Sunday, June 7, 2020

Tips Mengurus Aplikasi Visa Au Pair Belgia|Fashion Style

Hari Rabu, jam 14.45 saya sampai di Kedutaan Belgia. Karena halte busway Bundaran HI lagi tutup untuk proyek MRT, jadinya saya turun duluan di halte Sarinah dan mesti jalan kurang lebih 1,five km ke Deutsche Bank Building. Padahal kalau turunnya di halte Tosari sebenarnya lebih dekat sih.

Sebelum ke kedutaan saya memang sudah membuat janji dulu lewat telepon dengan resepsionisnya. Untuk membuat appoinment sendiri bisa dilakukan by phone atau email dan tidak terikat waktu.  Sebenarnya sih saya datang di jam genting, 15 menit lagi jam operasional kedutaan harusnya akan tutup. Tapi karena mbak resepsionisnya lagi baik (atau mungkin kasihan karena saya terlanjur sudah datang), jadinya beliau langsung memberikan saya nomor rekening untuk melunasi biaya pembuatan visa.

Setor biayanya di Deutsche Bank yang ada di lantai 1 sebelah kiri (dari turun carry), isi form setoran, dan tunggu nomor antrian. Ambil tanda terima financial institution dan segera bawa lagi ke lantai sixteen. Biaya untuk membuat visa sebesar 180 Euro atau Rp. 2.754.000 (according to 1 Jan 14, 1 Euro = IDR 15.Three hundred) yang tidak akan dikembalikan jika visa ditolak.

UPDATE!

Per tanggal 2 Maret 2015, ada tambahan biaya kontribusi yang harus dibayar bersamaan dengan biaya aplikasi visa sebesar ?One hundred eighty. Biaya kontribusi ini bisa dibayar oleh orang ketiga semisalnya sponsor atau calon keluarga angkat yang ada di Belgia. Untuk info lebih lanjut mengenai biaya ini, silakan tanya langsung Kedubes Belgia di Jakarta.

Saat itu sudah lewat jam 3 sore, tapi karena aplikasi saya sudah terlanjur masuk, jadinya saya dibiarkan menunggu sampai proses selesai. Kebetulan saat itu juga ada seorang cewek yang datangnya sama telat seperti saya, lagi mengurus visa studinya.

Dokumen yang dibutuhkan untuk aplikasi visa:

1. Paspor yang berlaku minimal 1 tahun sebelum expire date

2. Pas foto 3 lembar ukuran three.5x4.5cm berlatarbelakang putih

3. Surat Izin Kerja (mirip kartu) Tipe B berwarna biru

Untuk mendapatkan surat izin kerja, sila buka disini .

Four. Formulir Visa Jangka Panjang 2 rangkap

Sebelumnya pihak agensi juga menyertakan form visa yang dikirimkan ke saya. Namun form yang mereka kirimkan adalah form visa Schengen untuk jangka pendek. Lalu saya mencari lagi form untuk visa jangka panjang lewat internet dan mengisinya. Tapi setelah dicek ulang oleh petugas kedutaan, ternyata form saya berbeda dengan format mereka. Akhirnya saya disuruh mengisi ulang saat itu juga.Formulir visa jangka panjang dengan format yang benar bisa dibuka di link ini.

5. Surat kontrak kerja antara au pair dan host family

Agensi mengirimkan kontrak kerja yang sudah ditandatangani dan diisi oleh host own family, sehingga saya cukup menandatangani di bagian yang kosong.

6. SKCK yang sudah dilegalisir oleh Kemenlu, Kemenkumham, dan Kedutaan Belgia

Bisa baca cerita saya mendapatkan SKCK dwi bahasa ataupun legalisasi disini .

7. Sertifikat kesehatan ASLI

eight. Polis asuransi dari keluarga angkat

Opsional. Namun sebaiknya jika sudah ada, disertakan di dalam dokumen aplikasi.

Nine. Keterangan akan mengikuti kursus bahasa

Jika belum ada, sebaiknya minta keluarga angkat segera mengirimkannya. Surat keterangan ini juga bisa dijadikan bukti kalau kita setidaknya telah terdaftar di lembaga kursus di Belgia.

10. Flight booking ticket

Karena saat itu keluarga angkat saya tidak mau mengambil resiko dengan membelikan tiket sebelum visa keluar, jadinya dia minta tolong agensi untuk memberikan bukti konfirmasi tiket pesawat ke pihak kedutaan yang dikirimkan through e mail. Tentunya kita bisa menyertakan tiket keberangkatan sebenarnya kalau keluarga angkat memang sudah membelikan.

Sebenarnya tiket pesawat tidak perlu dibeli dulu saat mengajukan visa. Bukti konfirmasi pembelian tiket saja sudah cukup. Kita dapat minta bantuan travel agent untuk menerbitkan bukti konfirmasi tiket pesawat atau membuatnya sendiri (dummy ticket)lewat situs web beberapa maskapai penerbangan, seperti KLM dan Thai Airways.

Caranya sama seperti akan membeli tiket pesawat. Masukkan negara keberangkatan dan pilih negara tujuan, kemudian masukkan tanggal keberangkatan dan kepulangan. Lalu di bagian pembayaran, pilih opsi bahwa pembayaran akan dilakukan di Kantor thai Airways atau KLM terdekat. Voila...kode bookingstatus reservasi yang sudah terkonfirmasi akan dikirim ke email pribadi. Printout tersebut dapat dilampirkan untuk pengajuan visa.

(!) Dokumen yang disertakan semuanya harus ASLI, plus fotokopiannya sebanyak 1 lembar. Pihak kedutaan akan mengembalikan dokumen aslinya nanti.

Sebenarnya ada beberapa dokumen di atas yang sifatnya opsional, namun menurut saya, semakin lengkap dokumen yang disertakan, akan semakin cepat proses pembuatan visa. Pihak kedutaan juga rasanya tidak punya alasan untuk menolak visa kita, jika dokumen yang dilampirkan lengkap.

Setelah semua berkas diberikan, beberapa menit kemudian kita akan dipanggil untuk foto. Kalau bisa sebelum foto, dandan-dandan dulu yang rapih ya, jangan kucel seperti saya. Hehe.. Saya tidak tahu kalau foto ini akan dimuat di visa, jadinya ya rambut kemana muka kemana saat itu. Pikir saya pas foto yang dilampirkan, itulah yang dimuat.

Jika dirasa sudah beres, petugas akan memberikan tanda terima yang nantinya harus dibawa saat mengambil visa. Namun, kalau berada di luar kota dan tidak mau menunggu lama di Jakarta, pihak kedutaan juga bisa mengirimkan dokumen dan paspor ke alamat kita. Pembayaran tambahan untuk ongkos kirim bisa dibayar sekalian saat membayar visa di Deutsche Bank.

Pertanyaan paling penting, berapa lama waktu pengerjaan visa? Menurut saya, kedutaan Belgia memberikan waktu yang cukup singkat dalam pengerjaan visa ini. Kalau kedutaan lain mengharuskan membuat appointment dan mengajukan berkas jauh-jauh hari, kedutaan Belgia memberikan kelonggaran waktu untuk applicants. Saya mendapatkan visa setelah 3 hari kerja menunggu. Sebenarnya sih visa akan diberikan di hari ke-4, namun saya mengajukan nego ke petugasnya, sehingga di hari ke-3 jam 1 siangnya visa saya sudah bisa diambil.

Kalau ada pertanyaan yang tidak terjawab saat googling, cobalah untuk mendiskusikannya ke pihak kedutaan. Mbak resepsionisnya sangat membantu dan ramah saat menjawab pertanyaan. Bahkan beberapa kali saya email, mereka menjawab dengan sangat responsif. Saya juga sebenarnya tipe penelepon yang bandel. Soalnya setiap hari sejak mengajukan berkas, saya selalu menanyakan tentang nasib visa saya.

Alamat Kedutaan Belgia di Jakarta:

Deutsche Bank Building 16th floor. (Bundaran HI)

Jalan Imam Bonjol 80 10310 Jakarta

Indonesia

Telp.

Sixty two 21 316 20 30

62 21 316 20 35

62 816 947 859 Emergency range outdoor starting hours

jakarta@diplobel.Fed.Be

http://diplomatie.Belgium.Be/indonesia/

Tips Sebulan Pertama di Belgia|Fashion Style

Finally, sudah satu bulan saya di Belgia. Lama meninggalkan weblog, sekarang saatnya sharing lagi tentang serunya tinggal di salah sudut benua biru ini. Awal-awal kedatangan kesini, banyak pertanyaan yang sering ditanyakan ke saya tentang Eropa. Mulai dari berapa banyak bule ganteng yang sudah saya temui, sampai bagaimana kehidupan saya pribadi sebagai au pair.

Bagaimana perasaan setelah sampai Eropa, benua idaman semua orang di dunia?

Alhamdulillah saya senang sekali, pastilah itu. Beberapa menit sebelum Qatar Airways, yang membawa saya sebulan lalu kesini, mendarat di bandara internasional Brussel, saya tidak berhenti mengucap syukur. Rasanya tidak percaya bisa ke Eropa dan melihat pemandangan dari atas langit yang keren sekali. Saat kedatangan saya kesini, Eropa sedang masuk awal musim semi. Pemandangan dari atas langit berpadu antara warna hijau dan cokelat yang sungguh menarik. Pepohonan hijau tampak mengelilingi rumah khas Eropa yang biasanya cuma bisa saya lihat di foto.

