.

Uh lala ~

Good morning, sunshine!

Udara segar nan lembab masuk menyegarkan wajah. Mata pun dibuat segar dengan hijaunya pepohonan dan rumput di sekitar yang semalam absen warna aslinya.

Kaki saya masih membeku. Dari semalam saya merasa kedinginan karena selimut yang dibawa Bunny tidak mampu menahan hawa dingin. Jangan salah, meskipun saat itu musim panas, tapi suhu malam di Denmark bisa turun lagi jadi 15-17 derajat Celsius. Lalu Bunny, masih tidur nyenyak dengan cover hangat pribadinya.

Saat sarapan, kami sekalian main tebak-tebakan pesawat dari maskapai mana yang sedang terbang di udara. Kencan juga semakin romantis karena Bunny mengajak mengitari hutan dulu sebelum pulang. Doi pun sekali lagi, sangat kooperatif dan helpful melipat kembali tenda hingga membersihkan sampah makanan dari sisa semalam.

Setelah camping date pertama ini, entah kenapa saya dan Bunny malah semakin antusias merencanakan kencan selanjutnya. Bukannya menyeramkan tinggal berdua saja di hutan yang gelap, kami malah menikmati kebisuan dan suasana hutan Denmark saat musim panas. Dengan keahlian Bunny yang bisa menyalakan api unggun, saya ikut merasa aman punya camping mate yang multi-talented seperti doi. Ehehe.

Dua minggu kemudian, sebelum saya pulang ke Indonesia, kami merencanakan kembali ide camping date. Kali kedua ini, kami tetap memilih hutan yang tidak jauh dari sempat saya tinggal. Karena sudah tahu situasi dan kondisi sebelumnya, saya dan Bunny juga lebih optimal mempersiapkan peralatan seperti membawa sleeping bag, senter, bantal, korek api, panggangan sekali pakai, dan alumunium foil yang berguna saat memanggang.

Menurut saya, camping bisa jadi ide kencan seru yang bisa dicoba bersama pacar ataupun gebetan yang cukup kita kenal. It would bring something new in your dating scene. Karena dari sini juga, akan sedikit ketahuan sifat asli si pasangan apakah mereka termasuk orang yang kooperatif atau hanya hobi mengeluh.

Camping memang tidak gratis, karena kita juga mesti siap dengan peralatan dan bahan makanan yang sebenarnya lebih banyak menguras biaya, pun tidak banyak. Yang paling penting dari semua persiapan, camping tidak akan berjalan tanpa kehadiran tenda.

Saya cukup beruntung karena bisa meminjam tenda milik Brian yang katanya sudah hampir 3 tahun disimpan di gudang. Tenda ini pun tidak besar, berukuran 210 x 110 cm yang hanya cukup untuk orang dua saja. Katanya, dulu Brian memang sengaja membeli tenda ini untuk Emilia, host kid saya. Kalaupun ingin membeli tenda murah meriah, coba cari di Bilka atau Føtex dengan harga 199 DKK.

Overall, saya bahagia akhirnya bisa camping di Eropa saat musim panas. Kegiatan outdoor seperti ini tetap saya ingin coba saat di Norwegia nanti. No doubt, alam Norwegia lebih menarik dan indah ketimbang Denmark.So, see you in the next camping!

Kalian sendiri bagaimana, lebih prefer ber-camping ria dengan pacar atau teman?

Peringatan!!

Camping berdua di alam bebas bisa sangat berbahaya jika kalian memang tidak terlatih menghadapi resiko atau kecelakaan yang akan ditimbulkan. Just because we do it, doesn't mean you have to do so.

Sunday, May 17, 2020

Tips Svartisen - Engenbreen: Camping di Dekat Gletser Abadi|Fashion Style

Mumu, cowok Norwegia yang road trip bersama saya ke Utara Norwegia, berkali-kali mengatakan bahwa kami harus memasukkan Svartisen ke dalam agenda perjalanan sepulang dari Pulau Lofoten . Mumu sangat penasaran dengan tempat ini, hingga tertarik untuk mencoba panjat es yang ditawarkan oleh pengelola Svartisen.

