Tuesday, July 7, 2020

Tips Pilih Mana: Tinggal di Kota Besar, Pinggir Kota, atau Pedesaan?|Fashion Style

Saat menulis tulisan ini, sebenarnya saya sedang lapar dan ngidam ramen. Sudah lebih dari sebulan ini saya memang absen makan di luar bersama teman geng karena sedang berpuasa. Rindu sudah lama tidak makan di luar, membuat saya mulai bosan isi makanan dalam kulkas. Duh!

Lalu apa hubungannya dengan ramen? Iya, karena restoran ramen cuma adanya di Kopenhagen, akhirnya saya harus manyun makan sereal dulu malam ini. Walaupun bisa delivery, tapi ternyata daerah tempat saya tinggal terlalu jauh dari restoran mereka. Makanan yang bisa diantar rata-rata hanya pizza atau sushi di sekitar sini. Nasib tinggal di pinggiran kota ya beginilah.

Mengurut dari pengalaman tinggal di kota besar, pinggir kota, dan sempat juga tinggal di pedesaan selama 7 bulan di Belgia, membuat saya bisa membuat perbandingan tentang suka duka tinggal di daerah tersebut. Walaupun setiap negara dan kota tidak bisa disamakan, namun secara generalisasi, beginilah plus dan minus yang pernah saya rasakan.

Tinggal di kota besar

Plus:

1. Kemudahan dan kecepatan dalam menerima informasi.

2. Transportasi publik beroperasi lebih lama dan bervariasi; contohnya Metro atau tram yang hanya ada di ibukota ataupun kota besar lainnya.

3. Banyaknya tempat makan dan nongkrong yang hip.

Four. Suasana yang lebih hidup dan berwarna.

5. Banyak competition dan konser yang hanya digelar di kota besar.

Minus:

1. Sibuk and let's name it: macet!

2. Tingkah laku masyarakatnya yang tergolong individualis dan cuek.

3. Di Eropa, sangat sulit menemukan perumahan di kota besar. Kebanyakan orang tinggal di apartemen dengan ruang yang terbatas.

Four. Keamanan di kota besar cenderung rendah.

5. Tingkat stres masyarakat perkotaan yang lebih tinggi.

Tinggal di pinggir kota

Plus:

1. Walaupun Metro tidak beroperasi, namun jadwal bus dan kereta ke kota besar biasanya sangat teratur dan lebih sering.

2. Banyak orang yang memilih memiliki rumah pribadi yang besar dan lengkap dengan taman.

Three. Kehidupan berjalan lebih tenang.

4. Banyaknya taman yang membuat suasana lebih hijau dan menyegarkan.

Five. Meskipun tidak seheboh di kota besar, biasanya akan sering digelar juga acara kultural dan konser lokal.

Minus:

1. Keterbatasan tempat nongkrong dan pilihan tempat makan.

2. Kebanyakan transportasi publik hanya berjalan hingga tengah malam saja.

Three. Ramai di pagi hari, namun makin sepi selepas jam 9 malam.

4. Meskipun terdapat supermarket dan pertokoan, namun jam tutupnya biasanya lebih cepat dari yang ada di ibukota.

Five. Tidak ada yang menarik selain dijadikan tempat tinggal orang-orang yang kebanyakan bekerja di ibukota.

Tinggal di pedesaan

Plus:

1. Pecinta alam, inilah tempat terbaikmu!

2. Jauh dari pusat kota membuat kehidupan di pedesaan berjalan sangat tenang dan santai.

3. Biasanya tetangga kanan kiri saling mengenal satu sama lain.

4. Masyarakat yang tinggal di pedesaan lebih ramah dan hangat.

Five. Keamanan yang lebih tinggi. Sewaktu tinggal di Belgia, rumah keluarga saya yang ada di Laarne sama sekali tidak pernah dikunci selama bertahun-tahun. Tapi mereka tidak pernah melaporkan ada barang yang hilang tuh.

Minus:

1. Karena rata-rata orang yang tinggal di pedesaan punya mobil pribadi, bus dan kereta pun tidak beroperasi secara maksimal, bahkan tidak sampai tengah malam.

2. Tidak banyak yang dapat dilihat kecuali hutan, padang rumput, dan danau.

Three. Sulit sekali mencari tempat nongkrong untuk anak muda. Di Eropa, bar-bar yang ada di pedesaan biasanya hanya berisi orang-orang tua saja.

Four. Suasana malam yang sangat sunyi dan membosankan.

Five. Kurangnya pergelaran festival dan konser, hingga harus datang jauh-jauh dulu ke kota besar terdekat.

Kalau saya sendiri, lebih cenderung memilih kota besar sebagai tempat tinggal. Saya suka nongkrong, saya suka jalan-jalan ke toko buku atau kafe, saya pun sudah cukup terbiasa dengan hiruk-pikuk kota. Kemudahan akses transportasi dan kehidupan yang lebih berwarna sangat cocok bagi para kaum muda seperti saya ini. Kalau kamu?

Tips COPENHAGEN: Place for Going Out and Design Lovers|Fashion Style

Came to Copenhagen approximately a year ago, I changed into a piece skeptical with this tiny town. What Copenhagen have beside the landmark colourful port? I had asked a neighborhood man in Tinder and he simply responded firmly, "relies upon on what do you need. Check out those masses of bars!" Okay, bars are everywhere I bet.

Like some other capital cities in Europe, Copenhagen additionally has plenty of museum and a few sightseeing places (in which I assume a piece uninteresting). I genuinely don't without a doubt like museums and any historic building like citadel or vintage church. What I enjoy is touring places where the locals are, mingling with them whilst relaxing, and no longer usually have to test have to-go to field all of the time.

Almost a year, backward and forward Herlev-Copenhagen, I found out Copenhagen is absolutely monotonous. Since my region handiest have buses going to N?Rreport Station, so that is the maximum cushty route I favor to seize the city. But, that is also distinctly tedious by stopping in Norreport station or Str?Get, taking walks alongside the pedestrian until Kongens Nytorv and say good day again to Nyhavn, where is constantly crowded by travelers.

Back to the answer of Tinder guy, simply Copenhagen gives enough fun things we want. However, the pleasures itself every now and then nevertheless boring while all you can do every weekends just purchasing, looking container workplace, or bar crawls (sure, this is the right region certainly!).

So, what else I can revel in in Copenhagen apart from the ones dull exercises in the weekends?Within the equal place? For me, the designs and locations for striking out wherein I can spot the Danes! I'm so rewarded by many stunning points of interest and studies I get with the aid of ventured off the center and head over to the districts that surround it, especially at some stage in the push hours of the principle vacationer attractions. Think you could see how the locals stay with the aid of strolling round Str?Get or Queen Louise Bridge? Think once more.

Scandinavian design in Denmark

Indubitably, Copenhagen is one of the layout towns in Europe. Danish layout which is easy, fashionable, and so formidable can be enjoyed in a few corners of Copenhagen. Danes are surely so interested to layout indeed. If you have got chance to take a glance their homes, maximum in their fixtures, indoors furniture, or appliances are coming from the maximum costly Danish dressmaker's manufacturers. For instance Normann, Kay Bojesen. Georg Jensen, and some other well-known names.