Sudut kota di Eropa keren sekali pasti kan?

Hmmm.. Menurut saya 'begitu-begitu saja'. Eropa terkenal dengan bangunan kuno gaya neo gothic yang pasti ada di negara mana saja di Eropa. Kalau turis yang hanya bisa berkunjung sebentar kesini, pasti tidak akan melewatkan kesempatan berfoto di tiap sudut kota. Tapi saya pribadi lebih memilih membidik tempat lain yang lebih berwarna daripada sekedar foto-foto di katedral atau bangunan kuno. Balik ke tipikal masing-masing sih, saya suka yang berwarna dan dinamis. Hehe..

Tinggal dimana? Daerah perkotaan, pinggir kota, atau desa?

Saya tinggal di Londerzeel, sebuah desa yang kalau naik bus hanya sekitar 1 jam ke Brussel. Well, kalau mendengar kata 'desa', yang ada di pikiran pasti daerah terpencil, penduduknya sedikit, transportasi ke kota jarang, dan berteman dengan hewan ternak. Nyatanya itu tidak seratus persen salah! Londerzeel memang cukup jauh dari kota besar, tapi kehidupan disini menurut saya lebih baik dari perkotaan.

Saya memang medium-city person sekali, tidak terlalu suka keramaian dan macet. Londerzeel memang cenderung sepi, tapi pemandangan hijau dan peternakan kuda di dekat rumah membuat saya nyaman disini. Frekuensi bus yang ke Brussel pun datang setiap interval sejam. Lumayanlah kalau ingin melihat keramaian dan belanja ke kota besar sesekali. Disini juga terdapat stasiun kereta antarkota, supermarket, dan juga perpustakaan atau toko buku berbahasa Belanda yang jaraknya tidak terlalu jauh berjalan kaki dari rumah.

Serunya lagi, ada sportcentrum yang cukup terkenal disini yang bisa dikunjungi untuk sekedar work out di gym, renang, tenis, atau main trampolin. Selain itu, tinggal disini membuat saya lebih sering bertemu dengan orang Belgia pirang asli yang akan sangat jarang ditemui kalau di kota besar. Etnis Maroko lumayan mendominasi di kota-kota besar sampai saya agak bosan melihat mereka dimana-mana. Haha.. Tapi keuntungannya sih, toko dan restoran halal juga tidak sulit ditemui.

Bule disana ganteng-ganteng pasti kan?

Relatif ya. Menurut saya dimana saja pasti ada orang ganteng, tidak hanya di Eropa. Tapi karena saya cenderung tidak terlalu suka blonde man, jadi biasa saja melihat mereka. Namun balik lagi, ada yang ganteng, ada juga yang tidak.

Bagaimana kehidupan baru sebagai au pair? Bagaimana adaptasi disana?

Alhamdulillah masih berjalan baik-baik saja selama sebulan ini. Keluarga angkat saya orang Maroko muslim dan sangat memperhatikan makanan. Saya beruntung karena tidak perlu lagi takut apakah ayam dan daging di dalam kulkas halal atau tidak, karena keluarga angkat saya sangat memperhatikan kehalalan makanan. Mereka juga tidak pelit soal makanan. Dua kulkas mereka selalu penuh dan saya dibebaskan makan atau masak apa saja dari sana. Keluarga muda ini juga senang masak, sehingga saya selalu mencicipi makanan baru khas Eropa.

Selain itu, kalau sedang berkunjung ke rumah orang tuanya, saya juga diajak untuk makan siang yang biasanya menu khas Maroko. Walaupun orang Maroko di Belgia mempunyai citra yang agak buruk, tapi keluarga angkat saya ini termasuk yang baik. Alhamdulillah juga saya orang yang cenderung mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Jadi untuk saat ini belum ada masalah, kecuali makanan. Lidah saya sangat asia sekali, cenderung pedas dan kaya rasa rempah. Sementara makanan disini agak hambar dan kebanyakan kurang fresh.

Oh ya, cuaca juga membuat saya harus berkali-kali mengeluh. Karena baru masuk musim semi, cuaca masih dingin dan biasanya angin bertiup kencang. Walaupun sinar mentari sudah mulai terik, namun kadang suhu masih di bawah 10 derajat. Hal ini membuat saya sangat tidak nyaman jalan-jalan di siang hari.

Apa saja yang mesti dilakukan ketika awal-awal disana?

Sebagai au pair, hal pertama yang harus dilakukan tentunya adalah lapor diri ke city hall yang ada di tempat kita tinggal paling lambat delapan hari sejak kedatangan kita ke Belgia. Hal ini dilakukan agar kita mendapatkan temporary id card yang akan sangat diperlukan seperti membuka akun bank atau sewa blue bike.

Di city hall, petugas mencatat diri saya dan mengatakan seminggu lagi akan ada polisi yang akan datang untuk mengecek keadaan saya di rumah. Benar saja, Jumat malam, saat saya dan keluarga angkat sedang dinner, seorang polisi datang dan mengecek keberadaan saya di rumah. Biasa saja sih sebenarnya, datang dan sedikit bertanya, lalu pergi. Kata pak polisi, seminggu lagi akan ada surat pengantar dari city hall dan saya disuruh mengulang kesana. Baiklah, menunggu lagi.

Sebalnya gara-gara belum dapat id card ini, hostmom saya belum bisa membukakan akun bank di Fortis dan membelikan saya tiket bus De Lijn. Sebelumnya sempat ada syarat baru dari city hall yang mengharuskan saya cek kesehatan di dokter yang dikenal pemerintah Belgia. Mereka memberikan form untuk cek kesehatan yang isinya tidak beda dengan hasil cek kesehatan saya di Indonesia.

Hostmom saya coba membicarakan hal ini ke petugas city hall. Akhirnya petugasnya menyuruh untuk mengirimkan scanning hasil tes kesehatan dan SKCK saya lewat email. Mereka akan coba meneruskan ke Ministry of Foreign blablabla.. Hostmom saya juga sempat menelepon KBRI di Brussel tentang lapor diri. Apakah saya juga perlu lapor diri ke KBRI ataukah cukup sampai city hall Londerzeel saja. Petugas KBRI mengatakan kalau saya cukup lapor diri ke city hall terdekat. Namun, saya juga perlu lapor diri ke KBRI untuk data pemilu nantinya. Tapi sampai sekarang saya juga belum kesana.

Seminggu kemudian, surat dari city hall datang dan menyuruh saya kembali kesana dengan membawa dua lembar pasfoto. Saat datang, saya disuruh tanda tangan di alat digital dan membayar biaya kartu sebesar 17.20 Euro. Petugasnya mengatakan (lagi-lagi) dua minggu kemudian akan ada surat dari city hall yang isinya id card saya. Nanti saya disuruh datang lagi ke city hall untuk mengaktifkan kartu identitas itu. Haduuhh.. kerjaan saya di Londerzeel bolak-balik city hall saja sepertinya.

Pernah punya masalah dengan keluarga angkat atau anak mereka sebulan ke belakang?

Pernah, menyangkut jam kerja sebagai au pair. Awalnya sangat menyebalkan harus babysit hingga jam 9 malam nyaris setiap hari. Lalu, hostmom saya ini tipikal orang yang agak cerewet tapi sebenarnya pengertian. Hostdad saya orang yang cuek sekali, kurang fasih berbahasa Inggris, tapi selalu mencoba mengobrol walaupun kadang banyak diam.Hostdad saya ini sebenarnya sangat helpful dan menurut saya penurut sama istrinya.

Untuk masalah jam kerja ini, sempat saya tanyakan ke Eva dari agensi. Tapi percuma, si Eva juga tidak memberikan solusi. Jadi tinggal sayanya saja yang mengatur waktu. Sekarang jam setengah 8 malam anaknya sudah saya tinggal dengan orang tuanya. Anak yang saya asuh ini namanya In?S, umur 2 tahun. Awal kedatangan saya kesini, dia selalu menolak kehadiran saya yang mengajaknya fundamental. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah mulai melunak dan dekat dengan saya.

Disana pakai bahasa apa? Sudah mulai kursus bahasa?

Londerzeel masuk Flandria atau Flemish area yang memakai bahasa Belanda sehari-harinya. Di rumah, saya memakai bahasa Inggris kalau mengobrol dengan ibunya. Keluarga ini sebenarnya lebih fasih bahasa Perancis dan Arab Maroko, tapi hostmom saya bisa empat bahasa kecuali suaminya. Untuk kursus bahasa, baru mulai akhir April ini. Jadinya saya baru belajar bahasa Belanda lewat buku atau percakapan Perancis standar di rumah.

Sudah punya teman?

Belum. Sempat tukar kontak dengan teman bule di Meerdonk sebelum berangkat kesini. Namun saya kehilangan nomor ponselnya sehingga komunikasi tidak berjalan baik. Pertengahan bulan April saya sempat meet up dengan Gita, au pair Indonesia yang juga baru datang kesini. Ya lumayanlah, ada teman Indonesia disini.

Pernah merasa kesepian dan bosan, atau kangen dengan Indonesia?

