Showing posts with label travelling. Show all posts
Showing posts with label travelling. Show all posts

Thursday, July 16, 2020

Tips 10 Alasan Kenapa Kamu Harus Jadi Au Pair di Usia 20-an|Fashion Style

Jauh dari rumah, keluarga dan teman dekat, bukanlah hal yang menyenangkan. Belum lagi tugas harian yang cukup menjenuhkan; bangun pagi menyiapkan sarapan, bersih-bersih rumah, hingga mesti menjaga anak orang di malam minggu. Tapi hey, bukankah jalan-jalan ke Eropa adalah impian banyak orang di dunia? Apa saja jalan mu menuju Eropa kalau bukan karena sekolah, bekerja, ikut keluarga, jalan-jalan, volunteering, dan...menjadi au pair?

Seperti penjelasan dari Wikipedia, au pair adalah asisten rumah tangga dari negara asing yang bekerja dan tinggal di rumah keluarga angkat. Normalnya, au pair berbagi tanggung jawab keluarga dengan menjaga anak-anak mereka, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan memperoleh uang saku setiap bulannya.

Salah satu syarat menjadi au pair sendiri adalah anak-anak muda berusia 18-30 tahun. Walaupun au pair adalah pekerjaan yang tidak cocok untuk semua orang, namun menjadi au pair adalah pengalaman yang harus kamu coba di usia 20-an mu.

1. Saat kita belum punya cukup uang travelling ke Eropa, au pair membuka jalan ke banyak tempat disana

Jiwa eksplorasi kita biasanya akan selalu mencari tempat petualangan selanjutnya saat masih muda. Selain Indonesia, impian kita menjelajah ke banyak negara demi melihat tanah Tuhan yang lain selalu menggebu-gebu. Namun dari Indonesia (dilihat dari peta mini pun), Eropa begitu jauhnya.

Belum lagi jumlah tabungan yang jauh dari kata cukup untuk membeli tiket, penginapan, dan belanja-belinji disana. Jika persoalan visa dan izin cuti kerja ditolak, hal tersebut juga membuat kita harus menunda dulu keinginan pergi melihat Menara Eiffel di Paris atau Sagrada Familia di Barcelona.

Saat kamu jadi au pair, travelling ke beberapa tempat di Eropa bukanlah hal yang jauh dari kata mustahil lagi. Kamu tidak perlu repot-repot memikirkan soal visa dan izin cuti kerja, karena hal tersebut sudah menjadi bagian dari regulasi au pair. Visa jangka panjang au pair bisa digunakan untuk menjelajahi banyak negara Schengen yang berjumlah 26.

Kita juga tidak perlu takut izin cuti kerja tidak disetujui bos karena seorang au pair akan dapat jatah liburan 14-30 hari selama setahun. Belum lagi bonus libur Natal dan hari libur nasional lainnya. Jangan juga khawatir karena liburan ini pun uang saku tetap akan dibayar penuh oleh keluarga angkat.

Akhir pekan juga tidak melulu harus jalan ke mall, tapi bisa saja mengunjungi tempat seru di negara lain. Seperti Brussels ke Paris yang hanya bisa ditempuh selama 1 jam naik kereta cepat atau 4 jam naik bus. Atau bisa juga mengunjungi Reykjavik dari Oslo yang harga tiket sekali jalannya sekitar 700ribu dengan menggunakan low budget airlines.

Bayangkan kalau kita melihat Reykjavik yang begitu jauhnya dari Indonesia! Ongkos pesawat sekitar 700ribuan saja bahkan hanya cukup mengunjungi satu kota di Indonesia sekali jalan.

2. Saat merasa tidak cukup pintar meraih beasiswa di Eropa, au pair adalah pilihan lain belajar disana

Di usia produktif, semangat belajar dan rasa ingin tahu kita pasti lebih besar. Apalagi banyak lulusan S1 yang mempunyai keinginan bisa melanjutkan gelar masternya keluar negeri dengan jalan beasiswa. Namun persyaratan dan seleksi demi masuk kampus idaman pun tidak mudah. Selain kemampuan Bahasa Inggris dan IPK yang bagus, kita juga harus mampu berkompetisi dengan para kandidat lain yang juga sama bagus dan pintarnya.

Walaupun au pair tidak menjanjikan gelar di belakang nama, namun au pair juga membuat kita bisa belajar banyak hal dari negaranya langsung. Salah satu kewajiban utama au pair adalah belajar bahasa lokal yang bertujuan memudahkan komunikasi sehari-hari.

Selain kursus bahasa, kita juga bisa sekalian kursus dansa, masak masakan lokal, atau desain dari para masternya. Kebanyakan kursus resmi tersebut biasanya juga memberikan sertifikat selepas masa belajar yang berguna nantinya. Di luar sertifikat itu pun, sebenarnya kita sudah menambah bekal ilmu yang memang harus giat dicari di usia 20-an.

3. Au pair membuat kita berpikiran lebih terbuka terhadap perbedaan dan budaya baru

Di Indonesia, makan tidak makan yang penting kumpul. Malam minggu pun biasanya kita habiskan bersama teman hanya sekedar ngobrol atau kongkow minum bandrek. Berbeda dengan budaya orang Barat yang saat kumpul-kumpul biasanya harus ditemani bir atau gin.

Kalau makan di luar kita cenderung memilih air putih atau jus jeruk sebagai minuman, mereka lebih senang memilih bir atau wine sebagai teman makan. Bagi mereka, minum alkohol memang lebih pas saat bersama teman. Mungkin maksudnya kalau sampai mabuk ada yang menggotong begitu ya? :p

Belum lagi saat di Indonesia kita merasa jijik mendapati pasangan bermesraan di tempat umum, namun di negara Barat kita akan lebih sering melihat pasangan muda bercumbu di tengah jalan. Perbedaan budaya seperti ini biasanya akan membuat kita culture shock di awal karena menemukan banyak hal diluar kebiasaan kita sehari-hari. Namun dengan seringnya travelling dan secepatnya beradaptasi dengan lingkungan baru, kita lebih memandang perbedaan tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperdebatkan.

Kita justru lebih menghargai perbedaan yang ada dan cenderung lebih berpikiran terbuka belajar tentang budaya mereka. Jika di Indonesia kita lebih mengutamakan agama dan budaya sebagai tumpuan bertindak dan tingkah laku, masyarakat Barat tidak terlalu suka membicarakan soal agama yang membuat hidup mereka seperti terblok-blok. Masyarakat Eropa yang juga didominasi oleh atheis, biasanya lebih suka menyangkut pautkan banyak hal dengan sains dan kejadian yang bisa diterima oleh akal sehat.

Bukannya mereka salah, namun dari pandangan mereka yang kritis seperti itu, membuat kita bisa tahu lebih banyak hal tentang dunia ini dari sudut pandang yang berbeda. Pola pikir dan kebiasaan mereka yang sangat menghargai waktu luang juga membuat kita belajar bagaimana memanfaatkan akhir pekan bukan hanya untuk terus-terusan bekerja, namun lebih ke quality time bersama keluarga atau diri sendiri.

4. Menjadi seorang au pair memaksa kita harus menyantap makanan kontinental setiap hari

Di Indonesia, nasi adalah makanan pokok yang harus dimakan minimal sehari sekali. Tidak makan nasi sekali, kita merasa "belum makan", "belum kenyang", bahkan "belum bergizi". Beda halnya saat di luar negeri, pola makan kita pun harus secepatnya beradaptasi dengan kebiasaan makan orang sana. Orang Barat menganut pola makan 2 1; dua kali makan roti, dan sekali makanan hangat. Kalau siangnya sudah makan makanan hangat (berat), malamnya mereka hanya minum kopi dan makan roti. Begitupun sebaliknya, kalau siang hanya makan sandwich, malamnya mereka akan makan besar.

Makanan hangat dan besar ini pun bukanlah nasi plus banyak lauk pauk seperti di Indonesia. Namun biasanya karbohidrat lain seperti pasta atau kentang. Sementara mereka hanya menyediakan satu macam sumber protein seperti daging atau ikan ditambah sayuran mentah sebagai salad. No sambal, no kerupuk.

Sewaktu di Indonesia kita merasa keren makan di restoran Barat dengan menu spaghetti atau steak, tapi banyak au pair yang tinggal di Eropa justru merindukan masakan Indonesia dengan cita rasa bumbunya yang khas. Jangan salah, makanan kontinental di Eropa tidaklah seenak olahan di Indonesia. Orang Barat cenderung tidak terlalu suka makanan terlalu asin, berminyak, berlemak, apalagi pedas. Makanan mereka lebih sering mentah, hambar, dan lebih segar.

Namun bukankah makanan seperti ini lebih cocok dimakan saat usia kita masih 20-an? Bukankah hidup sehat memang harus selalu dimulai dari muda? So, tidak ada lagi saling keren-kerenan makan di restoran Barat karena sejujurnya kita malah sering rindu masakan rumahan dan gerobakan ala Indonesia.

5. Bertemu teman dan orang-orang baru membuat jaringan pertemanan kita makin internasional

Saat menjadi au pair, jaringan pertemanan kita biasanya dimulai dari teman sebaya yang sama-sama menjadi au pair di negara tersebut. Setelah masuk kursus bahasa, kita juga biasanya akan berkenalan dengan banyak imigran yang umurnya berbeda-beda. Kebanyakan dari mereka belajar bahasa tersebut bertujuan untuk syarat melamar pekerjaan. Lewat mereka, kita biasanya banyak mendapatkan cerita seru tentang banyak hal yang tidak pernah didengar dari teman sebangsa.

Untuk mencari teman-teman sesama au pair, biasanya saya memanfaatkan Facebook. Kita bisa dengan mudah menemukan mereka di grup-grup au pair dan biasanya anggota grup tersebut juga mengadakan gathering sekedar untuk minum kopi atau jalan di akhir pekan. Para au pair yang kebanyakan 20-26 tahun ini punya semangat anak muda yang kronis, sehingga kita pun tidak akan pernah merasa bosan menikmati festival atau nongkrong seru bersama mereka.

Aplikasi sosial media seperti Meetup juga merupakan wadah asik untuk bertemu orang baru dengan hobi yang sama seperti kita. Selain bisa ketemuan dan mengobrol asik seputar minat, kita juga bisa belajar banyak hal dari gathering yang diadakan oleh para host grup. Saya yang tidak pernah tahu cara menghias cupcake, sampai akhirnya mendapatkan kesempatan belajar menghias cupcake dari seorang host.

Saat ada kesempatan, kita juga biasanya masih suka flirting ke bule. Aplikasi semacam Tinder yang begitu populer di Amerika, juga ikut populer di Eropa. Walaupun aplikasi ini menjadi salah satu dating purpose, tapi tak jarang yang diajak ketemuan juga sama-sama mencari teman, bukan pacar. Saya sudah bertemu beberapa cowok bule dengan hobi keren.

Suatu kali saya sempat diajak mengunjungi studio seninya demi sekedar "pamer" karya pahatnya. Karena saya juga suka seni, kunjungan ke studionya pun jadi pengalaman yanglangka. Ada lagi seorang guru musik yang mau datang ke Laarne malam-malam hanya demi segelas air putih dan sebelum pulang pun masih mau dipaksa memainkan piano untuk saya.

Banyak hal seru dan tentunya cerita baru yang bisa kita dapatkan seandainya kita mau membuka diri bertemu dengan orang-orang ini. Karena siapa tahu lewat mereka, kita makin bisa melihat dunia dan berwawasan luas. Oh ya, tak jarang juga orang-orang tersebut bisa jadi teman baik bahkan ehemmm..Pacar!

6. Kita semakin menyadari teman sebangsa sudah jadi keluarga dan tiada matinya ketika di negeri orang

Di usia 20-an biasanya semangat muda kita semakin berkobar demi menemukan jati diri dan teman sejati. Walaupun tidak menutup diri untuk bertemu teman-teman baru dari negara lain, namun ada kalanya juga kita muak harus bicara bahasa asing. Apalagi saat curhat soal pacar dan keluarga, biasanya pola pikir antara yang sebangsa dan yang bukan sebangsa sedikit berbeda.