One of the best places to enjoy Danish design is Design Museum Denmark , about 3 km from the city center. Although this is kind of "old" museum, but the exhibitions are far from dull. The exhibitions which are mostly furniture are colorful and so refreshing for eyes. My friend who had no interest of any design, terribly enjoyed all the things in this place when she visited. Good reason for young people (under 26-year-old) to be here, even they're not student, is free entrance.

Other places to enjoy Danish design are some local design stores in Copenhagen. If I just want window shopping without (or less) spending money, I will come to interior furnishings stores like Normann Copenhagen , Illums Bolighus , or the 4th floor of Magasin du Nord . One of my favourite places is Sostrene Grene where the stores spread out around Denmark. In Copenhagen, there are four stores and one of them is located in ​​Strøget. Besides good for pocket, the goods are so cute and typical Danish design. Can't take my hands off to grab all the things!

Skip the ancient museums

As well as design, Copenhagen also has a lot of places and buildings with a very creative and unique architecture. For those who dislike checking around the museum like me, I am more likely to recommend The Black Diamond , cool library in the waters of Copenhagen. Besides collecting a lot of books, The Black Diamond also hold art exhibitions, concert venue, and relaxing café with water and Cirkelbroen (round bridge) views.

The other place is 8TALLET , a unique architecture and modern apartment located in Ørestad, not far from Copenhagen airport. Because this is apartment, there are some rules to be respected for residents before visitors can see around or eat in the café. Ørestad to Bella Center itself is actually a residential area where does have many modern architectural, unique, and colorful buildings like Tietgen Dormitory , VM Houses, VM Mountain, or more hip and luxurious Bella Sky Bar & Restaurant .

Back closer to the center, Superkilen Park in the neighborhood of Nørrebro, is one of the must visit places in Copenhagen. So different from another shady and green parks, Superkilen presents a public area with super fun and colorful floors. From the undulating black and white to rosy boxes in the area closer to the main street. Trust me, this is lovely yet non-mainstream spot for your next Instagram posts!

Stay away from actual touristic spots

Talking about hanging out and quality time, the Danes are very fond to hygge concept, which can't be translated into English directly. However, hygge can be associated with happiness, comfortable, and intimate feeling with relatives or lovers, usually during bad weather.

In Copenhagen, hangout spots are mostly created to be super hyggelig and also scattered everywhere. From the hip ones with lots of Danes, to the well-known also for travelers. As I said above, I personally prefer hangout where the locals are than mingling with tourists. Although in the center, actually there are some specific places beyond the tourists' radars. Most customers speak Danish, even the waiters and the cashier are very fluent in English. Rather than straight along the pedestrian of Strøget, many hidden gems actually just in the alleys around it.

Another famous area where has lots of choices to eat and drink is Vesterbro, a neighborhood not far from the main station of Copenhagen. An area hipster named Kødbyen or Meatpacking district is well-known by locals enjoying simple Danish meal or just drinking with friends in the weekends.

Other famous neighborhoods are Nørrebro, Osterbro, and Frederiksberg. I personally know Vesterbro, Nørrebro, and some parts of Nørreport station. Cool spots where I can find so many young Danes are indeed in those areas. While Frederiksberg, well-known as an upper class area with more elegant and classy choices for eating or hanging out.

Craving for another? One eating place option for locals and tourists is Papirøen or Paper Island in the harbor area of ​​Copenhagen. The island itself is actually better known with street foods and so crowded during the summer. Even in winter, many people have to queue waiting for the empty chair in the room. If in perplexity where to eat around Copenhagen, I suggest just come to this place. Check around to see the booths that sell a lot of food options, from vegan to a typical Italian dessert. But sometimes, I'm double confused what should I eat if there are so many choices like that.

Copenhagen is undoubtedly expensive. Putting my bum in different local cafés every weekend is also not a solution to be happy (even I am). Spending money wisely is all I have to remember whenever taking my card and inserting it easily in the cashier. So, if the weather is (totally) good, take my friends for short picnic is kind of alternative. Many Copenhageners will also picnic in the park, port, or beach, when the sun shines at its best. Meet the Danes in Amager Strandpark, Ofelia Plads, Operaen, Arsenaløen, or Islands Brygge. Most of them are usually just tanning in the sun, biting their strawberries, or drinking beers which have just purchased from the nearest supermarket.

Follow my blog with Bloglovin

Tips Which One For You: Living in the Big City, Suburbs, or Countryside?|Fashion Style

When writing this article, I'm admittedly hungry and craving for Ramen. It's been over a month on account that I've never eaten out with my women again. We're definitely busy with new boyfriends, summer vacation, operating, and also any other cause we by no means talk truly. Longing for spending some cash to dine out, makes me getting bored of something in the fridge. It continually finally ends up with salmon (and salmon). Duh!

So what to do with Ramen? Yes, because Japanese restaurant does only exist in Copenhagen and I'm residing about eleven km away. Sadly, I needed to be forlorn simply consuming cereal tonight.

Although I can name the restaurant and ask for delivery, however the region where I stay is just too a long way away. The common meals can be brought is handiest pizza or sushi round right here. All right, so this the fate residing within the suburbs.

Sort of reviews of residing in large cities, suburbs, and had also lived in the countryside for 7 months in Belgium, allow me to make a comparison of the usaand downs of residing in those areas. Although every us of a and metropolis can't be equated, but as a generalization, that is what the pluses and minuses that I've ever felt.

Hustling in large cities

Plus:

1. The ease and rapidity in receiving new facts.

2. Public transportation operates longer and varied; as an example Metro, night bus, tram, or overdue night educate, best exist inside the capital or different 2d or 1/3 biggest towns.

Three. Lots of locations to devour and dangle out.

Four. The environment is more lively and colorful.

Five. A lot of festivals and concert events are held only in big towns.

Minus:

1. Busy and permit's name it: jam!

2. The conduct of the humans belongs to the individualistic and aloof.

Three. In Europe, it's far very hard to find housing in massive cities. Most humans stay in flats with confined space.

Four. Security in massive cities tends to be low.

Five. The stress stage is better.

Feeling comfy within the suburbs

Plus:

1. Although Metro is not operating, however the agenda of bus and train to large cities are commonly very regular and more frequent.

2. Many people choose to have a private large house complete with nice garden.

3. Life is quieter but now not far enough to trap the hustle in a large metropolis.

Four. Lovely inexperienced parks that make the surroundings extra refreshing.

5. Not as rousing as in massive towns, however cultural activities and neighborhood concerts are also held regularly.

Minus:

1. Barrier locations for hangout and eating.

2. Most public transportation only runs till middle of the night.

Three. Crowded within the morning, but greater abandoned after 9 pm.

4. Although there are supermarkets and stores, but the opening hour is typically quicker.

Five. No extra thrilling motive except house of folks that on the whole paintings inside the capital and come returned for rest.

Calming down inside the nation-state

Plus:

1. Nature fans, that is your pleasant place!

2. Away from the metropolis middle makes lifestyles in the countryside may be very quiet and calming.

3. Normally friends recognize every other.

4. People living in countrysides are (thus far) greater welcoming and heat.

5. Security is better. While dwelling in Belgium, the house of my family in Laarne by no means been locked up for many years. But they never file for any critical robbed.

Minus:

1. Because the common individual residing within the nation-state have non-public cars, buses and trains are not running optimally, not even until nighttime.