Pasti! Bosan karena rutinitas selalu menyerang saya nyaris setiap hari. Hari ini rutinitas begini begitu, besoknya ketemu hari lain, tapi aktifitasnya begitu lagi. Kursus bahasa belum mulai, jadinya saya tidak punya aktifitas lain dalam sebulan. Kalau kesepian tidak pernah, Alhamdulillah. Saya orang yang memang sudah terbiasa travelling sendirian, jadinya tidak masalah kalau tidak ada teman jalan. Walaupun minusnya, saya tidak punya foto pribadi di beberapa tempat. Hiks..

Untuk menghilangkan kebosanan, biasanya saya retail therapy ke kota-kota besar seperti Brussels atau Antwerp. Sungguh, saya ini bukan turis sejati. Ke kota lain bukannya mampir ke objek wisata disana, malah mampir ke toko-toko berantai satu per satu. Haha.. Retail therapy is the best way on the weekend lah!

Satu lagi, karena saya sangat suka art dan crafting, saya sering menyibukkan diri di kamar, gunting kertas atau gambar ini itu untuk mendadani kamar yang warnanya kaku. Kalau kangen dengan Indonesia, sepertinya belum, kecuali makanannya. Saya nyaris tiap hari dan tiap waktu makan mie dan cabe rawit. Bahkan makan pasta pun ditambah bawang goreng dan cabe rawit. Hehe...

Komunikasi disana bagaimana?

Thanks to your smartphone untuk aplikasi BBM dan Skype-nya. Komunikasi sangat lancar dan setiap hari juga bisa mengobrol dengan keluarga dan teman. Untuk SIM card, karena sejak awal sudah dibelikan BASE oleh hostdad, jadinya saya pakai ini saja.

Biasanya isi pulsa 15 Euro di Colruyt, 10 Euronya untuk langganan internet 1 GB perbulan, 5 Euronya untuk beli tiket De Lijn. Karena belum dibelikan tiket bus, jadinya sebulan ini saya bayar pakai dana pribadi dulu. Beli tiket De Lijn lebih murah lewat SMS. Walaupun pakai WiFi di rumah, tapi saya sangat perlu GPS kalau lagi jalan sendirian. Seriously, it will be your trusty friend!

Itulah daftar pertanyaan yang sering ditanyakan ke saya. Nyatanya, Alhamdulillah sebulan ini everything's going well (masih). A year is going faster, saya masih menunggu 11 bulan ke depan untuk pengalaman lainnya. Eropa memang seru, tapi juga 'dingin'.

Tips Pengalaman Legalisasi SKCK di Kedutaan Belgia via Biro |Fashion Style

Setelah disibukkan oleh urusan kuliah, saya lagi-lagi harus disibukkan oleh pengurusan dokumen sebagai syarat untuk mengajukan aplikasi visa au pair ke Belgia. Setelah saya hitung-hitung, dari mengurus SKCK sampai melegalisasinya, saya membutuhkan waktu kurang lebih 14 hari di Jakarta. Wah, saya mau apa di Jakarta dalam waktu selama itu? Lagipula kebanyakan waktu saya habis untuk menunggu. Makanya dari awal, saya sudah minta bantuan teman yang ada di Jakarta untuk membuatkan SKCK di Mabes Polri, lalu membayar biro jasa untuk melegalisasi dokumen. Kedutaan Belgia juga menunjuk beberapa biro jasa yang bisa membantu mengurus dan melegalisasi dokumen bagi yang tidak ingin repot. Daftar biro jasanya bisa dilihat di link ini.

Dari hasil tanya-tanya harga sana-sini, saya memutuskan untuk menggunakan biro legalisasi dokumen JTC Indonesia yang lebih murah dari biro lainnya. Biro ini saya dapatkan dari hasil googling yang menarifkan harga 350ribu untuk legalisasi di Kemenlu + Kemenkumham (3 hari kerja), dan 500ribu untuk legalisasi di Kedutaan Belgia. Mereka cuma menyaratkan fotokopi paspor 1 lembar untuk melegalisasi dokumen. Saya tahu, kalau mengurus sendiri, tidak akan sebengkak itu biayanya. Tapi lagi-lagi, karena saya di luar Jakarta, menggunakan biro akan lebih hemat dan tidak mati gaya menunggu.

Pihak JTC mengatakan legalisasi dokumen keseluruhan akan membutuhkan waktu sekitar 7 hari. Jadi dari situ, saya mulai menghitung kira-kira kapan waktu terbaik untuk ke Jakarta. Sebenarnya ada yang saya sebalkan dari pihak biro ini, saya merasa mereka agak curang waktu. Saat konfirmasi, mereka mengatakan dokumen sudah selesai dilegalisasi pihak Kemenlu dan Kemenkumham hari Jumat. Maka, dokumen baru bisa dilegalisasi Kedutaan Belgia Seninnya dan akan selesai hari Rabu. Padahal menurut informasi yang saya dapat, sebenarnya legalisasi kedutaan bisa memakan waktu hanya 2 hari kerja.

Ya sudahlah, lagi-lagi saya tidak punya pilihan. Padahal kalau dihitung-hitung lagi, mendingan saya saja yang mengurus legalisasi SKCK ke kedutaan Seninnya, jadi Selasa bisa diambil. Karena rencananya, saya sekalian ingin menyerahkan aplikasi visa yang sudah lengkap saat SKCK selesai dilegalisasi. Tapi ya mau bagaimana lagi, saya sudah terlanjur membayar ke pihak biro.

Hari Selasanya, saya mengirim surel ke pihak kedutaan untuk memastikan apakah SKCK boleh saya sendiri yang mengambil. Katanya boleh, asalkan menyerahkan tanda terima legalisasi. Saya hubungi pihak JTC untuk bernego apakah tanda terimanya bisa di-scan dan dikirim ke email saya. Pak Abdul, pimpinannya, mengatakan bisa-bisa saja, tapi dia baru bisa mengirimnya hari Rabu karena saat itu dia masih di luar kota.

Hari Rabu saya sudah di Jakarta dan menghubungi kembali Pak Abdul untuk menanyakan apakah tanda terima bisa dikirimkan ke email saya sesegera mungkin. Tidak diangkat, saya menghubungi kedutaan dan kembali menanyakan apakah SKCK tanpa tanda terima boleh diambil. Mbak resepsionis yang ramah itu mengatakan tidak masalah, karena nama yang ada di SKCK memang(jadi tidak ada pihak yang dirugikan kalau diambil maksudnya). Oalaahh, kalau tahu bisa, saya bisa langsung kesana dari pagi.

Di perjalanan menuju kedutaan Belgia, Pak Abdul SMS saya dan mengabari kalau dia masih di luar kota sehingga belum bisa mengirimkan tanda terimanya. Herannya, dia juga mengatakan telah menghubungi pihak kedutaan dan SKCK saya baru bisa diambil Kamis jam 2 siang. Hah? Kenapa jadi menambah waktu begitu ya? Saya tidak memedulikan SMS-nya dan meneruskan perjalanan ke kedutaan.

Saat sampai di kedutaan, saya menanyakan tentang SKCK saya. Si mbak mengecek SKCK saya yang katanya belum ditandatangani pihak kedutaan. Lho, kok bisa? Padahal kalau dokumen sudah diserahkan hari Senin, setidaknya Selasa sudah selesai dilegalisasi. Padahal saat itu saya datang ke kedutaan sudah jam 14.45, hari Rabu pula, kok bisa SKCK saya belum dilegalisasi. Tapi akhirnya si mbak resepsionis memperbolehkan saya menyerahkan dokumen yang sudah ada sekalian menunggu proses legalisasi karena memang sebelumnya saya juga sudah membuat appointment membuat visa ke mereka.

Hari Kamis, saya menghubungi pihak kedutaan untuk menanyakan kelengkapan dokumen aplikasi visa. Lucunya, tiba-tiba si mbak resepsionis mengatakan kalau pihak biro baru saja pulang untuk mengambil SKCK saya. What? Saya hanya ketawa kecil aja sambil bertanya-tanya, buat apa lagi SKCKnya diambil, orang saya sendiri yang mengurusnya ke kedutaan.

Yang paling menyebalkan, hari Kamis jam 16.47 pihak biro BARU mengirimkan tanda terima legalisasi ke saya. Saat saya cek dari tanda terima tersebut, ternyata pihak JTC baru mengirimkan dokumen saya ke kedutaan hari Rabu! Terbukti dengan adanya tanggal tanda terima dokumen dari pihak kedutaan. Pantas saja, hari Rabu saya kesana, SKCK-nya belum dilegalisasi pihak kedutaan. Di bagian bawah tanda terima juga tercatat '"BESOK", artinya legalisasi bisa diambil keesokkan harinya. Tuh kan! Ya wajar saja si biro baru datang Kamisnya. Dasar curang!

Coba kalau saya ikuti saran si biro untuk tetap menunggu tanda terima itu, wah, bisa-bisa saya rugi waktu lagi. Lihat saja, mereka baru mengirimkan tanda terimanya hari Kamis sore. Bisa-bisa Jumatnya baru bisa apply visa. Tapi di luar kejadian itu semua, sebenarnya menggunakan biro jasa memang bisa menghemat waktu untuk yang tinggal di luar kota. Namun cukup sampai legalisasi di Kemenlu dan Kemenkumham saja. Untuk legalisasi di kedutaan, kalau memang cuma perlu waktu 2-3 hari kerja, lebih baik diurus sendiri. Karena sekalian mengambil SKCK yang selesai, bisa langsung menyerahkan aplikasi visa.