Orang Barat lebih suka bicara apa adanya dan jujur, sementara orang Indonesia lebih mengedepankan suasana hati dan perasaan senasib. Terkadang saat curhat, kita tidak butuh saran melainkan rasa iba dan telinga saja untuk mendengarkan. Bukannya minta digurui, namun kita hanya ingin dibela.

Di satu waktu, kita juga merasa teman sebangsa sangat jarang ditemukan di negara tujuan. Perasaan rindu bergosip ria tanpa alkohol, ketawa keras-keras saat di kafe, ataupun selfie tanpa malu, maunya dilakukan dengan teman sebangsa. Kita juga merasa kalau jaringan pertemanan dengan teman sebangsa bukanlah sebuah gengsi. Justru teman sebangsa adalah keluarga saat di negeri orang, teman yang bisa diandalkan saat kita kesepian dan sakit.

Bukankah kita juga selalu rindu makanan Indonesia selama berada di luar negeri? Berkumpul bersama mereka membuat kita bisa berbagi peran di dapur saat ingin makan bakso atau nasi goreng. Tapi awas masuk zona nyaman! Karena keseringan berkumpul dengan teman sebangsa ini, banyak juga au pair yang jadi malas bertemu dengan teman baru dan akhirnya teman nongkrongnya hanya yang sebangsa saja.

7. Bekerja paruh waktu sebagai au pair membuat kita bisa menabung mata uang asing

Walaupun konsep au pair di beberapa negara sedikit berbeda; bisa bekerja atau pertukaran budaya, namun setiap au pair pasti mendapatkan uang saku setiap bulannya. Jumlah uang saku ini pun jumlahnya berbeda di tiap negara. Banyak juga anak muda yang mengandalkan au pair sebagai proses mencari uang, namun banyak juga yang memanfaatkan software ini sebagai proses belajar.

Di Eropa sendiri, uang saku yang diberikan kepada au pair berkisar antara ?260 hingga ?Seven-hundred tergantung negara tujuan. Uang saku yang diberikan biasanya disetarakan dengan biaya hidup negara tersebut. Negara mahal seperti Swiss memberikan uang saku maksimum CHF800 (sekitar ?760) kepada au pair yang tinggal di kanton tertentu. Berbeda halnya dengan Jerman yang memberikan uang saku minimum ?260 karena biaya hidup di Jerman yang relatif lebih rendah.

Jika ingin dikonversikan ke rupiah, gaji seorang au pair di Swiss hampir sama dengan gaji seorang manajer di Indonesia. Kalau gaya hidup kita lebih mau sederhana dan sedikit bisa direm, kita pasti menabung uang saku yang diperoleh untuk dibawa ke Indonesia. Sesampainya di Indonesia, selain bisa ditukar ke rupiah, kita juga bisa menyisihkannya untuk ditabung. Kalau tidak begini, kapan lagi kita bisa punya tabungan mata uang asing kan?

8. Au pair menuntut kita untuk lebih bersih dan bertanggung jawab

Sempat berpikir kalau jadi au pair cukup gampang mengingat tugas yang dilakukan hanya bersih-bersih rumah dan masak. Kita memang tidak perlu pegang sapu setiap hari, kita juga tidak perlu takut tangan kering karena keseringan bersentuhan dengan sabun cuci piring. Namun yakinlah, pekerjaan rumah tangga memang tidak akan pernah cocok untuk semua orang apalagi kalau ketemu host family yang agak cerewet dan perfeksionis, bisa jadi hasil kerja kita selalu kurang di mata mereka.

Kita yang tadinya di rumah bisa santai karena ada si Mbak yang mencucikan baju dan menyetrika, saat di rumah host family, justru pekerjaan itulah yang akan kita kerjakan sendiri. Bukan hanya baju kita seorang, tapi juga baju anggota host family! Masih enak kalau keluarga angkat kita punya cleaning lady yang datang seminggu sekali, karena setidaknya tugas mencuci dan menyetrika bisa berbagi dengannya.

Tapi sesungguhnya pekerjaan apapun memang dibutuhkan rasa tanggung jawab yang besar. Tinggal di rumah orang juga menyuruh kita untuk selalu merapihkan kamar dan menjaga kebersihan lavatory. Hal ini bersifat positif karena kebanyakan anak muda di zaman sekarang justru sudah malas berkenalan dengan tugas rumah tangga seperti memasak dan bersih-bersih rumah. Padahal dengan melakukan hal seperti itu, kita juga akan terbiasa menjadi anak muda yang perhatian dengan kebersihan rumah dan perabotnya.

Nine. Tidak dimanjakan dengan kemudahan transportasi saat di Indonesia, kita diajarkan untuk menghargai waktu dan lebih sering berolahraga

Saya sempat mengutuki sistem transportasi di Belgia yang terlalu on time dan tiba-tiba sering mogok jalan karena sering demo. Hal ini cukup membuat saya mengutuki Belgia habis-habisan hingga merindukan kemudahan transportasi umum di Indonesia. Kita tadinya dimanjakan oleh kehadiran ojek yang bisa mengantar sampai depan rumah, angkot yang bisa stop dimanapun kita mau, ataupun kakak atau adik yang siap antar-jemput saat kita telepon, tapi sesampainya di Eropa harus lebih mandiri.

Transportasi dalam kota yang extraordinary tepat waktu kadang membuat kita harus lebih menghargai setiap detik yang berjalan. Belum lagi jarak halte bus yang kadang cukup jauh, memaksa kita mesti lari-larian agar sampai tepat waktu. Ketinggalan satu menit saja, harus menunggu satu jam berikutnya.

Kejadian paling tragis adalah ketika ketinggalan bus terakhir hanya kurang 2 menit saja. Resikonya kita jadi harus menelpon keluarga angkat untuk direpotkan menjemput, atau bersedia jalan kaki dari stasiun ke rumah. Saya pernah four kali ketinggalan bus terakhir di Belgia, yang membuat saya harus berjalan kaki selama three jam saat hujan di musim dingin!

Jika memang temperatur cukup baik terhadap tubuh, sepeda adalah moda transportasi yang bisa digunakan saat bus bukanlah pilihan. Tapi menggunakan sepeda saat bersalju atau angin kencang juga bukanlah jalan terbaik. Kalaupun memang kepepet, bersikap tidak manja, selalu berpikiran positif, dan mencoba untuk menikmati tiap kayuhan sepeda demi mencapai tempat tujuan adalah hal yang bisa kita lakukan.

10. Karena keluarga angkat yang baik akan selalu bisa menghadiahi kita pengalaman baru dan seru

Keluarga angkat yang berani meng-hire au pair rata-rata adalah keluarga kaya yang biasanya hobi jalan-jalan saat liburan, ataupun punya kondomium pribadi di dekat pantai. Karena sudah dianggap sebagai keluarga sendiri, kita pun biasanya akan diajak liburan bersama mereka. Liburannya pun tidak main-main, ada yang keluar negeri dengan jet pribadi, hingga berski ria di utaranya Finlandia yang kalau sendirian pun kita pasti malas kesana.

Meskipun beberapa keluarga angkat ada yang membawa au pair mereka hanya sebagai embel-embel untuk menjaga anak saat liburan, namun kesempatan liburan gratis ke banyak tempat adalah kesempatan yang oke. Beberapa teman au pair yang saya kenal juga memiliki pengalaman seru bersama keluarga angkat mereka. Ada yang setiap bulan selalu diajak keluarga angkatnya ke Amerika, ada juga yang sudah naik jet pribadi keluarga angkatnya hingga ke Spanyol, ada juga yang bisa skydiving gratis karena ayah angkatnya, atau pun au pair yang dihadiahi laptop saat Natal.

Memang kita tidak boleh terlalu berekspektasi tinggi dengan semua keluarga angkat. Walau mereka belum bisa menghadiahi kita liburan atau gadget terbaru, namun setidaknya penerimaan baik dari keluarga mereka cukup membuat masa au pair kita kaya akan pengalaman. Lagipula, bertahun-tahun duduk di meja kantoran belum tentu juga bisa mencicipi serunya membuat boneka salju di halaman belakang rumah saat salju.

Au pair memang tidak menjanjikan kita jenjang pendidikan atau pun jenjang kerja seperti pegawai kantoran. Namun kesempatan belajar, melihat dunia, dan bertemu orang-orang baru adalah hal yang seharusnya kita lakukan di usia 20-an.

Bagi saya pribadi, au pair bukan hanya tinggal dan bekerja di Eropa. Tapi juga kombinasi antara tinggal, belajar, bekerja, dan liburan. Justru saat di usia produktif seperti inilah harusnya kita mampu menggunakan masa muda dengan lebih bijak dan bermanfaat.

Wednesday, July 8, 2020

Tips KOPENHAGEN: Kota Pecinta Desain dan Rileksnya Nongkrong|Fashion Style

Pertama kali datang ke Kopenhagen , saya sedikit skeptis dengan kota mini ini. Apa yang Kopenhagen miliki selain pelabuhan dengan bangunan warna-warninya? Sempat bertanya dengan cowok lokal di Tinder, saya malah dijawab tegas, "apa yang kamu mau? Banyak bar tuh!" Oke.

Sama seperti ibukota lain di Eropa, Kopenhagen juga memiliki museum dan segala bentuk tempat tamasya lainnya. Saya sebenarnya kurang begitu menyukai museum ataupun bangunan-bangunan kuno semacam kastil ataupun gereja tua. Gaya jalan saya sebenarnya lebih senang mengunjungi tempat-tempat yang banyak orang lokalnya, rileks, dan tidak selalu harus menconteng daftar must visit.

Nyaris setahun tinggal di Denmark dan lebih sering bolak-balik Kopenhagen, saya menyadari kalau Kopenhagen memang cukup membosankan. Apalagi kalau hanya bolak-balik stasiun N?Rreport atau Str?Get menuju Kongens Nytorv lalu berlabuh di Nyhavn, yang selalu ramai oleh turis. Wah, benar dah, bosan!

Kembali ke jawaban si cowok Tinder, sebenarnya Kopenhagen memang cukup menyediakan hiburan yang kita inginkan. Hanya saja, hiburan tersebut kadang tetap saja membosankan kalau dilakukan terus menerus. Ingin belanja, shopping center mereka tersebar dimana-mana. Nonton film box office ataupun indie, banyak bioskop tersebar seantero kota. Tertarik mencoba bar crawl dan craft beer, ya memang tempatnya disini.

Lalu apalagi yang bisa dinikmati di Kopenhagen selain hiburan ala hedonis layaknya manusia kota di atas? Menurut saya, desain dan tempat nongkrongnya! Saya memang pecinta desain dan arsitektur modern, namun tidak terlalu suka membuang uang demi nongkrong berjam-jam agar dianggap gaul. Tapi itu duluuuu.. Dulu, saat saya menganggap nongkrong hanyalah gaya hidup hedonis demi mengisi postingan Facebook dan Instagram. Semenjak disini, nongkrong seperti jadi gaya hidup saya dan teman setiap akhir pekan. Bukan demi memenuhi postingan, tapi hanya ingin menikmati atmosfir akhir pekan di kota yang sebenarnya sangat rileks dan menghibur.

Desain Skandinavia di Denmark

Kopenhagen memang salah satu pusat desain di Skandinavia. Ciri khas desain Denmark yang simpel, elegan, dan berkarakteristik sebenarnya bisa dinikmati di beberapa sudut Kopenhagen. Salah satu tempat terbaik menikmati desain Denmark adalah Design Museum Denmark , sekitar 3 km dari pusat kota. Walaupun museum, namun hasil desain yang dipamerkan jauh dari kata membosankan. Berbagai furnitur khas desain Denmark lebih berwarna-warni serta menyegarkan mata. Seorang teman yang tidak mengerti desain pun, jadi ikut menikmati segala objek yang ada di museum ini.

