Wednesday, July 1, 2020

Tips Islandia: Perburuan Aurora di Atas Kapal|Fashion Style

Setelah mengecek harga paket tur yang ada di beberapa website agensi di Islandia, saya akhirnya memutuskan membeli paket Northern Lights by Boat dan Whale Watching di Special Tours dengan masing-masing harga 9900 ISK. Karena membeli dua paket tur, saya mendapatkan diskon 1000 ISK dari pihak agensi.

Sepuluh hari sebelum keberangkatan, saya terus-terusan mengecek prakiraan cuaca di Reykjav?Okay. Beberapa hari ke belakang, Reykjav?K sedang diguyur hujan deras ditambah angin kencang. Kalau memang saat saya disana ternyata hujan, sayang sekali kalau harus membatalkan tur aurora dan paus yang sudah direncanakan.

Finally saya sudah di Reykjavík. Beruntung sekali weekend kali ini Reykjavík sedang good mood, tiada hujan, tiada salju. Suhu saat itu hanya 1°C, tapi anginnya kencang gila-gilaan. Muka saya sampai merah-merah serasa ditampar. Karena merasa sudah pas dengan pakaian yang digunakan, saya pun sampai sengaja tidak membawabeanie hat dan syal. Tolol!

Tur pertama saya adalah Northern Lights through Boat yang akan dimulai jam 9 malam. Lima belas menit sebelum tur, saya sampai di depan kapal yang akan digunakan untuk tur. Seorang kru cewek dari pihak agensi sudah berdiri tepat di depan kapal untuk mengecek nomor reserving dan tiket tamu.

Bagian dalam kapal terdiri dari dua lantai, bagian paling bawah dan tengah. Tidak terlalu ingin terombang-ambing ombak, saya pun memilih duduk di lantai kedua. Seorang gadis muda Jerman dan ibunya mempersilakan saya duduk di dekat mereka ketika tahu saya datang sendirian. Banyak tempat duduk sudah mulai terisi penuh. Kebanyakan orang memang datang bersama teman, keluarga, ataupun pacar, tidak ngenes seperti saya yang jadi single fighter malam itu.

Jam nine teng, kapal mulai bergerak meninggalkan pelabuhan. Seorang kru, yang ternyata adalah cewek di depan kapal tadi, datang dan menyambut tamu. Dia menjelaskan tentang keamanan, isi kapal, dan tur yang akan berjalan hingga tengah malam.

Karena aurora adalah fenomena alam yang tidak bisa diprediksi, si cewek menghimbau agar tamu tetap bisa mengikuti tur-tur di hari berikutnya jika malam itu belum puas. "Please remember, you are in the North Atlantic! Even it's colder, but try to enjoy and have fun." tambahnya lagi. Ketika mendengar kata-kata itu, entah kenapa seketika saya merasa sudah terlalu jauh dari rumah.

Dua puluh menit awal, kapal mulai bergerak lebih cepat hingga empat puluh menit berikutnya. Kapal mulai terombang-ambing ombak kencang sampai membuat seseorang yang berjalan di atas kapal harus lebih hati-hati melangkah.

Dari awal, si cewek juga sudah memberikan instruksi untuk menggunakan jaket penahan dingin, mirip jaket astronot, yang sudah disediakan oleh kapal. Sialnya, jaket tersebut ada di lantai bawah. Artinya, saya harus berjalan pelan ke bawah dan memasang jaket dalam keadaan kapal disko begini. Aduh!

Saat melihat banyak orang yang mulai angkat pantat turun ke bawah, saya pun memaksakan diri berjalan. Kepala saya sudah mulai nyut-nyutan sebenarnya. Ditambah lagi harus memasang jaket dari bagian kaki hingga ke leher. Karena kapal sedang bergerak cepat, saya dan beberapa orang harus terombang-ambing kesana kemari hingga terjatuh, sebelum jaket benar-benar terpasang.

Lebih dari satu jam diombang-ambing ombak, kapal akhirnya menurunkan jangkar di tengah lautan jauh dari keramaian pusat kota. Orang-orang pun mulai keluar menuju dek bagian atas kapal. Sembari menunggu aurora muncul, seorang kru laki-laki bercerita menggunakan pengeras suara bagaimana aurora bisa muncul, cara agar mereka muncul, ataupun cerita-cerita lain yang berhubungan. Lucunya, si kru ini sampai bernyanyi untuk "memanggil" aurora.