Saturday, June 6, 2020

Tips Biaya Hidup (baca: Belanja) di Belgia|Fashion Style

Setiap berencana ke luar negeri, baik itu untuk urusan jalan-jalan, kuliah, atau jadi au pair, yang harus dipikirkan pastinya adalah masalah biaya hidup. Untuk yang jalan-jalan, mungkin hanya akan memikirkan soal biaya hidup harian yang masanya hanya seminggu sampai sebulan. Namun, bagi mahasiswa dan juga au pair, biaya hidup di Eropa hingga setahun atau dua tahun harus benar-benar dikalkulasi.

Memang standar biaya hidup di Eropa sangat tinggi untuk ukuran orang Indonesia, tapi kembali lagi ke gaya hidup pribadi masing-masing. Walaupun tinggal di Indonesia, kalau setiap minggu nongkrong di kafe, jalan ke bioskop, atau belanja produk branded, pastinya akan sangat boros. Tinggal di Eropa pun, kalau doyan masak dan membatasi untuk jajan di luar, akan sangat menghemat pengeluaran.

Berikut saya berikan gambaran berapa biaya untuk hidup di Belgia tiap kategori:

Akomodasi

Untuk seorang au pair, urusan akomodasi pastinya tidak lagi jadi masalah karena sudah tinggal dengan host family. Bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan di Belgia, biasanya akomodasi akan disewakan oleh pihak kampus. Walaupun saya bukan mahasiswa disini, namun yang saya tahu besar biaya sewa asrama kampus sekitar €400/bulan.

Karena host family saya yang sekarang punya student housing di beberapa kota di Belgia, mereka cerita menawarkan biaya sewa satu kamar €450/bulan di Ghent sudah termasuk dapur, listrik, dan kamar mandi.

Student housing milik host family saya ini bahasanya mirip kos-kosan di Indonesia. Namun jangan salah, student housing di Belgia biasanya punya bangunan dan interior yang sangat modern mirip-mirip apartemen pribadi.

Bahan Makanan

Selama jadi au pair, saya biasanya juga punya tugas belanja bahan makanan tiap minggu. Belanja bahan makanan di Belgia jadi suatu hal yang sangat saya sukai, karena saya bisa langsung membandingkan harga dari satu tempat ke tempat lain dan yang jelas punya pengalaman sendiri selama bergerilya cari tempat termurah.

Kebanyakan orang Belgia biasanya akan pergi ke grocery store besar seperti Carefour atau Del Haize untukbelanja bahan makanan. Harga yang ditawarkan kedua tempat ini biasanya relatif sama, kecuali untuk Carefour Express atau Louise Del Haize. Kedua tempat terakhir tersebut biasanya punya selisih harga lebih mahal ?2-an.

Satu tempat yang sangat saya sukai untuk belanja adalah Colruyt. Dibandingkan Carefour dan Del Haize, harga beberapa bahan makanan di Colruyt lebih murah. Dua grocery store murah terkenal lainnya adalah ALDI dan LIDL.

Berbeda dengan LIDL yang masih menjual makanan dengan merk komersial, bahan makanan yang dijual di ALDI semuanya merk lokal sehingga harga yang ditawarkan pun murah meriah. Jangan harap akan menemukan merk ternama seperti Coca Cola atau Nutella disana. Namun biasanya akan ada alternatif coke atau pasta cokelat lainnya yang mirip dengan merk-merk ternama. Untuk belanja mingguan di ALDI dengan asumsi masak sendiri, kira-kira hanya menghabiskan €10-15.

Di banyak kota besar biasanya akan digelar pasar akhir pekan yang bisa jadi alternatif belanja bahan makanan murah. Selain sayur-sayurannya masih segar, semakin siang biasanya penjual juga akan semakin menurunkan harga. Seperti pasar akhir pekan terbesar di Brussels yang berlokasi di Gare du Midi, karena hari sudah siang saya membeli sekotak sedang stroberi yang masih segar dengan harga ?1 saja!

Di beberapa desa kecil lainnya biasanya juga menggelar pasar kaget seminggu sekali dan menjual sayur-sayuran segar. Kegiatan pasar mingguan seperti ini sebenarnya tidak asing di Indonesia, karena setiap hari pun, saya nyaris ke pasar tradisional. Namun jalan-jalan ke pasar di Belgia tentunya akan jadi cerita baru.

Untuk yang sangat suka makan ikan atau seafood seperti saya, belanja ikan di supermarket memang sangat tidak menyenangkan. Selain tidak segar, rasanya juga akan berbeda karena terlalu lama dibekukan. Ikan segar biasanya akan saya temukan di Vrijdagmarkt Ghent setiap hari Jumat atau pasar akhir pekan terbesar yang ada di Brussels. Banyak penjual yang menawarkan ikan-ikan segar dengan mobil besar mereka.

Untuk seekor ikan makarel sedang bisa saya beli dengan harga €1. Untuk salmon, biasa dijual perkilonya sekitar €25 karena sangat fresh dan gemuk. Kalau lagi sangat ingin makan salmon, saya biasanya beli sepotong salmon beku di ALDI seharga €3 yang bisa makan dua kali.

Di pinggir jalan biasanya juga bisa ditemukan kios penjual buah dan sayur-sayuran milik orang Turki yang buka dari Senin sampai Minggu. Harganya lumayan murah dan bisa jadi alternatif belanja, mengingat banyak toko yang tutup di hari Minggu. Semakin sore, biasanya mereka juga akan semakin menurunkan harga buah dan sayuran.

Kios penjual daging halal biasanya hanya dapat ditemukan di kota besar yang kebanyakan penduduknya warga pendatang dari Maroko atau Turki. Cobalah pergi ke daerah yang banyak bermukim kios-kios yang penjualnya pendatang dari kedua negara tersebut, dijamin akan menemukan daging halal disana.

Yang ingin membeli produk makanan dari Indonesia atau Asia, pastinya hanya bisa ditemukan di toko asia. Di Brussels, biasanya saya pergi ke supermaket KamYuen di daerah De Brouckere atau di Antwerp, toko asia bisa ditemukan di sepanjang jalan Chinatown tidak jauh dari Stasiun Antwerpen Central.

Ada juga beberapa toko kecil milik orang Afrika yang menjual bahan makanan khas Afrika dan Asia, namun stoknya tidak banyak atau minim pilihan. Harga yang ditawarkan toko asia ini pun yang pasti akan lebih mahal seperti sebungkus Indomie dijual seharga fifty five Sen. Namun hal itu tidak jadi masalah mengingat lidah yang pasti kangen makanan Indonesia.

Transportasi Umum

Belgia punya sistem transportasi sangat baik yang berbeda nama di tiap daerah. Untuk daerah Belgia Utara namanya De Lijn, TEC untuk Belgia Selatan, sementara di Brussels namanya STIB/MIVB. Tarif naik bus sekali jalan €1.55 (lewat SMS), €1.90 (beli di mesin/in advance), hingga €3 (beli di sopir). Sementara untuk tram tarifnya €2.40.

Kalau sering naik transportasi umum, sebaiknya berlangganan tiket bus dan tram agar lebih murah dan unlimited. Tarif De Lijn/TEC perbulannya €23.60 (di bawah 25 tahun), namun akan lebih murah kalau berlangganan 3 bulan, atau bahkan setahun.

Enaknya lagi, beberapa distrik memberikan diskon hingga 50% bahkan gratis (untuk di atas sixty five tahun) bagi warganya yang langganan De Lijn/TEC! Sayangnya, tiket De Lijn hanya bisa dipakai di daerah Flemish dan tidak bisa digunakan untuk naik bus ke Wallonia, maupun sebaliknya.

Hal ini juga dialami saat naik tram atau metro di Brussels. Walaupun sudah punya tiket De Lijn/TEC, sistem tram atau metro di Brussels tidak bisa menggunakan tiket tersebut. Kalau sekali dua kali naik tram sih tidak masalah bayar €2.40, namun kalau keseringan, ya tekor juga. Pilihannya adalah langganan tiket unlimited MTB (Metro-Tram-Bus) yang mencakup keseluruhan  (De Lijn, TEC, metro dan tram di Brussels) dengan biaya €55.50/bulan atau €583/tahun.

Walaupun Belgia adalah negara kecil, namun tidak selamanya bus atau tram bisa menjangkau setiap kota. Ada kalanya kereta (SNCB) merupakan tranportasi umum tercepat untuk menuju satu kota. Tiket kereta sekali jalan dihitung berdasarkan jarak dan bisa dibeli di mesin, loket, atau kondektur.

Sebelum memutuskan untuk membeli Standard Ticket ke satu kota, ada baiknya memilih opsi Go Pass 1 (untuk usia di bawah 26 tahun) yang harga tiket sekali jalannya ?6 ke seluruh kota di Belgia.

Jadi kalau dengan Standard Ticket harganya €12 sekali jalan, dengan Go Pass 1 kemana saja hanya €6/sekali jalan. Atau kalau memang sering travelling ke kota Belgia dari utara ke selatan, coba pakai Go Pass 10 yang bisa dipakai 10 kali jalan kemanapun dengan harga tiketnya €55.