Tempat lainnya untuk menikmati desain Denmark adalah mengunjungi toko desain yang ada di Kopenhagen. Kalau memang hanya ingin lihat-lihat, saya biasanya datang ke toko perabotan interior khas Denmark seperti Normann Copenhagen , Illums Bolighus , atau lantai 4 Magasin . Salah satu toko perabotan khas Denmark favorit saya adalah Søstrene Grene  yang tokonya menyebar seantero Denmark. Di Kopenhagen sendiri, ada empat toko, salah satunya di kawasan Strøget. Selain murah, barang-barang yang dijual pun memang didesain di Denmark dan sangat berkarakter.

Skip museum kuno

Selain terkenal karena desainnya, Kopenhagen juga memiliki banyak tempat dan bangunan dengan arsitektur yang sangat kreatif. Bagi yang tidak terlalu suka melihat-lihat museum, saya lebih cenderung merekomendasikan The Black Diamond, perpustakaan keren di sisi perairan Kopenhagen. Selain menyimpan banyak buku, The Black Diamond juga memiliki jadwal pameran seni serta kafe santai dengan pemandangan perairan dan Cirkelbroen (jembatan bulat).

Tempat lainnya adalah 8TALLET , sebuah apartemen berarsitektur unik dan modern yang terletak di Ørestad, tak jauh dari bandara Kopenhagen. Karena memang berupa hunian, tempat ini pun memiliki jam-jam tertentu bagi pengunjung yang ingin melihat-lihat ataupun makan di kafenya. Daerah Ørestad sampai Bella Center sendiri merupakan daerah hunian yang memang banyak memiliki bangunan bergaya arsitektur modern, unik, dan berwarna-warni seperti Asrama Tietgen, VM Houses, VM Mountain, ataupun Bella Sky Bar & Restaurant yang lebih hip dan mewah.

Kembali lebih dekat ke pusat kota, Superkilen Parkdi daerah Nørrebroadalah salah satu tempat wajib kunjung di Kopenhagen.Berbeda dengan taman lain yang lebih teduh dan hijau, Superkilen menyajikan tempat publik yang super seru dan berwarna. Dari lantai bergelombang hitam putih, hingga lantai kotak merah merona di bagian yang lebih dekat dengan jalan rayanya. Trust me, your Instagram photos will far from mainstream museum!

Jauhi tempat nongkrong yang sangat turistik

Bicara soal nongkrong dan menghabiskan waktu bersama, orang Denmark memang sangat menyukai konsep hyggelig, yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris secara langsung. Namun hygge bisa dikaitkan dengan membawa perasaan bahagia, nyaman, serta intim bersama kerabat dan keluarga, biasanya saat cuaca dingin dan buruk.

Di Kopenhagen, tempat-tempat nongkrong yang super hyggelig juga tersebar dimana-mana. Dari yang hip bagi para orang lokal, hingga terkenal juga bagi pelancong. Saya pribadi lebih menyukai tempat nongkrong yang lebih banyak orang lokalnya ketimbang sangat turistik. Walaupun masih di pusat kota, ada beberapa tempat tertentu yang jauh dari jangkauan turis. Kebanyakan pengunjung lebih sering bicara bahasa Denmark, meskipun para pelayan dan kasirnya sangat fasih berbahasa Inggris.

Daripada menyusuri daerah pejalan kaki yang lurus di Strøget, banyak juga kafe-kafe tersembunyi di lorong-lorong sekitar daerah penuh turis ini. Daerah lainnya yang banyak tempat makan dan terkenal sebagai tempat nongkrong adalah distrik Vesterbro, tak jauh dari stasiun utama Kopenhagen. Sebuah area hipster bernama Kødbyen atau Meatpacking district juga terkenal bagi para lokal menikmati makanan simpel khas Denmark ataupun minum-minum bersama teman di akhir pekan.

Distrik terkenal lainnya adalah Nørrebro, Østerbro, dan Frederiksberg. Saya pribadi lebih mengenal daerah Vesterbro, Nørrebro, dan beberapa bagian di sekitar stasiun Nørreport. Tempat makan dan nongkrong yang banyak anak mudanya memang lebih banyak ditemui di distrik tersebut. Sementara Frederiksberg sendiri, merupakan daerah upper class dengan pilihan tempat makan yang lebih elegan dan berkelas.

Salah satu tempat makan lain yang terkenal bagi orang lokal dan turis adalah Papirøen atau Pulau Kertas di daerah pelabuhan Kopenhagen. Pulau ini sendiri sebenarnya lebih dikenal karena tempat jajan street food-nya yang sangat ramai saat musim panas. Bahkan di musim dingin pun, banyak orang yang harus antri menunggu bangku kosong di dalam ruangan. Bila bingung memilih tempat makan di seputar Kopenhagen, datang ke tempat ini, lalu berkelilinglah melihat para stan yang menjual banyak pilihan makanan, dari vegan hingga dessert khas Italia. Tapi kadang, saya sama bingungnya harus makan apa kalau sudah banyak pilihan begitu.

Selain tempat makan, banyak juga para Copenhageners yang piknik di taman, sisi pelabuhan, atau pantai saat matahari sedang terik-teriknya. Beberapa tempat yang biasanya ramai didatangi lokal adalah Amager Strandpark, Ofelia Plads, Operaen, Arsenaløen, atauIslands Brygge. Kebanyakan dari mereka biasanya hanya berjemur diri di bawah terik matahari, atau sekalian minum bir yang dibeli dari supermarket terdekat.

Tuesday, July 7, 2020

Tips COPENHAGEN: Place for Going Out and Design Lovers|Fashion Style

Came to Copenhagen approximately a year ago, I changed into a piece skeptical with this tiny town. What Copenhagen have beside the landmark colourful port? I had asked a neighborhood man in Tinder and he simply responded firmly, "relies upon on what do you need. Check out those masses of bars!" Okay, bars are everywhere I bet.

Like some other capital cities in Europe, Copenhagen additionally has plenty of museum and a few sightseeing places (in which I assume a piece uninteresting). I genuinely don't without a doubt like museums and any historic building like citadel or vintage church. What I enjoy is touring places where the locals are, mingling with them whilst relaxing, and no longer usually have to test have to-go to field all of the time.

Almost a year, backward and forward Herlev-Copenhagen, I found out Copenhagen is absolutely monotonous. Since my region handiest have buses going to N?Rreport Station, so that is the maximum cushty route I favor to seize the city. But, that is also distinctly tedious by stopping in Norreport station or Str?Get, taking walks alongside the pedestrian until Kongens Nytorv and say good day again to Nyhavn, where is constantly crowded by travelers.

Back to the answer of Tinder guy, simply Copenhagen gives enough fun things we want. However, the pleasures itself every now and then nevertheless boring while all you can do every weekends just purchasing, looking container workplace, or bar crawls (sure, this is the right region certainly!).

So, what else I can revel in in Copenhagen apart from the ones dull exercises in the weekends?Within the equal place? For me, the designs and locations for striking out wherein I can spot the Danes! I'm so rewarded by many stunning points of interest and studies I get with the aid of ventured off the center and head over to the districts that surround it, especially at some stage in the push hours of the principle vacationer attractions. Think you could see how the locals stay with the aid of strolling round Str?Get or Queen Louise Bridge? Think once more.

Scandinavian design in Denmark

Indubitably, Copenhagen is one of the layout towns in Europe. Danish layout which is easy, fashionable, and so formidable can be enjoyed in a few corners of Copenhagen. Danes are surely so interested to layout indeed. If you have got chance to take a glance their homes, maximum in their fixtures, indoors furniture, or appliances are coming from the maximum costly Danish dressmaker's manufacturers. For instance Normann, Kay Bojesen. Georg Jensen, and some other well-known names.

One of the best places to enjoy Danish design is Design Museum Denmark , about 3 km from the city center. Although this is kind of "old" museum, but the exhibitions are far from dull. The exhibitions which are mostly furniture are colorful and so refreshing for eyes. My friend who had no interest of any design, terribly enjoyed all the things in this place when she visited. Good reason for young people (under 26-year-old) to be here, even they're not student, is free entrance.

Other places to enjoy Danish design are some local design stores in Copenhagen. If I just want window shopping without (or less) spending money, I will come to interior furnishings stores like Normann Copenhagen , Illums Bolighus , or the 4th floor of Magasin du Nord . One of my favourite places is Sostrene Grene where the stores spread out around Denmark. In Copenhagen, there are four stores and one of them is located in ​​Strøget. Besides good for pocket, the goods are so cute and typical Danish design. Can't take my hands off to grab all the things!

Skip the ancient museums

As well as design, Copenhagen also has a lot of places and buildings with a very creative and unique architecture. For those who dislike checking around the museum like me, I am more likely to recommend The Black Diamond , cool library in the waters of Copenhagen. Besides collecting a lot of books, The Black Diamond also hold art exhibitions, concert venue, and relaxing café with water and Cirkelbroen (round bridge) views.

The other place is 8TALLET , a unique architecture and modern apartment located in Ørestad, not far from Copenhagen airport. Because this is apartment, there are some rules to be respected for residents before visitors can see around or eat in the café. Ørestad to Bella Center itself is actually a residential area where does have many modern architectural, unique, and colorful buildings like Tietgen Dormitory , VM Houses, VM Mountain, or more hip and luxurious Bella Sky Bar & Restaurant .

Back closer to the center, Superkilen Park in the neighborhood of Nørrebro, is one of the must visit places in Copenhagen. So different from another shady and green parks, Superkilen presents a public area with super fun and colorful floors. From the undulating black and white to rosy boxes in the area closer to the main street. Trust me, this is lovely yet non-mainstream spot for your next Instagram posts!

Stay away from actual touristic spots

Talking about hanging out and quality time, the Danes are very fond to hygge concept, which can't be translated into English directly. However, hygge can be associated with happiness, comfortable, and intimate feeling with relatives or lovers, usually during bad weather.

In Copenhagen, hangout spots are mostly created to be super hyggelig and also scattered everywhere. From the hip ones with lots of Danes, to the well-known also for travelers. As I said above, I personally prefer hangout where the locals are than mingling with tourists. Although in the center, actually there are some specific places beyond the tourists' radars. Most customers speak Danish, even the waiters and the cashier are very fluent in English. Rather than straight along the pedestrian of Strøget, many hidden gems actually just in the alleys around it.

Another famous area where has lots of choices to eat and drink is Vesterbro, a neighborhood not far from the main station of Copenhagen. An area hipster named Kødbyen or Meatpacking district is well-known by locals enjoying simple Danish meal or just drinking with friends in the weekends.

Other famous neighborhoods are Nørrebro, Osterbro, and Frederiksberg. I personally know Vesterbro, Nørrebro, and some parts of Nørreport station. Cool spots where I can find so many young Danes are indeed in those areas. While Frederiksberg, well-known as an upper class area with more elegant and classy choices for eating or hanging out.

Craving for another? One eating place option for locals and tourists is Papirøen or Paper Island in the harbor area of ​​Copenhagen. The island itself is actually better known with street foods and so crowded during the summer. Even in winter, many people have to queue waiting for the empty chair in the room. If in perplexity where to eat around Copenhagen, I suggest just come to this place. Check around to see the booths that sell a lot of food options, from vegan to a typical Italian dessert. But sometimes, I'm double confused what should I eat if there are so many choices like that.

Copenhagen is undoubtedly expensive. Putting my bum in different local cafés every weekend is also not a solution to be happy (even I am). Spending money wisely is all I have to remember whenever taking my card and inserting it easily in the cashier. So, if the weather is (totally) good, take my friends for short picnic is kind of alternative. Many Copenhageners will also picnic in the park, port, or beach, when the sun shines at its best. Meet the Danes in Amager Strandpark, Ofelia Plads, Operaen, Arsenaløen, or Islands Brygge. Most of them are usually just tanning in the sun, biting their strawberries, or drinking beers which have just purchased from the nearest supermarket.

