Au pair mana yang ingin punya masalah dengan keluarga angkat mereka? Terlebih lagi setelah lama kenalan dan bicara via Skype, mereka merasa sudah kenal satu sama lain dengan lebih baik. Namun ekspektasi sebelum berangkat tak jarang selalu berbeda dengan realita. Mendengar cerita dari teman-teman au pair yang lain, banyak dari mereka mendapati kenyataan yang berbeda dengan kontrak tertulis yang sudah dibuat bersama.
Bukan hanya seorang au pair, banyak keluarga angkat yang merasa surprise juga mendapati au pair yang ternyata berbeda dari yang mereka kenal selama ini. Bisa jadi seleksi host family - au pair ini sebuah perjudian.
Sebenarnya au pair, terlebih yang dari Indonesia, tidak pernah meminta aneh-aneh juga dari host family. Setidaknya, host family harus lebih menghargai kontrak kerja, jujur, dan jangan terlalu mean. Kebanyakan yang tertulis di kertas hanyalah formalitas belaka. Host family juga kadang tidak jujur dengan apa yang ditulis disana. Padahal yang menguatkan au pair hanyalah kontrak kerja tersebut.
Namun tak jarang, ada juga host family yang sangat menghargai apa yang sudah mereka sepakati bersama. Regulasi au pair hanya boleh bekerja selama 4 jam, ya mereka tetap membatasi pekerjaan au pair segitu. Atau saat au pair kerja ekstra, mereka sanggup bayar lebih.
Tapi ketemu keluarga yang begini susah sekali. Walaupun host family sudah pernah meng-hire au pair sebelumnya, kadang masih juga belum bisa menghargai apa yang tertulis di kontrak. Ujung-ujungnya au pair jadi kecewa dan mulai berpikir untuk mengakhiri kontrak dengan keluarga tersebut. Bagaimana kalau sudah begini?
1. Jangan takut
Saat kita merasa sudah tidak nyaman dengan kondisi di rumah, cobalah untuk tetap bersikap tenang dan be positive. Sebelum memutuskan untuk mulai mencari keluarga baru, kita tetap harus berpikir apa yang membuat kita tidak nyaman disana.
Seorang teman saya, merasa harus kerja rodi nyaris setiap hari. Namun perlakuan host family-nya yang sangat baik dan care, membuat dia berpikir ulang untuk pindah keluarga baru. Walaupun mesti kerja rodi, pada dasarnya dia sendiri tidak pernah disuruh-suruh melakukan sesuatu. Pekerjaan itu dia lakukan karena memang merasa tidak enakan dengan keluarganya yang baik itu. Coba pertimbangkan lagi apa yang membuat kita masih harus bertahan, atau hal tak termaafkan apa saja yang membuat kita memang harus keluar.
2. Segera hubungi agensi atau teman-teman au pair lainnya
Posisi agensi disini adalah sebagai penengah antara kita dan host family. Sejauh ini, saya memang sering menghubungi agensi untuk mediasi atau sekedar bertanya hal-hal yang membuat saya kalut. Agensi juga tidak selamanya memihak ke host family kok, mereka juga kadang memberikan saran yang meringankan au pair.
Bagi yang bekerja tanpa bantuan agensi, coba hubungi teman-teman au pair lainnya untuk minta saran. Karena biasanya pengalaman dan saran mereka bisa dipertimbangkan untuk langkah kita selanjutnya.
3. Mulailah berkomunikasi tentang apa yang kita rasakan ke host family
Hal ini sebenarnya tidak mudah, karena saya pun termasuk orang yang sangat sulit mengutarakan apa yang saya rasakan ke orang lain. Namun karena benar-benar harus jujur, saya berani bicara ke host mom tentang kekecewaan saya. Walaupun sempat berdebat dan akhirnya malah saya yang banyak diam, namun setidaknya host mom mengerti apa yang membuat saya kecewa.
Memang tidak 100% saya jelaskan semuanya ke dia, karena jujur saja, saya juga takut bicara dengan orang yang gampang emosian dan mau menang sendiri. Agar omongan lebih terarah, coba tulis dulu hal-hal apa saja yang membuat kita merasa tidak nyaman lagi bersama mereka. Dengan begini, kita bisa lebih jelas mengutarakan maksud kita ke host family.
4. Kalau memang jalan satu-satunya hanyalah dengan ganti family baru, segeralah hubungi agensi untuk minta dicarikan host family lain yang sedang urgent butuh au pair.
Sembari menunggu berita agensi, ada baiknya juga kita mencari sendiri lewat internet. Harus diperhatikan juga waktu kita mencari host family baru hanyalah 2 minggu setelah putus kontrak dengan family lama.
Kalau family-nya sudah benar-benar kecewa, bisa jadi belum 2 minggu, kita sudah diusir dari rumah mereka. Atau ada juga host family yang bersedia memberikan kita waktu beberapa bulan mencari family baru, karena sebenarnya mereka juga masih butuh bantuan. Jika sampai waktu yang diberikan kita juga belum dapat family baru, mau tidak mau kita harus pulang ke Indonesia. Namun kita harus tetap tenang, karena agensi biasanya akan memberikan opsi lain yang membuat kita masih bisa bertahan tanpa harus pulang lebih awal.
5. Bekerjalah lebih baik selama pencarian
Walaupun kita merasa sudah malas-malasan dan tidak nyaman tinggal, tapi kita harus tetap bekerja dengan lebih baik di rumah host family yang sekarang. Anggap saja itu upah karena mereka masih memberikan kita kesempatan tinggal selama mencari keluarga baru.
6. Tinggalkan kesan baik pada host family lama
Sekecewa-kecewanya saya, sesakit-sakit hatinya saya, tapi saya merasa tetap harus berterimakasih dengan host family yang dulu. Walau bagaimanapun, mereka yang sudah membawa saya ke Eropa. Mereka juga sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit mengundang seorang gadis asing untuk mengurus anaknya.
Tapi memang pada dasarnya host family saya ini baik, makanya juga saya tidak mau ada "perang" lagi ketika pindah dari rumah mereka. Saya tetap ingin menjaga komunikasi dan meninggalkan kesan baik dengan semua keluarga disana. Namun ada juga teman saya yang merasa host family-nya tidak perlu dikasih hati lagi karena sudah sangat keterlaluan. Kalau kasus yang begini, memang sebaiknya tinggalkan saja!
Sekali lagi, tidak pernah ada yang tahu apa yang akan terjadi. Saya pun menilai, pekerjaan-pekerjaan tak terduga di luar kontrak kerja bisa diberikan karena host family sendiri tidak ingin rugi. Namun kalaupun memang terjadi masalah, be brave!
Kita jangan takut kalau memang benar. Jangan sampai waktu setahun di Eropa jadi kelam dan kelabu hanya karena masalah ganti family ini. Kalau memang jalan satu-satunya harus ganti family dan memulai hidup baru, face it!
No comments:
Post a Comment