Namun, harus diingat ya, cek dulu berapa harga Standard Ticket untuk sekali jalan/pulang-pergi. Karena bisa jadi, harga Standard Ticket yang PP lebih murah ketimbang pakai Go Pass. Atau kalau memang perginya pas akhir pekan, bisa juga beli Weekend Ticket dengan reduksi harga 50% untuk tiket PP.

Outfit Pribadi

One thing you have to know is barang Eropa yang dijual di chain shops itu kebanyakan barang China atau buatan negara ketiga seperti Turki, Bangladesh, Pakistan, bahkan Indonesia! So, apa masalahnya? Ya kalau selama ini dipikiran kita belanja di Eropa itu akan wah sekali, ya nyatanya tidak seperti juga.

Barang-barang yang ASLI buatan Eropa tentunya hanya dijual di butik-butik tertentu dan pastinya sangat mahal. Jadi kalau belanja barang China di Eropa tidak jadi masalah, liriklah deretan chain shops seperti ZARA, Mango, H&M, Forever 21, atau Pull & Bearyang barangnya lumayan bagus dan banyak pilihan.

Tenang saja, walaupun di Indonesia merk-merk tersebut sangat luxurious, tapi disini merk tersebut ya semurah-murahnya Eropa. Mirip Matahari di Indonesia lah, kualitasnya lumayan baik, masih dijangkau kantong, dan selalu ramai (apalagi pas diskon dan akhir pekan).

Atau bisa juga mengunjungi Primark, toko fashion terkenal dari Belanda, yang menjual barang fashionnya murah dengan desain simpel tapi klasik khas Eropa. Di Belgia sendiri, Primark baru ada di Liége, Ghent, dan Brussels.

Di butik kecil atau pasar mingguan biasanya juga menjual barang impor China yang dijual dengan harga murah. Tentunya barang tersebut dibuat dengan desain khas Asia yang kyut dan kadang agak lebay.

Untuk sepatu dan tas, beberapa toko yang sudah saya sebutkan di atas juga menjualnya. Kadang satu toko dan toko lainnya punya sepatu atau tas yang agak sama modelnya. Yang cari sepatu boot kulit khas Eropa dengan kualitas lumayan baik, liriklah toko sepatu Tamaris, MANO, atau TODS yang ada di chain shops. Biasanya mereka menjual boot asli buatan Eropa dengan harga paling murah €99.

Favorit saya sebenarnya Tamaris, merk sepatu buatan Jerman. Desainnya simpel, harganya tidak terlalu mahal dibandingkan yang lain, di kaki terlihat bagus, dan yang paling penting nyaman. Lalu untuk tas, karena saya tidak terlalu suka belanja barang ini, jadinya menurut saya, selama dia masih Made in China, ya dimana-mana sama saja. Namun ada satu toko yang pernah saya kunjungi di Ghent menjual produk tas kulit asli Made in Italy dengan harga sekitar €59.

Kalau tidak gengsi, cobalah pergi kerommelmarkt atau lapak barang second yang digelar setiap akhir pekan di beberapa kota. Selain bisa cuci mata dan menemukan banyak barang antik disana, kita juga bisa mendapatkan barang baru yang dijual murah. Kalau beruntung, kita juga menemukan boot atau tas kulit dengan harga €20 saja. Tapi saya juga pernah membeli boot hitam baru yang lumayan hangat saat cuaca dingin di pasar mingguan Gare du Midi seharga €10.

Empat kali ganti musim, empat kali ganti baju. Karena seringnya orang Eropa belanja setiap pergantian musim, toko-toko juga akan mengadakan big sale setiap dua kali setahun. Tepatnya saat summer di bulan Juli dan winter di bulan Januari.

Kosmetik

Cari yang asli Made in Belgium, France, Spain, atau Italy? Pilihlah kosmetiknya yang memang asli produk dari Eropa! Rata-rata sampo, sabun mandi, lipstik, atau pelembab yang dijual disini memang benar-benar diimpor dari negara tetangga. Kalau tidak terlalu pilih-pilih merk, bisa beli pasta gigi atau sampo seharga €1-an di supermarket murah seperti ALDI.

Yang suka pakai L'oreal, Maybeline, atau Revlon, supermarket seperti Carefour, Del Haize, atau Colruyt juga menjualnya. Merk-merk khas Eropa lainnya yang agak langka seperti Neutrogena bisa ditemukan di departement store semacam INNO atau toko farmasi.

Untuk yang cari produk kosmetik organik dan natural, bisa ditemukan di Bio Planet, Bio Shop, atau toko organik lainnya yang berlabel "natural". Bisa juga melirik The Body Shop, L'occitane, atau Yves Rocher untuk yang suka aroma buah dan tumbuh-tumbuhan. Parfum juga bisa ditemukan di Icci Paris atau departement store.

Nongkrong dan Jajan

Bagi saya, nongkrong bisa berupa ngobrol-ngobrol di kafe, nonton, ataupun cari light lunch di luar bersama teman. Yang pastinya biaya nongkrong ini pengeluaran yang kita lakukan di luar rumah.

Untuk yang suka ngobrol-ngobrol sambil makan es krim, wafel, ataupunminum kopi, harus merogoh kocek sekecil-kecilnya €4.50. Es krim atau frozen yoghurt mini biasanya berkisar €4-an, wafel polos sekitar €1 (kalau tambah topping yang rame bisa sampai €5), atau kopi sekitar €3.

Tarif nonton berkisar €10, namun ada diskon tambahan bagipelajar. Di hari Senin, beberapa bioskop juga memberikan tarif khusus €6 per film. Ada beberapa keuntungan lainnya saat Cinema Days yang diadakan oleh bank BNP Paribas Fortis pertahun. Di akhir bulan September, biasanya pemilik kartu Fortis bisa membeli tiket dengan harga €4.50/film. Lumayan kan?

Yang sering jajan makan siang di luar, siap-siap juga merogoh kocek minimal €6 sekali makan. Makanan siap saji semacam Quick, biasanya menawarkan harga satu burger, kentang, dan minum sekitar €10-15. Yang suka sandwich, bisa pilih Subway atau Panos. Sandwich yang saya suka di Panos itu Di Mare Pikant (sandwich dengan tuna pedas, salad, dan telur) seharga €3.

Kalau lagi jalan-jalan ke Korenmarkt Ghent, cobalah menu varian sup dengan isi mangkok lumayan banyak plus apel dan roti mini seharga €4 di Soup Lounge, a healthy stopover! Atau juga bisa coba kebab Turki seharga €4-5. Sebagai gambaran, harga seporsi menu di restoran (bisa mie, nasi, atau steak) minimal €8.

Biar hemat, bawa air botol dari rumah karena kalau beli di luar bisa €2. Untuk mahasiswa, biasanya tiap kampus punya kantin yang menjual makanan dengan harga pelajar alias sangat murah. Menu yang ditawarkan pun bervariasi, lingkungan yang bersih, dan yang pasti murahnya itu dong.

Ingin sesekali dining out di restoran wah dan ajak seseorang (bahkan empat orang)? Coba download aplikasi Groupon.inc lewat smartphone! Selain menawarkan paket-paket hotel dan menjual barang, banyak juga kupon-kupon konser atau restoran tertentu dengan harga diskonan.

Lain-lain (Telepon, Hobi,...)

Semenjak di Belgia, saya sangat jarang menggunakan kredit telepon untuk menelepon teman disini atau keluarga di Indonesia. Fasilitas chatting ala media sosial sepertinya "sudah cukup" berkabaran dengan para handai taulan dimanapun berada. Malesnya, baterai handphone pun jadi korban gara-gara paket data yang selalu on.

Untuk operator di Belgia sendiri ada nama-nama seperti Base, Mobistar, Proximus, Mobile Viking, Lyca Mobile, dan lainnya. Tentunya pilihan harga perbulan bervariasi tergantung pilihan simcard kita, postpaid atau prepaid.

Untuk saya pribadi, €10-15/bulan sudah sangat cukup menjalankan fungsi smartphone. Awalnya saya pilih Base, namun karena dinilai boros, jadinya saya pindah ke Mobistar (on Mobile). Karena hanya tinggal selama setahun di Belgia, saya memilih prepaid card.

Pengalaman pakai Base €10 hanya untuk beli paket data 1GB dan habis. Sementara Mobistar €10 sudah termasuk paket data 750MB, 500SMS, dan kredit telepon €10. Untuk operator lain saya kurang tahu, yang jelas Base dan Proximus adalah salah dua operator dengan tarif termahal.

Oh ya, disini tidak ada kios penjual pulsa. Kalau memang pakai prepaid card dan pulsanya habis, bisa beli voucher di supermarket dan toko khusus kecil atau juga bisa beli via internet lewat akun bank.

Biaya hobi bisa seperti memasak, menjahit, menggambar, atau lainnya. Untuk memenuhi alat-alat yang mendukung hobi, saya biasanya pergi ke toko home & living semacam HEMA, Blokker, CASA, atau IKEA. Selain barangnya lucu-lucu (cocok untuk yang suka interior), harganya juga masih bijaksana dengan isi dompet. Untuk yang suka menggambar, ada beberapa toko khusus yang menjual alat-alat gambar dengan harga Eropa (baca: mahal).