Follow my blog with Bloglovin

Monday, July 6, 2020

Tips I Can Never Make Friends with Danes|Fashion Style

November last year, when I returned to Belgium and waited for a train to Brussels from Charleroi, I sat in the empty chair next to an old man in the lobby. The old man was ready to open his lunch box, when I glimpsed, they were bread and bacon. Hose ten minutes later, the old man suddenly greeted me with a friendly smile, "Bonjour, madamoiselle." I turned toward him and inevitably greeted back with a stiff smile. From that time, the conversation with the old man began.

The antique man became to start with requested about my origins in French. But considering that I already stammered to reply the question, finally the old man is inclined to alternate to Dutch. (FYI, I learned Dutch and French after I become in Belgium.) Unfortunately, he did now not stop babbling and made his meal spurting everywhere. Like a police inspector (or is probably just try to be fine), randomly I requested approximately his lifestyles then get an answer by using became lonely after being left via his wife. The longer, this antique man also spoke in louder voice, worrying enough for humans sitting behind us. Funnily, he just laughed and didn't absolutely care what humans (and I) felt.

When I sat at the teach to Brussels, I found out that the average Belgians are greater heat and pleasant indeed. Although some Europeans usually don't like small speak, but in addition they don't hesitate to say hiya to a stranger. When speakme with strangers, they're like have sturdy aim to join into verbal exchange. Especially the elder ones who are generally mournful.

It's like I can not experience the equal in Denmark. Danes are acknowledged to be very closed and cold closer to strangers. They most effective communicate with their buddies or even a chunk avoid small communicate with strangers. Once it takes place, don't expect to be their near buddies chiefly if you may go away Denmark right away. People even said, it is less difficult to locate a few loved ones right here than one good friend (who will final longer).

For Danes, friendship can not be cultivated in six months or two years. On common, their near pals are humans they have encountered considering that primary college. This is certainly pretty hard for me, Asian, who is born with warmth and excessive social man or woman. For us, the greater buddies you have, greater networks you tie, greater fortune you'd get. But for Danes, there's no place for brand new humans, in the event that they even do not have time to fulfill their vintage pals.

I've heard this statement from a Dane, "I still have my old friends and I don't think I need a new friend". Or, "it's really nice when I'm drunk then I can talk to the strangers. Feels like we're best friend forever. But when I'm sober, I don't have to call or talk to them anymore. I love that idea!"

Yes, you can visit membership or bar in which bag so many Danes inebriated. They will talk plenty approximately the revel in and lifestyles, like a high-quality buddy you've got recognized long time ago. But after that night time, do not expect them to be the same in soberness. Danes suppose, friendship isn't always coming from a touch chat, invite each different up on Facebook, and vo?L. A....Be friends. A very pure friendship for them, nurtured through a long time, with the aid of gaining knowledge of each other time with the aid of time. This makes many foreigners find it very tough to make pals with them. Besides the language barrier, Danes also feel no cause to make pals with foreigners who manifestly would go away their united states of america. It's so difficult for them to spend time hanging out collectively, have accurate memories, and will grieve because of this new-stranger-friend will fly to their home us of a.

Sunday, July 5, 2020

Tips Best Cute Coffee Shops in Copenhagen|Fashion Style

Danes are heavy alcohol drinkers at night, but slowly coffee sipper during the day. They know how to make quality time with friends, families, the loved ones, or even dates, just by a cup of coffee. Not only with companies, I've spotted some loners also enjoy their hygge-time with Macs or books in the middle of cafés.

To be honest, I'm now not partial to espresso. Instead of ordering espresso with the latte, I will select chai latte as usually. But, what is the real fun of sipping my chai latte in town while I can make it at domestic all the time? Well, it is approximately tasty dishes, latte artwork, plush armchairs and a relaxed surroundings with locals!

The fundamentals of good coffee shops can be many. But Copenhagen's best ones must undoubtedly be something special to beat an unusually strong field of cool coffee shops and glorious fun spots. The best coffee in town is probably what coffee lovers looking for. But since I'm not, I always try to go to places where I can sip my chai and wrapped by their cozy yet cute interiors. If you also consider design as part of temptation, check these cutest spots among others in Copenhagen for your next Instagram posts. Visit one (or more) of the following coffee shops and get an experience with Danes!

The Living Room

Address: Larsbjørnsstræde 17 (nearest stop: Nørreport St.)

Opening hours: Man-Thu 9-23, Fri-Sat 9-02, Sun 12-18

Website:fb.Com/thelivingroomdk

WIFI: YES!

Genuinely to mention, this area is my and ex-date's favorite espresso-date location on the town. They have warm drinks however also can hit into cocktails or beers at night time. Watch out your steps to this place in Friday or Saturday night time. You aren't the best person who want to mingle with locals of their relaxed basements with candles and sofas. Or simply come at some stage in the day or Sunday, because they're pretty empty at the moment.

KAFFE

Address: Istedgade 90 (nearest prevent: Central Station)

Opening hours: Mon-Fri 8-22, Sat-Sun nine-22

Website:kaffeistedgade.Dk

Small espresso keep close to the principal station with bizarre interior! The man in the picture gave me his cordial smile whilst he saw me approximately to go into the door. Let's be child and mess around a bit bit!

Den Lille Gule

Address: Mikkel Bryggers Gade 7 (nearest forestall: R?Dhuspladsen (K?Benhavn) or Central Station)

Opening hours: Mon-Fri eight-22, Sat-Sun (holiday) 9.30-22

Website:denlillegulekaffebar.Dk

This is the actual gem in the hustle of Str?Get. Located inside the small alley and is like throwing stone from the oldest movie theater in Copenhagen, Grandteatret. If it's bloodless outside, do not bother yourself with blanket. Go up to their 2nd floor and find the warmness of The Little Yellow?Its name translated to English.

Wulff Konstali

Address: Isafjordsgade 10 (nearest forestall: Bergthorasgade or Islands Brygge (M))

Opening hours: Mon-Fri 7-20, Sat-Sun eight-18

Website: wogk.Dk

I would say, this vicinity is bakery alike. But truely serve heat food and area to speak. Notice their massive lamps! It's so harmonized with their lengthy wooden table. Snap!

Central Hotel & Café

Address: Tullinsgade 1 (nearest stop: Vesterport Station or Værnedamsvej)

Opening hours: Mon-Fri 8-18, Sat 10-05

Website:centralhotelogcafe.dk

Let's go to the smallest hotel in the world with a whole package of its little cute coffee shop! This hotel only have one room, which is not cheap, but could bring you wondrous experience. If staying over is not what you're doing, just spend few krones for their nice coffee in the first floor. It's also winning.

Kaf' Bar 9/Kompa 9

Address: Antonigade 9 or Kompagnistraede

Opening hours:

Website: kaf' bar 9

Clean interior with influence of Danish design. It's a lovely café where you can chit chat, laugh around, and find your tasty little bites.

Bevar's

Address: Ravnsborggade 10B (nearest stop: Ravnsborggade or Elmegade (København))

Opening hours: Mon-Wed(Thu) 9.30-24(02), Fri(Sat) 9.30(10)-03, Sun 10-21.30

Website:bevars.dk

WIFI: Yeees!

Don't get too intimidated by locals who are bringing their super Macs to this place ;)

Bevar's can be so romantic (and sometimes crowded) during the night. While "enjoying" their WiFi, they also serve some tasty meals for lunch and dinner. Go grab it if you can afford it. I mean, they're not that so cheap, but definitely yummy. Oh ya, since Nørrebro is a cool district, so don't try to flirt to chic young people in the corner! All I mean is, lots of pretty people are always coming here.

Ipsen & Co

Address: Gammel Kongevej 108 (nearest stop: H.C. Ørsteds Vej (Frederiksberg) or Gammel Kongevej)

Opening hours: All day 8-18

Website: ipsenogco.dk

A quite new place ran by two young siblings, this coffee shop is located in an opulent district, Frederiksberg. Sometimes a bit loaded after working time, but you can still sit closer to each other in their long wood table. Their high ceiling makes this place breathable and cozy. Check out their varied menu, which is addressed to both the small or large hunger.

Atelier September

Address: Gothersgade 30 (nearest stop: Nørreport St. or Kongens Nytorv (M))

Opening hours: Mon-Fri 7.30-18, Sat(Sun) 9(10)-16

Website:atelierseptember.dk

Whenever I see people upload their pictures in Atelier September, the snaps are always good and lovely. Why not trying to have a good picture while biting their avocado sandwich for lunch?

NOTE:

There's no such cheap coffee in Copenhagen. From place to place, price for a cup of warm drink is starting from 25 Krones to 45 Krones. Hey, there's a nice tall glass of chai latte which needs extra krones!

Saturday, July 4, 2020

Tips Terbang Layaknya Bos dengan WOW Air|Fashion Style

Dua minggu sebelum ide ke Islandia muncul, Louise mengabarkan kalau keluarga mereka akan menghadiri ulang tahun seorang keponakan di Jumat malam. Artinya, mereka tidak akan ada di rumah setelah jam 5 sore dan tentunya saya bisa liburan. Hore!

Sejak saat itu, otak saya sudah mulai berpikir, "ayo kemana lagi ini, Nin? Kapan lagi bisa liburan dari Jumat? Menghabiskan akhir pekan selalu di Kopenhagen rasanya terlalu membosankan. Ujung-ujungnya juga nongkrong di bar, curhat soal cowok Denmark, atau mengeluh soal repetisi yang selalu dilakukan di Sabtu malam. Aduh, begitu saja terus!"

Iseng-iseng saya mengecek beberapa tiket keberangkatan termurah ke beberapa negara di akhir pekan. Jerman? No. Lithuania (lagi)? No. UK? Kan pake visa.Scrolling.. scrolling.. scrolling! Akhirnya saya putuskan menuju Reykjavík, ibukota Islandia, sebagai tujuan weekend getaway.

Hanya ada dua maskapai penerbangan dengan waktu terbang tercepat menuju Reykjav?Ok dari Kopenhagen, WOW Air dan IcelandAir. Harga tiket pulang pergi WOW Air saat itu 1058DKK ( sekitar one hundred twenty,78GBP atau ?142). Mahal gila! Emang!!

IcelandAir jangan ditanya. Karena ini maskapai kebanggaannya orang Islandia, harga yang dipatok pun dua kali lipat lebih mahal. Mana lagi saya booking tiketnya mepet begini. Skip!

Meskipun WOW Air adalah low-cost carrier asal Islandia, tapi maskapai ini juga mempertimbangkan sisi kenyamanan penumpang. Saya cukup tertarik dengan pilihan kursi XXL dan XL yang ditawarkan saat ingin membeli tiket lewat website mereka. Lucunya, kursi XXL ditawarkan dengan tagline "Fly like a boss. Extra extra legroom!" seperti oase bagi pemilik kaki jenjang dan pecandu Kelas Bisnis di low-cost carrier.

Sebenarnya badan saya tidak terlalu tinggi, kaki saya juga tidak jenjang, jadi pilihan kursi biasa memang tidak ada masalah. Tapi karena saya ini oon penasaran ingin mencicipi si kursi XXL, akhirnya saya belilah dua kursi XXL di bagian depan untuk pulang pergi. Harga yang ditawarkan untuk kursi ukuran XXL senilai 22,99 GBP (203 DKK atau €27).

Alasan saya membeli kursi ini, karena saya yakin saya butuh tidur. Apalagi pesawat kembali ke Kopenhagen sangat pagi dan saya yakin sekali akan begadang seharian. Tiga jam di atas pesawat, lumayan juga kan dimanfaatkan untuk tidur. I don't need entertainment after all.

Oh ya, karena ini maskapai low-cost carrier, pertimbangkan juga tas yang akan dibawa. Petugas bandara benar-benar akan mengecek penumpang yang tasnya terlalu besar dan tidak muat di boks pengukuran. Normalnya, setiap penumpang boleh membawa satu tas tangan dan tas kabin berukuran 40 sentimeteran.