Setelah selesai gilirannya, kru cewek yang tadi menyambut kami, berganti mic memberikan informasi serta cerita-cerita lain tentang aurora. Suaranya yang lembut seperti sedang memohon agar si aurora muncul ketika 30 menit berselang belum juga ada tanda-tanda cahaya menari di langit Reykjavík. Layaknya kepercayaan orang-orang Viking di Islandia, si cewek juga menyuruh para tamu kapal menyilangkan tangan ke langit untuk memanggil aurora. Aneh ya.

Meskipun sudah memakai jaket anti angin, tapi badan saya tetap merasa kedinginan. Karena tidak memakai topi, telinga dan kepala pun ikut dingin. Tidak juga melihat aurora malam itu, saya kembali lagi ke dalam kapal menghangatkan diri. Beberapa tamu juga terlihat tertidur karena mabuk laut. Di sisi lain, saya melihat seorang keluarga Belanda yang sepertinya tidak tertarik dengan aurora, hanya mengobrol santai layaknya di kafe.

Perut saya mulai tidak enak, ditambah pusing dan mual, sepertinya saya juga mabuk laut. Satu jam di atas kapal disko membuat badan saya terombang-ambing kesana-kemari. Harapan hebat melihat aurora pun saya tanggalkan jauh-jauh ketika tidak sanggup lagi keluar masuk dek tanpa mesti ditampar angin Islandia.

Sebenarnya saya mendengar jelas si kru cewek beberapa kali memanggil tamu untuk menangkap aurora dengan kekuatan lemah yang muncul di langit. Aurora sendiri sebenarnya tidak hanya berwarna hijau, tapi juga bisa jadi abu-abu ataupun merah muda tergantung dengan kekuatan cahaya itu sendiri. Meskipun kita sering melihat di foto kemagisan si aurora, tapi faktanya, sangat sulit melihat aurora dengan mata telanjang saat kekuatan cahaya sedang lemah.

Setelah cukup lama kapal terdiam, akhirnya si kru memutuskan untuk menghentikan perburuan aurora malam itu. Untunglah kapal bergerak dengan laju lambat saat kembali ke pelabuhan. Para tamu pun mulai kembali ke tempat duduk mereka dengan muka pucat. Gadis muda Jerman dan ibunya menyapa saya lagi, lalu menceritakan tentang aurora yang tak berhasil mereka lihat, hingga si gadis yang juga sedang mabuk laut seperti saya.

Melihat saya menaruh kepala di atas meja, seorang kru datang menghampiri untuk menanyakan keadaan. Saat tahu sedang tidak fit, dia menawari permen jahe untuk diemut. Tidak membantu, tapi lumayanlah. Good service.

Saat perjalanan balik menuju pelabuhan, seorang kru menunjukkan beberapa foto yang berhasil ditangkap oleh dua orang tamu. Terlihat bersitan aurora berwarna hijau di langit Reykjav?Okay muncul malam itu. Lensa kamera dengan pengaturan lensa yang baik memang bisa menangkap aurora yang tidak bisa ditangkap oleh mata telanjang. Di dalam kapal pun juga sudah ditempeli guidelines bagaimana mengatur lensa DSLR agar mampu menangkap objek secara maksimum.

Oke, aurora memang muncul dengan kekuatan lemah, tapi badan saya juga ikut melemah ini. Lupakanlah si aurora, saya hanya ingin secepatnya kembali ke hostel dan istirahat!

PS:

Karena keadaan kapal yang bergerak kencang, saya tidak bisa mengambil foto saat di dalam kapal. Saat kapal sudah turun jangkar, saya juga tidak bisa mengambil kamera karena tersimpan di mantel (yang sudah dibungkus rapih jaket astronot)

Tuesday, June 30, 2020

Tips Eat Clean: Smoked Salmon Salad|Fashion Style

I do LOVE smoked salmon. No pleasant find in the groceries beside taking packs of smoked salmon inside the shelves to my buying basket. I can eat them with a sandwich, alone, or rolled into my sushi.