Kalau ingin cari barang-barang elektronik semisal smartphone, laptop, atau aksesoris lainnya, bisa tengok ke Media Markt, Fnac, atau beli online di negara sebelah. Biasanya harga yang ditawarkan di internet sudah termasuk biaya antar ke tempat tujuan.

Yang cari smartphone dengan harga murah, operator seperti Mobistar atau Base biasanya bekerja sama dengan pihak marketing merk smartphone terkenal. Ponsel high class seperti iPhone 5s dijual dengan harga €149.99 tapi syaratnya mesti langganan paket data tahunan minimum €55/bulan.

Sekian gambaran belanja-belinji di Belgia. Yang pasti, setiap orang punya pengeluaran yang berbeda-beda setiap bulannya tergantung dengan gaya hidup. Untuk ukuran seorang au pair dengan uang saku €450/bulan, tentunya tidak perlu lagi memikirkan urusan akomodasi dan makanan. Tapi tetap saja, belanja barang pribadi yang mempercantik diri sukses menyita uang bulanan!

Tips Menyudahi Kontrak Au Pair Lebih Awal |Fashion Style

Cerita au pair memang banyak yang menggembirakan dan seru, tapi banyak juga yang mengalami kisah sedih dan penuh penyesalan. Sekali lagi, tidak ada yang bisa menjamin kalau keluarga angkat benar-benar akan memperlakukan kita seperti seorang au pair, bukan nanny atau housekeeper. Bahkan seorang agensi pun, tidak bisa memberi jaminan apakah calon keluarga dan calon au pair itu baik atau tidak.

Kadang saya juga mengutuki diri sebagai seorang Asia yang terlalu 'pakai perasaan'. Apa-apa merasa tidak enakan, terlalu banyak berpikir apakah omongan kita kasar atau berlebihan, padahal budaya Barat lebih condong bersikap blak-blakan dan terbuka. Perlunya speak up dan jujur tentang ketidaknyamanan ini sangat penting jika kita merasa ada masalah dengan keluarga angkat.

Sejujurnya saya tidak punya masalah besar dengan keluarga angkat yang sekarang. Mereka masih memperlakukan saya dengan baik, menyiapkan makan malam, bahkan tidak pernah mengatur macam-macam. Masalah terjadi ketika host mommerasa tidak puas lagi dengan hasil kerja saya dan berpikir kalau saya bukanlah orang yang tepat untuk merawat anaknya.

Suatu pagi, saya salah aksi yang akhirnya membuat host mom marah besar. Berawal dari kesalahan menaruh keju di kotak makan yang sama, akhirnya si hostmom pagi-pagi sudah kesal dan mengatakan kalau kontrak ini tidak akan bisa bertahan setahun. Katanya dia perlu orang yang lebih detail, fleksibel, dan dinamis mengasuh anaknya. Sementara saya, cenderung cepat bosan dan tidak inisiatif.

Sejujurnya host mom saya ini memang orang yang gampang sekali naik pitam. Sekalinya marah, dia benar-benar memaki dan kadang membuat saya harus pura-pura tutup telinga atas semua perkataannya. Sebalnya, besoknya dia seolah lupa sudah mengatakan apa dan membiarkan semuanya berlalu.

Di hari yang sama setelah kena makian, saya langsung membahas semua yang terjadi lewat WhatsApp. Ya, lewat WhatsApp. Dia bukan orang yang bisa diajak bicara secara langsung karena terlalu sibuk dengan kantornya. Itu juga baru dibalas dua hari kemudian.

Kesalahan-kesalahan saya beberapa bulan lalu diungkapkan dan seolah-olah membuat semuanya adalah kesalahan saya. Yang membuat saya dongkol lagi, saat day off dan sedang di luar, host mom masih sempat-sempatnya kirim pesan WhatsApp yang komplain kenapa bagian bawah sofanya terlihat menjijikkan karena tidak saya sapu. Padahal dia tidak pernah minta.

Kedua, saya juga tidak pernah melihat cleaning lady-nya vacuuming sampai ke bagian bawah sofa. So, I thought, clean what you can see saja. Lagipula, itu hari libur saya! Kenapa dia tidak coba diskusikan besoknya saja? Toh saya memang selalu di rumah.

Walaupun mereka terlihat baik, namun sebenarnya sifat si host mom yang terlalu emosional dan perfeksionis membuat saya berpikir ulang untuk bertahan di rumah mereka. Apalagi gaya bossy-nya yang saya kurang suka. Kalau ada sesuatu yang salah, hilang, atau tidak wajar pada tempatnya, pasti langsung bertanya ke saya dengan muka mengkerut.

Padahal dari awal kontrak dia sudah menekankan untuk lebih fokus ke anaknya daripada ke pekerjaan rumah tangga. Ternyata, semakin hari semakin banyak tugas bersih-bersih dan selalu dicek. Lucunya, tidak ada yang pernah sempurna di mata host mom. Selaluuuuu saja ada yang kurang dan membuat dia menegur lagi dan lagi. Padahal selama ini dia tidak pernah menjelaskan mana yang sempurna mana yang tidak.

Au pair job can go smoothly or end quickly, like mine. Sangat sulit bertahan di kondisi yang membuat kita sudah tidak nyaman dan terhakimi. Tapi kalau kamu merasa sebaiknya mesti keluar, then you should leave. Bekerja dan tinggal dengan keluarga yang membuat kita merasa tertekan lama-lama bisa bikin stress.

Makanya ketika ada teman atau kenalan yang ingin jadi au pair, saya tekankan untuk mengenal dulu kondisi keluarga, pekerjaan, dan anak yang akan diasuh sebelum langsung menerima pekerjaan tersebut. Hal ini untuk menghindari masalah jam kerja yang sering overworked atau miskomunikasi yang sering terjadi.

Tips Pengalaman Puasa 22 Jam yang Tetap Nikmat di Eropa|Fashion Style

Selain berkesempatan untuk memberi hak pilih untuk pertama kalinya pada Pemilu 2014 di Eropa, Juli ini saya juga merasakan puasa terpanjang selama hidup. Walaupun tidak bisa buka atau sahur dengan keluarga di Indonesia, tapi saya masih bisa melakukannya dengan host family yang sekarang. Alhamdulillah mereka muslim dan menjalankan puasa saat Ramadhan. Asiknya, setiap buka puasa di rumah, merekalah yang selalu masak. Saya kebagian menata piring dan membersihkan dapur saja.

Walaupun sempat ada ketidaknyamanan antara saya dan host mom, tapi host parents ini masih memperlakukan saya dengan baik. Mereka juga selalu masak yang enak-enak dengan menu yang berbeda setiap harinya. Saya jadi bersyukur bisa mencicipi masakan Maroko dan kontinental dari mereka.

Menu berbuka puasa dengan porsi jumbo

Soal puasa tahun ini, host mom saya mengatakan adalah yang terlama di Belgia. Baru kali ini puasa jatuh di bulan Juni. Di Indonesia saya yang biasanya puasa 14 jam, disini jadi 22 jam. Sebelum Ramadhan, hostmom memang sudah mengingatkan kalau ini bakalan berat banget karena saya tidak terbiasa.

Benar sekali, hari pertama puasa badan saya langsung meriang. Selain karena perubahan musim dari spring ke summer, tubuh saya tidak terbiasa yang harus menahan haus dan lapar selama 22 jam. Yang biasanya jam setengah 7 sore sudah buka puasa, di Belgia saya baru bisa buka puasa jam 10 malam. Itu pun digabung dengan sahur. Karena jam 3 sudah fajar dan sulit bangun, saya cuma makan sekali.

Alhamdulillah hanya hari pertama saja yang berat. Hari-hari berikutnya saya bisa menjalani puasa dengan lancar. Lapar dan haus sudah pasti, tapi ibadah rasanya lebih nikmat dijalani di negara non-muslim ini. Karena baru masuk summer, cuaca juga masih sangat mendukung. Paling hangat hanya 25 derajat dan setiap hari nyaris hujan. Untungnya saya juga bukan orang yang suka nongkrong di pinggir jalan, makan-makan, atau ngopi. Jadinya setiap keluar rumah, lihat orang makan dan minum, biasa saja. Alhamdulillah...

Friday, June 5, 2020

Tips Tips Au Pair: Pencarian Keluarga Angkat Tanpa Lelah (Bagian 2)|Fashion Style

Sebelum menjadi au pair di Belgia, masa-masa terlama bagi saya adalah proses pencarian keluarga angkat. Siapa bilang mencari keluarga angkat itu mudah? Walaupun di luar sana ada banyak host family yang mencari au pair, tapi justru lebih banyak calon au pair yang sedang mencari keluarga. Meneruskan cerita pencarian keluarga disini, saya akan berbagi sedikit tips bagaimana mencari keluarga angkat.

Tentukan negara dan cek regulasi

Sebagai pemegang paspor Indonesia, tidak semua negara menerima au pair dari Indonesia. Beberapa negara di Eropa pun punya regulasi khusus yang dibutuhkan calon au pair sebelum memulai permohonan visa. Karena saya sering mengecek banyak regulasi di beberapa negara, saya berikan gambaran negara-negara yang bisa dijadikan pilihan mencari keluarga angkat. Namun yang saya terangkan disini hanyalah penilaian saya sendiri dan pengalaman teman au pair lainnya. Bagi yang ingin mengecek regulasi umum seperti batas umur, gaji, dan liburan, bisa di-googling sendiri atau cek di website Aupair World .