Kalau ingin membawa ransel 40L ataupun koper ukuran 50 sentimeteran, beli saja tas kabin ekstra seharga 15,ninety nine GBP (sekitar one hundred forty DKK atau ?19). Karena saya hanya liburan akhir pekan, saya hanya menjinjing tas tangan yang biasa dipakai ke sekolah.

Akhirnya, waktu liburan saya tiba! Jam setengah 11 pagi saya sudah siap di bandara Kopenhagen. Tidak perlu repot menyiapkan print out tiket, karena WOW Air memberikan kemudahan bagi penumpang saat boarding. Selain bisa menggunakan boarding pass yang diunduh via email, penumpang juga bisa mencetak boarding pass langsung di bandara.

Dari Kopenhagen, saya sempat dibuat kecewa karena pesawatnya tidak memiliki kursi XL maupun XXL! Pesawat yang digunakan kali ini ternyata versi Airbus A320 yang hanya memiliki 174 kursi standar. Aaarrgghh!! Buang-buang duit kan?! Saya juga sudah komplain ke WOW Air perihal ini, tapi tetap saja customer service mereka seperti kesulitan memberikan jawaban memuaskan. Duh.

Saat penerbangan pulang dari Reykjavík barulah saya bisa menikmati kursi XXL di bagian depan. Finally!

Benar saja, you'll get what you pay. Kursi 2D yang saya pilih benar-benar luas dan nyaman untuk memanjangkan kaki. Dari review yang saya baca, kursi terbaik di WOW Air memang bagian 2DEF. Meskipun kursi XXL tidak bisa ditransformasi jadi tempat tidur, namun kaki saya sangat lapang dipanjangkan kesana kemari. Lega.

Selain kenyamanan ekstra, saya juga tidak berhenti mengagumi paras wanita Islandia dari para pramugari WOW Air. Walaupun dari bentuk tubuh tidak selangsing pramugari Asia (ada yang sedikit over dan tidak terlalu tinggi lho!), namun mata biru dan rambut blonde mereka sukses menyita perhatian saya. Saat ketahuan diambil fotonya pun, seorang pramugari hanya tersenyum genit dan ramah. Hehe.

Selain membeli kursi dan ekstra bagasi kabin, WOW Air juga menawarkan beberapa tur di area Reykjavík lewat website mereka. Pilihan lainnya, kita juga bisa mereservasi tiket bus pulang pergi dari/ke bandara Keflavik. They pack all the comfortness in one click.

Tiket pesawat ke Reykjav?K lewat Kopenhagen yang saya beli memang tidaklah murah. Belum lagi ada embel-embel ingin mencicipi kursi terbaik mereka. Namun, tidak ada salahnya mereservasi tiket jauh-jauh hari jika memang niat ke Islandia.

Pengalaman saya sejauh ini, pesawat mereka sangat nyaman meskipun hanya menempati kursi standar. Tidak seperti RyanAir yang sedikit sempit dan kusam, WOW Air sangat bersih dan luas. Saat take off dan mendarat pun dilakukan dengan mulus. They promise you that WOW feeling!

Friday, July 3, 2020

Tips WARSAWA: Menemukan Tempat Terbaik di Area Miskin Turis|Fashion Style

Setelah menghabiskan waktu seharian penuh bergumul dengan turis di area Old Town, akhirnya saya sepakat untuk selesai berpadat-padat ria di pusat kota di hari kedua. Teman Belgia saya, Mittchie, yang juga ikut travelling kali ini, juga sepakat mengikuti kemana arah langkah kaki saya saja.

Meskipun kebanyakan turis mendatangi Warsawa untuk menelusuri jejak perang dunia, saya dan Mittchie sepertinya tidak terlalu tertarik. Kami pun mencoret habis-habisan daftar museum sejarah saat berada di Warsawa. Saya termasuk yang tremendous lelet bangun menikmati keindahan kota, lebih sering berleye-leye di kafe, dan terlalu santai berjalan-jalan menikmati setiap element yang menarik perhatian.

Boleh jadi saya datang ke area pusat kota, mencicipi makanan khas lokal di restoran yang penuh turis, tapi tidak selamanya saya harus berpegang teguh dengan apa yang tercantum di Trip Advisor. Kecuali saya memang datang ke Polandia untuk belajar sejarah, then the case could be different.

Kalau kalian juga slow traveller seperti saya hingga terlalu sering melewatkan banyak museum penting, cobalah untuk melewatkan tourist traps dan berlabuh di tempat dimana orang lokal berkumpul. Trust me, there's no sin to skip the tourist traps and pretend to be like a local!

Sarapan di bawah pepayungan @ F30

Melewatkan sarapan di sekitar region hostel, saya mengajak Mittchie keluar dari Old Town menuju place lain di Saska K?Pa. Benar saja, daerahnya sungguh berbeda dari Old Town yang penuh turis. Kafe yang kami tuju, F30, hanya berjarak beberapa meter dengan berjalan kaki dari stasiun tram terdekat.

Saya begitu girang ketika melihat payung-payung yang meneduhi meja dan kursi di luar kafe. Gara-gara payung berwarna-warni ini, F30 adalah tempat yang paling mudah dikenali dan berwarna di Saska Kępa.

Meskipun katanya kafe ini selalu ramai saat musim panas, namun mungkin karena kami kesana di Minggu pagi, masih banyak kursi dan meja kosong yang bisa ditempati. Harga makanan dan minuman yang dijual memang cukup mahal dibandingkan kafe-kafe lainnya. Namun tetap saja, tempat ini jadi tempat favorit warga Warsawa menikmati kopi atau lemonade sekalian ngerumpi.

Karena letaknya di daerah permukiman penduduk yang hijau, saya bisa menikmati kehidupan warga Warsawa disini. Dari ibu-ibu yang membawa bayinya di kereta dorong, wanita paruh baya yang sedang mengajak jalan anjingnya di jalanan Francuska, ataupun sepasang muda-mudi cute yang sedang ngobrol dengan aksen Polandia yang juga kyut! Life is good here!

Special tip: Lemonade mereka die die must try! It's super fresh and colourful. Di samping F30 juga ada booth es krim yang sama enaknya.

Wadah kreatif & industri @ SOHO FACTORY

Sebenarnya Soho Factory termasuk area baru yang direkomendasikan sebagai salah satu tempat kultural di Warsawa. Tapi meskipun baru, area ini menjadi wajib kunjung saat datang ke Warsawa. Area inilah dimana kita bisa menemukan Neon Muzeum, restoran terbaik, hingga toko desainer lokal Polandia.

Saat datang kesini di akhir pekan, Soho Factory sangat sepi dan terkesan semuanya tutup. Saya sempat melihat beberapa toko desain yang masih buka, namun tidak terlalu tertarik untuk masuk. Karena sudah kesorean, saya dan Mittchie cepat-cepat saja masuk ke Neon Muzeum sebelum jam tutup tiba.

Meskipun jauh dari pusat kota, mendatangi Neon Muzeum menjadi agenda yang penting di Warsawa. Berbeda dengan museum sejarah lainnya, Neon Muzeum menampilkan sesuatu yang baru namun tetap menceritakan sejarah Polandia di masa komunis.

Special tip: Mengunjungi Soho Factory saat musim panas adalah waktu terbaik. Coba juga mengintip toko desainer khas lokal ataupun menikmati mentari Warsawa di bangku-bangku taman di area ini lebih lama.

Toilet umum tercantik @ Z Ł OTE TARASY

Membayangkan toilet umum, yang ada di pikiran kita pastilah toilet seadanya dengan fasilitas terbatas. Belum lagi kalau toilet tersebut berada di pusat perbelanjaan yang notabene selalu ramai oleh pengunjung. Sudah untung tisu toilet tersedia, jangan sampai deh ya menemukan benda-benda aneh di kloset.

Di Warsawa, saya dibuat speechless saat masuk ke toilet umum di salah satu pusat perbelanjaan. Datang ke pusat perbelanjaan ini dengan Mittchie pun sebenarnya hanya berniat melihat harga Macbook di satu toko.

Kalau memang sedang berjalan-jalan di sekitar area stasiun utama Warsawa, sempatkanlah mampir ke Zlote Tarasy. Salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Warsawa ini tidak hanya berisikan banyak tempat makan atau toko, tapi juga toilet umum tercantik yang pernah saya lihat seumur hidup!

Toilet umum yang baru saja direnovasi tahun 2015 ini menggunakan konsep geometri sebagai desain interiornya. Mulai dari langit-langit, wastafel, hingga dinding dibuat dengan konsep yang memikat. Selain desain geometri, toilet ini juga menggabungkan sisi segar hutan dengan menyelipkan dedaunan hijau di bagian dinding.

Tidak hanya cantik dan keren, toiletnya juga super bersih dan wangi. Saat masuk, hidung saya yang sudah disuguhi aroma segar nan manis. Lucunya, di sisi dinding dan belakang pintu toilet ditulisi sejarah Polandia dari Perang Dunia II hingga balon udara. Uber kreatif!

Special tip: It costs nothing!

Tips REYKJAVÍK: Menelusuri Kota Sepi Bergaya Eropa Klasik di Akhir Pekan|Fashion Style

"Kamu jadi pergi ke Irlandia? Eh, yang terkenal dari sana apa sih?" tanya seorang kenalan. "Westlife!" jawab saya.

"Kak, jadi pergi ke Sislandia?" tanya Rika, beberapa saat setelah melihat status terbaru saya di BBM. "Hah? Emang ada di peta?" tanya saya balik.

ISLANDIA, sodara-sodara! Saya liburan ke Islandia, bukan ke kedua tempat yang Anda sudah sebutkan. Seriusan, saat saya menyebutkan Reykjavík, banyak yang tidak tahu dimana letak kota ini berada.

Dari letak geografisnya pun, banyak yang bingung, negara ini masuk bagian Eropa atau tidak. Apakah visa Schengen bisa digunakan atau mesti apply visa baru. Iya bisa. Islandia masuk bagian negara Nordik yang letaknya paling utara Eropa. Karena masuk salah satu negara Schengen, tidak perlu lagi apply visa baru untuk datang kesini.

Waktu terbaik mengunjungi Islandia adalah saat musim dingin dan musim panas. Banyak sekali orang yang sengaja datang hanya untuk memburu Aurora Borealis ataupun menunggang kuda saat rumput sedang hijau. Sialnya, banyak aktifitas berpetualang di Islandia harus dilakukan hanya dengan dua pilihan; ikut tur atau menyewa mobil sendiri lalu menuju tempat yang ingin dikunjungi. Tempat terbaik menikmati alam Islandia pun sebenarnya jauh dari pusat keramaian di ibukota.

Reykjavík, ibukota Islandia, merupakan kota terbesar namun berpenduduk sedikit. Tidak banyak yang bisa dilakukan di kota ini kalau memang berniat tinggal lama. Saya mengunjungi Reykjavík di akhir pekan hanya untuk mendapatkan gambaran bagaimana hiruk-pikuk negara yang letaknya di tengah Samudera Atlantik ini.

DISTRIK HUNIAN REYKJAVÍK

Penginapan yang saya pilih memang terletak di area strategis yang tidak jauh dari pusat kota, namun juga berdekatan dengan ketenangan hunian penduduk Reykjavík. Suasana kontras terlihat jika saya memutuskan mengambil jalan kanan ataupun kiri. Di bagian kanan penginapan saya, hanya satu menit jalan kaki, saya sudah sampai di area pedestrian turis yang sangat terkenal, Laugavegur. Sementara kalau memutuskan mengambil jalan ke kiri, saya menemukan ketenangan, raut wajah datar orang Islandia, serta perumahan bergaya Eropa lama.

Ketika melihat gaya rumah dan apartemen di Reykjavík ini, saya seperti melihat Eropa di era 60an. Memang, saya belum pernah ke Eropa di tahun itu, saya juga belum lahir. Namun suasana sepi, halte bus yang sendiri berdiri kokoh, serta arsitektur bangunannya, membuat saya melihat sisi klasik Eropa sebelum menjadi modern. "It seems like a village!" komentar kakak saya saat ditunjukkan foto-foto Reykjavík via BBM.