2. Not a great deal to look except forests, grasslands, and lakes.

3. It's so rattling tough to find an area to hang out for young human beings. In Europe, bars in countrysides are most often visited through vintage humans best.

Four. The night time is very quiet, darkest (but so lovely sky), and uninteresting.

5. Lack of competition and concert, every person has to come back all of the manner out to the nearest bigger metropolis.

If my own, I'd choose to live in the big city. I like to hang out, I like to calm the brain down in a bookstore or cafe, and also I'm quite familiar with the bustle of big city. Ease of access to public transportation and a more colorful life are some reasons why this is very suitable for young people like me. How about you?

Monday, July 6, 2020

Tips I Can Never Make Friends with Danes|Fashion Style

November last year, when I returned to Belgium and waited for a train to Brussels from Charleroi, I sat in the empty chair next to an old man in the lobby. The old man was ready to open his lunch box, when I glimpsed, they were bread and bacon. Hose ten minutes later, the old man suddenly greeted me with a friendly smile, "Bonjour, madamoiselle." I turned toward him and inevitably greeted back with a stiff smile. From that time, the conversation with the old man began.

The antique man became to start with requested about my origins in French. But considering that I already stammered to reply the question, finally the old man is inclined to alternate to Dutch. (FYI, I learned Dutch and French after I become in Belgium.) Unfortunately, he did now not stop babbling and made his meal spurting everywhere. Like a police inspector (or is probably just try to be fine), randomly I requested approximately his lifestyles then get an answer by using became lonely after being left via his wife. The longer, this antique man also spoke in louder voice, worrying enough for humans sitting behind us. Funnily, he just laughed and didn't absolutely care what humans (and I) felt.

When I sat at the teach to Brussels, I found out that the average Belgians are greater heat and pleasant indeed. Although some Europeans usually don't like small speak, but in addition they don't hesitate to say hiya to a stranger. When speakme with strangers, they're like have sturdy aim to join into verbal exchange. Especially the elder ones who are generally mournful.

It's like I can not experience the equal in Denmark. Danes are acknowledged to be very closed and cold closer to strangers. They most effective communicate with their buddies or even a chunk avoid small communicate with strangers. Once it takes place, don't expect to be their near buddies chiefly if you may go away Denmark right away. People even said, it is less difficult to locate a few loved ones right here than one good friend (who will final longer).

For Danes, friendship can not be cultivated in six months or two years. On common, their near pals are humans they have encountered considering that primary college. This is certainly pretty hard for me, Asian, who is born with warmth and excessive social man or woman. For us, the greater buddies you have, greater networks you tie, greater fortune you'd get. But for Danes, there's no place for brand new humans, in the event that they even do not have time to fulfill their vintage pals.

I've heard this statement from a Dane, "I still have my old friends and I don't think I need a new friend". Or, "it's really nice when I'm drunk then I can talk to the strangers. Feels like we're best friend forever. But when I'm sober, I don't have to call or talk to them anymore. I love that idea!"

Yes, you can visit membership or bar in which bag so many Danes inebriated. They will talk plenty approximately the revel in and lifestyles, like a high-quality buddy you've got recognized long time ago. But after that night time, do not expect them to be the same in soberness. Danes suppose, friendship isn't always coming from a touch chat, invite each different up on Facebook, and vo?L. A....Be friends. A very pure friendship for them, nurtured through a long time, with the aid of gaining knowledge of each other time with the aid of time. This makes many foreigners find it very tough to make pals with them. Besides the language barrier, Danes also feel no cause to make pals with foreigners who manifestly would go away their united states of america. It's so difficult for them to spend time hanging out collectively, have accurate memories, and will grieve because of this new-stranger-friend will fly to their home us of a.

Tips Guide Untuk Para Calon Au Pair|Fashion Style

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih!

Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini .

Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai.

Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasaran para calon au pair Indonesia. I hope it could help you more!

1. Kak, saya sangat tertarik jadi au pair tapi bahasa Inggris saya pas-pasan. Apakah masih bisa?

Au pair berbeda dengan program pertukaran budaya dari penyelenggara kursus bahasa Inggris di Indonesia. Meskipun kebanyakan negara di Eropa tidak mengharuskan calon au pair memenuhi syarat IELTS/TOEFL, tapi kemampuan bahasa Inggris sangat wajib dikuasai oleh calon au pair.

Tenang saja, kamu tidak harus mendapatkan nilai IELTS 7.0 dulu untuk harus bisa jadi au pair. Tapi setidaknya kuasailah bahasa Inggris aktif. Artinya, mampu berbicara dengan baik saat mengutarakan pendapat.

Kesulitan berkomunikasi karena bahasa Inggris level rendah, membuat kita juga harus ekstra keras mengerti maksudnya keluarga asuh. Banyak juga au pair yang mengalami masalah komunikasi dengan keluarga asuh karena bahasa Inggris mereka masih terbata-bata. Anyway, you need to socialize though. Bahasa apalagi yang mesti kamu gunakan kalau bukan bahasa Inggris (dan bahasa setempat)?

2. Dimana mencari keluarga asuh? Apakah ada situs terpercaya?

Mencari keluarga asuh biasanya dimulai dengan membuat profil di beberapa situs pencarian au pair. Website yang direkomendasikan:

1. Au Pair World

Website yang paling banyak direkomendasikan karena memuat banyak profil keluarga asuh dari hampir semua negara di dunia. Silakan buat profil dan pasang foto semenarik mungkin, gratis!

2. Great Au Pair

Selain pencarian au pair, situs ini juga memuat banyak profil keluarga asuh yang memerlukan au pair hingga pekerja paruh waktu.

3. Au Pair Support Belgium

Sejenis agensi au pair dari Belgia yang membantu keluarga asuh mencari au pair dari beberapa negara seleksi. Agensi ini juga yang saya pakai saat menjadi au pair di Belgia dulu. Prosesnya tanpa ribet dan gratis.

4. Energy Au Pair

Kalau memang tertarik menjadi au pair di Denmark dan Norwegia, cobalah mendaftar disini. Tapi hati-hati, karena banyaknya saingan dari Filipina, biasanya sulit juga menemukan keluarga asuh yang cocok. Profil kita kadang tenggelam oleh kandidat dari negara sepupu.

5. Scandinavian Au Pair

Meskipun labelnya Skandinavia, tapi sebenarnya mereka lebih banyak memuat profil keluarga asuh dari Swedia. You want to try?

6. Smiling Face

Agensi berbayar yang biasanya banyak dipakai oleh calon au pair Thailand dan Indonesia untuk mencari keluarga di Belanda.

7. AuPair.com

Situs pencarian au pair berikut juga bisa kamu coba kalau memang situs di atas kurang menarik. Asiknya, AuPair.com juga memberikan sertifikat setelah masa au pair berlangsung, lho!

8. Au Pair Belgium

Solusi untuk kamu yang tertarik ke Belgia dan bisa submit aplikasi dengan mudah via situs mereka. Just give it a try!

9. Double Dutch

Meskipun judulnya versi Belanda, tapi agensi ini menawarkan booklet dan pencarian keluarga ke banyak tempat. Kalau kamu tertarik ke Belgia, Belanda, Islandia, atau Prancis, sila daftar ke situs mereka. Gratis!

