Showing posts with label hyttatur. Show all posts
Showing posts with label hyttatur. Show all posts

Thursday, May 14, 2020

Tips Mencoba Hyttetur: Rekreasi Tradisional ke Kabin A la Orang Norwegia |Fashion Style

Yang saya suka tinggal di Norwegia, meskipun negaranya sudah modern dan kaya raya, namun orang lokalnya tak pernah melupakan sisi tradisional mereka. Gaya hidupfriluftsliv yang berarti outdoor life atau menyatu dengan alam, membuat orang Norwegia sangat mencintai, merawat, serta menikmati alam mereka yang luar biasa indah dengan semaksimal mungkin.

Salah satu kebiasaan alami orang Norwegia adalah melakukan hyttetur atau cabin tour sepanjang tahun. Kalau orang lain biasanya ingin menghabiskan akhir pekan di mol atau keluar negeri demi weekend break, orang Norwegia justru melipir dari hiruk pikuk kota menuju hutan atau gunung yang tenang bersama keluarga atau handai taulan. Di tempat yang jauh dari kebisingan ini, mereka akan tinggal di kabin kayu sederhana hanya untuk rehat dari modernisasi sekalian bercengkrama dengan alam. Kalau di Indonesia, hyttetur mirip perjalanan dari Jakarta atau Bandung menuju villa di puncak. Bedanya di Norwegia, kegiatan ini tak hanya milik orang Oslo, tapi sudah jadi kultur lokal.

FYI, orang-orang yang memiliki finansial berlebih biasanya menjadikan kabin sebagai rumah kedua. Tak heran mengapa memiliki kabin sendiri di Norwegia ibarat mimpi bagi sebagian orang. Apalagi membangun kabin from the scratch butuh persiapan keuangan yang matang mengingat harga tanah di Norwegia semakin mahal. Makanya kebanyakan keluarga yang memiliki kabin in the middle of nowhere dan jauh dari kota besar memang keluarga menengah ke atas.

Sebetulnya saya sudah sering ikut host family hyttetur ke kabin di Hemsedal . Tapi karena judulnya 'dinas', saya kurang menikmati semua aktifitas disana. Suatu hari, seorang kenalan Indonesia yang juga au pair di Islandia, Tirta, berniat datang ke Norwegia hanya untuk mengunjungi saya. (Aduh, serasa artis!) Tirta sudah bosan dengan vegetasi alam Islandia yang flat dan tak berhutan. "Aku kangen ingin lihat hutan dan pohon!" katanya saat itu.

Jadi, daripada saya hanya mengajak Tirta jalan-jalan di sekitar Oslo (yang membosankan ini), saya ajukan ide nge-trip ke kabin ala orang Norwegia bersama Mumu yang ternyata disetujui dengan excited! Rencananya kami akan pakai mobil Mumu, doi juga yang menyetir, lalu nanti semua pengeluaran dibagi bersama. Saya juga akhirnya diberi kabar bahwa Tirta datang tak sendirian, tapi bersama Smári, si pacar. More people merrier, makanya saya ajukan usulan trip ini ke teman lainnya. Dari yang tadinya ada 5 orang yang juga excited diajak, ending-nya (tetap saja), hanya saya, Mumu, Tirta, dan Smári yang berangkat.

Mencari kabin sepenjuru Norwegia sebetulnya tak terlalu sulit karena selain milik pribadi, banyak juga kabin yang disewakan untuk umum. Tapi, mencari kabin tradisional yang sering digunakan orang Norwegia untuk hyttetur punya syarat tertentu. Umumnya kabin yang disewakan terletak di pegunungan, hutan, dekat laut, atau pinggir jalan, nyaris in the middle of nowhere. Kabin ini juga tidak termasuk bangunan temporary yang disewakan di area camping site.

Untuk merasakan atmosfir cozy dan dekat dengan alam, saya sarankan menyewa kabin dari situs inatur atau DNT yang menyediakan banyak opsi untuk satu atau dua malam. Yang saya suka juga, kedua situs ini menyediakan banyak kabin tradisional di daerah hidden gems yang tak terlalu populer dan memang cocok untuk hyttetur.