It's this type of responsible pleasure to continually emerge as eating more than 100 gram smoked salmon almost each day. Okay, blame me for this. But, I'm a salty food aficionado and smoked salmon are simply too true.

Whether silky-easy and bloodless-smoked, served over cheese-smeared bagel, or as the hot-smoked, richly flaky, rosy-purple centerpiece of a charcuterie platter, smoked salmon is a culinary indulgence that can easily be bought in normal grocery stores in addition to specialty food stores. While salmon is a nutritious and wholesome protein preference, smoked salmon increases the sodium content of the fish.

There is also concern that eating smoked foods can increase cancer risk. There is some evidence, albeit weak, that high intakes of smoked foods—in particular meat and fish— increase the risk of stomach cancer. The best way to balance my sodium intake is by including plenty of fruits and vegetables in my daily diet. A high intake of fruits and vegetables is associated with protection from stomach cancer.

My Danish family treasure salad! They eat salad almost every day with their "dry" meal. Salad is like oase for their mouth after eating too much meat. No need salad if they eat rice with curry. But whenever I see my host dad prepares salad for dinner, it's so intriguing. He really takes care of what should he puts in his bowl. There is always green from the leaves (of course!) and red inside.

"Food is a visible component. Salad is sort of a refreshment at the desk. Once you spot some thing clean, something pink, something fancy, your eyes will note and your mouth receives watered. You need it!" he stated.

To be honest, I disliked salad. In Indonesia, it's now not common for us to consume raw greens. Everything desires to be steamed or at least semi-cooked. Eating raw leaves way which you are equal with cows and goats. So, not our aspect.

But because I love my body, I love salmon, and I try to adore eating clean, I'm trying to fancy my bowl for lunch. I think my host dad is right, we need colours in our plates. I have to eat raw food and fresh vegetables more! So, I've made this recipe for myself.

Smoked Salmon Salad

Beautifully brilliant mixture of everything in our fridge!

Ingredients:

Crispy lettuce

50 g smoked salmon

half can of sweet corn

1 tomato

1/four cucumber

1 slice of rye bread

1 avocado

A pinch of cayenne pepper (I'm a huge fan of highly spiced meals)

I like gambling with colours and put almost the entirety in our fridge into my massive bowl. I was no longer in reality sure approximately the flavor, but exceedingly loved it! Even even though it is easy, but all the extraordinary elements and the spicy dressing made this a snazzy facet dish or adorable lunch essential dish. Since I organized it in a huge bowl, so it turned into pretty sure filling.

Tips Bebasnya Bermesraan di Tempat Umum|Fashion Style

Beberapa minggu yang lalu, saya sempat menemani seorang cowok Korea-Amerika yang datang ke Kopenhagen karena urusan pekerjaan. Karena hanya datang beberapa hari saja, si cowok bermaksud minta temani minum-minum sekalian ngobrol.

Kopenhagen adalah kota kedua yang dia kunjungi setelah London. Setelah ngerumpi seru, saya tahu kalau si cowok sebenarnya bukan orang yang maniak jalan-jalan seperti saya. Kalau bukan karena urusan pekerjaan, si dia lebih senang menetap saja di Philadelphia dan minum-minum bersama temannya.

Karena tidak terlalu suka jalan-jalan dan eksplor tempat baru, cowok ini juga terlalu "everyday" alias menganggap Eropa terlalu aneh.

"Di Amerika, kalau kamu sendirian di bar, biasanya akan ada saja yang mengajak ngobrol dari kanan kiri. Sangat mudah cari kenalan ataupun sekedar teman ngerumpi. Di Denmark, semuanya terkesan individualis dan tertutup," komentarnya.

Welcome to Denmark!

"Tadi saya ke toilet, melewati sepasang muda mudi di sofa sana. It's so weird! Mereka ciuman tanpa henti. Pas saya selesai dan lewat, ciumannya juga masih lanjut," katanya lagi ketika kami sedang berada di sebuah bar fancy favorit saya.

Saya nyengir, "iya, memang begitu (di Denmark). Tidak akan ada yang peduli apa yang kamu lakukan, asalkan jangan berhubungan seks saja disini."