10. Aufini

Situs pencarian keluarga angkat berbayar jika kamu ingin menikmati semua feature-nya. Kebanyakan keluarga di Belanda atau Denmark menggunakan situs ini untuk mencari calon au pair.

11. Grup Facebook Au Pair

Beberapa au pair ada yang berhasil menemukan keluarga asuh dari postingan di grup Facebook. Keluarga ini biasanya mencari langsung kandidat via akun Facebook mereka. Tidak jarang, banyak juga au pair yang bersedia mencarikan pengganti mereka sebelum masa kontrak berakhir lewat grup au pair.

3. Sebaiknya pakai agen atau tidak ya?

Tergantung. Kalau kamu dan keluarga asuh ketemu di salah satu website non-agen, urusan kelengkapan dokumen harus diurus sendiri. Biasanya dari pihak keluarga asuh harus menanyakan urusan dokumen ke balai kota dan bagian imigrasi di negara mereka. Komunikasi pun harus lebih jelas karena tidak ada pihak ketiga yang menangani.

Kalau kamu dan keluarga asuh bertemu lewat website agensi pencarian au pair, keluarga asuh harus membayar jasa agen untuk mengurus kelengkapan dokumen. Karena ada pihak ketiga, urusan dokumen biasanya lebih mudah dan ada pihak ketiga yang menengahi bila terjadi masalah.

Meskipun keluarga asuh sudah membayar jasa agen, namun tidak semua agensi memihak ke keluarga asuh kok. Banyak juga agensi yang bersikap netral, terbuka, dan sigap menangani masalah yang menimpa au pair.

Pakai atau tidak pakai agen, urusan kelengkapan dokumen di Indonesia dan mengurus visa, masih kita juga yang turun tangan. Keluarga asuh yang mau membayar agensi biasanya hanya tidak mau direpotkan oleh banyaknya dokumen yang harus disiapkan. Baca postingan saya tentang plus minus pakai agen kalau masih bingung juga!

4. Saya sudah membuat profil dan bicara dengan banyak keluarga asuh. Tapi mengapa selalu ditolak?

Namanya juga cari kerja, pasti selain skill, juga mengandalkan peruntungan dong? Sama halnya mencari keluarga asuh. Tidak semua calon au pair yang pernah jadi au pair sebelumnya, lebih mudah mendapat keluarga. Bahkan ada juga calon au pair yang belum pernah sama sekali ke luar negeri, gampang saja dapat keluarga asuh.

Intinya, tetap sabar dan usaha. Saya sendiri harus menunggu selama 5 bulan sebelum berangkat ke Belgia. Saat jadi au pair di tahun kedua pun, harus ditolak 7 kali dulu oleh beberapa keluarga asuh, sebelum akhirnya telentang cantik di kasur keluarga Denmark ini.

Cobalah beberapa situs pencarian au pair daripada stuck hanya di satu situs. Tetap kerjakan kesibukan lain di luar masa menunggu keluarga asuh. Yang mencari au pair banyak, tapi yang ingin jadi au pair lebih banyak lagi. Tetap semangat!

5. Negara mana saja yang direkomendasikan untuk pemegang paspor Indonesia?

Oke, angan-angan ke luar negeri dengan cara menjadi au pair sudah ada di ubun-ubun, profil juga sudah dibuat, langkah selanjutnya adalah memilih negara. Karena kebingungan dan terlaluexcited, nyaris semua negara dipilih. Eiits, tunggu dulu!

Tidak semua negara memperbolehkan pemegang paspor Indonesia menjadi au pair. Ada juga negara-negara dengan regulasi tertentu yang mengharuskan calon au pair menguasai bahasa lokal hingga membatasi umur.

Di postingan sebelumnya, saya sudah merekomendasikan daftar negara yang memungkinkan serta plus minusnya bagi para calon au pair Indonesia. Kali ini, saya coba mengurutkan negara-negara dengan membandingkan proses visa, uang saku, hingga atmosfir yang cukup menjanjikan bagi au pair. You still have a choice! (*Diperbarui April 2019*)

1. Austria

Mengurus visa: Mudah

Level bahasa: Bahasa Jerman level A1.

Uang saku: €446.81

Jam kerja: Maksimum 18 jam per minggu.

Jatah libur: Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 30 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung setengah-setengah.

Tiket pesawat: Normalnya, dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 28 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Cukup banyak

2. Belgia

Mengurus visa: Ribet. Mesti legalisasi kesana kemari. Proses menunggu visa hanya 2 hari kerja.

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: €450

Jam kerja: Maksimum 20 jam per minggu.

Jatah libur: Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu dan full weekend per bulan. Au pair mendapat libur berbayar 14 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Normalnya, dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 25 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Cukup banyak

3. Belanda

Mengurus visa: Sedikit ribet. Wajib pakai bantuan agensi dan legalisasi kesana kemari.

Level bahasa: Tidak diperlukan

Uang saku: €300 - €340

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu atau tidak lebih dari 8 jam per hari.

Jatah libur: Tidak lebih dari 5 hari kerja atau mendapatkanfull weekend setiap minggu. Au pair mendapat libur berbayar 14 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Biasanya keluarga asuh bersedia membayari tiket pesawat penuh.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Banyak

4. Denmark dan Norwegia

Mengurus visa: Mudah. Proses menunggu 3-4 bulan.

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: Selalu naik per tahun, tapi mesti membayar pajak. Tahun 2019, uang saku di Denmark sebelum pajak 4350 DKK, sementara di Norwegia 5900 NOK (Tiap satu/dua tahun sekali, uang saku di dua negara ini selalu naik)

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Au pair yang bekerja 5 hari per minggu mendapat jatah libur 25 hari, sementara bagi yang bekerja 6 hari per minggu mendapat jatah libur 30 hari per tahun. It's fully paid!

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh

Tiket pesawat: Ditanggung penuh keluarga asuh, kecuali Norwegia yang biasanya hanya setengah-setengah.

Batasan umur: 29 tahun

Masa tinggal: Maksimum 24 bulan.

Lowongan: Mulai sedikit dikarenakan banyak keluarga yang hanya ingin merekrut au pair yang sudah tinggal di Eropa

5. Prancis

Mengurus visa: Cukup mudah.

Level bahasa: Minimal level A1/A2

Uang saku: €270 - €321 (biasanya ada keluarga asuh yang bersedia membayar €400/bulan)

Jam kerja: Maksimum 25 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Diberikan 12 bulan, tapi bisa diperpanjang sampai maksimal 24 bulan.

Lowongan: Lumayan banyak

6. Jerman

Mengurus visa: Cukup mudah.

Level bahasa: Bahasa Jerman level A1.

Uang saku: €260 - €300

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 26 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Banyak

7. Australia

Mengurus visa: Karena visa yang digunakan Working Holiday Visa, syarat yang harus dipenuhi pun banyak i.e. deposito tabungan di rekening 5000 AUD atau minimum semester 5 di bangku kuliah.

Level bahasa: Bahasa Inggris umum, minimum IELTS 4.5

Uang saku: 200-250 AUD selama 30 jam per minggu.

Jam kerja: Maksimum 40 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri jika ingin mengambil kelas Bahasa Inggris.