Perlu dilihat juga detail setiap kabin karena banyak kabin di Norwegia disewakan dengan harga murah, namun tanpa listrik, air, dan toilet. Zaman dahulu orang-orang lokal hanya menggunakan penerangan dari lilin, air dari hasil lelehan salju, dan toilet kompos yang berada di luar atau disebut utedo. Sampai sekarang jenis kabin seperti ini masih banyak jumlahnya meskipun beberapa pemilik juga merenovasi ulang agar lebih modern.

Karena malas dengan segala aspek tradisionalitas yang masih eksis, saya dan Mumu sepakat untuk menyewa satu kabin selama 2 malam yang memiliki kamar mandi, toilet air, dan listrik. Mencarinya pun lumayan sulit karena kami juga tak mau bepergian terlampau jauh lebih dari 3 jam. Untuk yang akan berangkat dari Oslo, coba cari kabin di sekitar daerah Buskerud, Akershus, Østfold, atau Telemark, agar tak terlalu lama menyetir.

Selain itu, pencarian makin menyempit karena kami juga mencari kabin yang bisa check-out lebih siang. We just didn't want to wake up early on Sunday morning for checking-out. That's all! Banyak maunya memang.

Setelah proses pencarian, saya menemukan satu kabin lengkap yang bisa check-out sampai jam 3 sore! Letaknya di Nissedal, sekitar 3 jam-an naik mobil dari Oslo. Harganya NOK 990 per malam dan bisa sharing kalau kebetulan bawa teman banyak. Fasilitasnya lengkap seperti rumah biasa. Dapurnya sudah tersedia semua peralatan masak dan makan, kompor, dan oven.

Kabin ini adalah model nyaris sempurna yang masih menerapkan sisi tradisional Norwegia tanpa perlu membuat kami repot harus menimba atau bawa air dari luar dulu. Asiknya lagi, letaknya tepat di sisi danau yang memang jadi preferensi saya sejak awal! Perahu kecil juga disediakan bagi tamu yang ingin mengarungi danau dengan cara mendayung. Isn't it romantic and intimate? Kami berempat mencoba perahu sampai ke tengah danau dan mendapati tak ada bunyi sedikit pun disana. Oohh, our souls, tenteramnya.

Selain punya 2 kamar tidur yang muat sampai 6 orang di kabin utama, ada juga annex atau kabin kecil tambahan berisi tempat tidur yang muat 4 orang. Tambah seru kalau kebetulan bawa teman banyak dan ingin sharing cost! Apalagi kabinnya juga sederhana, tanpa tv, dan Wi-Fi. Tempat ini sesungguhnya adalah tempat ideal untuk menarik diri dari dunia maya dan hiruk pikuk dunia luar karena sering kali memang hilang sinyal. Asik kan bisa leluasa mengobrol tanpa gangguan ponsel?!

Yang perlu diingat, hyttetur bagi orang Norwegia adalah kesempatan me-recharge kebersamaan dengan orang terdekat sambil bertukar cerita. Setiap hari hanya makan tidur di kabin pasti akan membosankan. Makanya jangan lupa membawa kartu main, wine atau bir untuk teman mengobrol, dan memanfaatkan alam yang ada di sekitar kabin. Bersiap juga kalau ternyata sedang hujan dan tak banyak yang bisa dilakukan di luar!

Pilihlah kabin di sekitar pegunungan jika tertarik hiking dan berburu, atau kabin di dekat perairan jika ingin memancing di musim panas. Di musim dingin, orang-orang Norwegia lari ke ski resort atau kabin di daerah pegunungan untuk main ski, atau menyepi sebentar ke hutan kalau ingin cross country skiing. Manfaatkan juga fasilitas kabin yang tersedia seperti kapal atau alat pancing karena biasanya disediakan juga oleh pemilik kabin. Yang pasti, sepanjang tahun adalah waktu yang tepat mencoba hyttetur karena atmosfir yang terasa sama epiknya.

"Woke up like this" - Tirta

Karena sudah sering mondar-mandir hyttetur dengan orang Norwegianya asli, saya sangat menyarankan trip ke kabin ini bagi kalian yang sedang tinggal atau ingin ke Norwegia! Seriously saying, you won't get 'anything' by visiting Oslo only. Norwegia tak hanya fjord dan desa nelayannya, tapi juga hutan yang rindang serta gunungnya yang picturesque!