"What? Aneh! Itu tidak sopan, you know? Di Amerika, kalau kamu ingin melakukan yang seperti itu, mending di tempat tertutup. Ada sih yang ciuman di tempat umum, tapi kebanyakan anak-anak ABG yang lagi kasmaran lah. Pokoknya PDA (Public Display Affection) itu terlalu kekanakkan. Mungkin kalau kamu melihat di tv, kayaknya semua film ada bumbu ciuman dan seksnya. Tapi faktanya, seks masih tabu di Amerika."

Si cowok ini berkali-kali mengecap Denmark negara aneh karena sungguh berbeda dari Amerika. Budaya rekan kerja, sistem sosial, hingga betapa bebasnya capcipcup di tempat umum.

Welcome to Scandinavia!

Saya akui, negara-negara Skandinavia (dan Nordik) termasuk yang sangat terbuka terhadap nudity dan seks. Di negara ini, seks bukan lagi hal yang dianggap tabu. Banyak buku dan siaran tv yang secara langsung menunjukkan tentang nudism.

Saya pernah melihat salah satu buku Emilia, host kid saya, tentang proses bagaimana bayi dibuat hingga masa persalinan. Di buku tersebut pun terpampang jelas bagaimana si ilustrator menggambarkan alat kelamin, hubungan ranjang, hingga keadaan bayi keluar dari itunya si ibu.

Karena keliberalan inilah, banyak juga anak-anak ABG yang tidak malu menceritakan tentang cerita seks mereka dengan orang tua. Hubungan seks juga seringkali jadi percobaan dulu sebelum ingin dibawa kemana sebuah hubungan. Banyak anak muda yang berkenalan dengan lawan jenis di bar, tidur dan berhubungan, lalu lihat saja besok paginya. Kalau tidak ada sex compatibility antara mereka, bye! Kalau ternyata ada, pertemuan baru berlanjut di kafe sekalian ngopi-ngopi seru.

Makanya jangan heran dan jijik kalau menemukan banyak pasangan yang tidak malu mengumbar kemesraan di dalam kereta, bar yang penuh orang, tengah jalan, hingga bus kota. Intinya, di negara yang sungguh berbeda dari negara kita, cukup tunjukkan rasa respek saja terhadap mereka. Jangan terus-terusan dipandangi, apalagi diberikan pandangan sinis. Sekali lagi, urusi saja urusan kita sendiri.

...and after all, this what travel teaches us, immersing the differences.

Photo: The Jane

Tips Semua Au Pair di Denmark Tinggal di Basement?|Fashion Style

Ada cerita lucu dan sedikitoffensive tentang tempat tinggal au pair di Denmark yang sebenarnya baru juga saya sadari.

Suatu hari saat saya dan teman-teman sedang makan malam di restoran, beberapa di antara kami ada yang menyinggung soal mengapa banyak sekali orang Denmark yang berlibur ke Thailand. Lalu seorang teman nyeletuk, "selain murah, biasanya mereka mencari perempuan. Satu lagi tuh, Filipina."

"Oh ya? Kenapa?" tanya saya pura-pura bego.

"Soalnya banyak pria Denmark yang bosan dan kesulitan cari perempuan disini. Kamu tahu kan, cewek-cewek Denmark sulitnya bukan main."

"Oh iya tuh, Filipina. Banyak yang liburan kesana, terus pulangnya bawa suvenir cewek-cewek Filipina untuk disimpan di-basement jadi au pair," kata seorang teman cowok lain secara santai.

"Ah, kamar kamu juga bukannya di basement ya?" tanya Ieva, teman cewek asal Latvia, yang saat itu di samping saya sembari nyengir kuda.

"Biiippp! Biiipp! Biiiippp!!" kata Dan, seorang teman cowok, tiba-tiba memperingatkan sesuatu. "Man, it's so offensive. She's an au pair," lanjutnya sambil melihat ke arah saya.

Teman cowok tadi yang memang sebenarnya tidak tahu saya au pair, jadi kelabakan dan tidak enak sendiri. Mukanya dari yang nyengar-nyengir jadi berubah tidak nyaman. Sebenarnya si cowok ini juga baru saya kenal hari itu dari si Dan.