Svartisen adalah gletser terbesar kedua di Norwegia dengan luas 370 meter persegi dan 60 lidah gletser yang membujur dari atas gunung. Ada 2 wilayah Svartisen yang sering dikunjungi turis, yaitu Austerdalsisen dan Engenbreen. Austerdalsisen letaknya lebih ke dalam gunung, berjarak sekitar 32 km dari Mo i Rana dan bisa ditempuh selama 20 menit naik kapal. Karena punya waktu hanya 2 hari mengunjungi Svartisen, kami putuskan untuk datang ke Engenbreen yang hanya 10 menit naik kapal dari Holandsvika.

Walaupun Norwegia memang menjual alamnya yang spektakuler, tapi saya tidak pernah tahu kalau ada tempat sebagus Svartisen. Dari jalan raya, kami sudah bisa melihat lidah gletser membujur dari atas gunung hingga hampir ke danau. Ditambah lagi kokohnya pegunungan dan sejuknya warna air laut berbiru turkis, membuat saya tidak berhenti berdecak kagum. Padahal katanya Svartisen jadi salah satu tempat terpopuler di Norwegia, tapi saya belum pernah mendengar gaungnya sampai saya sendiri bisa melihat betapa cantiknya tempat ini!

Lidah gletser Engenbreen terletak di Kotamadya Meløy dan sudah terlihat dari jalanan sepanjang pantai (Fv17). Untuk mengunjungi Engenbreen, kami harus naik shuttle boat dari dermaga kecil di Holandsvika yang berjarak 158 km dari Mo i Rana. Meskipun katanya kapal ini muat sampai 30 orang, tapi penumpang yang kala itu naik tidak pernah sampai 15 orang. Bisa jadi juga karena belum masuk peak season, jadinya kapal yang digunakan lebih kecil.

Bagi yang tertarik, silakan cek jadwal (2019) shuttle boat-nya disini . Shuttle boat ini juga hanya beroperasi dari akhir Mei hingga akhir September, serta dikenakan biaya 200-250 NOK untuk tiket pulang pergi. Tiket bisa dibeli di tourist information center di Mo i Rana atau langsung ke nahkoda dengan uang tunai atau kartu kredit.

Herannya saat kami kesini, nahkoda kapal sama sekali tidak menagih uang tiket, baik saat berangkat ataupun saat kembali. Padahal Mumu dari awal sudah bertanya dan si nahkoda sendiri yang katanya akan datang dan menagih uang tiket. Tapi ternyata, kami naik shuttle boat gratis pulang pergi.

Setelah sampai di dermaga Engenbreen, pengunjung harus berjalan kaki atau naik sepeda melihat lebih dekat gletsernya sejauh 3 km. Total pulang pergi bisa sampai 4 jam berjalan kaki. Kalau tidak mau repot, bisa juga menyewa sepeda yang terparkir di dekat dermaga. Tidak ada informasi yang jelas soal penyewaan sepeda ini. Yang kami baca dari kertas yang tertempel di dermaga, harga sewa sepeda mulai dari 30 NOK/jam, lalu 80 NOK untuk seharian. Jika ingin menyewa trailer, ditambah lagi ongkos sewanya.

Karena membawa banyak sekali barang untuk perlengkapan camping, kami putuskan menyewa 2 sepeda dan salah satunya memakai trailer. Tujuan kami saat itu ingin camping di Brestua yang berjarak hanya 1,5 km dari dermaga.

Brestua ini bisa dibilang adalah pusat informasi di Engenbreen yang menyediakan restoran, kabin, serta camping spot. Dibuka hanya saat musim panas dari akhir Mei sampai akhir September. Yang tertarik bermalam disini dengan cara camping, Brestua menarik komisi sebesar 100 NOK per orang. Tersedia juga toilet dan kamar mandi gratis bagi para pengunjung selama 24 jam.

Herannya lagi, seorang pengelola restoran yang juga merangkap customer service di Svartisen hanya menyuruh kami membayar total 100 NOK, padahal di situsnya sendiri biaya tersebut untuk satu orang. Soal informasi tiket shuttle boat dan penyewaan sepeda pun, pengelola ini tidak tahu. Jadinya kami saat itu hanya membayar biaya camping saja. Ya sudahlah, rejeki. Daripada kebingungan lebih lama.