Kalau mampir ke Norwegia dalam waktu sedikit panjang, coba sekalian kombinasikan perjalanan dengan trip ke kabin. Tapi, perjalanan ini juga butuh persiapan karena kabin bukanlah sekedar tempat persinggahan. Rencanakan dari jauh hari, ingin mencoba aktifitas apa selain menginap di kabin, serta preferensi kabin seperti apa yang diinginkan. Kunci nge-trip di Norwegia; more people merrier, karena sesungguhnya tak ada trip yang murah tanpa sharing cost!

Tips lain dari saya:

  1. Pilihlah kabin yang sesuai dengan budget dan preferensi! Baca semua detail dengan teliti dan cek apakah kabin tersebut punya toilet di luar (utedo) atau di dalam (WC). Toilet di luar bisa jadi letaknya sekitar 20-50 meter dari kabin dan hanya 'dibilas' dengan serbuk kayu. Beberapa kabin juga tak punya listrik sehingga satu-satunya penerangan hanya berupa lilin atau pemanas dari tenaga matahari. Satu lagi, kebanyakan kabin juga tak punya air sehingga kita harus membawa air minum sendiri dari luar, ambil di danau, pompa sungai, atau air lelehan salju.
  2. Selalu cek prakiraan cuaca sebelum mulai perjalanan! Cuaca di Norwegia sering kali berubah dan tak menentu. Selalu siap baju hangat, sepatu yang nyaman, serta jaket hujan meskipun matahari di luar terang benderang.
  3. Jaga kebersihan kabin dengan memvakum lantai sebelum check-out serta membersihkan toilet jika masih ada noda. Cabin is not a hotel where you could litter and somebody picks it up! Buang segala sampah yang kita tinggalkan dan jangan merokok di area berkayu!

Tertarik mencoba hyttetur di Norwegia? You should, because it's worth to try!

Sunday, May 3, 2020

Tips 7 Alasan Mengapa Kamu Harus Digital Detox di Hutan Norwegia|Fashion Style

Setelah 3 minggu harus duduk manis di depan layar demi mengikuti kuliah dan meeting daring, liburan Paskah tahun ini rasanya hanya ingin meliburkan diri juga dari laptop dan ponsel. Apa daya, tak memungkinkan. Di krisis Corona seperti sekarang, tak banyak yang bisa dilakukan kecuali patuh pada peraturan pemerintah setempat untuk berdiam di rumah. Hiburan pun ujung-ujungnya serba digital, dari membaca berita online, menonton film favorit via online channel, ataupun berkomunikasi lewat media sosial.

Ketika Norwegia sedang dalam masa lockdown, orang-orang dipaksa harus meliburkan diri juga dari hyttetur (tur ke kabin) dan menjauhi sementara waktu tempat yang ramai. I think, Easter this year is quiet odd. Look at the sun outside! Air is getting warmer and icy water is cracking lately. Yet, we are trapped (mostly) at home.

Meskipun harus menjaga jarak dan membatasi interaksi fisik dengan banyak orang, tapi keluar sebentar demi menghirup udara segar itu tetap a must!Staying at home for 3 weeks makes my brain frozen! Lari sebentar ke alam liar dekat rumah adalah salah satu privilege di Norwegia yang lebih dari 60% wilayahnya adalah pegunungan dan hutan pinus. Kabar baiknya, hutan di Norwegia ini bisa jadi terapi di kala stres. Inilah 4 alasan mengapa digital detox di hutan Norwegia bisa memperbaiki mood jelek mu!

1. It's loose

Dengan hanya 5 juta penduduk jiwa, alam Norwegia masih sangat virgin dengan 37% total wilayahnya adalah hutan pinus yang rindang. Ingin tinggal di ibukota ataupun pedesaan, kita bisa langsung menjajakkan kaki dengan mudah ke beberapa spot terbaik untuk menikmati alam. Kamu tak perlu baju bagus dan makeup tebal hanya untuk berpetualang di hutan, karena yang dibutuhkan hanya pakaian yang nyaman dan sepatu olahraga yang tepat untuk perjalanan panjang. Baiknya lagi, kamu tak perlu keluar uang dan jadi konsumtif hanya untuk menghirup udara segar di hutan!