"Tapi dia bukan orang Filipina kok. Dia orang Prancis. Tapi meskipun dia tinggal dibasement, si keluarganya ini memang punya rumah yang super besar," ralat si cowok mencoba untuk tidak menyinggung saya lebih jauh.

Sebenarnya tidak ada kata-kata dia yang bermaksud menyinggung saya dan au pair lainnya. Tapi memang, kata-kata "jadi suvenir di-basement" cukup membuat saya bertanya-tanya. Saya tidak banyak memiliki teman au pair di Denmark, namun dari dua orang teman yang pernah saya kunjungi rumah keluarga angkatnya, kamar mereka memang juga berada di basement.

Suatu kali, saya juga berkesempatan mengunjungi rumah seorang teman au pair yang baru saya kenal dan bertemu dengan teman au pair dia yang lainnya. Entah memang kebetulan atau tidak, 90% dari mereka mengatakan kalau kamar mereka juga berada di basement.

Sebenarnya kamar saya yang berada di basement serasa apartemen pribadi karena memiliki dapur, kamar mandi, hingga ruang gym sendiri. Privasi pun rasanya lebih terjaga karena serasa tinggal di goa. Lalu entah kenapa, sama seperti kamar teman-teman au pair lainnya, kamar tidur yang ada di basement biasanya lebih besar dari kamar utama dan kamar anak-anak si keluarga angkat.

Saya tidak menemukan ada yang salah dari kamar-kamar ini. Tapi memang iya, mengapa justru hampir semua kamar au pair di Denmark berada di bawah tanah?

Hingga satu hari, Vicky, teman Indonesia saya mengatakan kalau sebenarnya ilegal memiliki kamar tidur di basement.

"Iya, Nin. Jadi keluarga aku ini ngomong, kalau sebenarnya basement tidak layak dijadikan kamar tidur. Di Denmark, kamar tidur yang berada di bawah tanah ilegal dan kalaupun ingin menjadikan basement sebagai kamar tidur, si keluarga ini mesti melapor dan membayar pajak properti lebih tinggi."

"Tapi kenapa ilegal ya? Bukannya kita disediakan ruangan pribadi dan kamar mandi sendiri?"

"Iya, memang. Tapi bayangkan saja, bawah tanah jadi kamar tidur? Sebenarnya kurang layak kan? Meskipun sudah diberi heater ataupun semua perabotan, tapi jatuhnya tetap saja tidak layak. Intinya si keluarga angkat harus melapor dulu dan membayar pajak mahal kalau ingin ada orang yang mendiami bawah tanah sebagai kamar tidur," tambahnya lagi.

Dari pengalaman ini, saya juga memperhatikan bahwa rumah-rumah di Denmark memang kebanyakan memiliki ruangan lain di bawah tanah. Karena temperatur suhu yang lembab, ruang bawah tanah justru sering digunakan sebagai ruang penyimpanan wine ataupun tempat cuci dan jemur pakaian.

Kalau pun ingin menambahkan ruangan tidur di bawah tanah, beberapa kebijakan harus diterapkan saat membangun ruangan tersebut. Seperti contohnya memiliki jendela yang cukup besar untuk memungkin si penghuni dapat keluar jika terjadi kebakaran, lalu juga memiliki ventilasi yang baik sebagai pertukaran udara, ataupun space yang luas agar tidak pengap.

Saya pribadi cukup bahagia dengan kamar bawah tanah yang sudah saya tempati hampir dua tahun ini. Meskipun, cukup banyak juga teman-teman non au pair yang sedikit lucu ketika tahu saya tinggal di bawah tanah. Secara keseluruhan, kamar saya cukup luas, jendelanya juga besar, kamar mandi hanya selemparan batu dari kamar tidur, hingga ruang nonton tv sangat luas yang sangat jarang dipakai keluarga ini.

Satu hal, menurut saya keberadaan jendela menjadi remarkable krusial mengingat keadaan temperatur di bawah tanah yang kadang terlalu lembab. Minusnya, ruangan bawah tanah bisa jadi sangat berdebu dibandingkan ruangan lainnya.