1. Australia

Negara yang cukup dekat dengan Indonesia ini memberikan waktu 1 tahun bagi au pair untuk bekerja dan berlibur disana menggunakan Working and Holiday visa. Jumlah keluarga yang membutuhkan au pair juga cukup banyak. Apalagi banyak dari mereka yang memang khusus mencari au pair dari Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, atau Indonesia.

Plus:

(+) Tidak perlu repot-repot belajar bahasa baru karena bahasa yang digunakan totally English!

( ) Kemudi mobil yang sama dengan Indonesia, sehingga tidak perlu adaptasi lagi.

( ) Karena lebih dekat dari Indonesia, kesempatan "mudik" pun bisa dipertimbangkan.

(+) Cuaca dingin yang katanya masih acceptable bagi orang Indonesia.

Minus:

(-) Urus visanya merepotkan dan butuh biaya banyak. Sebelum urus visa, kita harus lebih dulu mengajukan surat rekomendasi dari pemerintah yang banyak syarat-syaratnya, contohnya sertifikat bahasa Inggris, tes kesehatan, dan perlu juga menyiapkan dana tabungan sebagai bukti finansial. Cek cerita saya disini !

(-) Minim kultur dan tidak punya kesempatan belajar bahasa baru.

2. Austria

Negara yang punya alam yang sangat keren di bagian utaranya ini, bisa kamu pilih untuk meningkatkan level bahasa Jerman mu. Perlu diingat juga, sebelum mendaftar visa, sertifikat keahlian bahasa Jerman level A1 mesti dipersiapkan.

3. Belgia

Ini negara pertama saya jadi au pair. Negara kecil yang letaknya di sentral Eropa ini bisa dipertimbangkan kalau kalian berusia kurang dari 26 tahun.

Plus:

( ) Negara trilingual (Belanda, Perancis, Jerman) yang cocok bagi peminat bahasa asing.

( ) Gaji yang ditawarkan lumayan tinggi dibanding wilayah lain di Eropa, minimum ?450/bulan.

( ) Urus visa di kedubes Belgia-nya cepat.

Minus:

(-) Karena negaranya kecil, kadang cenderung membosankan. Tidak banyak yang bisa dieksplor disini. Namun Brussels, Brugge, atau Li?Ge punya keunikannya sendiri-sendiri.

(-) Mengurus visanya cukup merepotkan.

(-) Tidak terlalu kultural, menurut saya.

4. Belanda

Banyak au pair dari Indonesia yang memulai cerita au pairingnya dari negeri kincir angin dan keju ini.

Plus:

( ) Belanda punya budaya seru yang cukup mewakili Eropa.

( ) Yang tidak terlalu suka belajar bahasa Belanda, bisa bersyukur karena rata-rata orang Belanda bisa bahasa Inggris.

( ) Banyak restoran dan orang Indonesia yang tinggal, sehingga bisa mengobati rasa rindu kampung halaman.

( ) Dibandingkan masyarakat Belgia yang cenderung tertutup, kabarnya orang Belanda lebih ramah dan terbuka.

Minus:

(-) Kabar yang saya dengar, banyak juga kisah menyedihkan au pair Indonesia yang bekerja di keluarga Belanda. Memang tidak semua keluarga di Belanda memperlakukan au pair Indonesia dengan buruk, namun kadang kisah mereka membuat kita harus lebih waspada dan transparan saat berdiskusi dengan calon keluarga angkat nanti.

(-) Walaupun senang bisa bicara bahasa Inggris di tiap sudut kota, namun merugikan juga karena kita merasa tidak harus belajar bahasa Belanda. Selain itu, kursus bahasa Belanda untuk au pair tidak se-intensif di Belgia. Biaya kursusnya juga mahal dan hal ini cukup merugikan juga bagi au pair yang berkewajiban membayar sendiri.

Five. Denmark

Salah satu negara populer di Eropa Utara yang sering jadi tujuan au pair dari Asia Tenggara, khususnya Filipina.

Plus:

( ) Mereka yang memilih Denmark, biasanya lebih merujuk ke durasi masa kerja au pair yang bisa lebih dari 12 bulan.

( ) Negara aman dan tenang, minim kriminalitas.

( ) Banyaknya au pair asal Filipina yang bekerja disini, membuat kita bisa membangun komunitas dengan banyak au pair lainnya.

Minus:

(-) Siap-siap mengeluh di musim dingin, karena suhunya bisa mencapai -10 derajat Celcius.

(-) Biaya hidupnya yang lebih tinggi 30% dari negara-negara lain di Eropa Barat.

(-) Hati-hati dengan pola pikir keluarga Denmark yang "terlalu underestimate" dengan gadis dari Asia Tenggara. Wajar memang, mengingat banyaknya gadis muda dari Filipina yang tiap tahunnya selalu mencari kesempatan kerja jadi au pair dan cleaning lady. Ya, mirip-mirip kisah TKW dari Indonesia ke Hongkong atau Saudi Arabia.

6. Finlandia

Tertarik dengan negaranya Santa nan dingin?

Plus:

(+) Meskipun tidak masuk kawasan Skandinavia, Finlandia hampir mirip dengan negara-negara tetangganya. Alamnya masih pure dan alami, cocok untuk yang masih penasaran dengan Aurora Borealis.

(+) Walaupun di Finlandia sendiri tidak terlalu banyak orang asing, namun kabarnya orang Finlandia sendiri lebih laid-back dan cukup open.

Minus:

(-) Uang bulanan yang cukup kecil.

(-) Meskipun tinggal di ibukotanya sendiri, Helsinki, suasana disini terbilang agak sepi dan tidak terlalu hiruk pikuk seperti banyak kota besar di Eropa Barat. Kehidupan cenderung lambat dan agak membosankan.

(-) Mesti menyertakan sertifikat keahlian bahasa Finlandia/Swedia sebelum mendaftar visa.

7. Jerman

Selain Belanda, negaranya para pakar IT berikut merupakan salah satu tujuan favorit au pair dari Indonesia.

Plus:

( ) Biaya hidupnya yang cenderung lebih rendah dari negara di Eropa Barat lainnya.

( ) Negaranya yang luas memberikan banyak kesempatan untuk yang suka eksplorasi.

( ) Seorang teman au pair mengatakan orang Jerman cukup terbuka, kadang pemalu, namun sangat bersahabat dengan orang asing.

( ) Peluang menemukan keluarga angkat cukup besar mengingat banyak keluarga disana yang butuh bantuan au pair.

Minus:

(-) Siap-siap mengantongi sertifikat bahasa Jerman minimum level dasar sebelum terbang kesini. Para keluarga angkat juga biasanya mencari au pair yang bisa menguasai bahasa mereka, di luar bahasa Inggris. Yang ingin kesini, sebaiknya persiapkan kemampuan bahasa Jerman lebih dulu dan ikut tes di Goethe Institute untuk mendapatkan sertifikat bahasa.

(-) Karena biaya hidupnya rendah, gaji yang didapat pun lebih rendah (sekitar €260-300/bulan). Makanya kalau ingin kesini, pola pikir kita harus diubah. Au pairing ke Jerman bukan untuk making money tapi lebih kepada belajar budaya dan bahasa.

Eight. Luksemburg

Pernah dengar negara kecil yang posisinya berdekatan dengan Belgia Selatan? Walaupun belum pernah mendengar kisah teman-teman au pair dari sana, negara yang terkenal dengan jembatannya yang indah ini juga bisa jadi pilihan. Namun sayangnya, keluarga yang butuh au pair juga tidak sebanyak negara Eropa Barat lainnya. Bahasa nasionalnya Perancis dan Jerman, tapi kita tidak memerlukan sertifikat bahasa sebelum keberangkatan. Gaji yang ditawarkan pun lebih besar dari negara Eropa lainnya.

Nine. Norwegia

Selain Denmark, salah satu tujuan au pair dari Asia Tenggara lainnya adalah Norwegia! Negara yang memiliki alam menakjubkan dan keren karena Fjord-nya, bisa dipertimbangkan meskipun usia kalian sudah di atas 26 tahun.

Plus:

( ) Selain regulasinya mengizinkan calon au pair di atas 26 tahun untuk mendaftar, durasi masa tinggal yang lebih dari 12 bulan cukup menguntungkan bagi au pair yang tidak ingin segera meninggalkan Eropa.

(+) Negaranya cukup kultural dan sangat cocok bagi yang suka nature.

( ) Tidak seperti negara-negara di Eropa Barat yang cenderung hiruk pikuk, di Norwegia kehidupan berjalan lebih tenang.

Minus:

(-) Masyarakat Norwegia yang saya dengar cenderung konservatif, tidak terlalu bersahabat dengan orang baru, dan tertutup.

(-) Negara yang berdekatan dengan kutub utara ini akan sangat bersalju dan suhunya bisa gila-gilaan di musim dingin. Yang tidak suka cuaca ekstrem, hal tersebut bisa menjadi masalah.