Ketiadaan transportasi umum semisal tram dan metro pun membuat penduduk Reykjavík lebih nyaman mengendarai mobil pribadi mereka. Sama seperti halnya di Indonesia, di jam-jam sibuk pun, antrian mobil saat lampu merah bisa sangat panjang.

Saat hari mulai gelap, suasana kalem dan romantis bisa saya temukan hanya dengan melewati distrik hunian penduduk Reykjavík. Si pemilik rumah mulai menyalakan lampu yang sedikit temaram jika dilihat dari luar. Karena saya datang di awal musim dingin, banyak juga keluarga yang sudah menyalakan lampu-lampu kecil khas Natal di rumah ataupun halaman mereka.

PERLAN

Saya harus menunggu hari benar-benar terang dulu sebelum datang ke tempat ini. Jangan harap bisa menemukan matahari sebelum jam 10.30 pagi di Reykjavík saat musim dingin. Good side-nya, saya bisa jadi lebih lama tidur.

Perlan, atau disebut mutiara dalam bahasa Islandia, adalah salah satu landmark terbaik di Reykjavík. Bangunannya sendiri sedikit kontras dari gaya hunian klasik yang sudah saya lewati. Arsitektur dan interiornya sangat mengagumkan dan modern. Meskipun sedikit kurang dimanfaatkan oleh penduduk Reykjavík, namun Perlan memiliki high-class restoran, kafe, serta sering kali mengadakan pameran kaset dan buku. Lucunya, kita juga melihat semburan air panas replikanya The Golden Circle yang terkenal itu di dalam bangunan ini.

Datanglah ke Perlan untuk mendapatkan panorama terbaik Reykjavík. Dari balkon restoran yang ada di lantai 4, kita bisa melihat pemandangan kota Reykjavík hingga 360° dari ketinggian yang sangatbreathtaking. Selain perumahan berwarna-warni, hamparan gletser dan sungai es yang mencengkram kota Reykjavík are so freaking beautiful!Kita juga bisa menikmati magisnya Reykjavík saat makan malam di restoran, ataupun sekedar menyesap kopi di kafe.Perfect!

Sebelum datang kesini, siapkan juga kamera berdaya tangkap tinggi untuk mengambil pemandangan kota dan gunung es secara lebih jelas.

HARPA

Harpa atau biasa dikenal dengan Icelandic Opera House sebenarnya memiliki hubungan baik dan buruk dengan penduduk Reykjavík. Pembangunannya sendiri dikerjakan saat keadaan ekonomi Islandia sedang berada di puncak, namun harus dihentikan ketika Islandia sedang mengalami krisis keuangan. Sempat adanya keraguan kalau bangunan ini akan selesai, namun nyatanya, it's here and beautiful!

Kabar yang saya dengar, Islandia sempat meminjam banyak uang dari negara tetangga hanya untuk membuat konstruksi bangunan ini selesai. Tak tanggung-tanggung, uang yang harus dipinjam untuk membangun Harpa pun sangat fantastis jumlahnya. Namun karena meninggalkan hutang yang banyak, penduduk Reykjavík juga kecewa dengan hal itu. Di sisi lain, banyak juga diantara mereka yang mulai mencintai salah satu bangunan tercantik dan modern ini.

Selain arsitekturnya yang mengagumkan,  Harpa memiliki kafe, restoran, toko kaset 12 Tónar dan Epal, sebuah tempat dimana kita bisa menemukan barang-barang khas desain Islandia dan negara-negara Nordik.

LIVE SHOW WAJIB TONTON

"The show is much more than a stand up comedy!" bunyi salah satu tagline dilampiran brosur.

Sebelum ke Islandia, saya sudah mendengar reputasi acara ini ketika memutuskan liburan ke Stockholm. Di Swedia, ada juga acara live serupa berjudul How To Become Swedish in 60 Minutes. Usut punya usut, ternyata acara yang ada di Swedia terinspirasi dari kesuksesan komedi show dari Islandia.

Kalau tidak keberatan mengeluarkan 4400 ISK atau €38, sebenarnya saya sangat merekomendasikan menonton acara live ini di Harpa. Seorang host asli Islandia, akan mengajarkan kita menjadi orang Islandia hanya dalam waktu 60 menit. Tidak hanya menceritakan tentang sejarah Islandia dan karakteristik orang-orangnya, acara ini pun dikemas dengan joke-joke ringan ala orang Islandia.

Setelah menonton acara ini pun, saya jadi paham soal karakteristik penghuni Eropa Utara yang notabene nyariiiis berkarakter serupa. It's a funny way to learn about the icelandic and its culture from the stage!

LAUGAVEGUR

Seorang pendatang pernah bercerita, di tahun 2008, saat dimana Islandia sedang mengalami krisis keuangan, Laugavegur hanyalah jalanan sepi tanpa turis. Kita bisa saja berjalan sepanjang jalanan ini dan hanya menjumpai lima orang pejalan kaki. Di malam hari, bar sangat sepi dan para turis biasanya sangat menarik perhatian orang lokal. Mereka sangat ingin menanyakan kedatangan para turis ini ke Reykjavík, "what are you doing here? What do you do?"

Sekarang masa-masa itu sudah hilang. Siapa sangka, karena rasa penasaran banyak orang dengan Reykjavík, Laugavegur menjelma menjadi area yang tidak pernah sepi turis. Saat saya berjalan-jalan di Sabtu malam, bar mulai ramai dari jam 9. Belum lagi mobil yang lewat di jalan ini memang rata-rata berisikan anak muda lokal yang siap menikmati hiburan malam di tengah kota.

Di siang hari, Laugevegur adalah salah satu tempat terbaik menemukan banyak restoran, kafe, toko-toko khas desainer lokal, hingga wol terbaik dari domba Islandia. Salah satu tempat makan terbaik dan favorit saya di Laugavegur adalah Noodle Station.

Menyusuri Laugavegur juga tidak lengkap tanpa berkunjung ke gereja tertinggi di Islandia, Hallgrímskirkja. Selain Perlan, kita juga bisa memotret pemandangan terbaik Reykjavík dari tempat ini. Tidak gratis memang, kocek yang harus dikeluarkan adalah 600 ISK atau €5 saja. Datanglah ke Hallgrímskirkja sebelum jam 5 sore saat tower belum ditutup untuk umum.

Wednesday, July 1, 2020

Tips Islandia: Perburuan Aurora di Atas Kapal|Fashion Style

Setelah mengecek harga paket tur yang ada di beberapa website agensi di Islandia, saya akhirnya memutuskan membeli paket Northern Lights by Boat dan Whale Watching di Special Tours dengan masing-masing harga 9900 ISK. Karena membeli dua paket tur, saya mendapatkan diskon 1000 ISK dari pihak agensi.

Sepuluh hari sebelum keberangkatan, saya terus-terusan mengecek prakiraan cuaca di Reykjav?Okay. Beberapa hari ke belakang, Reykjav?K sedang diguyur hujan deras ditambah angin kencang. Kalau memang saat saya disana ternyata hujan, sayang sekali kalau harus membatalkan tur aurora dan paus yang sudah direncanakan.

Finally saya sudah di Reykjavík. Beruntung sekali weekend kali ini Reykjavík sedang good mood, tiada hujan, tiada salju. Suhu saat itu hanya 1°C, tapi anginnya kencang gila-gilaan. Muka saya sampai merah-merah serasa ditampar. Karena merasa sudah pas dengan pakaian yang digunakan, saya pun sampai sengaja tidak membawabeanie hat dan syal. Tolol!

Tur pertama saya adalah Northern Lights through Boat yang akan dimulai jam 9 malam. Lima belas menit sebelum tur, saya sampai di depan kapal yang akan digunakan untuk tur. Seorang kru cewek dari pihak agensi sudah berdiri tepat di depan kapal untuk mengecek nomor reserving dan tiket tamu.

Bagian dalam kapal terdiri dari dua lantai, bagian paling bawah dan tengah. Tidak terlalu ingin terombang-ambing ombak, saya pun memilih duduk di lantai kedua. Seorang gadis muda Jerman dan ibunya mempersilakan saya duduk di dekat mereka ketika tahu saya datang sendirian. Banyak tempat duduk sudah mulai terisi penuh. Kebanyakan orang memang datang bersama teman, keluarga, ataupun pacar, tidak ngenes seperti saya yang jadi single fighter malam itu.

Jam nine teng, kapal mulai bergerak meninggalkan pelabuhan. Seorang kru, yang ternyata adalah cewek di depan kapal tadi, datang dan menyambut tamu. Dia menjelaskan tentang keamanan, isi kapal, dan tur yang akan berjalan hingga tengah malam.

Karena aurora adalah fenomena alam yang tidak bisa diprediksi, si cewek menghimbau agar tamu tetap bisa mengikuti tur-tur di hari berikutnya jika malam itu belum puas. "Please remember, you are in the North Atlantic! Even it's colder, but try to enjoy and have fun." tambahnya lagi. Ketika mendengar kata-kata itu, entah kenapa seketika saya merasa sudah terlalu jauh dari rumah.

Dua puluh menit awal, kapal mulai bergerak lebih cepat hingga empat puluh menit berikutnya. Kapal mulai terombang-ambing ombak kencang sampai membuat seseorang yang berjalan di atas kapal harus lebih hati-hati melangkah.

Dari awal, si cewek juga sudah memberikan instruksi untuk menggunakan jaket penahan dingin, mirip jaket astronot, yang sudah disediakan oleh kapal. Sialnya, jaket tersebut ada di lantai bawah. Artinya, saya harus berjalan pelan ke bawah dan memasang jaket dalam keadaan kapal disko begini. Aduh!

Saat melihat banyak orang yang mulai angkat pantat turun ke bawah, saya pun memaksakan diri berjalan. Kepala saya sudah mulai nyut-nyutan sebenarnya. Ditambah lagi harus memasang jaket dari bagian kaki hingga ke leher. Karena kapal sedang bergerak cepat, saya dan beberapa orang harus terombang-ambing kesana kemari hingga terjatuh, sebelum jaket benar-benar terpasang.

Lebih dari satu jam diombang-ambing ombak, kapal akhirnya menurunkan jangkar di tengah lautan jauh dari keramaian pusat kota. Orang-orang pun mulai keluar menuju dek bagian atas kapal. Sembari menunggu aurora muncul, seorang kru laki-laki bercerita menggunakan pengeras suara bagaimana aurora bisa muncul, cara agar mereka muncul, ataupun cerita-cerita lain yang berhubungan. Lucunya, si kru ini sampai bernyanyi untuk "memanggil" aurora.

Setelah selesai gilirannya, kru cewek yang tadi menyambut kami, berganti mic memberikan informasi serta cerita-cerita lain tentang aurora. Suaranya yang lembut seperti sedang memohon agar si aurora muncul ketika 30 menit berselang belum juga ada tanda-tanda cahaya menari di langit Reykjavík. Layaknya kepercayaan orang-orang Viking di Islandia, si cewek juga menyuruh para tamu kapal menyilangkan tangan ke langit untuk memanggil aurora. Aneh ya.

Meskipun sudah memakai jaket anti angin, tapi badan saya tetap merasa kedinginan. Karena tidak memakai topi, telinga dan kepala pun ikut dingin. Tidak juga melihat aurora malam itu, saya kembali lagi ke dalam kapal menghangatkan diri. Beberapa tamu juga terlihat tertidur karena mabuk laut. Di sisi lain, saya melihat seorang keluarga Belanda yang sepertinya tidak tertarik dengan aurora, hanya mengobrol santai layaknya di kafe.

Perut saya mulai tidak enak, ditambah pusing dan mual, sepertinya saya juga mabuk laut. Satu jam di atas kapal disko membuat badan saya terombang-ambing kesana-kemari. Harapan hebat melihat aurora pun saya tanggalkan jauh-jauh ketika tidak sanggup lagi keluar masuk dek tanpa mesti ditampar angin Islandia.

