Bermula dari niat yang belum ingin pulang kampung ke Indonesia, tiba-tiba saya dikagetkan dengan kiriman tiket pesawat dari kakak yang ada di Palembang. Sebelumnya memang beliau sudah tahu kalau saya masih beralasan tidak punya uang untuk pulang. Namun karena rasa sayangnya (uhukk), sebulan sebelum keberangkatan saya sudah dikirimi tiket pesawat yang tidak tanggung-tanggung, kelas bisnis!
Maskapai yang dipilihnya pun bukan maskapai sembarangan, Singapore Airlines. Saya yang kere ini, harus kaget ketika tahu berapa harga tiket pergi yang harus beliau bayar melalui tagihan kartu kreditnya. Perbedaannya bisa sampai four kali lipat dari tiket kelas ekonomi.
Jangan Lupa Verifikasi!
Penerbangan extremely panjang kali ini akan dimulai dari Kopenhagen ke Singapura selama 12 jam, baru lanjut ke Jakarta sekitar 1 jam forty five menit. Sayangnya, ada peringatan dari Singapore Airlines yang menyatakan saya harus memverifikasi dulu kartu kredit yang digunakan saat membayar di kantor SIA terdekat.
Sebenarnya verifikasi kartu kredit tidak berlaku apabila pemesanan dilakukan di website travel agent seperti Nusatrip atau Traveloka. Namun beberapa maskapai penerbangan besar memang menerapkan verifikasi kartu kredit terlebih dahulu, jika pemesanan dilakukan lewat website resmi mereka. Verifikasi ini bertujuan untuk menghalangi penipuan data kartu kredit. Gagal menunjukkan kartu kredit saat check-in atau belum menyelesaikan proses verifikasi, seseorang bisa gagal diterbangkan atau harus membeli tiket baru.
Di Palembang tidak ada kantor Singapore Airlines sehingga kakak saya tidak bisa melakukan proses verifikasi. Akhirnya saya mencoba menghubungi pihak SIA yang ada di Kopenhagen via e-mail untuk menerangkan masalah ini. Setelah beberapa kali bertukaran electronic mail, saya akhirnya menyerah dan mengatakan ke kakak untuk membelikan tiket baru di kelas ekonomi saja karena proses verifikasi memang wajib dilakukan.
Lucunya, tiga hari sebelum keberangkatan, pihak SIA mengirimkan e mail lagi ke saya dan mengingatkan untuk (lagi-lagi) jangan lupa verifikasi kartu kredit sebelum take a look at-in. Setelah proses berkirim email yang cukup panjang, akhirnya ada solusi untuk masalah saya ini. Pihak SIA mengatakan, saya tetap bisa menggunakan tiket kelas bisnis asalkan menerangkan ke pihak konter check-in untuk mengisi formulir surat kuasa dan menyertakan information kartu kredit atau kartu debit saya sebagai jaminan.
Rejeki di Kelas Bisnis
Karena tidak ingin mendapatkan masalah soal kartu kredit di konter check-in, kakak saya lebih menganjurkan untuk menggunakan tiket ekonomi saja. Sebenarnya saya juga tidak terlalu berharap lagi naik penerbangan kelas bisnis, tapi iseng-iseng double check-in di kelas bisnis dan ekonomi via online.
Tiba di konter check-in, ternyata ada masalah karena saya ketahuan check-in dua kali. Karena saat itu pihak representatif Singapore Airlines sedang melayani tiga penumpang lain yang juga ada masalah di kelas bisnis, akhirnya saya dibuatkan boarding pass di kelas ekonomi oleh petugas konter check-in. Namun karena pihak konter juga menyayangkan tiket bisnis saya, akhirnya saya disuruh menunggu pihak representatif selesai menangani penumpang lain, lalu melihat apakah tiket saya bisa di-upgrade.
Saya juga sebenarnya sudah benar-benar menyerah di kelas ekonomi. Terlebih lagi sudah tahu kalau Singapore Airlines adalah salah satu maskapai yang sangat strict dan jarang bisa meng-upgrade penumpang tanpa ada alasan tertentu. Tapi tetap saja, karena penasaran dan ingin tahu kelanjutan tiket kelas bisnis yang sudah dipesan, saya sabar menunggu.
Satu jam kemudian, di last minute penutupan konter check-in, akhirnya saya berhasil bicara dengan pihak representatif SIA dan menerangkan soal kartu kredit ini. Di menit-menit terakhir pun, mereka sigap membantu saya mengisi formulir surat kuasa dan tetap mengusahakan saya duduk di bangku kelas bisnis. Boarding pass yang semula kelas ekonomi, berganti menjadi boarding pass berlabel biru milik penumpang kelas bisnis. Benar-benar pengalaman seumur hidup.
"Thank to your brother from me," kata pihak representatif SIA konter gate ramah.
Saat ingin masuk pesawat dan menunjukkan boarding pass berlabel biru, lagi-lagi saya pun disambut ramah oleh petugas konter check-in yang tadinya ikut melayani saya, "oh, so you have changed your mind? I hope you have a good flight."
Catatan:
Verifikasi kartu kredit sebenarnya tidak berlaku di semua maskapai dan semua kelas penerbangan. Kakak saya membelikan tiket kelas ekonomi melalui website Singapore Airlines langsung, namun tidak ada masalah di konter check-in. Verifikasi kartu kredit hanya berlaku (maskapai manapun) apabila ada peringatan di e-tiket yang menyatakan penumpang harus menunjukkan atau memverifikasi kartu kredit yang dipakai saat memesan tiket. Kalau memang diwajibkan, proses verifikasi juga tidak harus datang langsung ke kantor maskapai seperti SIA, tapi bisa melalui websitenya langsung (Qatar Airways), atau mengirimkan information diri, surat kuasa, dan experiment kartu fisik pemilik kartu kredit. Info selengkapnya bisa ditanyakan terlebih dahulu ke maskapai penerbangan atau memperhatikan syarat di internet site resmi mereka.