Tiket pesawat: Ditanggung penuh sendiri, kecuali keluarga asuh bersedia membayari tiket pulang.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Banyak

8. Luksemburg

Mengurus visa: Dokumennya mudah, tapi mesti menunggu maksimum 3 bulan

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: €409

Jam kerja: 25 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Normalnya au pair mendapatkan libur satu hari dan tiga kalioff di sore hari dalam satu minggu. Au pair mendapat libur berbayar 2 hari per bulan.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung keluarga asuh.

Tiket pesawat: Normalnya, dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan.

Lowongan: Sangat rendah

9. Swedia

Mengurus visa: Mudah namun masa tunggu visa 3-7 bulan.

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: 3500 SEK (sebelum pajak)

Jam kerja: Maksimum 25 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan dengan keluarga. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan.

Sekolah bahasa: Biaya ditanggung balai kota.

Tiket pesawat: Normalnya bayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan. Calon au pair yang pernah menjadi au pair di negara lain akan sedikit riskan, karena kemungkinan visa-nyagrantedsemakin kecil.

Lowongan: Tidak terlalu banyak dan harus bersaing dengan kandidat Filipina.

10. Finlandia

Mengurus visa: Cukup mudah tapi waktu tunggu hingga 4 bulan

Level bahasa: Tidak diperlukan, namun mesti menunjukkan ketertarikan dengan budaya/bahasa mereka.

Uang saku: Minimum €280 (sebelum pajak)

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Sesuai kesepakatan. Biasanya au pair hanya mendapat satu hari libur per minggu danfull weekendper bulan. Au pair mendapat libur berbayar 28 hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 30 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan. Finlandia menolak calon au pair yang pernah menjadi au pair di negara lain sebelumnya.

Lowongan: Sangat rendah

11. Islandia

Mengurus visa: Mudah

Level bahasa: Tidak diperlukan.

Uang saku: 10.000 ISK per minggu

Jam kerja: Maksimum 30 jam per minggu.

Jatah libur: Au pair mendapat libur minimum 2 hari per minggu dan libur berbayar 14  hari selama setahun.

Sekolah bahasa: Ditanggung sendiri.

Tiket pesawat: Dibayar setengah-setengah.

Batasan umur: 25 tahun

Masa tinggal: Maksimum 12 bulan

Lowongan: Sangat rendah

6. Saya mendapat banyak respon positif dari keluarga di United Kingdom, Amerika, Kanada, atau Selandia Baru. Tapi sayangnya pemegang paspor Indonesia tidak bisa jadi au pair di negara tersebut, benarkah?

Iya, benar. Sebaiknya kamu pendam saja keinginan menuju negara-negara tersebut karena pemegang paspor Indonesia memang tidak bisa menjadi au pair kesana.

Saya sempat mendengar ada au pair Indonesia yang pernah ke Amerika. Tapi tahun lalu, sepertinya kesempatan calon au pair Indonesia kesana sangat kecil. Untuk mendapatkan visa J-1, calon au pair dan keluarga asuh harus menunjuk satu agensi yang akan mengurus kelengkapan dokumen. Sayangnya, banyak agensi Amerika ini tidak memasukkan Indonesia ke dalam daftar negara seleksi mereka.

Tertarik jadi au pair ke Amerika? Baca serba-serbinya di postingan saya yang ini !

Ingin juga ke Italia, Spanyol, atau Irlandia, ada kesempatannya kok! Cek postingan saya disini!

7. Saya sudah bertemu keluarga asuh yang sepertinya cocok. Hal apa saja yang harus ditanyakan?

Banyak!

Selain menanyakan tentang jadwal kerja, tugas, dan uang saku, jangan takut juga menanyakan banyak hal untuk mendapatkan kejelasan. Jangan sampai nantinya kita merasa dibohongi gara-gara segan menanyakan hal yang dianggap tidak penting, tapi sebenarnya salah kita dari awal.

Tidak perlu takut dan segan soal pertanyaan yang menyangkut uang ataupun hari libur. Kalau perlu, semua pertanyaan dan jawaban dikopi lagi dalam satu kertas sebagai "bukti" kalau nantinya ada miskomunikasi dengan keluarga asuh. Contoh pertanyaan lainnya:

Bagaimana masalah tiket pesawat, apakah kalian bersedia membayar penuh ataukah setengah-setengah?

Yang saya tahu, au pair di negara X mendapat jatah libur X hari per tahun (kalau perlu cantumkan juga website sumber), apakah kalian setuju dengan hal ini?

Di tempat kalian tinggal, berapa lama menuju stasiun atau halte terdekat? (Pertanyaan ini sangat penting karena sebagai calon au pair, kita harus tahu dimana kita tinggal . Apakah calon au pair akan merasa nyaman jika harus tinggal di pedesaan, pinggir kota, atau pusat kota?)

Apakah kalian juga membayari tiket transportasi per bulan? (Jika salah satu tugas au pair adalah antar-jemput anak menggunakan transportasi umum, biasanya keluarga asuh tidak keberatan membayari tiket bulanan. Tanyakanlah jika keluarga asuh belum membicarakan hal ini.)

Apakah kalian punya jam malam?

Adakah kemungkinan saya boleh membawa teman ke rumah dan menginap?

Apakah au pair juga libur saat Public Holiday di negara X?

Saat liburan keluarga, apakah au pair harus ikut serta? Jika ya, adakah kemungkinan au pair mendapatkan uang tambahan untuk mengurus anak?

Saya seorang umat beragama, ada masalah kah jika saya beribadah pada waktu tertentu?

Saya seorang muslim, apakah ada masalah jika saya tidak makan babi di rumah?

Apakah saya boleh meminta kontak au pair sebelumnya untuk mengobrol dan tahu lebih lanjut soal keluarga kalian?

8. Saya memiliki tekad untuk lanjut sekolah lagi selepas masa au pair. Apakah memungkinkan?

Yup!

Untuk lanjut kuliah di Eropa, biasanya kamu bisa mencari beasiswa, sponsor, ataupun dengan biaya sendiri. Banyak juga au pair yang "merayu" keluarga asuh mereka untuk dijadikan sponsor sebagai syarat administrasi kuliah.

9. Negara mana saja yang direkomendasikan untuk melanjutkan kuliah setelah jadi au pair?

Yang paling populer adalah Jerman dan Belgia. Biaya kuliah di kedua negara ini bisa sangat murah bahkan nyaris gratis kalau kita mengambil kelas bahasa lokal.  Banyak juga eks au pair yang lanjut kuliah kesini lewat bantuan sponsor dan biaya pribadi. Coba saja cari sponsor yang bersedia "menjaminkan" buku tabungannya sebagai syarat administrasi mendaftar kuliah.

Salah satu syarat administrasi kuliah di Eropa adalah mampu menyiapkan deposito kuliah sejumlah 8000€ per tahun. Uang ini tidak harus ada di rekening kita asalkan ada jaminan dari pihak sponsor; bisa keluarga asuh, keluarga kandung, ataupun perusahaan tempat kita bekerja.

Negara lainnya adalah Prancis dan Austria. Hampir sama dengan kedua negara di atas, Prancis dan Austria juga menyediakan kampus dengan biaya rendah jika kita mengambil kelas bahasa Prancis dan Jerman. Untuk masuk ke kelas bahasa lokal ini pun, level bahasa yang dibutuhkan berbeda dengan level kelas bahasa umum yang biasa au pair datangi. You need to pass the (higher) language test.