Satu cerita pendek lain, karena berada di bawah tanah, biasanya pipa-pipa yang berada di ruangan atas tersambung di plafon ruangan bawah tanah. Karena saat itu pipa wastafel air di dapur atas sedang ada masalah, akhirnya keluarga saya memanggil tukang pipa untuk membersihkan sisa makanan yang menyumbat. Sialnya, entah apa yang terjadi, saat si tukang sedang menyedot pipa, kamar saya justru kebanjiran air dari lantai atas. Merembesnya dari mana? Dari plafon dan lelampuan! Karena insiden ini, saya mesti rela mengungsi dulu di ruang television selama satu bulan sebelum akhirnya kamar saya benar-benar siap untuk dihuni kembali.

So, what do you watched? Is it nonetheless unlawful to have our very own area and massive privacy?

Monday, June 29, 2020

Tips Kelakuan Copenhageners, Helsinkians, dan Brusselèèrs di Kendaraan Umum|Fashion Style

Naik kendaraan umum di Eropa memang seru. Selain bisa berkeliling ke daerah baru, saya juga sekalian mempelajari pola orang-orang yang setiap hari naik kendaraan umum.

Denmark dan Belgia adalah dua negara terlama yang pernah saya tinggali. Meskipun sempat jalan-jalan juga di sekitar Eropa, namun Helsinki adalah satu-satunya ibukota yang transportasi umumnya sudah pernah saya coba semua; baik itu kereta regional, bus, tram, dan metro.

Iseng-iseng tidak ada kerjaan di tengah malam, lucu juga kalau saya membandingkan kelakuan para penduduk ibukota ini saat naik kendaraan umum, ke sebuah tulisan.

Copenhageners

Sebenarnya penduduk Kopenhagen lebih sering naik sepeda kemana-mana ketimbang kendaraan umum. Tapi ada satu hal menarik yang bisa diperhatikan dari pengendara sepeda dan pengguna kendaraan umum lainnya; yaitu sama-sama sibuk dengan ponsel pribadi!

Di kereta, bus, ataupun metro, orang-orang hanya sibuk memperhatikan apa yang ada di ponsel mereka. Orang-orang Kopenhagen ataupun Denmark, berasa mati gaya kalau di tangan mereka tidak ada ponsel. Ponsel orang-orang ini pun kebanyakan mahal-mahal; sebut saja si Apel atau deretan paling baru si Sungsang. Tapi kebanyakan memang si Apel sih (:

Kalau sedang tidak memperhatikan ponsel, coba lihat telinga mereka. Biasanya akan teruntai kabel panjang berwarna putih atau hitam yang siap menemani keautisan sementara di dalam kendaraan umum ataupun jalanan ibukota. Sometimes, it's just too quiet, only them and phones!

Tapi karena penduduk Kopenhagen dan sekitarnya memang kebanyakan mengandalkan sepeda ataupun kendaraan umum, tidak heran kalau penggunanya bisa dari segala usia. Psssttt... coba saja sering-sering naik metro atau sepeda di Kopenhagen, pasti akan menemukan banyak manusia oke dan lucu yang super stylish!

Helsinkians

Meskipun Helsinki adalah ibukota yang ukurannya kecil, namun moda transportasi di tempat ini super lengkap. Sebenarnya saya hanya berkesempatan keliling Helsinki beberapa hari saja. Namun untungnya penjelajahan tidak hanya sebatas downtown, tapi juga ke daerah lain di ujung ibukota.

Berbeda dengan Kopenhagen yang pengguna transportasi umumnya bisa dari segala rentang usia, di Helsinki justru saya banyak bertemu dengan orang tua. Anak-anak muda Helsinki memang lebih sering naik metro ketimbang bus, lebih sering jalan kaki ketimbang naik sepeda, atau lebih banyak juga yang memilih memiliki mobil pribadi ketimbang harus antri menunggu tram.

Tidak seperti orang-orang Kopenhagen yang lebih sibuk dengan ponsel mereka, penduduk Helsinki justru lebih sering diam dan menatap kosong jendela. Saya jarang sekali menemukan pengguna kendaraan umum yang sibuk mendengarkan musik di telinga mereka. Jika pun pergi dengan teman atau keluarga, biasanya mereka hanya mengobrol dengan suara yang tidak terlalu keras.

Brusselèèrs

Di dalam bahasa Inggris, tidak ada panggilan khusus yang ditujukan untuk orang-orang yang tinggal di ibukota Belgia. Karena penduduk yang tinggal di Brussels juga campuran dari banyak wilayah, mereka cukup senang hanya dipanggil Belgians.