2. Bring back the reminiscence

Menapakki hutan di Norwegia membuat saya teringat dengan masa kecil ketika kampung saya masih banyak pepohonan. Hidup rasanya masih sangat menantang ketika bersentuhan langsung dengan alam liar. Kaki becek karena lumpur rawa, hide and seek di balik pepohonan, ngebolang mencari 'harta karun' di balik pohon tumbang, hingga mencicipi banyak buah liar yang manis. The landscape always brings back the good memory of my childhood in Indonesia.

Terakhir kali jalan-jalan dengan Mumu di hutan, doi terlihat sangat bersemangat dan being childish dengan menyapa setiap gundukan rumah semut yang kami temui sepanjang jalan. Kadang doi meniup-niup beberapa kawanan semut tersebut sambil berkata, "time to wake up and go to work, Guys!" Sounds so silly karena saat itu sudah jam 6 sore.

Three. Soothe our thoughts and frame

Foto di atas diambil minggu lalu, ketika perairan Viken (daerah sisi timur dari Oslo) masih tertutupi oleh es. Yang saya suka dari hutan di Norwegia, kita bisa menikmati pemandangan lain seperti danau atau sungai dangkal dari bukit di pinggiran hutan. Everything is so calm because all you hear is just the birds chipping or pine leaves dancing through the wind. Duduklah di sisi pinggir bukit sambil merasakan hangatnya sinar mentari menyentuh kulit, tutup mata sebentar, lalu rasakan suara alam sekitar.Ohh, it is so good than wandering your favourite shopping center!

Menurut penelitian, hanya dengan memandang hamparan hijaunya hutan selama 20 menit, kita bisa mengurangi kadar kortisol saliva sampai 13,4%. Kortisol adalah hormon stres yang dalam waktu lama dapat menekan sistem kekebalan tubuh, bersama dengan efek negatif lainnya. Bahkan terkadang, saya sampai terpikir untuk bawa tikar, goleran tidur siang, dan melupakan penatnya dunia digital di tengah krisis Corona.

4. Recreational spot

Dibandingkan negara kaya lainnya di Eropa, jumlah pusat perbelanjaan di Norwegia termasuk yang paling sedikit. Masyarakat lokal memang tak terbiasa refreshing ke mol setiap minggu atau jadi hedonis hanya untuk menghilangkan penat. Bahkan di banyak pusat perbelanjaan di Oslo, muka-muka imigran adalah yang paling sering ditemui saat akhir pekan dan liburan.

No wonder, karena orang lokalnya sendiri sering lari ke kabin sedari Jumat sore atau lebih banyak menghabiskan waktu di luar ruangan sekalian olahraga. Dari berski di hutan, hiking, trekking, camping, atau hanya mencari spot terbaik untuk barbeque sekalian berkumpul bersama orang-orang terdekat, adalah beberapa kegiatan yang akan kamu sering dengar dari orang lokal.Sounds demanding memang, karena kadang trek yang tersedia di hutan sangat panjang dan menyulitkan.

5. Safe and sound

Oke, saya tahu tak semua orang Indonesia mau berpetualang di hutan dikarenakan imajinasi liar soal bahayanya hewan buas serta adanya sisi mistis dan kriminal pelengkap horornya hutan di Indonesia. Tapi jangan terlalu paranoid, Teman-teman! Sebagian besar hutan yang ada di Norwegia dilindungi pemerintah dan sudah dikelola oleh DNT dan organisasi alam liar lainnya. Contohnya DNT ini, mereka adalah organisasi yang bertanggungjawab terhadap aktifitas luar ruangan di daerah Oslo dan sekitarnya. DNT ini juga yang bertugas membuat trek, memberikan papan rekomendasi arahan agar kita tak tersasar, serta mereka juga yang mengelola banyak kabin di hutan untuk disewa.

Karena hutan adalah tempat rekreasi terfavorit warga lokal, tak jarang kita akan berpapasan dengan orang lain di tengah perjalanan. Artinya, jikalau pun kamu tersesat, jatuh terpeleset, atau butuh pertolongan, shout out loud dan segera hubungi polisi via ponsel. Sebagian besar hutan di Norwegia bukanlah jenis hutan belantara tanpa sinyal yang harus membuat mu takut berpetualang.