Kalau malas mengambil kelas bahasa lokal (yang murah), coba juga cek kelas berbahasa Inggris. Selain lulus syarat IELTS/TOEFL, biaya kuliah untuk kelas bahasa Inggris biasanya juga lebih mahal.

Tertarik kuliah di Eropa Utara gratis? Ayo ke Norwegia! Sampai sekarang, Norwegia masih membebaskan uang kuliah bagi mahasiswa lokal dan internasional di kelas bahasa lokal maupun bahasa Inggris. Syarat administrasi bagi mahasiswa internasional pun hampir sama dengan seperti kampus lainnya di Eropa; bukti kemampuan finansial sejumlah 103,950NOK atau 12000€ dan sertifikat kemampuan berbahasa Inggris.

Memang tidak semua kampus dan jurusan kuliah di Norwegia gratis. Beberapa jurusan kuliah, seperti kedokteran, memerlukan biaya kuliah tambahan. Mahasiswa pun biasanya harus membayar biaya administrasi kuliah sejumlah 600-800NOK per semester.

10. Adakah kesempatan mendapatkan pekerjaan setelah jadi au pair?

Tergantung. Ya dan tidak.

Pekerjaan apa dulu yang kalian cari? Tukang bersih-bersih, jurnalis, perawat, karyawan, atau apa? Jenis pekerjaan berketerampilan tinggi tentunya tidak mudah dicari. Mencari pekerjaan secara mandiri di negara orang lebih sulit ketimbang mencari di Indonesia.

Meskipun kita memiliki keterampilan yang dicari perusahaan, tapi kita juga harus bersaing dengan orang lokal dan orang asing lainnya. Menguasai bahasa lokal pun belum cukup menjamin eks au pair mendapatkan pekerjaan.

Saya sendiri belum pernah mendengar ada au pair yang langsung bekerja setelah masa kontraknya selesai. Kalau yang lanjut kuliah dan bekerja paruh waktu sih banyak.

Tapi bukan tidak mungkin lho, ya. Kalau si au pair memiliki networking yang luas dan berketerampilan, siapa tahu saja memang mendarat menjadi karyawan selepas masa kontrak berakhir.

Asalkan ada perusahaan yang mau menjamin, kita bisa mencari tempat tinggal dengan cepat, biasanya pihak balai kota akan menyetujui perpanjangan residence permit. But anyway, it's a long and hard thought.

OKAY! So, that's a wrap! Kalau calon au pair dan pembaca blog saya masih ada yang belum jelas, silakan tinggalkan komen di bawah ataupun bisa kirim surel kesini ya. Semoga membantu!

More tips:

Guide Au Pair: Mulai dari Mana?

Tips Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!|Fashion Style

"Semua cowok itu sama!"

No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya.

Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh.

Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa, orang-orang yang tinggal di kawasan utara Eropa biasanya hidup lebih makmur dan kaya. Manusia terganteng dan tercantik seantero Eropa pun masih melekat dengan imej cowok-cowok tinggi berambut pirang dan bermata biru di Swedia.

Sementara Norwegia, merupakan negara kaya dengan perpaduan kecantikan cewek-ceweknya yang bertubuh tinggi langsing. Denmark dengan penduduk terbahagia di dunia dengan gaya hidup yang santai. Sementara Finlandia, negara kelahiran Nokia dengan cowok-cowok maskulin yang pandai membangun rumah.

Lalu bagaimana kalau ternyata kita terlanjur punya hati dengan para makhluk kece ini? So, girls, you want to date Scandinavian guys?

Dating in Scandinavia

Faktanya, tidak ada kata "kencan" di kamus cowok-cowok Skandinavia. Saya mempelajari (duile, gaya!) berkencan dengan cowok-cowok Skandinavia termasuk complicated.

Di Swedia, terkenal budaya fika atau kebalikan kata dari kafi, yang bermakna kopi. Orang Swedia sangat suka ngopi-ngopi santai di kafe selepas jam kerja ataupun di akhir pekan. Bagi mereka, fika hanyalah coffee meeting kasual bersama teman ataupun kolega. Jangan geer atau pede dulu kalau ternyata si cowok mengajak seorang cewek fika-fika santai. Meskipun judulnya hanya "berdua", tapi sekali lagi, mereka tidak akan menganggap kegiatan ini sebagai proses kencan.

Lalu bagaimana kalau ternyata si cowok malah ada rasa dengan si cewek? Tanpa bermaksud mengekspresikan perasaannya secara berlebihan, si cowok biasanya lagi-lagi akan mengajak si cewek fika-fika santai. Bosan nge-fika, ujung-ujungnya mengajak nonton film di bioskop.

Intinya, sangat sulit menerjemahkan maksud si cowok dengan cara mengajak si cewek kesana kemari. Bagi mereka, kata "kencan" didefinisikan secara berbeda dengan pemahaman tradisional yang sudah ada. Kencan bagi mereka bukanlah soal si cowok mengajak si cewek jalan, diantar-jemput, diajak makan atau nonton, lalu dibayari pula. Kembali ke kalimat awal tadi, "faktanya, tidak ada kata "kencan" di kamus cowok-cowok Skandinavia."

Mereka kurang ekspresif

Sebagai cewek, kita pasti inginnya dimanja ataupun diperhatikan. Tapi, tahan keinginan itu saat tahu bagaimana dinginnya cowok-cowok Skandinavia terhadap pasangan. Kalau ingin membandingkan para cowok di bagian Eropa mana pun, para cowok Skandinavia adalah kaum yang sebenarnya sangat membosankan. Mereka seperti sangat kesulitan mengekspresikan rasa sayang ke pasangan.

Lupakan soal bagaimana hangat dan agresifnya cowok-cowok Portugal atau Spanyol. Lupakan bagaimana cowok-cowok Italia yang sangat pintar merayu. Lupakan juga cowok-cowok Prancis atau Belanda yang romantis dan niat mengejar seorang wanita. Ingatlah bahwa cowok-cowok Skandinavia adalah kaum yang berbeda!

Cowok Skandinavia terkenal sangat tidak ekspresif terhadap perasaan mereka. Walaupun pasti ada pengecualian, namun secara umum, mereka sangat sulit mengatakan "I love you" ke pasangan. Mereka juga tidak membeli perhatian wanita dengan cara membanjiri kata-kata I love you setiap hari. They have their own ways to get your attention. Cowok Finlandia terkenal sangat berhati-hati mengatakan kata "I love you". Bahkan, mereka hanya bisa mengucapkan kata-kata itu sekali seumur hidup saja. Their actions speak louder than words!

We are same

Hidup dengan persamaan derajat antara wanita dan pria sejak lama, membuat para cewek tidak dimanjakan dengan kehadiran cowok. Si cowok juga tidak akan lagi melihat cewek sebagai makhluk lemah, hingga tidak bisa mengangkat barang belanjaan yang berat dan banyak. Mereka diciptakan sama, dengan pendapatan sama, hingga hak dari pemerintah yang juga sama. Downside-nya, si cowok juga tidak akan membayari si cewek makan dan minum saat kencan. You pay what you eat.