Sebut saja saya rasis, tapi pengguna kendaraan umum di Brussels memang paling seru, aneh, dan menyebalkan! Fokus saya biasanya tertuju oleh orang-orang kulit hitam yang memenuhi ibukota.

Coba saja naik kereta melalui tiga stasiun utama Brussels, biasanya saya akan takjub dengan tingkah orang kulit hitam ini. Tidak ada yang salah memang. Tapi kadang mereka bisa sangat pede berdandanan bin ajaib dengan pakaian yang tabrak warna dan motif kesana kemari.

Satu lagi yang paling menyebalkan, orang-orang ini kebiasaan menelpon di kendaraan umum dengan suara yang super duper nyaring! Serasa kereta segerbong-gerbong milik nenek mereka kali ya?!

Kesalnya lagi, kadang mereka sengaja menyetelloudspeaker telepon sekalian bicara super keras. What's the point?! Sampai pernah suatu kali, seorang supir bus mesti menegor wanita paruh baya yang bicara super kencang saat menerima panggilan.

But, TRUST ME!!, kejadian ini malah sangat jarang terjadi ketika saya tinggal di Ghent. Pengguna kendaraan umum biasanya orang-orang Belgia asli yang super kalem dan taat. Saya rasis? Iya.

Tips Bantal|Fashion Style

Saat saya sedang asik menceritakan sesuatu, Tom, seorang kenalan dari Australia, terpaksa harus menginterupsi obrolan ketika kami melintasi toko kamar tidur di Frederiksberg. Bukannya fokus dengan cerita saya, Tom malah menanyakan pertanyaan lain, "are pillows in Indonesia rectangular?"

"Hah? Kenapa?"

"Saya aneh dengan bentuk bantal di Eropa. Kenapa disini semua bantal tidur bentuknya persegi ya? Lihat tuh!" kata Tom sambil menunjuk bantal yang terpajang di depan toko.

"Kenapa? Bagus kan?"

"Aneh, tahu?! Di Australia bentuk bantalnya persegi panjang. Bukannya sama seperti di Indonesia ya?"

"Ah, masa? Di Indonesia bantalnya juga persegi."

"Aneh!" katanya lagi sambil berlalu meninggalkan toko.

Ketika masuk kamar tidur Tom dan menumpang merebahkan badan di atas tempat tidurnya, saya memperhatikan bentuk bantal Tom yang berbentuk persegi. Tiba-tiba saya jadi teringat sesuatu!

"Oh iya iya, Tom!! Di Indonesia bantalnya juga persegi panjang!"

"Nah kan! That's why I said so. I knew it when I was in Bali.Rectangular ones are the best ones."

"Ah yeah, you're right! How can I forget such a thing?!"

"Eropa aneh memang. Bantal-bantal kita isinya juga bulu angsa kan? Do you think it is the best one?"

Saya mengiyakan perkataan Tom lagi sekalian mengingat pengalaman pertama kali tinggal di Eropa. Sewaktu tiba di Belgia, saya memang sempat memperhatikan bantal kamar pertama saya yang juga persegi. Di IKEA pun, rata-rata bentuk bantal tidur yang dijual memang hanya persegi. Ada yang persegi panjang, tapi bentuknya lebih kecil dari yang ada di Indonesia.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan bentuk-bentuk bantal yang ada di Eropa. Bantal berisi kapas sintetis dan fiber biasanya diberi label harga dari yang termahal hingga termurah berdasarkan dengan kualitas serat. Lucunya, semakin empuk bantal justru harganya makin murah.

Dari obrolan singkat dengan Tom, entah kenapa saya tiba-tiba kangen bantal dan kasur-kasur Indonesia yang biasanya berisi kapuk alami ataupun bulu angsa. Semakin padat si kapuk, makin keras juga si kasur. Saya juga jadi ingat dengan bantal kesayangan kakak saya yang harus dibuang gara-gara sudah tidak berbentuk dan si bulu-bulu angsa mulai keluar menusuk kain bantal.