Sebenarnya saya mendengar jelas si kru cewek beberapa kali memanggil tamu untuk menangkap aurora dengan kekuatan lemah yang muncul di langit. Aurora sendiri sebenarnya tidak hanya berwarna hijau, tapi juga bisa jadi abu-abu ataupun merah muda tergantung dengan kekuatan cahaya itu sendiri. Meskipun kita sering melihat di foto kemagisan si aurora, tapi faktanya, sangat sulit melihat aurora dengan mata telanjang saat kekuatan cahaya sedang lemah.

Setelah cukup lama kapal terdiam, akhirnya si kru memutuskan untuk menghentikan perburuan aurora malam itu. Untunglah kapal bergerak dengan laju lambat saat kembali ke pelabuhan. Para tamu pun mulai kembali ke tempat duduk mereka dengan muka pucat. Gadis muda Jerman dan ibunya menyapa saya lagi, lalu menceritakan tentang aurora yang tak berhasil mereka lihat, hingga si gadis yang juga sedang mabuk laut seperti saya.

Melihat saya menaruh kepala di atas meja, seorang kru datang menghampiri untuk menanyakan keadaan. Saat tahu sedang tidak fit, dia menawari permen jahe untuk diemut. Tidak membantu, tapi lumayanlah. Good service.

Saat perjalanan balik menuju pelabuhan, seorang kru menunjukkan beberapa foto yang berhasil ditangkap oleh dua orang tamu. Terlihat bersitan aurora berwarna hijau di langit Reykjav?Okay muncul malam itu. Lensa kamera dengan pengaturan lensa yang baik memang bisa menangkap aurora yang tidak bisa ditangkap oleh mata telanjang. Di dalam kapal pun juga sudah ditempeli guidelines bagaimana mengatur lensa DSLR agar mampu menangkap objek secara maksimum.

Oke, aurora memang muncul dengan kekuatan lemah, tapi badan saya juga ikut melemah ini. Lupakanlah si aurora, saya hanya ingin secepatnya kembali ke hostel dan istirahat!

PS:

Karena keadaan kapal yang bergerak kencang, saya tidak bisa mengambil foto saat di dalam kapal. Saat kapal sudah turun jangkar, saya juga tidak bisa mengambil kamera karena tersimpan di mantel (yang sudah dibungkus rapih jaket astronot)

Monday, June 29, 2020

Tips Kelakuan Copenhageners, Helsinkians, dan Brusselèèrs di Kendaraan Umum|Fashion Style

Naik kendaraan umum di Eropa memang seru. Selain bisa berkeliling ke daerah baru, saya juga sekalian mempelajari pola orang-orang yang setiap hari naik kendaraan umum.

Denmark dan Belgia adalah dua negara terlama yang pernah saya tinggali. Meskipun sempat jalan-jalan juga di sekitar Eropa, namun Helsinki adalah satu-satunya ibukota yang transportasi umumnya sudah pernah saya coba semua; baik itu kereta regional, bus, tram, dan metro.

Iseng-iseng tidak ada kerjaan di tengah malam, lucu juga kalau saya membandingkan kelakuan para penduduk ibukota ini saat naik kendaraan umum, ke sebuah tulisan.

Copenhageners

Sebenarnya penduduk Kopenhagen lebih sering naik sepeda kemana-mana ketimbang kendaraan umum. Tapi ada satu hal menarik yang bisa diperhatikan dari pengendara sepeda dan pengguna kendaraan umum lainnya; yaitu sama-sama sibuk dengan ponsel pribadi!

Di kereta, bus, ataupun metro, orang-orang hanya sibuk memperhatikan apa yang ada di ponsel mereka. Orang-orang Kopenhagen ataupun Denmark, berasa mati gaya kalau di tangan mereka tidak ada ponsel. Ponsel orang-orang ini pun kebanyakan mahal-mahal; sebut saja si Apel atau deretan paling baru si Sungsang. Tapi kebanyakan memang si Apel sih (:

Kalau sedang tidak memperhatikan ponsel, coba lihat telinga mereka. Biasanya akan teruntai kabel panjang berwarna putih atau hitam yang siap menemani keautisan sementara di dalam kendaraan umum ataupun jalanan ibukota. Sometimes, it's just too quiet, only them and phones!

Tapi karena penduduk Kopenhagen dan sekitarnya memang kebanyakan mengandalkan sepeda ataupun kendaraan umum, tidak heran kalau penggunanya bisa dari segala usia. Psssttt... coba saja sering-sering naik metro atau sepeda di Kopenhagen, pasti akan menemukan banyak manusia oke dan lucu yang super stylish!

Helsinkians

Meskipun Helsinki adalah ibukota yang ukurannya kecil, namun moda transportasi di tempat ini super lengkap. Sebenarnya saya hanya berkesempatan keliling Helsinki beberapa hari saja. Namun untungnya penjelajahan tidak hanya sebatas downtown, tapi juga ke daerah lain di ujung ibukota.

Berbeda dengan Kopenhagen yang pengguna transportasi umumnya bisa dari segala rentang usia, di Helsinki justru saya banyak bertemu dengan orang tua. Anak-anak muda Helsinki memang lebih sering naik metro ketimbang bus, lebih sering jalan kaki ketimbang naik sepeda, atau lebih banyak juga yang memilih memiliki mobil pribadi ketimbang harus antri menunggu tram.

Tidak seperti orang-orang Kopenhagen yang lebih sibuk dengan ponsel mereka, penduduk Helsinki justru lebih sering diam dan menatap kosong jendela. Saya jarang sekali menemukan pengguna kendaraan umum yang sibuk mendengarkan musik di telinga mereka. Jika pun pergi dengan teman atau keluarga, biasanya mereka hanya mengobrol dengan suara yang tidak terlalu keras.

Brusselèèrs

Di dalam bahasa Inggris, tidak ada panggilan khusus yang ditujukan untuk orang-orang yang tinggal di ibukota Belgia. Karena penduduk yang tinggal di Brussels juga campuran dari banyak wilayah, mereka cukup senang hanya dipanggil Belgians.

Sebut saja saya rasis, tapi pengguna kendaraan umum di Brussels memang paling seru, aneh, dan menyebalkan! Fokus saya biasanya tertuju oleh orang-orang kulit hitam yang memenuhi ibukota.

Coba saja naik kereta melalui tiga stasiun utama Brussels, biasanya saya akan takjub dengan tingkah orang kulit hitam ini. Tidak ada yang salah memang. Tapi kadang mereka bisa sangat pede berdandanan bin ajaib dengan pakaian yang tabrak warna dan motif kesana kemari.

Satu lagi yang paling menyebalkan, orang-orang ini kebiasaan menelpon di kendaraan umum dengan suara yang super duper nyaring! Serasa kereta segerbong-gerbong milik nenek mereka kali ya?!

Kesalnya lagi, kadang mereka sengaja menyetelloudspeaker telepon sekalian bicara super keras. What's the point?! Sampai pernah suatu kali, seorang supir bus mesti menegor wanita paruh baya yang bicara super kencang saat menerima panggilan.

But, TRUST ME!!, kejadian ini malah sangat jarang terjadi ketika saya tinggal di Ghent. Pengguna kendaraan umum biasanya orang-orang Belgia asli yang super kalem dan taat. Saya rasis? Iya.

Friday, June 26, 2020

Tips Sauna Asli Finlandia, Wajib Bugil!|Fashion Style

Kunjungan saya ke Helsinki kali ini sebenarnya tidak lama, hanya 3 hari. Sebelum berpindah kasur ke Tallinn keesokkan harinya, saya harus mencoba sauna asli Finlandia terlebih dahulu.

Tidak banyak yang tahu memang kalau sauna sebenarnya berasal dari Finlandia. Budaya sauna sendiri sudah jadi tradisi orang Finlandia jauh sebelum Masehi. Sampai sekarang, kabarnya sudah ada 3 juta tempat sauna yang tersebar di seluruh Finlandia.

Jangan bayangkan sauna cutting-edge yang sering kita jumpai di pusat kebugaran, pemandian umum dan kolam berenang, ataupun salon. Faktanya, sauna asli Finlandia jauh dari apa yang kita bayangkan selama ini.

Lupakan soal handuk atau baju renang, karena nyatanya tidak boleh ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh selama di ruang sauna. Lupakan juga soal betapa harmoninya sauna dengan aroma lilin ataupun wewangian, karena sauna Finlandia asli tidak ada wangi-wanginya sama sekali.

Aneh mungkin ya bagi kita yang tidak terbiasa. Tapi sebenarnya hal itu dilakukan karena memang ada alasannya, lho. Sauna berfungsi sebagai kesehatan saat pori-pori kulit kita berusaha mengeluarkan racun di dalam tubuh. Proses mengeluarkan racun ini justru tidak maksimal jika tubuh tertutupi oleh kain seperti handuk atau pakaian renang. Selain itu, orang Finlandia juga kadang menggunakan dedaunan birch untuk disebat-sebatkan ke tubuh yang fungsinya untuk membuat kulit lebih halus.

Orang Finlandia yang karakternya sangat tertutup dan jarang bicara, biasanya akan sangat terbuka di ruang sauna. Bagaimana tidak, hanya ada kamu dan mereka di ruangan yang begitu kecil. Mau tidak mau, percakapan pun sering terjadi di antara orang-orang yang tidak saling mengenal ini.

Saat datang ke Helsinki dan meminta rekomendasi ke Jan, seorang kenalan Finlandia , Jan justru menjawab begini: Bagi saya, sauna terbaik itu justru ada dua. Satu, di tempat pribadi. Dua, di tempat teman.

"Yah, saya kan tidak punya keduanya disini," balas saya.

"Too bad kamu datang pas weekend. Saya hanya bisa menggunakan sauna di apartemen ini setiap Rabu."

Daripada menunggu rekomendasi Jan yang sepertinya juga tidak pernah sauna di tempat publik, akhirnya saya cari-cari saja through internet. Karena hari itu sudah jam 6 sore, banyak tempat sauna yang akan tutup jam 7 atau eight malam. Belum lagi saya mesti naik kendaraan umum, siap-siap, dan segala macamnya, sepertinya tidak sempat lagi.

Hingga akhirnya saya menemukan tempat yang tutup hingga jam 9 malam, Sauna Arla namanya. Beruntung sekali, ternyata sauna ini hanya 12 menit jalan kaki dari penginapan saya di Vallila. Harganya juga murah, €12, tempat antara laki-laki dan wanita dipisah, dan terkenal sebagai salah satu sauna tradisional yang ada di Helsinki. Sempurna!

Saat saya datang, beberapa orang lelaki tengah berbalutkan handuk dan duduk-duduk di luar. Biasanya orang-orang ini rehat sejenak dari uap panas sauna, minum bir, lalu kembali lagi ke ruang sauna.

Seorang bapak di lobi yang sangat kecil menyambut saya ramah dengan aksen Finlandianya yang begitu kental. "Twelve euro, please. Tapi, ada satu hal yang mesti kamu tahu, kami hanya menerima uang tunai."

"That's perfect because I only have cash."

"Kamu punya handuk? Kalau tidak, kamu bisa menyewa disini. Harganya ?2."

Karena kebetulan tidak bawa handuk, akhirnya saya sewa saja di tempat. Sebetulnya saya juga ingin membeli daun birch seharga ?7. Tapi kelihatannya mereka hanya menjual birch yang beku, bukan yang segar.

Saat saya berada di lobi, seorang lelaki lewat dan langsung memberikan komentar positifnya di tempat ini. "This place is so good. You will like it and go out freshly."

Wow, so tempting!

Di tempat ini, ruang sauna wanita berada di lantai bawah sementara lelaki di lantai atas. Di ruangan sauna juga sama sekali tidak boleh berfoto-foto ria karena memang semua orang di dalamnya sedang telanjang. Perlengkapan di tempat ini pun sangat lengkap mulai dari sabun mandi, sampo, hingga pengering rambut.