(-) Walaupun gaji yang ditawarkan sepertinya cukup besar, namun biaya hidupnya juga sangat tinggi dibandingkan wilayah Skandinavia lainnya.

10. Prancis

Pertama kali ingat Eropa, pikiran orang pasti langsung tertuju ke landmark-nya sendiri, Eiffel Tower. Negara romantis dan sangat hidup seperti Prancis memang jadi salah satu tujuan populer calon au pair.

Plus:

( ) Budaya, bahasa, makanan, apalagi yang tidak bisa kamu pelajari kalau kamu kesini? Semuanya! Mulai dari yang suka seni, fashion, ataupun masak, Prancis memang bisa tempat yang cocok untuk kalian eksplor.

(+) Dulunya ke Prancis mesti butuh sertifikat bahasa minimal level A1 dulu. Namun, regulasi yang sekarang sepertinya tidak lagi membebani calon au pair untuk menyertakan sertifikat bahasa. Lucky you!

( ) Sebut saja Paris yang paling populer dan romantis. Namun di luar kota megapolitan itu, banyak kota lainnya yang "ikutan" romantis dan cantik.

Minus:

(-) Wajib menyertakan sertifikat bahasa level A1/A2. Orang Prancis asli terkenal sangat bangga dan sombong dengan bahasa mereka. Bahkan bila dibandingkan dengan orang Kanada yang notabenenya juga memakai bahasa Prancis, orang Prancis asli cukup annoyed dengan orang asing yang bicara bahasa mereka dengan kurang fasih. Jangan pula kalian cukup bangga dengan bahasa Inggris yang sudah level advanced. Karena orang Prancis sendiri nyatanya sangat minim yang bisa berbahasa Inggris.

Eleven. Swedia

Dibandingkan dua negara Skandinavia lainnya, saya lebih suka Swedia. Seperti dua negara lainnya, negara ini juga memperbolehkan au pair di atas usia 26 tahun.

Plus:

( ) Menurut saya, Swedia lebih "hidup" dan terbuka ketimbang negara Skandinavia lainnya. Imigran yang tinggal di negara ini pun lebih banyak, sehingga apresiasi terhadap orang asing juga lebih baik.

( ) Meskipun pajak di negara ini sama tingginya dengan Norwegia dan Denmark, namun biaya hidupnya cenderung lebih rendah se-Skandinavia.

( ) Sama seperti Norway yang punya alam yang masih asri, Swedia juga merupakan kota yang berwarna.

Minus:

(-) See its twins, Norway and Denmark! Saya rasa minus yang mereka punya hampir sama.

(-) Yang pernah jadi au pair sebelumnya di negara lain, sepertinya agak sulit mendapatkan work permit kesini.

Cek keahlian bahasa

Menurut saya, calon au pair juga tidak bisa langsung asal memilih calon negara tujuan. Karena persiapan selanjutnya tentu saja adalah mengajukan aplikasi visa yang kadang banyak juga syaratnya. Contohnya seperti Jerman, Austria, atau Finlandia yang harus menyertakan sertifikat keahlian bahasa minimum stage dasar saat mengajukan visa. Kalau memang ingin ke negara tersebut, sebaiknya persiapkan dulu kemampuan bahasa Jerman/Suomi dan mendaftarlah tes di institut terdaftar di Indonesia.

Bagi saya, mencari keluarga angkat juga harus lebih melihat potensi atau minat kita terhadap bahasa atau budaya mereka dulu.

1. Pergilah ke negara yang bahasanya sudah kamu kuasai sedikit dan berniat lanjut ke level atas.

2. Pergilah ke negara yang bahasanya memang kamu ingin pelajari.

Three. Pergilah ke negara yang bahasanya mampu kamu pelajari.

Kenapa bahasa menjadi sangat penting? Karena memang yang ditekankan disini adalah komunikasi. Walaupun banyak keluarga yang bisa bahasa Inggris, namun sebaiknya au pair harus menguasai bahasa dasar negara tersebut dulu sebelum berangkat.

Pentingnya tahu sedikit bahasa akan membuat kita semakin percaya diri saat berkomunikasi dengan orang lokal dan anak-anak mereka. Terutama di Prancis atau Norwegia yang masyarakatnya cenderung tidak banyak yang bisa Bahasa Inggris. Saya rasa tidak ada ruginya juga belajar bahasa mereka sebagai modal sebelum keberangkatan. Yakinlah, walaupun tidak terlalu sempurna dalam mengucapkan kata-katanya, penduduk asli di negara tersebut pasti akan lebih menghargai kita.

Meskipun sebagai au pair saya diberikan kesempatan untuk travelling to Europe, tapi yang terpenting bagi saya adalah proses belajar selama menjadi au pair itu sendiri. Travelling sih dari Indonesia kemungkinan juga bisa. Tapi kesempatan untuk belajar bahasa gratis selama setahun, siapa yang tidak mau? Gunakan kesempatan ini untuk belajar bahasa (ataupun ilmu lainnya) langsung di negaranya!

Segera daftar dan buat profil semenarik mungkin

Untuk mendaftarkan diri jadi au pair sendiri ada banyak cara. Untuk yang tidak mau repot, bisa mendaftarkan diri ke agensi au pair yang ada di Indonesia maupun luar negeri. Ada agensi berbayar, ada juga yang gratis. Memang tidak ada jaminan a hundred% agensi mampu mempertemukan au pair dengan calon keluarga angkat, namun setidaknya agensi akan berusaha mencarikan keluarga dan bisa diupayakan jadi penengah jikalau au pair ada masalah nantinya.

Lalu selanjutnya adalah membuat profil sebaik mungkin. Menurut saya pribadi, tidak ada yang bisa menilai bagaimana gambaran profil yang sempurna dan yang tidak. Karena ada juga yang profilnya cantik sekali, tapi tetap saja keluarga angkat tidak tertarik.

Menurut saya, yang paling penting itu:

1. Jelaskan tujuan kita menjadi seorang au pair. Ingat ya, "menjadi seorang au pair"! Boleh saja menuliskan kita ingin jalan-jalan keluar negeri, tapi yang dilihat keluarga angkat sebenarnya lebih dari itu. Kalau memang tujuan kita ingin belajar bahasa mereka, ya jelaskanlah. Atau kita berniat belajar budayanya, jelaskan juga apa yang menarik dari budaya mereka. Lebih baik lagi kalau kita bisa sedikit menjelaskan dengan bahasa negara tersebut. Yang pastinya peluang mendapatkan keluarga angkat menjadi lebih besar.

2. Coba tuliskan juga beberapa pengalaman kita bekerja dengan anak kecil. Bekerja disini bisa jadi pengalaman merawat bayi, menjadi guru TK, mengasuh keponakan atau sepupu saat orang tuanya tidak di rumah, atau sempat mencoba kegiatan sosial lainnya. Hal ini akan sangat berguna bagi keluarga angkat untuk melihat pengalaman kita sebelumnya.

3. Bagi yang memang sudah pernah punya pengalaman sebelumnya, boleh juga membagikan kontak salah seorang referens yang bisa memberikan kita rekomendasi ke calon keluarga angkat. Biasanya hal ini juga akan memudahkan keluarga angkat mengenal calon au pair lebih jauh. Sebisa mungkin carilah referensi yang ada hubungannya dengan pengalaman kita, contohnya kepala sekolah tempat kita mengajar, orang tua yang anaknya pernah kita urus, ataupun kontak keluarga angkat lama (bagi yang pernah jadi au pair/babysitter sebelumnya).

4. Tuliskan hobi kita yang bisa diterapkan disana. Contohnya kita suka masak, menggambar, crafting, musik, ataupun olahraga lainnya yang bisa dilakukan bersama anak-anak mereka. Tapi hal ini juga jangan terlalu dibuat heboh ya, karena takutnya calon keluarga angkat malah berpikir kita bersedia melakukan apapun untuk mereka nantinya. Seperti kasus seorang au pair yang jago main piano, ujung-ujungnya disuruh jadi guru piano (tanpa dibayar) bagi anak yang diasuhnya.

5. Pakailah foto selfie terbaik kita sendirian dan bersama anak-anak. Foto sendirian untuk menunjukkan "siapa kita" dan foto bersama anak-anak untuk menunjukkan "bagaimana kita". Fotonya pun cukup yang natural dan tidak perlu terlalu dibuat-buat. Yang penting foto tersebut menunjukkan pribadi kita sebenarnya.

Setelah semuanya siap, silakan menunggu konfirmasi dari agensi apakah ada keluarga yang tertarik dengan kita atau masih harus menunggu lama lagi. Bisa juga kita mencoba mendaftar ke situs-situs pencarian au pair dan berusaha mencari keluarga sendiri disana. Mencari keluarga angkat tanpa bantuan agensi cukup sulit juga. Yang pertama, kita harus memperkenalkan diri sendiri, mengurus visa sendiri, dan kalaupun ada masalah, ya dihadapi sendirian dulu. Namun perlu diingat juga, mendaftar ke beberapa situs bisa juga lebih sulit karena saingannya banyak. Jadi, siap-siap berusaha memenangkan hati para keluarga ya!

Baca juga:

Guide bagi calon au pair

Guide Au Pair: Mulai dari Mana?

Tertarik ke Amerika jadi Au Pair? Bisa!

Kesempatan jadi au pair di Irlandia, Spanyol, dan Italia