Satu lagi yang membuat saya risih saat tiba di Eropa, yaitu ketidakhadiran guling di atas kasur. Orang Eropa memang hanya terbiasa tidur dengan satu ataupun dua bantal saja. Kadang saya tidak mengerti. Padahal mereka harus tahu betapa nyaman dan lelapnya tidur sekalian memeluk erat si guling.

Goodnight, everybody!

Tips 5 Alasan Musim Semi Terlalu Keren dan Romantis|Fashion Style

Bulan April sudah hampir selesai, tapi para penghuni bagian utara Eropa masih menggerutu betapa dinginnya musim semi tahun ini. Beberapa kali salju masih sering turun membawa harapan summer akan tiba segera hilang. Saat orang-orang di bagian selatan Eropa sudah merasakan hangatnya mentari dan jutaan bunga yang mulai bermekaran, kami yang tinggal di utara mesti harus bersabar menunggu Mei membawa kejutan baru.

Meskipun musim semi tahun ini masih jauh dari ekspektasi, tapi ada beberapa alasan mengapa spring adalah musim paling romantis sepanjang tahun. Selain itu, musim semi juga membawa rasa kegembiraan tersendiri bagi para orang-orang yang rindu hangatnya sinar matahari dan bikini. Hihi.

1. Colors are returned

Sejujurnya, saat saya menulis tulisan ini, banyak pepohonan di hutan masih tampak gersang dan bunga-bunga di taman depan masih menguncup. It's not the time. Not yet.

Walaupun beberapa jenis bunga masih menunggu cuaca benar-benar hangat dulu untuk bermekaran, namun banyak juga bunga-bunga kecil yang sudah mulai cantik berkembang. Perasaan suka cita biasanya muncul bersamaan dengan deretan pepohonan yang menghijau hingga mata kembali fresh melihat warna-warni bunga di taman. Lucunya, bunga-bunga ini memang hanya akan tumbuh di musim semi, lalu kembali layu saat musim panas tiba.

2. Aroma sakura

Di Denmark, banyak pepohonan sakura yang ada di kuburan mulai dipenuhi oleh gradasi pink di sepanjang bulan April. Meskipun judulnya kuburan, tapi taman pemakaman disini tidak ada aura mistis sama sekali seperti yang ada di Indonesia. Bukannya mengerikan, kuburan justru dijadikan tempat rekreasi ataupun jalan-jalan santai.

Saat cuaca mulai sedikit bersahabat, banyak orang yang datang ke taman sakura hanya untuk foto-foto ataupun piknik menggelar tikar. Saya sendiri sudah hapal betul dengan ke-mainstream-an seperti ini di Denmark. Lihat saja saat pertengahan bulan April, news feed Facebook saya pasti dipenuhi postingan seragam teman-teman yang datang dan berfoto ria di Bispebjerg Kirkegaard dan Langeline Park.

Three. Nyamannya berjalan kaki

Meskipun musim semi bisa sedikit basah, berangin, dan dingin, tapi ada beberapa kesempatan terbaik saat cuaca sedang bagus-bagusnya. Ketika matahari sedang bersinar terang hingga membawa suhu hangat di siang hari, saat-saat seperti inilah biasanya dimanfaatkan seseorang untuk mengitari taman ataupun berjalan-jalan santai di luar.

Di bagian utara Eropa, suhu terbaik musim semi di siang hari adalah 14-18 derajat Celcius. Jika suhu bersahabat, taman dan jalanan biasanya akan dipenuhi oleh banyak orang saat akhir pekan. Don't stay inside! Put the glasses on and go grab your Vitamin D!

Four. Musim festival

Karena cuaca sudah mulai bersahabat dengan kulit, banyak festival seru pun sudah banyak digelar di luar ruangan. Selain Festival Sakura, banyak juga festival musik dan olahraga yang memang menunggu musim semi untuk menebar keseruan. Time to check them out and have fun!

Five. Time to be out of doors longer

Sangat kontras dengan musim dingin yang gelap dan suram, musim semi membawa warna baru di siang hari. Hari terasa lebih panjang karena jam 6 pagi sudah mulai terang dan matahari baru mulai terbenam jam setengah 9 malam. Artinya, energi positif dan rasa bahagia bisa membuncah sepanjang hari karena bisa kelayapan lebih lama 😊