Privasi dan Kursi yang Nyaman
Masuk ke kabin kelas bisnis, saya disambut ramah oleh pramugara dan pramugari yang semuanya berparas Asia. Mereka tidak berhenti tersenyum sambil menawarkan minuman selagi menunggu pesawat berangkat. Saya pun ditanya ingin minum apa setelah pesawat lepas landas. Karena baru pertama kali naik penerbangan internasional kelas bisnis, saya juga bingung ingin minum apa.
"Nothing special," kata saya. Melihat wajah saya yang kebingungan, pramugaranya seperti kurang puas mendengar jawaban saya. Ia pun menawarkan cocktail, mocktail, atau minuman alhokol lainnya. "Aha! Cocktail!" jawab saya yang diikuti senyuman puas si pramugara.
Sebelum pesawat lepas landas, saya juga sempat berkiriman foto dengan si kakak dan mengucapkan ribuan terima kasih. Beliau juga menghubungi saya dan terus-terusan menanyakan apakah pesawatnya sudah terbang atau belum untuk mengecek keberadaan Wi-Fi on Board yang sayangnya tidak ada. Sepertinya beliau juga ikut bahagia karena saya akhirnya bisa menggunakan tiket yang dia kirimkan.
Kursi di penerbangan kelas bisnis Singapore Airlines benar-benar besaaaar dan nyaman. Kursi yang berbalutkan kulit top class yang empuk ini, bisa disulap jadi kasur untuk tidur. Selimut yang diberikan pun lebih besar dan hangat. Segala kenyamanan seperti ini memang pas dipadukan dengan penerbangan yang extremely lama dari Kopenhagen ke Singapura yang memakan waktu 12 jam.
Sialnya, saya tidak bisa tidur karena jam tubuh lebih mengikuti waktu Kopenhagen. Jadinya saya hanya bisa membalikkan badan kesana kemari saja di atas pesawat. Belum lagi hiburan KrisWorld yang outstanding membosankan dibandingkan banyaknya pilihan movie dan lagu di pesawat Timur Tengah semisal Emirates atau Qatar Airways.
Berbeda dengan penerbangan pendek dari Singapura menuju Jakarta, pesawat yang digunakan agak kecil. Walaupun sama-sama nyaman dan mendapatkan pelayanan spesial, biasanya penumpang juga bisa memilih makanan tertentu sesuai food regimen. Senyum manis ramah pun berkali-kali dihadiahi pramugara atau pramugari yang datang ke kursi kita. Sungguh berbeda dengan pramugara atau pramugari yang melayani kelas ekonomi. Biasanya senyum mereka sedikit pudar dikarenakan kelelahan melayani banyaknya penumpang.
Makan lagi, lagi, dan lagi
Di penerbangan panjang internasional kelas bisnis, biasanya makanan akan ditawarkan secara eksklusif pula. Melihat rentetan menu Singapore Airlines, makanan yang ditawarkan bisa empat hingga lima sajian, apalagi penerbangan tersebut melewati waktu makan malam. Sayangnya, saya tidak mengambil foto makanan satu pun di atas pesawat.
Bedanya dengan penerbangan kelas ekonomi yang memakai peralatan plastik, meja di kelas bisnis akan ditutupi taplak putih terlebih dahulu sebelum diisi oleh piring-piring porselen yang anggun. Beruntungnya saya bisa mencicipi Foie Gras atau hati angsa yang mahal itu. Tapi sayangnya perut sudah kekenyangan di bagian pencuci mulut hingga harus menolak cheese cake danchoco cake, hingga memilih buah-buahan saja.
Walaupun makanan utama sudah lewat, tapi Singapore Airlines juga menyediakan snack ringan seperti biskuit hingga snack berat seperti mie. Melihat penumpang yang masih sadar di jam-jam tidur, biasanya pramugara atau pramugari yang lewat pun tidak berhenti bertanya apakah ada minuman atau makanan yang ingin dipesan. Kalau sudah kekenyangan dan tidak ingin diganggu, aktifkan saja tombol "Do Not Disturb".
Lounge Silver Kris di Changi Airport
Tidak bisa menikmati SAS Lounge di Kopenhagen, saya akhirnya hanya menghabiskan waktu di front room Changi Airport. Transit saya di Singapura kali ini 6 jam sebelum terbang lagi ke Jakarta. Niat awal yang inginnya jalan-jalan dulu di Singapura, harus terhenti ketika tubuh mulai kelelahan dengan penerbangan panjang tanpa tidur. Saya pun tidak sempat foto-foto dan menyempatkan diri tidur sejenak di sofa-couch empuk yang ada di lounge.
Melihat makanan gratis di front room yang semuanya menu-menu Asia, saya belum juga ingin makan apa-apa selain mengambil air mineral. Rasa mengantuk sepertinya lebih besar dari rasa kelaparan. Hingga three jam sebelum keberangkatan dan tetap saja tidak bisa tidur, akhirnya saya niatkan untuk mengambil beberapa makanan mumpung living room lagi sepi.
Lounge Silver Kris sendiri sedikit temaram dengan couch-sofa empuk yang memenuhi isi ruangan. Colokan listrik biasanya berada di bagian dekat dengan dinding. Toiletnya notable bersih dan besar. Karena biasa dijadikan tempat transit, tersedia pula kamar mandi lengkap dengan segala peralatan mandi dan handuk.
Special observe to my brother:
Septian, bunch of thanks! Akhirnya adik mu berhasil mencoret satu lagi daftarTo-do-list-before-dying: naik penerbangan internasional kelas bisnis--gratis!