Ketika saya menaruh barang-barang di loker, seorang ibu dan dua orang anak ceweknya sudah siap-siap ingin pulang. Saya juga bertemu dengan seorang wanita 30an yang sepertinya sudah selesai sauna dan mandi. Karena semua orang sudah selesai, kelihatannya malam itu hanya saya sendirian di ruang sauna.

Saya pun melucuti semua pakaian dan membasuh tubuh terlebih dahulu dengan air dingin. Setelah itu, barulah saya masuk ke ruangan sauna yang ditutupi oleh pintu kayu. Ruangannya berbatu dan tidak terlalu besar. Di samping kanan adalah tungku tinggi dari kayu dan berisi batu-batu panas.

"Tempat duduknya ada 5 tingkat. Kalau kamu baru pertama kali sauna, mungkin jangan dulu ke tingkat yang paling atas, soalnya uap panas akan sangat terasa di bangku itu. Terus, ini ada ember dan gayungnya. Kalau kamu merasa tungkunya mulai kering, kamu bisa menyiramkan air ini ke tungku ya," kata seorang ibu muda yang saya tanyai tentang prosedur sauna.

Ketika pintu ditutup dan ditinggal, saya hanya sendirian di ruangan itu. Kriik.. Krikk.. Saya duduk beralaskan handuk di tingkatan ketiga. Saat tungku yang berisi batu itu mulai kering, saya siram lagi menggunakan air. Temperatur di ruangan sauna kala itu sekitar 120 derajat Celcius.

Selang 15 menit kemudian, saya mulai merasa kepanasan dan keluar sebentar membasuh tubuh dengan air dingin. Karena tubuh kehilangan banyak cairan di ruangan sauna, ada baiknya minum air yang banyak sebelum kembali menguapkan diri.

Satu jam kemudian, setelah mondar-mandir ruang sauna dan kamar mandi, seorang wanita paruh baya datang dan menyapa saya.

"Moi," katanya.

Finally, saya tidak sendirian krik krik di ruang sauna!

"Maaf, tungkunya boleh saya siram air lagi kan?"

"Iya, silakan saja," kata saya.

Syaaas.... Syaaas... Si wanita menyiram air ke tungku dengan begitu kuatnya hingga banyak uap pun keluar. Mendadak, ruangan menjadi sangat panas hingga membuat saya harus berpindah setingkat ke bangku bawah.

"Kalau kamu kepanasan, pindah bangku saja ya. Soalnya saya mau tiduran di bangku paling atas di dekat tungku."

Betul saja, lima menit kemudian, percakapan antara saya dan si wanita pun tercipta. Si wanita cerita kalau Sauna Arla memang jadi favoritnya di Helsinki. Meskipun bisa bersauna di apartemennya, namun karena banyak penghuni apartemen yang mengantri, dia akhirnya memilih untuk pergi ke tempat publik saja.

"Saya biasanya sauna tiga sampai empat kali seminggu. Soalnya bagi saya, sauna itu seperti terapi alami setelah kamu stres dan capek dari kantor. Biasanya pulang-pulang dari sauna, badan saya terasa sangat segar dan enteng," jelasnya.

Setelah terbuka dan cerita tentang pengalaman dia di ruang sauna, 30 menit kemudian akhirnya saya pamit selesai. Badan saya mulai merah-merah seperti udah rebus berada di ruang sauna selama itu.

Setelah keramas dan membasuh diri, saya kembali lagi ke ruangan loker yang ternyata si wanita tadi sedang berbaring di bangku. Cukup mengagetkan! Obrolan saya dan dia pun akhirnya bersambung kembali selagi saya berpakaian. Kali ini temanya tentang makanan khas Finlandia vs makanan Indonesia.

"Oh, wait. Kalau tidak salah tetangga saya juga orang Indonesia, but we never really talk about food," katanya.

Saat sadar jam sudah menunjukkan pukul 8.Forty five malam, akhirnya si wanita juga pamit ke saya.

"I will be back to the room for the last 15 minutes and be ready to go home. It is really nice seeing and talking to you. I hope you have a pleasant day in Helsinki."

"Kiitos samoin!" balas saya.

Tips Saya Bosan Travelling|Fashion Style

Sekarang saya di Paris lagi untuk ketiga kalinya. Sebelum sampai Paris, badan dan koper saya ini sudah melompat ke beberapa negara seperti Austria, Slovakia, Jerman, dan Islandia. Bayangkan, dalam satu hari, saya bisa ada di 3 negara. Makan pagi di Bratislava, makan siang di Berlin, lalu makan malam di Reykjavík. Saya beruntung? Iya. Saya bahagia? Mungkin. Saya lelah? Iya! Pasti!

Saya tidak pernah tahu kalau saya juga bisa bosan jalan-jalan, apalagi di Eropa. Kelelahan terbesar adalah saat pulang dari Cina awal Juni lalu. Belum penuh mengecas tenaga selama 3 minggu, saya harus terbang lagi ke Barcelona karena tiketnya sudah dibeli dari 6 bulan yang lalu. Tidak sampai seminggu pulang ke Denmark, saya masih mengantongi tiket pesawat ke Vienna.

Kalau ada yang mengatakan saya kaya raya, mungkin mereka salah. Meskipun di tahun 2017 ini saya hampir tiap bulan travelling ke banyak negara, tapi sesungguhnya uang saku perbulan lah yang saya gunakan untuk membiayai ongkos perjalanan. Tidak mau rugi, selama masih tinggal di Eropa, alasan saya. Asal kalian tahu, 80% perjalanan saya di Eropa ini pun, saya lakukan sendiri. Jadi bisa dibayangkan betapa kesepiannya saya kadang.

Puncaknya adalah sekarang, saat saya datang lagi ke Paris. Sebelum ke Paris, saya sempat ganti pesawat dulu di Berlin. Sempat membuncah perasaan ingin cepat-cepat pulang ke Kopenhagen dan berlindung hangat di bawah selimut kamar. Saya tahu, luar negeri tidak diciptakan untuk kenyamanan. Tapi sekali lagi, saya mulai bosan dan hanya ingin cepat pulang. No matter how much you love to travel, if you do it for long or often enough, you will get sick of it.

Perasaan seperti capek sendirian mengangkut koper kesana kemari, naik turun tangga stasiun, hingga mengangkat ke kabin pesawat. Bosan mendengar dengkuran lelah para traveller yang sekamar dengan saya di hostel. Bosan dengan suara loker dan gemerincing kunci yang selalu mengganggu tidur di pagi hari. Lelah mendengar serutan resleting penghuni kamar yang siap packing dan check out. Bosan mencari WiFi yang kadang sekalinya ketemu, kacrutnya bukan main. Belum lagi perasaan kecewa setelah mendapati kamar hostel yang bising karena berdekatan dengan jalan raya, perlengkapan dapur yang tidak lengkap, ataupun toilet yang jorok.

Kesempatan bertemu orang lokal, melihat tempat berarsitektur keren, mencoba makanan setempat, hangout di kafe, bukan lagi hal yang menarik setibanya saya di tempat baru. Padahal, justru itulah momentum berharga yang bisa saya dapatkan saat travelling. Sering kali saya mendapati diri yang hanya ingin berleha-leha di kamar, tidak bicara dan bertemu dengan seorang pun, ataupun hanya menunggu saat pulang.

Back to Paris, I start to hate the locals so bad! Orang-orang lokal yang biasanya selalu saya ingin jumpai, menjadi sangat menyebalkan. Kafe-kafe ala Prancis yang cocok untuk menikmati kopi dan croissant, saya acuhkan begitu saja. Acara kultural seperti nonton kabaret, kunjungan ke museum, atau menemukan hidden gems pun, saya coret habis-habisan dari to-do list. Things start to look the same all over Europe.

Saya tidak mengeluh. Travel burnout atau keadaan dimana para traveller merasa jenuh, muak, dan lelah travelling adalah hal yang lumrah. Travelling itu melelahkan. Packing, unpacking, staying in dorm rooms and hotels, booking flights, planning bus routes, reading maps…it all gets a little bit exhausting. Travellingmenyenangkan di awal-awal, tapi kalau dilakukan secara terus-terusan, kenyamanan saya merasa dirampas dan ingin secara mengecas kembali di tempat, yang disebut "rumah".

Wednesday, June 24, 2020

Tips 5 Alasan Semua Orang Menanti Musim Panas|Fashion Style

Memasuki bulan Agustus, suhu musim panas di Eropa mulai sedikit bergeser menjadi hangat-hangat sejuk. Liburan ke Wina bulan lalu, saya mesti mengumpat dalam hati karena panasnya bisa sampai 34 derajat! Jujur, saya bukan penyuka musim panas meskipun sudah 20 tahun lebih tinggal di Indonesia.

Walaupun musim panas identik dengan rasa bahagia dan suka cita, tapi saya juga benci hal-hal klasik seperti keringat, para serangga yang mulai girang beterbangan, ataupun kulit yang mulai gosong. Tapi sejujurnya, musim panas juga membawa warna tersendiri dalam satu tahun. Inilah alasan mengapa warga empat musim tetap mencintai dan selalu menanti musim panas!

1. 2. 3. Matahari

Yesh! Alasannya adalah karena sinar matahari yang membawa rasa hangat dan siang hari yang panjang. Dalam satu tahun, warga empat musim harus menggerutu karena lebih dari 8 bulan mereka harus menutup diri dari jaket, mantel, dan segala pernak-perniknya yang sungguh ribet. Saat musim panas datang, inilah waktunya bersuka cita memamerkan bentuk tubuh, menggosongkan kulit, ataupun memakai baju neon yang hanya pas dengan spektrum matahari.

Karena siang hari yang lebih panjang, aktifitas warga empat musim pun menjadi aktif karena ditemani sang surya hingga tengah malam. Saat berkunjung ke Reykjav?Ok di musim panas, baru sekalinya itu saya menyaksikan matahari yang hanya menggantung di langit tanpa sepenuhnya terbenam. Matahari hanya membenamkan setengah diri jam 12 malam, lalu bersinar apik kembali jam 3 pagi.

Sayangnya, musim panas tahun ini di Eropa Utara sedikit mengecewakan karena terus-terusan diguyur hujan dan temperatur yang terbilang masih dingin. Suhu rata-rata siang hari 17-20 derajat, lalu turun drastis menjadi thirteen derajat di malam hari. Di Reykjav?Okay, suhu di tengah hari bolong bisa hanya 11 derajat, yang memaksa orang harus tetap memakai jaket tebal.

4. Libur panjang

Hari terbahagia para anak sekolah dan orang tua adalah saat musim panas. Libur sekolah biasanya dimulai dari akhir Juni hingga awal Agustus atau awal September. Kapan lagi bisa menikmati sinar matahari lebih lama, kalau bukan di musim ini. Makanya banyak juga perusahaan dan kantor yang sedikit "memaksa" karyawan mereka untuk mengambil cuti.

Sebalnya, karena bertepatan dengan libur panjang, banyak pantai dan tempat liburan jadi penuh sesak oleh turis. Sisi positifnya, banyak tempat-tempat seru seperti amusement park ataupun museum yang memang hanya dibuka saat suhu mulai bersahabat dengan kulit.

Five. Festival seru

Hari yang lebih panjang dan cuaca yang lebih hangat hanya bisa berarti satu hal: musim festival. Dibandingkan dengan ketiga musim lainnya, festival terseru dan terbanyak memang digelar saat musim panas. Dari open air cinema, konser musik, ataupun lomba olahraga yang bertemakan outdoor, hanya akan ditemui di bulan Juni hingga Agustus.

Tidak perlu juga merasa miserable dan gundah gulana karena tidak bisa liburan ke pantai, karena warga empat musim tahu kemana harus berlabuh saat akhir pekan datang; pergi ke salah satu festival musik seru bersama teman ataupun pacar, lalu meneguk bir dingin saat matahari terbenam.

BONUS!! It is a berry sweet season!

Stroberi, rasberi, bluberi, ceri, sampai huckleberry, they bring a load of happiness and colours in the summer!