6. Less chance

I am not gonna lie but bears, wolves, and snakes exist in Norway! Namun tidak seperti di Asia, keberadaan hewan liar ini justru tidak tersebar di semua tempat dan kesempatan untuk melihat mereka pun sangat langka. Kebanyakan populasi beruang dan serigala hidup di daerah utara, sementara populasi ular lebih banyak hidup di daerah perhutanan Norwegia Selatan.

Di sini, hanya ada 3 jenis ular dan hanya 1 diantaranya yang berbisa. Ular yang ada di gambar adalah jenis ular berbisa yang saya dan Mumu jumpai saat kami jalan-jalan di hutan. Ukurannya tidak besar, mungkin seukuran ular remaja yang sedang menikmati sunbathing time. Jenis ular ini juga sangat pasif dan hanya akan menggigit ketika sedang terancam. So, it's really important to wear good shoes and watch your steps! Moreover, no tigers or boars!

7. Sink the extravagance

Bagi yang belum tahu, sebelum Norwegia kaya seperti sekarang ini, mereka hanyalah bangsa jajahan yang berganti-ganti kepemimpinan oleh Kerajaan Denmark dan Swedia. Banyak perak dari negara ini dicuri dan dibawa lari ke Denmark dengan menelantarkan Norwegia dengan populasi pekerja yang kebanyakan petani dan pelaut. Hingga di tahun 1970, mereka menemukan sumber daya alam minyak bumi yang membuat bangsa ini kaya raya seperti sekarang.

Tapi sebelum menjadi bangsa modern, mereka hanyalah masyarakat lokal yang sering menghabiskan waktu di luar ruangan dengan menjadikan ski sebagai alat transportasi berpindah tempat di kala musim dingin. Tempat tinggal mereka juga hanya rumah kayu sederhana dengan keterbatasan toilet dan air. Makanya tak heran, hingga saat ini beberapa kabin yang dibangun di daerah hutan masih minim air dan toilet letaknya di luar. Kebiasaan ini pun lahir dari nenek moyang mereka sejak dulu dan masih menjadi budaya unik yang membuat Norwegia berbeda dari 2 negara Skandinavia lainnya. Jadi kalau kamu berencana ke Norwegia, jangan bayangkan nightlife di Stockholm atau Kopenhagen, karena yang kamu harus nikmati adalah sisi modest dan menyepi di kabin saat akhir pekan.

I enjoy every step in Norway since the enchanting and modest landscape always bring a good memory of my childhood! But w hat do you think about forest therapy in Norwegian woods? Where do you go for digital detox if friending with nature is not your option?

Saturday, May 2, 2020

Tips Ke Norwegia, Wajib Coba Menginap di Rorbu, Kabin Nelayan!|Fashion Style

Kalau selama ini kamu hanya tahu Norwegia karena keindahan alam di sisi Timur dan Baratnya yang luar biasa, cobalah sekalian mampir ke Norwegia Utara. Tidak sama seperti kawasan lain yang penuh pepohonan, fjord, dan taman nasional, kawasan di Utara lebih terkenal sebagai daerah perairan dan ladang-ladang kecil yang menawarkan pemandangan sama spektakulernya! Bahkan menurut saya, lebih indah dan 'hangat' dari Norwegia Selatan. I cannot tell you how much I miss to be back to the North, terutama ke Lofoten!

The modest feeling in Lofoten Island membuat saya dan Mumu selalu rindu ingin kembali. Selain karena kesederhaannya, ada pengalaman menarik lain yang bisa kamu coba selama mengunjungi desa nelayan ini; menginap di kabin nelayan! Rorbu atau kabin nelayan, berasal dari kata-kata "ro" yang berarti mendayung, dan "bu" berarti rumah kecil berhubungan erat dengan kata "bo" yang juga berarti tinggal. Dulunya, banyak nelayan yang mengjangkau sisi pantai hanya dengan memakai perahu dayung hingga akhirnya di abad ke-19 perahu bermotor pun mulai diperkenalkan.