Di sekitar Brestua sebetulnya banyak sekali camping spot bagus yang langsung menghadap danau dan lidah gletser. Sayangnya, hari itu betul-betul berangin dan kami nyarishopeless ingin mendirikan tenda dimana. Saya mati-matian ingin sekali bangun tidur, buka tenda, lalu langsung melihat danau dan gletser terpampang di depan mata. Tapi Mumu juga merasa mendirikan tenda di lapangan terbuka hampir impossible.

Sudah mencari ke daerah sekitar pepohonan, kami juga kesulitan menemukan tanah datar dan kotoran sapi ada dimana-mana. Akhirnya daripada gagal, kami tetap mendirikan tenda di lapangan terbuka di seberang pepohonan tak jauh dari danau. Angin yang meniup memang masih kencang, tapi setidaknya sedikit terhalangi oleh jajaran pohon di seberangnya. Usaha mendirikan tenda ini pun tidak mudah karena kami berulang kali harus diterpa angin serta pondasi tenda yang seringkali jatuh.

Untungnya angin mulai reda sekitar jam 11 malam. Kami bisa keluar tenda dan masak untuk makan malam. Menu hari itu ikan Batubara hasil tangkapan Mumu serta fish sauce yang kami beli di supermarket sebelumnya.

This is my favourite camping spot so far! Danau air tawarnya bersiiiih sekali hingga membuat saya dan Mumu ingin toes dipping. Saking jernihnya, Mumu juga mengambil air minum untuk dimasak dari sini. Mumu juga rasanya gatal ingin nyemplung ke danau atau naik canoe menyusuri danau yang memang luar biasa indahnya! Kami sampai berencana ingin mandi sebentar di danau, tapi airnya terlalu dingin.

Kata Mumu, 20 tahun lalu lidah gletser membujur sampai ke dalam danau. Karena efek pemanasan worldwide, lidah gletser semakin lama semakin pendek. Bisa-bisa, 20-30 tahun kemudian sudah tidak ada lagi lidah gletser yang membujur ke bawah gunung di Svartisen.

Karena berada di lingkar arktrik, musim panas di Norwegia Utara berarti siang menjadi sangat panjang dan matahari tidak pernah tenggelam. Kami bisa main sebentar di danau sampai jam 2 pagi tanpa harus takut gelap. Tempat itu juga serasa milik pribadi karena tidak ada orang yang camping di tanah terbuka selain kami. Ada satu tenda yang kami lihat bermalam disana, tapi itu pun cukup jauh dari lokasi kami.

Jam 5 pagi,camping spot kami kedatangan gerombolan sapi ternak yang mencari makan di sekitar Brestua. Karena jumlahnya yang banyak, sapi-sapi ini menjadi malapetaka karena berisik sekali! Beberapa sapi bahkan berjalan sangat dekat dengan tenda kami sampai tersangkut tali tenda beberapa kali. Saya sedikit takut juga kalau saja sapi-sapi ini menyeruduk tenda yang berwarna merah menyala itu. Meskipun akhirnya tidak.

Siangnya, suasana camping spot masih tenang dan damai karena kami sama sekali tidak melihat pengunjung lain berjalan di sekitar area situ. Still felt like it was our own place! Sayangnya karena harus segera pindah ke tempat lain, kami tidak tertarik berjalan melihat gletser lebih dekat, ataupun mengikuti salah satu kegiatan yang dikelola Kotamadya Meløy.

Padahal saya dan Mumu sudah sangat tertarik mengikuti isklatring atau panjat es selama 3,5 jam seharga 650 NOK, tapi ternyata mereka tidak membuka kegiatan ini lagi. Ada banyak aktifitas lain yang waktunya lebih panjang dan mahal disini . Brestua juga mengelola guided tour sederhana untuk melihat dua mamalia jinak terbesar di Eropa, moose atau rusa besar, bernama Arnljot dan Wilma. Harga tiket masuk untuk melihat rusa besar ini sebesar 100 NOK.

One night was definitely not enough in Engenbreen because we needed mooore! Namun saya sangat merekomendasikan tempat ini jika kalian tertarik ke Norwegia Utara via darat!