Saya pernah berkencan beberapa kali dengan cowok Norwegia yang ternyata sangat royal. Si doi juga tidak segan membayari makan dan minum terus-menerus. Lucunya, saat saya berusaha menawari untuk membayar satu invoice di restoran, doi sepertinya tidak enakan. Sebenarnya, cowok-cowok Skandinavia masih terbilang royal saat kencan pertama, kedua, dan ketiga. Mereka masih bersedia membayari si cewek, apalagi kalau hanya minuman ringan seperti bir atau kopi.

Namun kalau sudah resmi pacaran, biasanya tagihan makan harus bayar sendiri-sendiri. Bukan lagi kewajiban si cowok untuk terus-terusan membayari si cewek ini itu. Cowok Skandinavia sangat strict soal bayar-membayari ini. Tidak masalah bagi mereka untuk membayari si cewek minum saat kencan, tapi tidak untuk makan malam. Mereka tidak ingin dianggap berlebihan membeli perhatian si cewek dengan cara terlalu royal saat kencan.

Mari berburu!

Selain tidak ekspresif, cowok-cowok Skandinavia juga bukanlah cowok agresif. Sangat sulit bagi mereka untuk mengajak kencan duluan. They take everything super duper slowly! Ada, ada saja yang bersedia mengajak kencan duluan, tapi kebanyakan malah diam di tempat.

Saya pernah mengobrol panjang lebar dengan seorang cowok Swedia via chat. Kalau bukan saya duluan yang mengajak fika, mungkin obrolan kami bisa saja berlanjut hingga tua. Kuncinya, jangan takut mengeluarkan sisi maskulin kita kalau memang sudah klik dengan si cowok. Menunggu si cowok punya inisiatif duluan? Basi!

Ibu saya pernah bilang, cewek baik-baik itu sebenarnya tidak mengejar cowok. Berburu itu tugasnya cowok. Tapi kalau si cowok berasal dari Skandinavia, ya si cewek yang harus berburu. Berburu disini bukan juga kita harus jadi cewek perkasa yang harus taking all the initiatives.

Intinya, kita harus maju duluan. Kalau memang sudah stuck di chat, ya ajaklah mereka jalan. Kalau memang kangen, ya mulailah chat duluan. Sudah berkencan berkali-kali tanpa ada kejelasan, then kiss him! Si cowok ini harus diberi sinyal kuat dulu, lalu biarkan mereka mencari arah. Duh!

Lalu bagaimana kalau ditolak? No, jarang terjadi. Bagaimana kalau nanti dicap cewek murahan gara-gara mengajak cowok jalan duluan? Tidak, mereka tidak akan berpikir seperti itu. Kita bisa tahu dia tertarik atau tidak lewat obrolan. Jarang juga saya dapati cerita cowok-cowok Skandinavia menolak cewek. Yang ada, mereka yang malah sering dapat sinyal penolakan.

Psstt.. Sebenarnya ada saja disaat dimana cowok Skandinavia berani mengambil inisiatif duluan untuk bertemu. Tapi sayang, niatnya biasanya bersamaan dengan keinginan berhubungan seks.

Betapa cemennya cowok-cowok ini

Kabar buruknya, siap-siap kecewa bagi para cewek asing yang terlanjur jatuh hati dengan para makhluk tampan Skandinavia. Mungkin cerita akan sedikit lain kalau kalian bertemu lewat on-line, lalu memutuskan untuk LDR.

Ingat rumus ini: tidak ekspresif tidak ada inisiatif = cemen! Iya, itulah gambaran rata-rata cowok Skandinavia. Saya merasa, para cowok Eropa Utara sedikit berhati-hati untuk jatuh cinta, apalagi dengan para cewek asing yang ada di negara mereka.

Saya sempat bertemu dengan cowok Swedia yang sudah sangat klik namun tinggal (HANYA!) sekitar 37 km dari tempat saya tinggal. Walaupun kita tinggal di dua negara yang berbeda——namun sangat dekat, dia seperti tidak ingin mengambil resiko untuk hubungan jarak jauh. Terlebih lagi saat tahu saya hanya tinggal sebentar di Denmark.

Pernah juga saya mengobrol dengan seorang cowok Denmark yang sedang serius mencari pacar. Doi bertanya, sampai kapan saya di Denmark. Belum juga menjawab, doi sudah menambahi, "kalau kamu cuma seminggu, dua minggu, ataupun cuma 2 tahun di Denmark, kayaknya kita harus prevent deh." *Yaileh* "Soalnya saya tidak bisa hanya menilai seseorang dalam waktu yang sangat singkat," tambahnya lagi.

Cowok Skandinavia juga sangat lamban menilai sebuah hubungan. Bagi mereka, rasa kepercayaan tidak hanya bisa dibangun lewat hubungan yang hanya berjalan sebulan, dua bulan. Terlebih lagi, mereka sangat takut untuk sakit hati karena jatuh cinta yang mendalam. Mereka takut sudah terlalu cinta dengan si cewek, namun mesti sakit hati karena si cewek harus kembali ke negara asalnya. Mereka juga tidak ingin mengambil resiko LDR, karena mereka tetap yakin, trust tidak bisa dibangun kalau tidak melihat dan menyentuh pasangan. Mereka seperti malas mengambil resiko untuk terbang ke negara asal si cewek yang jauh (dan mahal).

Begini kira-kira skenario saat saya membandingkan cowok di Eropa:

Cowok Belgia: Ketemuan yuk!

Saya: Males. Sudah mau pulang ke Indonesia nih.

Cowok Belgia: Kapan?

Saya: Sebelas hari lagi.

Cowok Belgia: Masih lama! Ayo ketemuan!

Cowok Denmark: Sampai kapan disini?

Saya: Tahun depan.

Cowok Denmark: Oh. *gagal pedekate*

They dress posh

Kalau menurut kamu cowok terkeren dan termodis di Eropa itu dipegang oleh Italia atau Prancis, kamu salah. Cobalah berjalan-jalan di Stockholm atau Kopenhagen. Deretan cowok-cowok berewokan, rambut rapi, bermuka misterius, memiliki gaya yang kurang lebih sama; simple yet stylish.

Orang-orang Skandinavia lebih suka memilih warna-warna gelap seperti hitam atau navy sebagai warna harian mereka. Musim panas akan sedikit ceria karena warna pakaian yang dipilih lebih functional yang menyerap panas, pun masih tergolong netral. Muka ganteng para cowok ini biasanya akan lebih misterius karena kacamata yang digunakan pun tergolong branded.

Karena termasuk bangsa terkaya di Eropa, kamu akan sangat jarang menemukan tas atau kemeja para cowok ini dibeli dari secondhand market. Nama-nama merk terkenal (dan mahal) seperti Tiger of Sweden, Samsøe Samsøe, Acne Studio, dan merk mahal lainnya adalah yang sering para cowok ini pilih. Intinya satu, they prefer quality over quantity.

Sisi menarik mereka

Jangan selalu terprovokasi dengan drama Asia ataupun Amerika yang mengibaratkan cowok sebagai pangeran berkuda putih. Cowok tidak harus selamanya menghadiahi cewek barang-barang mahal demi menyenangkan mereka. Cowok juga tidak harus selalu membayari cewek ini itu demi dianggap perkasa. Cowok juga tidak harus selamanya bisa membaca kode-kode cewek demi dianggap sensitif.