Rorbu sendiri sebetulnya hanyalah kabin musiman yang dipakai oleh para nelayan selama musim panen ikan. Bangunan ini berupa rumah tinggal sementara yang berisi dua ruangan, satu sebagai tempat penyimpanan alat dan ikan hasil tangkapan serta satu ruangan lagi adalah ruang tamu merangkap ruang tidur. Rorbu dibangun dengan tiang-tiang kayu layaknya rumah panggung di pinggir laut, yang memungkinkan para nelayan menaruh perahu mereka tepat di samping bangunan.

Karena naiknya jumlah turis yang mengunjungi Pulau Lofoten setiap tahun, industri pariwisata di tempat ini pun menjadi salah satu komoditas lokal. Banyak desa di kawasan Lofoten disulap menjadi lebih 'modern' dengan rorbu dan bangunan pengolahan ikan, yang bercat warna merah mendominasi pulau. Kalau kalian bertanya-tanya mengapa banyak bangunan dicat dengan warna merah, itu dikarenakan dulunya cat merah dari minyak ikan inilah yang paling murah meriah. Sekarang, warna okre atau kuning tua pun semakin sering digunakan.

Banyak kabin dibangun masih berdekatan dengan rak-rak ikan kod yang dikeringkan sebagai bagian dari atmosfir alami, contohnya foto pembuka postingan. Sekarang, rorbu sudah menjadi penamaan yang digunakan ke seluruh jenis kabin atau rumah-rumah pinggir laut yang berada di luar Lofoten. Meskipun, sejarah otentik dari rorbu sendiri berhubungan erat dengan Lofoten. Beberapa bangunan di sini masih asli, meskipun interiornya sudah direnovasi sesuai dengan kenyamanan para turis.

Dulu, tak ada toilet di dalam bangunan karena kalau pun harus buang air, nelayan bisa langsung pergi ke perairan. Sekarang sudah banyak rorbu yang dibangun dengan fasilitas sangat nyaman dengan ukuran standar sederhana hingga high-end. Kamar mandi di dalam, dapur lengkap, ranjang yang nyaman, sampai koneksi WiFi.

Meski yang kita lihat hanya berupa bangunan kayu sederhana, namun menginap di rorbu juga tak murah! I know, this is Norway, tidak ada yang murah di tempat ini. But more for me, this is more than just "Norway". Karena menurut saya, yang mahal justru adalah pengalaman dan atmosfirnya yang tidak bisa kita temukan di tempat lain. Banyak rorbu bahkan sengaja dibangun di lokasi paling scenic demi menciptakan pemandangan mewah, berdekatan dengan restoran seafood yang enak, ataupun menambahkan fasilitas yang lebih mirip boutique hotel agar lebih elegan.

Sewaktu mengunjungi Lofoten, saya dan Mumu menyewa satu rorbu di kawasan Svolvær yang juga adalah salah satu rorbu paling direkomendasikan banyak orang, Svinøya Rorbuer . Fasilitasnya meliputi kamar mandi dalam, ruang tamu, dan dapur berperlengkapan lengkap. Tahun lalu harga yang kami bayar per malam sekitar NOK 1100 (€110), namun terakhir kali saya lihat harga termurah sekitar NOK 1600. Karena berada di daerah perkompleksan rorbu, jangan sedih jika terpaksa harus mendapat kabin di daerah daratan yang sedikit jauh dari perairan. Beberapa kabin memang sengaja disewakan dengan harga lebih mahal dengan fasilitas balkon yang langsung menghadap lautan.

Yang paling menarik dari rorbu ini menurut saya adalah restoran pribadi yang sekalian beroperasi di dekat kabin, Børsen Spiseri . Bukan iklan, tapi katanya ini adalah salah satu restoran terbaik di Lofoten! Saya dan Mumu awalnya tak tertarik, namun karena melihat menunya yang sangat menantang, paus dan pipi sapi, kami walk-in untuk mencoba. Sayangnya zonk, karena untuk mendapat satu meja di sini, kita harus booking dari jauh-jauh hari! Restoran cepat saji seperti burger dan pizza juga tersedia di sini, tapi bagi kami, datang jauh-jauh ke Lofoten tapi tetap makan pizza, useless!

Beberapa rorbu yang direkomendasikan lainnya di Lofoten:

  • Sakrisøy Rorbuer di daerah Reine, lebih dekat menuju pelabuhan ke Bodø. Harga terakhir yang saya lihat di akhir musim panas, paling murah sekitar NOK 1800 untuk 2 orang.
  • Eliassen Rorbuer yang juga masih di wilayah Reine,menawarkan harga paling murah di atas NOK 2500 akhir musim panas dengan letak kabin yang berada di sisi laut.
  • Maybua  dengan pemandangan langsung menghadap laut dan pegunungan, bisa kamu pilih jika ingin patungan karena harga satu kabin dengan kapasitas 4 orang sekitar NOK 3000.

Rorbu otentik lainnya di luar Lofoten:

  • Dønna Rorbuer di daerah Helgeland, yang berada di Norwegia Tengah, merupakan penginapan sederhana dengan konsep rorbu yang berisi banyak kamar. Harga paling murah adalah NOK 1200 untuk satu kamar berkapasitas 2 orang.
  • Rorbuferie i Bud berada di kawasan Møre og Romsdal yang ada di sisi barat Norwegia. Karena letaknya juga berada di desa nelayan, atmosfir otentik bisa kamu rasakan di sini.

Ngomong-ngomong, ada banyak sekali penyebutan nama dalam bahasa Norwegia untuk satu hal yang cukup identik. Contohnya rorbu ini, kadang sering bercampur dengan sjøhus (rumah di sisi laut), gjestehavn (penginapan di pelabuhan), dan hytte (kabin). Di Lofoten sendiri kadang turis sering dibuat bingung apa yang membedakan banyak bangunan bercat merah kalau semuanya sama-sama berada di sisi lautan.

Alright! Rorbu, seperti yang saja jelaskan di atas merupakan rumah kecil dengan fasilitas sangat sederhana. Biasanya hanya berupa kamar dan dapur, meskipun banyak yang sudah dilengkapi kamar mandi dalam. Rorbu dibangun di sisi perairan dengan tiang-tiang kayu layaknya rumah panggung. Sementara sjøhus yang sama-sama berada di pinggir laut biasanya punya fasilitas lebih lengkap layaknya rumah tinggal, lebih modern dan kadang dibangun dengan tambahan beton atau batu.

Lalu gjestehavn, tidak berupa kabin kecil namun bangunan penginapan lebih besar yang memiliki banyak kamar. Jadi yang disewa bukan bangunannya, tapi per kamar. Meskipun dibangun dari kayu dan sama-sama berada di sisi laut, namun karena cukup besar, bangunannya lebih menjorok ke daratan daripada perairan. Sementara hytte lebih berfungsi sebagai rumah liburan, walaupun catnya sama-sama merah. Jadi kalau kamu tertarik menyewa rorbu suatu hari, pastikan tempat yang kamu tuju bukanlah hytte biasa.

Sejujurnya saja, rorbu sendiri bukan pengalaman baru bagi saya yang berasal dari Palembang. Meskipun tinggal di sisi Ilir, namun di sisi Ulu kota ini terkenal dengan daerah para nelayan ikan yang tinggal di kawasan Sungai Musi dengan rumah panggung kayu. Banyak juga warga yang masih mengolah ikan secara manual sekalian mengeringkan ikan asin di atap-atap rumah. Rumah-rumah panggung ini juga seringkali jadi objek foto dan pemandangan bagi pengunjung di kawasan Benteng Kuto Besak. Tak kalah menarik, sampai sekarang pun kamar mandi masih nihil layaknya rorbu di Norwegia jaman dulu. Bedanya, rorbu di Norwegia bisa disulap jadi rumah penginapan dan daya tarik, sementara di Palembang rumah panggung ini masih digunakan sebagai tempat tinggal warga.

But again, if you have a chance to visit Northern Norway someday, be sure to book a fisherman's cabin! Ada pengalaman berbeda yang akan kalian dapatkan di sini karena semuanya begitu terasa sederhana dan hangat. You'd understand, before being this rich, Norway was just a poor country under Danish & Swedish kingdom, with populations of farmers and fishermen. (Yang penasaran soal pengalaman saya dan Mumu road trip sampai Norwegia Utara, buka postingan ini! )