Iya memang, cowok-cowok Skandinavia membosankan dan membingungkan. Main kode-kodean dengan mereka, ataupun masih termakan rasa gengsi, sama saja kita yang buang-buang waktu. Tapi meskipun para cowok ini bisa dikatakan "pelit" saat kencan, namun mereka tipe pasangan yang cukup setia, lho. Mereka adalah tipe cowok yang fokus dengan satu orang saja saat menjalin hubungan.

Ketika sudah tinggal bersama dan berkeluarga pun, cowok Skandinavia bukanlah tipe cowok yang harus dimanjakan oleh campur tangan wanita di rumah. Pekerjaan rumah tangga, membayar tagihan ini itu, ataupun tugas mengurus anak, akan dibagi rata dengan wanita. Para cowok ini biasanya bisa memasak, cuci baju, beres-beres rumah, belanja, hingga mengurus anak sendiri di rumah. Adanya persamaan derajat antara pria dan wanita, mewajibkan si cowok juga turun tangan dalam urusan rumah tangga minimum 3 jam according to hari.

Jika sedang dekat dengan cowok Skandinavia, sekali lagi, ketahuilah kalau mereka tidak akan pernah mencoba untuk menarik perhatian dengan cara yang klasik. Cobalah untuk tidak tersinggung ataupun berasumsi mereka tidak tertarik dengan kita, hanya karena mereka tidak membawakan se-bouquet mawar merah, tidak pernah membukakan pintu, tidak membayari tiket nonton, ataupun tidak pernah mengantar pulang setelah kencan.

Sebaliknya, mereka akan selalu menghargai kita dan tidak akan pernah menganggap kita buruk dalam banyak hal hanya karena kita seorang cewek. He’d never assume that you won’t be able to get over that puddle of water without his help!

Sunday, July 5, 2020

Tips Best Cute Coffee Shops in Copenhagen|Fashion Style

Danes are heavy alcohol drinkers at night, but slowly coffee sipper during the day. They know how to make quality time with friends, families, the loved ones, or even dates, just by a cup of coffee. Not only with companies, I've spotted some loners also enjoy their hygge-time with Macs or books in the middle of cafés.

To be honest, I'm now not partial to espresso. Instead of ordering espresso with the latte, I will select chai latte as usually. But, what is the real fun of sipping my chai latte in town while I can make it at domestic all the time? Well, it is approximately tasty dishes, latte artwork, plush armchairs and a relaxed surroundings with locals!

The fundamentals of good coffee shops can be many. But Copenhagen's best ones must undoubtedly be something special to beat an unusually strong field of cool coffee shops and glorious fun spots. The best coffee in town is probably what coffee lovers looking for. But since I'm not, I always try to go to places where I can sip my chai and wrapped by their cozy yet cute interiors. If you also consider design as part of temptation, check these cutest spots among others in Copenhagen for your next Instagram posts. Visit one (or more) of the following coffee shops and get an experience with Danes!

The Living Room

Address: Larsbjørnsstræde 17 (nearest stop: Nørreport St.)

Opening hours: Man-Thu 9-23, Fri-Sat 9-02, Sun 12-18

Website:fb.Com/thelivingroomdk

WIFI: YES!

Genuinely to mention, this area is my and ex-date's favorite espresso-date location on the town. They have warm drinks however also can hit into cocktails or beers at night time. Watch out your steps to this place in Friday or Saturday night time. You aren't the best person who want to mingle with locals of their relaxed basements with candles and sofas. Or simply come at some stage in the day or Sunday, because they're pretty empty at the moment.

KAFFE

Address: Istedgade 90 (nearest prevent: Central Station)

Opening hours: Mon-Fri 8-22, Sat-Sun nine-22

Website:kaffeistedgade.Dk

Small espresso keep close to the principal station with bizarre interior! The man in the picture gave me his cordial smile whilst he saw me approximately to go into the door. Let's be child and mess around a bit bit!

Den Lille Gule

Address: Mikkel Bryggers Gade 7 (nearest forestall: R?Dhuspladsen (K?Benhavn) or Central Station)

Opening hours: Mon-Fri eight-22, Sat-Sun (holiday) 9.30-22

Website:denlillegulekaffebar.Dk

This is the actual gem in the hustle of Str?Get. Located inside the small alley and is like throwing stone from the oldest movie theater in Copenhagen, Grandteatret. If it's bloodless outside, do not bother yourself with blanket. Go up to their 2nd floor and find the warmness of The Little Yellow?Its name translated to English.

Wulff Konstali

Address: Isafjordsgade 10 (nearest forestall: Bergthorasgade or Islands Brygge (M))

Opening hours: Mon-Fri 7-20, Sat-Sun eight-18

Website: wogk.Dk

I would say, this vicinity is bakery alike. But truely serve heat food and area to speak. Notice their massive lamps! It's so harmonized with their lengthy wooden table. Snap!

Central Hotel & Café

Address: Tullinsgade 1 (nearest stop: Vesterport Station or Værnedamsvej)

Opening hours: Mon-Fri 8-18, Sat 10-05

Website:centralhotelogcafe.dk

Let's go to the smallest hotel in the world with a whole package of its little cute coffee shop! This hotel only have one room, which is not cheap, but could bring you wondrous experience. If staying over is not what you're doing, just spend few krones for their nice coffee in the first floor. It's also winning.

Kaf' Bar 9/Kompa 9

Address: Antonigade 9 or Kompagnistraede

Opening hours:

Website: kaf' bar 9

Clean interior with influence of Danish design. It's a lovely café where you can chit chat, laugh around, and find your tasty little bites.

Bevar's

Address: Ravnsborggade 10B (nearest stop: Ravnsborggade or Elmegade (København))

Opening hours: Mon-Wed(Thu) 9.30-24(02), Fri(Sat) 9.30(10)-03, Sun 10-21.30

Website:bevars.dk

WIFI: Yeees!

Don't get too intimidated by locals who are bringing their super Macs to this place ;)

Bevar's can be so romantic (and sometimes crowded) during the night. While "enjoying" their WiFi, they also serve some tasty meals for lunch and dinner. Go grab it if you can afford it. I mean, they're not that so cheap, but definitely yummy. Oh ya, since Nørrebro is a cool district, so don't try to flirt to chic young people in the corner! All I mean is, lots of pretty people are always coming here.

Ipsen & Co

Address: Gammel Kongevej 108 (nearest stop: H.C. Ørsteds Vej (Frederiksberg) or Gammel Kongevej)

Opening hours: All day 8-18

Website: ipsenogco.dk

A quite new place ran by two young siblings, this coffee shop is located in an opulent district, Frederiksberg. Sometimes a bit loaded after working time, but you can still sit closer to each other in their long wood table. Their high ceiling makes this place breathable and cozy. Check out their varied menu, which is addressed to both the small or large hunger.

Atelier September

Address: Gothersgade 30 (nearest stop: Nørreport St. or Kongens Nytorv (M))

Opening hours: Mon-Fri 7.30-18, Sat(Sun) 9(10)-16

Website:atelierseptember.dk

Whenever I see people upload their pictures in Atelier September, the snaps are always good and lovely. Why not trying to have a good picture while biting their avocado sandwich for lunch?

NOTE:

There's no such cheap coffee in Copenhagen. From place to place, price for a cup of warm drink is starting from 25 Krones to 45 Krones. Hey, there's a nice tall glass of chai latte which needs extra krones!